PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
MONISA FITRIA
180102010226
(082252226990)
FAKULTAS SYARIAH
BANJARMASIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Sejak dilahirkan ke dunia manusia telah dikaruniai sebuah naluri untuk
senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain. Dalam menjalani
pergaulan sehari-hari manusia tidak terlepas dari adanya saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Hal itu tidak terlepas dari
kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Tuhan telah menciptakan segala
sesuatunya saling berpasangan, termasuk manusia. Tuhan menciptakan
manusia ada laki-laki dan perempuan. Sebagaimana yang terdapat dalam
Firman Allah Surah Hujuran ayat 13.
1
Qur‟an Kemenag
Pernikahan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi
antara hak dan kewajiban seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
bukan mahram. Pernikahan pada hakikatnya ialah ikatan lahir batin antara
laki-laki dengan perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan
bahagia.
Ketika suami dan isteri tidak dapat melanjutkan perkawinan, dalam arti
lain adanya ketidakcocokan pandangan hidup serta percekcokan rumah
tangga yang memang sudah tidak dapat didamaikan lagi maka Islam sebagai
2
Kompilasi Hukum ISlam (KHI). hlm.78
agama yang toleran memberi jalan keluar yang dalam istilah fiqih disebut
thalaq (perceraian). Meskipun perceraian itu sangat dibenci oleh Allah SWT
namun Islam membolehkan suami isteri bercerai dengan alasan-alasan yang
telah ditentukan.3
3
Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia. hlm.190.
4
Syarifuddin. hlm.189.
5
Kompilasi Hukum Islam (KHI).hlm.89.
6
Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia. hlm.197.
termasuk dalam kategori cerai gugat. 7Menurut Kompilasi Hukum Islam
Pasal 132 ayat 1 cerai gugat adalah gugatan perceraaian yang diajuka oleh
isteri atau kuasanya pada Pengadilan agama, yang daerah hukumnya
mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali isteri meninggalkan tempat
kediaman tanpa izin suami.8
3. Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan ialah dimana putusnya perkawinan atas
kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah diketahuinya baik dari suami
ataupun isteri yang menandakan bahwa hubungan perkawinan itu tidak
dapat dilanjutkan lagi, ini disebut dengan fasakh.9
Melihat dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa perceraian terjadi
tidak hanya karena kemauan suami (cerai talak) saja, tetapi juga bisa terjadi
karena permintaan isteri (cerai gugat). Hukum Islam memberikan jalan
kepada isteri yang menghendaki perceraian dengan mengajukan khulu‟
sebaimana hukum Islam memberikan jalan kepada suami untuk menceraikan
isterinya dengan baik. Khulu‟ merupakan salah satu bentuk dari putusnya
perkawinan, tetapi berbeda dengan bentuk lain dari putusnya perkawinan itu,
dalam khulu‟ sendiri terdapat uang tebusan atau ganti rugi atau iwadh kepada
suaminya untuk menebus dirinya supaya terlepas dari ikatan perkawinan.10
Iwadh yang dibayarkan isteri kepada suami dalam khulu‟ dapat berupa
apapun yang memenuhi untuk terpenuhinya maskawin, namun biasanya
berupa sejumlah harta. Dalam hal ini dapat berupa pengembalian maskawin
yang pernah Ia terima dari suaminya, baik seluruhnya maupun sebagian.
Wujud iwadh sendiri tergantung pada persetujuan suami dan isteri dan
tergantung pada kesediaan suami menerima atau tidak iwadh tersebut. Karena
tanpa persetujuan tidak akan terjadi khulu‟. Sebagaimana yang terdapat dalam
Hadis riwayat Imam Bukhari:
7
Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia. hlm.233-237.
8
Kompilasi Hukum ISlam (KHI). hlm.40.
9
Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia. hlm.197.
10
Ghozali, Fiqh munakahat. hlm.220.
“ Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, sesungguhnya isteri Tsabit bin Qais
datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah,
Tsabit bin Qais tidak aku cela dalam akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak
menyukai kekufuran dalam Islam.” Rasulullah SAW bersabda: “Apakah
engkau mengembalikan kebunnya kepadanya.” Dia berkata: “ Ya.”
Rasulullah Bersabda kepada Tsabit Ibnu Qais: “Terimalah kebun itu dan
talaklah dia dengan talak satu.”11
Para Ulama berbeda pendapat tentang iwadh pada khulu‟ ini. Mayoritas
ulama meletakan iwadh itu sebagai rukun yang tidak boleh ditinggalkan
sebagai syarat sahnya khulu‟. Pendapat lain pada suatu riwayat dari Ahmad
dan Imam Malik mengatakan bahwa boleh terjadi khulu‟ tanpa adanya iwadh.
