Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perceraian merupakan peristiwa yang sangat menakutkan bagi setiap keluarga
(Suami, Istri, dan Anak-anak) penyebab perceraian bisa bermacam-macam, yaitu
antara lain gagal berkomunikasi sehingga menimbulkan pertengkaran,
ketidaksetiaan, kekerasan dalam rumah tangga, masalah ekonomi, pernikahan
usia dini, perubahan budaya, dan lain sebagainya. Setelah perceraian ada
penyesuain-penyesuain yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak ( mantan
suami dan mantan istri ) terhadap kehidupan mereka yang baru. Terutama
masalah finansial , apalagi perkawinan dari mereka telah dilahirkan seorang
anak. Abdullah Bin ‘Amru bin Al-‘Ash RA Berkata : Rasulullah SAW bersabda :
‘’sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi Allah ditempatkan di
atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga
dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka’’.

Sehingga terdapat banyak dampak- dampak negatif yang ditimbulkan dari


perceraian yang dilakukan oleh suami istri tersebut, terutama bagi sang anak (jika
pasangan tersebut telah memiliki anak), dan dampak lain pula yang di bebankan
bagi sang suami maupun sang istri, dan tentunya hal tersebuat akan penulis bahas
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Perceraian?
2. Apa Saja Jenis- Jenis Perceraian ?
3. Bagaimana Contoh Kasus Dalam Perceraian?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Dari Perceraian.
2. Mengetahui Apa Saja Jenis- Jenis Perceraian.
3. Mengetahui Contoh Kasus Dalam Perceraian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perceraian

Perceraian dalam istilah Ahli Fiqih disebut talak atau Furqah. Talak berarti
membuka ikatan atau membatalakan perjanjian, Furqah berarti bercerai, yang
merupakan lawan dari berkumpul. Kemudian kedua dari perikatan ini dijadikan
istilah oleh para Ahli Fiqih yang berarti perceraian antara suami istri.

Perceraian adalah kebalikan dari pernikahan dan berakhirnya suatu


perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri oleh
suami atau hakim yang mencerai, keputusan hakim tersebut dengan memjalankan
prosedur proses alur persidangan berawal dari tahapan Majelis Hakim
Pembacaan gugatan, Jawaban tergugat, Pembuktian dari penggugat dan tergugat
hingga putusan hakim sampai Mahkamah Syar'iy (MS) memberikan dokumen
keputusan perceraian, seperti disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam
menjalankan obligasi peran masing-masing. Perceraian dipahami sebagai akhir
dari ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang kemudian hidup terpisah
dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.[1] Keharusan perceraian
dilakukan di depan sidang pengadilan agama ini sejalan dengan ketetapan
syari’at Islam bahwa madharat haruslah dihilangkan, dan turunan dari qaidah
tersebut apabila terjadi perbenturan antara maslahat dan madharat maka maslahat
yang lebih diutamakan.[2] Artinya tugas dan fungsi hakim pengadilan agama
merupakan tugas suci, dan dalam hal perkara perceraian hakim pengadilan agama
bertugas untuk mewujudkan kembali keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.
[3] Dalam Islam bahwa perceraian itu sangat dibenci oleh Allah SWT.

3
Alur proses persidangan perkara permohonan perceraian di pengadilan
agama, "Majelis hakim berupaya mendamaikan pengugat dan tergugat, namun
bilamana penggugat meminta majelis hakim untuk melanjutkan perkara tersebut,
maka majelis hakim membacakan gugatan penggugat disaksikan tergugat dan
pengugat selanjutnya tergugat menyampaikan sanggahan jawaban secara tertulis
atau langsung, replik, duplik, dilanjutkan pembuktian dalil-dalil penggugat
kepada tergugat, namun bilamana dalil-dalil tersebut tidak dapat dibuktikan maka
Majelis Hakim menolak gugatan pengugat tersebut, jika dapat dibuktikan maka
Majelis Hakin melakukan pembuktian atas jawaban sanggahan tergugat serta
melanjutkan alur proses melanjutkan hingga putusan Hakim,"[4] yang seadil-
adilnya tanpa meninggalkan kode etik dan pedoman Perilaku Hakim.

Pernikahan dalam Islam adalah sesuatu hal yang sangat sakral dan apabila
hubungan tidak dapat dilanjutkan maka harus diselesaikan secara baik-baik
hukum islam yang berlaku. Perceraian memang tidak dilarang oleh peraturan dan
Perundang undangan di Republik Indonesia, namun Allah SWT membenci
sebuah Perceraian. Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah
persaudaraan di antara sesama muslim.[27] Oleh sebab itu semestinya gugatan
dalil-dalil oleh pengugat perceraian bilamana yang tidak termasuk dosa besar
dalam Islan dan tindakan Pidana di tolak oleh Hakim Pengadilan agama serta
diselesaiakn sendiri oleh pasangan suami istri tersebut. Permintaan cerai yang
diminta oleh istri kepada suaminya yaitu Khulu.

