Anda di halaman 1dari 12

PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM

Falik Izza Khaidar Arzaq


a. Fakultas Agama Islam/ Program Studi Syari’ah, falikhaidar@gmail.com,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Meilan Arsanti, M. Pd.
b. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/ Program Studi Pendidikan dan Sastra
Indonesia, meilanarsanti@ac.id, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Abstrak

Perceraian memang tidak dilarang dalam Agama Islam, namun Allah membenci
sebuah perceraian. Bercerai adalah jalan terakhir Ketika terjadi permasalahan dan saat
semua cara telah dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga, namun tetap tidak
ada perubahan. Dalam Islam, perceraian termasuk hal yang tidak disukai Allah SWT.
Pada dasarnya, semua ajaran agama juga tidak melarang perceraian. Maka dianjurkan
bagi pasangan suami istri untuk dapat menjaga keutuhan, keharmonisan dalam rumah
tangga, dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dengan cara
damai, sehingga tidak sampai terjadi sesuatu perceraian. Faktor penyebab terjadinya
perceraian adalah faktor biologi, faktor psikologis, faktor moral, faktor ekonomi, dan
faktor sosiologis.

Kata Kunci: Pernikahan, Pengadilan Agama, Perceraian

Abstract

Divorce is not prohibited in Islam, but Allah hates divorce. Divorce is the last resort
when there are problems and when all means have been taken to maintain the
household, but nothing has changed.In Islam, divorce is something that Allah SWT
does not like. Basically, all religious teachings also do not prohibit divorce. So it is
recommended for married couples to be able to maintain integrity, harmony in the
household, and be able to resolve existing problems in a peaceful way, so that no
divorce are biological factors, moral factors, economic factors, and sociological factors.

Keywords: Marriage, Religious Court, Divorce.