Alasannya ialah khulu‟ merupakan salah satu dari putusnya perkawinan oleh
karena itu boleh tanpa iwadh seperti yang berlaku pada talak. Kemudian
untuk hal-hal yang berkenaan dengan iwadh itu menjadi perbincangan
dikalangan ulama, mereka sepakat tentang iwadh itu dalam bentuk sesuatu
11
Ghozali. hlm.221-222.
12
Qur’an Kemenag.
yang berharga dan dapat dinilai sepert yang dimaksud dalam hadis Nabi
tentang isteri Tsabit, mengenai nilainya mereka berbeda pendapat.13
Artinya: tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya. tulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
Itulah orang-orang yang zalim.15
Jika dalam hukum fikih Islam nominal iwadh tidak disebutkan, lain hal
dengan di Indonesi. Di Indonesia sendiri uniknya besaran nominal iwadh
sudah ditentukan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Agama
13
Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia. hlm.235-236.
14
Syarifuddin. hlm.235-236.
15
Qur’an Kemenag.
Republik Indonesia Nomor 411 Tahun 2000 Tentang Penetapan Jumlah Uang
Iwadh Dalam Rangkaian Sighat Taklik Talak Bagi Umat Islam, yang
berbunyi:
1. Menetapkan jumlah uang iwadh dalam dalam rangka taklik talak, sebesar
Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
2. Dengan berlakunya keputusan ini ketentuan jumlah uang iwadh
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun
1975 yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 8
Tahun 1984 dinyatakan tidak berlaku.
3. Ketentuan lain sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Agama
Nomor 8 Tahun 1984 tetap berlaku sebagaimana mestinya.
4. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 16
16
Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000 Tentang Penetpan Jumlah Uang
Iwad Dalam Rangkaian Sighat Taklik Talak Bagi Umat Islam.
411 Tahun 2000 yang menetapkan jumlah uang iwadh dalam dalam rangka
taklik talak, sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah).17
Masih pada Pengadilan yang sama dan jenis perkara yang sama,
Putusan Pengadilan Agama Banjarbaru Nomor 393/Pdt.G/2014.PA.Bjb
menjatuhkan talak satu khuli Tergugat terhadap Penggugat dengan iwadh Rp.
10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Padahal pasangan ini menikah pada tanggal 17
Agustus 1994 sebelum lahirnya Keputusan Menteri Agama Nomor 411
Tahun 2000 tersebut. Petimbangan hukum hakim dalam memutuskan jumlah
iwadh Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) ini adalah menurut hakim besaran
iwadh Rp.1.000,- (seribu rupiah) sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan
yang ada.18
17
Direktori Putusan : nomor perkara 338/Pdt.G/2019/PA.Bjb.
18
Direktori Putusan : nomor perkara 393/Pdt.G/2014.PA.Bjb.
19
Direktori Putusan : nomor perkara 243/Pdt.G/2010/PTA.Bdg.
rupiah. Maka dari itu sangat menarik jika saya teliti lebih dalam lagi
mengenai relevansi nominal uang iwadh menurut pandangan hakim
Pengadilan Agama Banjarbaru.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini nantinya lebih berfokus dan tidk melebar kemana-
mana, maka Penulis akan mempersempit dengan rumusan masalah. Dari
uraian latar belakang di atas maka dirumuskanpokok permasalahan yang akan
di teliti, yaitu :
C. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
dari penelitan ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah
wawasan dan informasi sebagai acuan untuk akademis dan arahan
untuk penelitian selanjutnya dengan tema permaasalahan yang
terkait, sehingga penelitian ini nantinya dapat dijadikan referensi
untuk penelitian tersebut.
b. Hadirnya penelitian ini, semoga dapat menjadiakan sebagai
tambahan ilmu dan menjadi bahan pengetahuan mengenai
bagaimana implementasi dan relevansi dari Keputusan Menteri
Agama Nomor 411 Tahun 2000 di Pengadilan Agama.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini kedepannya diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam rangka perkembangan peraturan mengenai
iwadh dari perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama yang ada di
Indonesia Khususnya Pengadilan Agama Banjarbaru.