Pernikahan adalah salah satu sunnah Nabi Muhammad S.A.W. yang akanlah
kita mendapat pahala jika melakukannya. Perceraian sendiri adalah suatu hal
yang halal untuk dilakukan. Namun halnya, jikalau sepasang suami-istri
melakukan perceraian, alkisah mengatakan bahwa 'Arsy terguncang sebegitu

4
dahsyatnya. Oleh karena hal tersebut, Allah membenci perceraian, meski telah
dikatakan bahwa hal ini adalah halal

Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah


membenci sebuah perceraian. Sebelum perceraian kita mengenal istilah talak.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, dalam Pasal 117 menyatakan bahwa talak
adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah,
talak menurut hukum adalah ikrar suami yang diucapkan di depan sidang
pengadilan agama. Sedangkan apabila talak dilakukan atau diucapkan di luar
pengadilan, maka perceraian sah secara hukum agama saja, tetapi belum sah
secara hukum negara karena belum dilakukan di depan sidang pengadilan agama.

Cerai gugat atau khulu yaitu melawan suami dan hukumnya adalah haram,
karena hak untuk memutuskan sakral suci pemilik akad ialah suami, apabila
terputus oleh suami maka sang istri ber-status haram atau murtad dan seorang
suami dipaksa kafir, padahal hatinya sang suami tetap tenang dalam beriman, ia
tidak berdosa (QS. An-Nahl: 106).[30] Namun bilamana pemilik akad
menyatakan tidak maka gugatan pengugat ditolak oleh hakim ketua pengadilan
agama sebab gugatan yang tidak memiliki dasar.[31] Karena yang dimaksud
fasakh adalah pembatalan akad pernikahan, pengajuan pembatalan pernikahan
diperbolehkan diajukan dalam waktu 6 (enam) bulan dari berlangsungnya akad
pernikahan, jika lebih dari enam bulan masih hidup bersama suami istri maka
mengajukan pembatalan pernikahan tidak diperbolehkan lagi dianggap gugur
atau kedaluarsa. Pembatalan perkawinan, hal ini bukan dinamakan talak dengan
tulisal lain thalaq karena tidak memiliki hitungan quru seperti talak pada
umumnya yang menyebabkan putusnya hubungan suami istri. Namun fasakh ini
terjadi karena sebab putusnya hakim di pengadilan agama Islam,[32][33] bagian
ini terdiri dari alasan memutuskan (pertimbangan) yang biasanya dimulai dengan
kata "menimbang" dan dari dasar memutuskan maka apa yang diutarakan dalam

5
bagian 'duduk perkaranya' terdahulu yaitu keterangan tergugat dan keterangan
saksi-saksi berikut dalil-dalilnya, alat-alat bukti yang diajukan harus di timbang
semua secara seksama satu persatu, tidak boleh ada yang terlewatkan dari
pertimbangan, diterima atau ditolak.

B. Jenis- Jenis Perceraian

1) Cerai Hidup
Seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan
belum kawin lagi. Dalam hal ini tidak termasuk mereka yang mengaku cerai
walaupun belum/atau telah resmi secara hukum sebelum ada pengakuan dari
pemilik akad ialah suami, dan juga alasan dalih-dalih harus dapat dibuktikan
secara hukum negara ataupun hukum agama dan hukum adat dengan minimal
terbuktinya dengan 3 (tiga) barang bukti, dan keterangan para saksi-saksi dari
pihak suami dan dari pihak istri, tidak sah gugatan tersebut apabila saksi
hanya diadakan dari satu pihak saja contoh: dari suami begitupun sebaliknya,
para saksi wajib menyampaikan keterangan yang sebenarnya dan tidak
direkayasa serta kesaksian palsu, hal ini berdasarkan Penerapan Pasal 22 ayat
2 PP No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 76 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1989. Serta tidak
termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin,
misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena
sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain bak korban
intervensi campur tangan oknum dan penyekapan oleh oknum. Wanita yang
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.

6
2) Cerai mati
Perceraian yang diakibatkan salah satu pasangan telah meninggal dunia.
3) Cerai Gugat
Perceraian yang dilakukan karena kehendak Istri untuk melepaskan ikatan
perkawinan dalam Islam disebut Khulu. Karena takut tidak dapat hukum-
hukum Allah SWT yaitu taat kepada suami dengan adanya iwadh (tebusan)
yang diberikan kepada suami sebagai tebusan dirinya agar suami
mewnceraikannya dengan menggunakan lafaz khulu atau semakna dengan itu
dari suami. Adapun yang menjadi landasan Cerai Gugat adalah Al-Qur'an,
hadis Nabi Muhammad SAW dan ijma' ulama. Firman Allah SWT dalam Q.S.
al-Baqarah: 229. Adapun akibat dari Cerai Gugat:

Bagi istri yang meminta cerai kepada suaminya, melawan suami tanpa alasan
yang dibenarkan oleh tuntutan dari Allah SWT yang berhubungan dengan
perbuatan-perbuatan bagi tiap-tiap orang muslim yang dikenai kewajiban atau
perintah dan menjauhi larangan-larangan agama Islam (pribadi muslim yang sudah
dapat dikenai hukum) maka tidak dapat masuk surga karenamencium bau surga
saja tidak bisa.