PENDAHULUAN perceraian diberikan apabila tidak ada


Pernikahan adalah suatu hal yang jalan keluar lagi untuk menyelesaikan
sangat mulia, karena seorang laki-laki persoalan yang terjadi diantara suami
yang tidak ada hubungan darah kepada istri dalam sebuah rumah tangga mereka.
seorang wanita yang ia nikahi namun Hal ini dilakukan tentu saja setelah
terjadinya sebuah ikatan diantara melakukan berbagai pertimbangan yang
keduanya yang sangat luar biasa lahir matang dan sudah dilakukan upaya
batin dengan tujuan membangun damai oleh kedua belah pihak keluarga
keluarga (rumah tangga) yang bahagia suami istri. Ketentuan ini dijumpai
dan kekal sampai keduanya menghadap dalam fiqih-fiqih Imam Mazhab salah
Allah SWT. satunya adalah fiqih Mazhab Imam
Dengan kata lain pernikahan adalah Syafi’i. penjatuhan talak seperti ini
aqad yang bersifat luhur dan suci antara dianggap sah oleh masyarakat yang telah
laki-laki dan perempuan dan menjadi lama memegang pahaman Imam
sebab sahnya hubungan seksual dengan Mazhabnya.
tujuan mencapai keluarga yang Sakinah,
mawaddah, warohmah, bentuk keluarga Perceraian dan Gugatan Cerai: Suatu
seperti inilah yang menjadi harapan Tinjauan Umum
semua orang.Tujuan pernikahan adalah Perceraian dalam Islam bukan sebuah
membentuk keluarga yang bahagia dan larangan, namun sebagai pintu terakhir
kekal.Maka dari itu harus adanya rasa dari rumah tangga, Ketika sudah tidak
saling toleransi, saling melengkapi satu ada jalan keluar lagi. Bahkan, secara
sama lain yang senantiasa harus tercipta yuridis, perceraian telah diatur dalam
dalam bahtera rumah tangga. pasal 38 huruf b Undang-Undang No.1
Perceraian walaupun dibolehkan Tahun 1974 tentang perkawinan.
dalam hukum Islam akan tetapi Didalamnya dijelaskan bahwa putusnya
merupakan perbuatan yang sangat suatu perkawinan dapat terjadi karena
dibenci oleh Allah SWT. Solusi untuk adanya kematian, perceraian, dan
putusan pengadilan. Dalam Undang- menceraikan, maka akta cerai dapat
Undang tersebutu terlihat jelas bahwa dikeluarkan oleh pengadilan Agama.
putusnya perkawinan karena perceraian Gugatan cerai dalam Bahasa Arab
adalah berbeda halnya dengan putusnya disebut al-khulu. Kata al-khulu, berasal
perkawinan. dari kata ‘khu’u ats-ats-tsauwbi,
Sedangkan dalam pasal 39 undang- maknanya melepas pakaian. Lalu
undang perkawinan dijelaskan bahwa digunakan istilah untuk wanita yang
perceraian hanya dapat dilakukan meminta kepada suaminya untuk
didepan sidang pengadilan dan bukan melepas dirinya dari ikatan pernikahan.
dengan putusan pengadilan. Pasal ini Sedangkan menurut syari’at, para tokoh
dimaksudkan untuk mengatur tentang islam mengatakan dalam banyak
perkara talak pada peraturan pemerintah definisi, bahwasanya al-khulu ialah
No. 9 Tahun 1975 digunakan istilah terjadinya perpisahan ( perceraian )
cerai talak dan cerai gugat, hal ini antara keduanya dengan keridhoan
dimaksudkan agar dapat membedakan masing-masing kedua belah pihak dan
pengertian yang dimaksud oleh huruf c dengan pembayaran diserahkan istri
pada undang-undang tersebutu. kepada suaminya.
Dalam menjatuhkan talak seorang Adapun menurut Syaikh Al-Bassam,
suami harus mengajukan perkaranya ke al-khulu ialah perceraian suami istri
pengadilan dengan alasan-alasan yang dengan pembayaran yang diambil suami
menjadi sebab ingin menceraikan dari istrinya, atau selainnya dengan
istrinya. Undang-Undang No. 1 Tahun lafadz yang khusus. Sedangkan al-
1974 cenderung mempersulit terjadinya Hafizh Ibn Hajar menyatakan bahwa al-
suatu perceraian. Namun bila suatu khulu ialah seorang suami menceraikan
perkara tidak dapat diselesaikan dengan istrinya dengan penyerahan pembayaran