20
Nur Tanjung dan Ardial, Pedoman penulisan karya ilmiah (proposal, skripsi dan tesis)
dan mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah.hlm.31
E. Definisi Operasional
Tujuan dari definisi operasional ialah untuk menghindari
kesalahfahaman mengenai persepsi judul dan permasalahan pada penelitian,
maka dari itulah penulis harus memberikan definisi dari beberapa kosa kata
yang perlu diperjelas, sebgai berikut :
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi adalah
21
penerapan, pelaksanaan. Implementasi ialah sebuah pelaksanaan, aksi
atau tindakan dari suatu hal. Dalam hal ini implementasi yang dimaksud
adalah pelaksanaan dari dari Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun
2000 dari Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000
2. Relevan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia relevan adalah kait-
22
mengait, bersangkut-paut, berguna secara langsung. Relevan juga
memiliki pengertian hal-hal yang berkaitan pada situasi atau kejadian saat
ini. Menurut Sukarno dan Tata Iryanto relevansi adalah kesesuaian
keberadaan sesuatu pada tempatnya atau yang diinginkan. Dalam hal ini
relevansi yang dimaksud adalah terkait dengan Keputusan Menteri Agama
Nomor 411 Tahun 2000 apakah masih sesuai jika digunakan pada zaman
sekarang.
4. Iwadh
Iwadh tidak dapat dipisahkan dengan khulu‟, meyoritas ulama
menempatkan iwadh sebagai rukum untuk keabsahan khulu‟. Iwadh menurut
Kamus besar Bahasa Indonesia adalah imbalan atau tebusan yang diberikan
21
Kamus Besar bahasa Indonesia (Offline).
22
Ibid.
isteri kepada suami untuk meminta khulu‟.23 Di Indonesia iwadh dikenal
dengan istilah gugat cerai kepada suaminya. Dalam gugatan tersebut isteri
harus membayar tebusan kepada suaminya agar terlepas dari ikatan
perkawinan melalui Pengadilan Agama.
F. Kajian Pustaka
1. Dalam skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, yang ditulis oleh
Eliya Rosyidah dengan penelitian yang berjudul Analisis Maslahah
Terhadap Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000 Tentang
Penetapan Jumlah Iwadh Dalam Rangkaian Sighat Taklik Talah Bagi
Umat Islam. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada objek
penelitian yakni Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000
Tentang Penetapan Jumlah Iwadh. Pada skripsi ini berfokus pada
maslahah dari penetapan iwadh tersebut. Sedangkan pada penelitian Saya
berfokus pada bagaimana implementasi dari Keputusan Menteri Agama
Nomor 411 Tahun 2000 di Pengadilan Agama.25
2. Pada skripsi IAIN Purwokerto, yang ditulis oleh Ani Ratna Sari dengan
penelitian yang berjudul Hukum Iwadh Yang Ditentukan Pemerintah
Menurut Pandangan Tokoh Agama Kabupaten Banyu Mas. Persamaan
dengan penelitian ini adalah pada pembahasan mengenai iwadh,
penelitian ini berfokus pada bagaimana pandangan tokoh agama
mengenai hukum iwadh yang ditentukan oleh pemerintah. Sedangkan
pada penelitian Saya berfokus pada pandangan hakim Pengadilan Agama
23
Ibid.
24
“http:pn-bandaaceh.go.id.” Diakses pada tanggal 13 Juni 2022 pukul 16.35
25
Rosyidah, “Analisis Maslahah Terhadap Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tanuh
2000 Tentang Jumlah Uang Iwadh Dalam Rangka Sighat Taklik Talak Bagi Umat Islam.”
mengenai pengimplementasian dan kerelevanan dari iwadh yang telah
ditentukan oleh pemerintah.26
3. Pada tesis Universitas Sumatera Utara, yang ditulis oleh Maswiwin
dengan jududl Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai
Menurut Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia No.248/K/AG/2011). Persamaan pada tesis ini terletak pada
pembahsan mengenai pemberian iwadh dalam gugat cerai, tesis ini
berfokus pada apa yang menjadi dasar hukum pembayaran iwadh
menurut fiqh Islam dan Kompilasi Hukum Islam dan akibat hukum yang
ditimbulkan dari pembayaran iwadh.27 Sedangkan pada penelitian saya
berfokus pada implementasi dan relevansi iwadh di Pengadilan Agama.
4. Skripsi Universitas Negeri Hidayatullah yang ditulis oleh Zulfikar
Awaludin Helmi dengan judul Implementasi Pembayaran Uang Iwadh
Di Pengadilan Agama Cibinong. Persamaan dengan skripsi ini adalah
mengenai pengimplementasian iwadh di Pengadilan, pada skripsi ini
lebih terfokus pada bagaimana penyaluran dari uang iwadh yang sudah
28
dibayarkan. Sedangkan pada penelitian Saya berfokus pada
implementasi dari Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000
Tentang Penetapan Jumlah Iwadh.