Dengan adanya Cerai Gugat mantan Istri menguasai dirinya secara penuh,
segala urusan mantan istri berada ditangannya sendiri, sebab ia telah menyerahkan
sejumlah uang kepada suaminya guna untuk melepaskan dirinya itu, sejumlah
uang tersebut ditetapkan dan ditentukan oleh penerima sakral ialah suami. Cerai
Gugat berakibat jatuhnya talak ba'im shugra. Jadi Cerai Gugat mengurangi jumlah
talak tetapi suami tidak boleh rujuk kepada bekas istrinya, apabila suami ingin
kembali kepada Istrinya maka harus dengan akad nikah baru.

Akibat Cerai Gugat pada anak yang belum mumayyiz, mencari uang sendiri
berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali ibunya telah meninggal dunia
maka kedudukannya digantikan. Sedangkan pada anak yang sudah mumayyiz, bisa

7
mencari uang sendiri anak memiliki hak khiyar (memilih) yakni memilih untuk
mendapat hak hadhanah ayah atau ibunya, sedangkan jenis- jenis perceraian
menurut Islam yakni;

1. Talak Raj’i

Talak raj’i yaitu perceraian di mana suami mengucapkan (melafazkan)


talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh rujuk kembali ke
isterinya ketika masih dalam iddah. Jika waktu iddah telah habis, maka suami
tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.

2. Talak Bain

Talak bain yaitu perceraian di mana suami mengucapkan talak tiga atau
melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk
kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya menikah dengan
lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya
dan telah habis iddah dengan suami barunya.

3. Talak Sunni

Talak sunni yaitu perceraian di mana suami mengucapkan cerai talak


kepada isterinya yang masih suci dan belum disetubuhinya ketika dalam
keadaan suci

4. Talak Bid’i

Talak bid’i yaitu Suami mengucapkan talak kepada isterinya ketika dalam
keadaan haid atau ketika suci tapi sudah disetubuhi (berhubungan intim).

8
5. Talak Taklik

Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya secara bersyarat dengan


sesuatu sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau
berlaku, maka terjadilah penceraian atau talak.

6. Cerai Gugat atau Gugat Cerai Oleh Istri

Yaitu perceraian yang dilakukan oleh istri kepada suami. Cerai model ini
dilakukan dengan cara mengajukan permintaan perceraian kepada Pengadilan
Agama. Dan perceraian tidak dapat terjadi sebelum Pengadilan Agama
memutuskan secara resmi.

C. Contoh Kasus Perceraian

Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Bojonegoro, jumlah total kasus


perceraian yang diputus di Pengadilan Agama Bojonegoro sepanjang tahun 2020
sebanyak 2.895 perkara. Jumlah tersebut didominasi kasus cerai istri gugat suami
(cerai gugat) yaitu sebanyak 1.987 perkara atau 68,64 persen, sementara cerai
suami talak istri (cerai talak) sebanyak 908 perkara atau 31,36 persen.

Adapun alasan istri menggugat cerai suami, 49 persen karena tidak ada
keharharmonisan, yang dipicu oleh beberapa hal, antara lain karena wanita tidak
diberikan hak-haknya, tidak diperlakukan dengan baik dan sopan serta romantis.
Selain itu juga karena faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik
kekerasan fisik maupun kekerasan verbal.

9
Alasan lain istri menggugat cerai suami karena faktor ekonomi atau karena
suami tidak memberikan nafkah lahir kepada istri, yang jumlahnya sebesar 31
persen. Sedangkan sisanya sebesar 18 persen karena adanya pihak ketiga atau
adanya perselingkuhan. Hal tersebut disampaikan Panitera Pengadilan Agama
Bojonegoro, Drs H Sholokhin Jamik SH MH, kepada awak media ini Kamis
(07/01/2021).

Menurut Sholikhin Jamik, bahwa pemicu tingginya angka perceraian di


Kabupaten Bojonegoro tersebut disebabkan karena faktor ekonomi dan sumber
daya manusia, khususnya rendahnya tingkat pendidikan pasangan suami istri,
serta faktor mental atau psikologi pasangan suami istri yang tidak mampu
menghadapi masalah rumah tangga.