cara kekeluargaan oleh pihak-pihak ganti kepada suami. Hal ini dilarang,
yang berperkara, maka jalan terakhir kecuali jika keduanya atau salah satunya
yang diambil adalah dengan cara merasa khawatir tidak dapat
meminta bantuan kepada pengadilan melaksanakan apa yang diperintahkan
Agama dengan mengajukan Allah. Hal ini karena adanya
permohonan gugatan oleh si istri kepada ketidaksamaan dalam pergaulan rumah
suaminya. Bila pengadilan Agama sudah tangga.
memproses dan memutuskan untuk
Perceraian Berdasarkan Hukum sebagaiamana layaknya pasangan
Islam Pasal 116 J Undang-Undang suami-istri.
Perkawinan Perceraian berdasarkan pasal 114
Dalam istilah umum, perceraian KHI yaitu putusnya perkawinan yang
adalah putusnya hubungan pernikahan disebakan karena prceraian dapat terjadi
antara seorang pria dan wanita (suami- karena talak, atau berdasarkan gugatan
istri). Sedangkan dalam syariat Islam perceraian, namun lebih lanjut dalam
perceraian disebut dengan talaq, yang pasal 116 HKI dijelaskan beberapa
mengandung arti pelepasan atau alasan atau beberapa alasan-alasan
pembebasan (pelepasan suami terhadap perceraian yang akan diajukan kepada
istrinya). pengadilan untuk di proses dan di tindak
Dalam fikih Islam, perceraian atau lanjuti. Adapun alasan-alasan tersebut
talaq berarti “bercerai lawan dari adalah:
berkumpul”. Kemudian kata ini a. Salah satu pihak berbuat zina atau
dijadikan istilah oleh ahli fikih yang menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
berarti perceraian antara suami istri. sebagainya yang sukar disebunyikan.
Sedangkan para ulama memberikan b. Salah satu pihak meninggalkan
pengertian perceraian (talaq) sebagai pihak lain selama dua tahun berturut-
berikut: turut tanpa izin pihak lain dan tanpa
1. Abdur Rahman al-Jaziri alasan yang sah atau karena hal lain
Talak dalam pengertian ini adalah diluar kemampuannya.
hilangnya ikatan atau membatasi c. Salah satu pihak mendapat
geraknya dengan kata khusus. hukuman penjara selama lima tahun atau
2. Al- Hamdani hukuman yang lebih berat selama
Bercerai adalah lepasnya ikatan dan perkawinan berlangsung.
berakhirnya hubungan perkawinan. d. Salah satu pihak melakukan
Berdasarkan dari beberapa pengertian kekejaman atau penganiyayaan berat
diatas, dapat dipahami bahwa perceraian yang membahayakan pihak lain.
adalah putusnya ikatan perkawinan e. Salah satu pihak mendapatkan cacat
antara suami-istri dalam rangka badan atau penyakit dengan akibat tidak
membina rumah tangga yang utuh, kekal dapat menjalankan kewajiban suami-
dan abadi, sehingga antara keduanya istri.
tidak halal lagi untuk bergaul f. Suami melanggar ta’lik talak.
Dengan demikian dapat disimpulkan Senlanjutnya dalam pasal 20 Undang-
bahwa perceraian dengan jalan talak undang No. 7 Tahun 1975 tentang
adalah permohonan cerai yang diajukan pelaksanaan Undang-undang No. 7
oleh suami, sedangkan gugatan Tahun 1974 menyebutkan:
perceraian yang diajukan oleh pihak istri 1) Gugatan perceraian diajukan oleh suami
atau kuasanya kepada pengadilan atau istri atau kuasanya kepada
agama. pengadilan yang daerah hukumnya
Adapun sebab-sebab perceraian adalah meliputi tempat kediaman tergugat.
sebagaimana yang diterangkan dalam 2) Dalam hal tempat kediaman tergugat
hukum positif dimana terdapat beberapa tidak jelas atau tidak diketahui atau tidak
sebab atau alasan yang dapat mempunyai tempat kediaman yang tetap
menimbulkan perceraian, sebagaimana gugatan perceraian diajukan kepada
ditegaskan dalam peraturan pemerintah pengadilan ditempat kediaman
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun penggugat.
1975 tentang pelaksanaan Undang- 3) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang luar negeri gugatan perceraian diajukan