5. Pada skripsi Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang yang diteliri
oleh Muhammad Abduh dengan jdudl penelitian Implementasi Dan
Relevansi Iwad dari Pelanggaran Taklik Talak Di Pengadilan Agama
Banjarmasin. Persamaan yang terdapat pada skripsi ini adalah pokok
pembahasan mengenai implementasi dan relevansi iwadh, namun pada
skripsi ini berfokus pada penyaluran dari uang iwadh yang dibayarkan
dan pendapat hakim Pengadilan agama Banjarmasin mengenai relevansi
26
Sari, “Hukum Iwadh Yang Ditentukan Pemerintah Menurut Pandangan Tokoh Agama
Kabupaten Banyumas.”
27
Wiwin, “Analisis Yuridis Pemberian Iwadh Dalam Gugatan Cerai Menurut Hukum Islam
(Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.248/K/AG/2011).”
28
Helmi, “Implementasi Pembayaran Uang Iwadh Di Pengadilan Agama Cibinong.”
iwadh pada masa itu.29 Sedangkan pada penelitian Saya bertitik fokus
pada implementasi dari Keputusan Menteri Agama Nomor 411 Tahun
2000 Tentang Penetapan Jumlah Iwadh di Pengadilan Agama Banjarbaru
dan pendapat hakim Pengadilan Banjarbaru mengenai relevansi jumlah
iwadh pada masa sekarang.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembaca dalam
memahami gambaran menyeluruh dari penelitian ini, maka penulis akan
memberikan gambaran secara garis besarnya sebagai berikut :
29
Abduh, “Implementasi Dan Relevansi Iwad Dari Pelanggaran Taklik talak Di Pengadilan
Agama Banjarmasin.”
BAB V Penutup, bab yang juga merupakan bab terakhir ini berisikan
tentang keismpulan terkaian dengan pembahasan penelitian berdasarkan
analisis yang dilakukan, dan juga beisikan tentang saran-saran untuk
disampaikan pada peneliti selanjutnya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis pada penelitian ini adalah Pengadilan Agama
Banjarbaru. Pengadilan Agama banjarbaru adalah sebuah Pengadilan Agama
yang daerah yuridiksinya berada di wilayah kota administratif Banjarbaru.31
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dan atau objek dari mana data itu dapat
diperoleh, dan pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data, yaitu
sebagai berikut :
1. Sumber Data Primer
30
Muhaimin, Metod Penelitian Hukum.hlm.105
31
“http:pa-banjarbaru.go.id.” Diakses pada hari Senin, 13 Juni 2022 pada pukul 16.02.
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
pertama. Sumberdata primer dapat diartikan sebagai sumber data pokok
yang digunakan dalan penelitian empiris yang didapatkan secaara langsung
32
dari informan ketika penelitian di lapangan. Dalam hal ini adalah hasil
wawancara terhadap hakim Pengadilan Agama Banjarbaru.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang didapatkan dari buku-buku
atau dokumen tertulis. Dengan kata lain data sekunder ini merupakan data
pendukung dari data primer.33 Data sekunder yang digunakan penulis yaitu
buku-buku yang berkaitan mengenai iwadh seperti Kompilaasi Hukum
Islam, Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Keputusan
Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000, serta dokumentasi hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini ataupun berupa
jurnal dan lainnya.
1. Metode Wawancara
Wawancara merupakan penggalian informasi dan data dengan cara
bertanya langsung dengan informan. Metode ini diharapkan dapat
memperoleh jawaban secara langsung, jujur, dan benar serta keterangan
yang lengkap dari wawancara terkait dengan penelitian yang dilakukan,
sehingga penulis dapat memperoleh informaasi yang valid.34 Dalam hal
ini informan yang akan diwawancarai adalah hakim Pengadilan Agama
Banjarbaru terkait dengan Implementasi dan relevansi Keputusan
Menteri Agama Nomor 411 Tahun 2000.
32
Muhaimin, Metod Penelitian Hukum. hlm.89-90
33
Muhaimin.hlm.101
34
Muhaimin. hlm.95
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berupa
catatan, transkip, buku, agenda, putusan Pengadilan dan sebagainya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data mengenai
putusan dengan pembayaran iwadh oleh Pengadilan Agama Banjarbaru.
F. Metode Analisis
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisa kualitatif
yakni dengan mendeskripsikan dokumen atau berkas yang didapatkan dari
Pengadilan Agama Banjarbaru kemudian menghubungkannya dengan hasil
wawancara terhadap hakim dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri
Agama Nomor 411 Tahun 2000. dan mengenai pendapat hakim tentang
relevansinya pada masa sekarang. Sehingga memperoleh kesimpulan untuk
menjawab semua permasalahan.
35
Sunggono, Metodologi penelitian hukum. hlm.125-126