"Penyebab terjadinya perceraian yang pertama faktor ekonomi dan


rendahnya tingkat pendidikan merupakan akar permasalahan atau penyebab
utama terjadinya perceraian. Kemudian faktor mental atau psikologis pasangan
suami istri yang belum siap menghadapi masalah dalam rumah tangga," kata Drs
H Sholokhin Jamik SH MH, Kamis (07/01/2021). Sholikhin Jamik
mengungkapkan bahwa jumlah cerai gugat lebih banyak jika dibanding cerai
talak. Menurutnya, hal tersebut kebanyakan dikarenakan suami yang tidak
bertanggung-jawab. Menurutnya, banyak suami yang tidak dapat memenuhi
nafkah lahir kepada istrinya. Selain itu, saat ini banyak wanita yang mulai sadar
hukum, sehingga akan menuntut haknya kepada suami. "Karena banyak laki-laki
yang tidak bertanggung jawab. Minta nafkah batin tapi nafkah lahir tidak
dipenuhi. Selain itu para wanita sudah mulai sadar hukum untuk menuntut
haknya. Bila di zalimi suami, istri langsung gugat cerai." kata Sholikhin Jamik.

Sedangkan alasan suami menceraikan istrinya (cerai talak), kebanyakan juga


disebabkan karena faktor ekonomi."Yang banyak Istri menuntut nafkah lahir

10
melebihi kemampuan suami. Karena suami tidak mampu menuruti kemauan istri
dalam hal materi sehingga suami menceraiakn istrinya," kata Sholikhin Jamik.

Untuk diketahui, jumlah total kasus perceraian yang ditangani Pengadilan


Agama Bojonegoro Tahun 2020 sebanyak 2.962 perkara, terdiri dari sisa perkara
tahun 2019 sebanyak 69 perkara (cerai gugat 44 perkara dan cerai talak 25
perkara), ditambah permohonan cerai tahun 2020 sebanyak 2.893 perkara (cerai
gugat 910 perkara dan cerai talak 1.983 perkara).

Kemudian perkara yang diputus tahun 2020 sebanyak sebanyak 2.895


perkara (cerai gugat 1.987 perkaracerai talak 908 perkara), sehingga sisa perkara
yang belum diputus atau sisa perkara pada akhir tahun 2020 sebanyak 67 perkara
(cerai gugat 30 perkara dan cerai talak 37 perkara). Sementara, jumlah
permohonan cerai pada tahun 2020 yaitu sebanyak 2.893 perkara (cerai gugat
910 perkara dan cerai talak 1.983 perkara) jika dibandingkan dengan tahun 2019
sebanyak 2.872 perkara (cerai gugat 956 perkara dan cerai talak 1.916 perkara),
terdapat kenaikan sebanyak 21 perkara, atau naik 0,73 persen.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perceraian dalam istilah Ahli Fiqih disebut talak atau Furqah. Talak berarti
membuka ikatan atau membatalakan perjanjian, Furqah berarti bercerai, yang
merupakan lawan dari berkumpul. Kemudian kedua dari perikatan ini dijadikan
istilah oleh para Ahli Fiqih yang berarti perceraian antara suami istri.

Perceraian adalah kebalikan dari pernikahan dan berakhirnya suatu


perkawinan. Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri oleh
suami atau hakim yang mencerai, keputusan hakim tersebut dengan memjalankan
prosedur proses alur persidangan berawal dari tahapan Majelis Hakim
Pembacaan gugatan, Jawaban tergugat, Pembuktian dari penggugat dan tergugat
hingga putusan hakim sampai Mahkamah Syar'iy (MS) memberikan dokumen
keputusan perceraian, seperti disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam
menjalankan obligasi peran masing-masing.

Jenis- jenis perceraian yakni;

1. Cerai hidup
2. Cerai mati
3. Cerai gugat,

Sedangkan menurut agama Islam cerai ada 6 jenis yakni;

1. Tlak raj’i
2. Talak sunni
3. Talak ba’in

12
4. Talak bid’in
5. Talak Taklik
6. Cerai gugat.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, apabila ada kekurangan maupun


kesalahan kami mohon maaf sebanyak- banyaknya, dan juga kami sangat
berharap kepada teman- teman semua apabila ada kritik maupun saran yang
membangun untuk makalah kami, maka kami persilahkan, karena penyusun
makalah pun masih belajar bagaimana cara menyusun makalah dan merangkai
materi dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Santo. Contoh kasus perceraian. https://beritabojonegoro.com/read/21248-


kasus-perceraian. bojonegoro. 2020

Raharji, Nur. Pengertian Perceraian. https://an-nur.ac.id/pengertian-dasar-hukum-


alasan-akibat-hukum-perceraian. Jakarta. 2022

14

Anda mungkin juga menyukai