DISUSUN OLEH
HADIST (2200874201013)
AMBO UPEK (2200874201004)
JIMMY CALVIN SIMATUPANG (2200874201176)
RIO FEBRIAN (2200874201110)
DOSEN
SYARIFA MAHILA,SH.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.Putus perkawinan
a.Kematian
b.Perceraian
c.Keputusan pengadilan.
1)Talak Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan agama yang
menjadisalah satu sebab putusnya perkawinan (Pasal 117 KHI). Talak ada
dua macamyaitu :
a)Talak Raj’I adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk
selam istri dalam masa iddah (pasal 188 KHI).
b)Talak ba’in, dibagi menjadi dua yaitu :1)Talak ba’in sughra adalah talak
yang tidak boleh dirujuk tetapi bolehakad nikah baru dengan bekas
suaminya meskipun dalam masa iddah(pasal 119 KHI ayat 1). Talak ba’in
sughra dapat dibagi menjadi :
-Talak yang dijatuhkan oleh pengadilan agama (pasal 119 KHI ayat2).
2.) Talak ba’in kubra adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak
jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikah kembali,
kecualiapabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah
denganorang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da dukhul dan
habismasa iddah (pasal 120 KHI).
a.Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lainsebagainya yang sulit disembuhkan.
e.Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapatmenjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.
“Tidak ada dosa bagimu jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang
belumkamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Dan
hendaklahkamu beri mereka mut’ah. Bagi yang mampu menurut
kemampuanya dan bagiyang tidak mampu menurut kesanggupannya, yaitu
pemberian dengan cara yang patut, yang merupakan kewajiban bagi orang-
orang yang berbuat kebaikan” (QS.Al-Baqarah : 235-236)
2. Ayah
d.Semua biaya hadanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
menurutkemampuanya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa
dan dapatmengurus diri sendiri (21 tahun).
Perceraian yang terjadi akibat khulu’, yaitu suatu ikatan perkawinan yang
putuskarena pihak istri telah memberikan hartanya untuk membebaskan
dirinya dariikatan perkawinan. Selain itu, khulu’ adalah perceraian yang
terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau uang iwad
kepada dan atas persetujuan suaminya. Oleh karena itu, khulu’ adalah
perceraian yang terjadidalam bentuk mengurangi jumlah talak dan tidak
dapat dirujuk. Hal ini berdasarkan pasal 161 KHI yang berbunyi
“perceraian dengan khulu’ mengirangi jumlah talak dan tidak dapat
dirujuk”
1.Kesimpulan
Bintania, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama dalam kerangka Fiqih Al-
Qadha.(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012)