perkawinan pasal 19. kepada pengadilan ditempat kediaman
tergugat. Ketua pengadilan
Peraturan-Peraturan Lain Tentang menyampaikan permohonan tersebut
Perceraian kepada tergugat melalui perwakilan
Dalam peraturan pemerintah Nomor 9 Republik Indonesia setempat.
Tahun 1975 disebutkan bagaimana tata Pasal diatas merupakan tata cara
cara perceraian yang dilegalkan oleh pengajuan gugatan perceraian yang
negara. Dijelaskan bahwa seorang suami dilakukan istri atau kuasanya kepada
yang telah melangsungkan perkawinan Pengadilan Agama, dalam pengajuan
menurut hukum islam, yang akan cerai (talak) sebgaimana telah dijelaskan
menceraikan istrinya mengajukan surat dalam pasal 67 Undang-Undang Nomor
kepada pengadilan ditempat 7 Tahun 1989 adalah:
kediamannya yang berisi pemberitahuan 1. Nama, umur dan tempat kediaman
bahwadibaermajsud menceraikan pemohon yaitu suami dan termohon
istrinya disertai alasan-alasan serta yaitu istri.
meminta kepada pengadilan agar 2. Alasan-alasan yang terjadi dasar cerai
diadakan sidang untuk keperluan itu. talak.
Cara mengajukan permohonan cerai perceraian wanita yang banyak
talak pada pasal diatas berlaku pula bagi dirugikan, karena itulah diantisipasi
istri apabila mengajukan gugatan dengan dibukanya komulasi
perceraian. (penggabungan) gugatan harta bersama
Pada pasal 86 ayat (1) tentang dengan gugatan perceraian atau gugat
penyebab lamanya perkara prceraian balik tersebut.
(kendala peraturan perundang-
undangan). Perkara perceraian memang Dasar Hukum Perceraian
ada yang menyelesaikannya bertahun- Ada beberapa dalil yang dapat
tahun, tetapi ini bukan disebabkan digunakan sebagai dasar hukum Talak
karena buruknya kinerja hakim dalam (perceraian) diantaranya:
menangani kasus perceraian, tetapi lebih a. Dasar Al-Qur’an , meliputi:
karena aturan pasal 86 ayat (1) Undang- 1. Dalam surat Al-Baqarah ayat
Undang No. 7 Tahun 1989 sebagaimana 227
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Artinya: “Dan jika mereka
Tahun 2003 Tentang Peradilan Agama, ber’azam (bertetap hati untuk)
dalam pasal 86 ayat (1) terseut membuka Talak, maka sesungguhnya Allah
kemungkinan untuk mengajukan Maha Mendengar lagi Maha
gugatan harta bersama yang Mengetahui.” (Q.S. Al-
diakumulasikan dengan perkara gugatan Baqarah:227).
perceraian atau menggunakan gugat 2. Dalam surat Al-Baqarah ayat
balik (reconventie),biasanya para pihak 229
memanfaatkan upaya hukum banding Artinya: “Talak (yang dapat
atau kasasi bahkan peninjauan kembali dirujuki) dua kali. Setelah itu
adalah yang menyangkut harta bersama. boleh rujuk lagi dengan cara
Pada prinsipnya pembuat Undang- yang ma’ruf atau menceraikan
Undang memang bermaksud untuk dengan cara yang baik. Tidak
memelihara dan menjaga kepentingan halal bagi kamu mengambil
wanita dengan adanya pasal tersebut, Kembali sesuatu yang telah
Karena bila wanita yang mengajukan kamu berikan kepada mereka,
gugat cerai atau sang suami memohon kecuali kalua keduanya khawatir
cerai talak, maka biasanya penguasa tidak akan dapat menjalankan
harta bersama yang lebih dominan hukum-hukum Allah. Jika kamu
adalah laki-laki. Artinya dalam khawatir bahwa keduanya
(suami istri) tidak dapat b. Dasar Hadis
menjalankan hukum-hukum Artinya: “Dari Ibnu Umar ra.
Allah, maka tidak ada dosa atas Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
keduanya tentang bayaran yang “Sesuatu perbuatan halal yang
diberikan oleh istri untuk paling dibenci oleh Allah Azza
menebus dirinya. Itulah hukum- Wajalla adalah talak (perceraian).”
hukum Allah, maka janganlah (HR. Abu Dawud).”
kamu melanggarnya. Barang
siapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah Macam dan Bentuk Perceraian

orang-orang yang zalim.” (Q.S. a. Macam-macam perceraian


Al-Baqarah: 229). Suatu perkawinan menjadi putus,
3. Dalam surut Al-Talaq ayat 1 karena bermacam-macam sebab.
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu Dalam pasal 38 Undang-Undang
menceraikan istri-istrimu maka Perkawinan menyatakan:
hendaklah kamu ceraikan Perkawianan dapat putus karena:
mereka pada waktu mereka 1. Kematian
dapat (menghadapi) iddahnya 2. Perceraian
(yang wajar) dan hitunglah 3. Atas keputusan pengadilan
waktu iddah itu serta Perceraian ditinjau dari segi
bertakwalah kepada Allah keadaan istri pada waktu talak itu
Tuhanmu. Janganlah kamu diucapkan oleh suami, ada dua
keluarkan mereka dari rumah macam yaitu:
mereka dan janganlah mereka 1. Talak sunni yaitu talak dimana
(diizinkan) keluar kecuali kalau suami pada saat menjatuhkan
mereka mengerjakan perbuatan talak kepada istrinya, istri tidak
keji yang terang. Itulah hukum- dalam keadaan haid dan dalam
hukum Allah. Maka masa itu belum pernah
sesungguhnya dia telah berbuat dicampuri oleh suaminya.
zalim terhadap dirinya sendiri. 2. Talak Bid’iy ialah talak dimana
Kamu tidak mengetahui suami menjatuhkan talak
barangkali Allah mengadakan kepada istrinya yang dalam
sesudah itu suatu hal yang keadaan istri sedang dalam
baru.” (Q.S. Al-Talaq: 1).
keadaan haid atau dalam masa Yaitu talak yang dijatuhkan
suci namu dalam waktu itu telah oleh suami kepada istrinya yang
dicampuri oleh suaminya. tidak dapat dirujuk kembali
Perceraian ditinjau dari segi jelas kecuali dengan perkawinan
tidaknya. Lafadz talak dibagi baru.
menjadi dua macam, yaitu: 3. Talak ba’in kubra
1. Talak Sarih, ialah talak yang Yaitu talak yang berakibat
diucapkan dengan lafadz yang hilangnya hak bekas suami
jelas maknanya tentang untuk merujuk atau dengan akad
perceraian. nikah baru baik dalam masa
2. Talak Kinayah, ialah talak yang iddah maupun sesudah masa
diucapkan dengan lafadz tidak iddah habis. Namun seorang
jelas atau dengan melalui suami yang mentalak bain
sindiran. istrinya boleh mengawini
Menurut Sayyid Sabiq bahwa istrinya Kembali jika memenuhi
talak itu terjadi dengan segala syarat-syarat yaitu:
sesuatu yang menunjukkan atas 1) Istri telah menikah dengan
putusnya hubungan suami istri baik laki-laki lain
lafadz maupun tulisan yang 2) Istri telah dicampuri oleh
ditujukan pada istri, dengan isyarat suaminya yang baru
bagi orang bisu atau dengan 3) Istri telah dicerai oleh
mengutus utusan. suaminya yang baru
Sedangkan perceraian yang 4) Telah habis masa iddahnya.
ditinjau dari segi akibat
menjatuhkan dibagi menjadi dua b. Bentuk-bentuk perceraian
macam, yaitu: Ditinjau dari segi tata cara
1. Talak Raji’i beracara di pengadilan agama, maka
Yaitu talak yang suami bentuk perceraian dibedakan dua
memiliki hak untuk Kembali macam, yaitu:
kepada istrinya tanpa melalui 1. Cerai talak ialah putusnya
akad nikah baru, selama istrinya perkawinan dengan alasan
masih dalam masa iddah. tertentu dan dinyatakan
2. Talak ba’in sughra kehendaknya itu dengan ucapan
tertentu yang dikehendaki Tahun 1974 disebutkan bahwa
suami. perceraian terjadi karena alasan sebagai
2. Cerai gugat ialah putusnya berikut:
perkawinan dengan gugatan
a. Salah satu pihak berbuat zina atau
perceraian yang dilakukan oleh
menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
istri.
dan lain sebagainya yang sukar
disembuhkan.
Alasan-alasan Terjadinya Perceraian b. Salah satu pihak meninggalkan
pihak lain selama 2 tahun berturut-
Dalam Undang-undang perkawinan,
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa
untuk melakukan perceraian harus ada
alasan yang sah atau karena hal lain
cukup alasan, bahwa suami istri tidak
diluar kemampuan.
akan hidup rukun lagi sebagai suami
c. Salah satu pihak mendapat hukuman
istri. Adapun hal-hal yang dapat dipakai
penjara selama 5 tahun atau
sebagai gugatan perceraian, hal ini telah
hukuman yang lebih berat setelah
diatur dalam pasal 39 ayat 2 Undang-
menikah
undang No. 1 Tahun 1974 tentang
d. Salah satu pihak melakukan
perkawinan dan dipertegas dalam
kekejaman atau penganiyayaan yang
penjelasan pasal 19 PP No. 9 Tahun
berat yang membahayakan pihak
1975, yang pada dasarnya sebagai
yang lain.
berikut:
e. Salah satu pihak mendapat cacat
Undang-undang perkawinan No. 1 badan atau penyakit dengan akibat
Tahun 1974 pasal 39, yang menyatakan tidak dapat menjalankan
bahwa untuk melakukan perceraian kewajibannya sebagai suami atau
harus ada cukup alasan, bahwa antara istri.
suami istri itu tidak dapat hidup lagi f. Antara suami istri terus menerus
sebagai sepasang suami istri. terjadi perselisihan dan pertengkaran

Terhadap ketentuan yang terdapat dan tidak ada harapan akan hidup

didalam pasal diatas, khusunya ayat 2 rukun lagi dalam rumah tangganya.

Undang-undang perkawinan No. 1 Histalasi Presiden Nomor: 1 Tahun


Tahun 1974 serta pasal 19 PP No. 9 1991, tentang Komplikasi Hukum Islam
Tahun1975 tentang pelaksanaan menambah 2 point alasan disamping 6
Undang-undang perkawinan No. 1
alasan sebagaimana telah disebutkan Berdasarkan ketentuan yang ada
diatas. 2 point alasan tersebut ialah: bahwa hak asuh anak, ditentukan
atas keturunan yang sah sebagai
a. Suami melanggar taklik Talak
anak kandung. Sebagaimana pasal
b. Peralihan agama atau murtad yang
42 Undang-undang perkawinan,
menyebabkan terjadinya ketidak
“anak yang sah adalah anak yang
rukunan dalam rumah tangga.
dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah”. Sedangkan
Akibat Hukum Perceraian (Cerai anak yang dilahirkan diluar
Gugat) pernikahan, hanya mempunyai

Secara umum akibat hukum adanya hubungan pedate dengan ibunya dan

perceraian adalah: keluarga ibunya sesuai dengan pasal


43 ayat 1.
1. Harta benda dalam perkawinan
Pasal 156 KHI mengatur
Dalam pasal 35 Undang-undang No.
mengenai putusnya perkawinan
1 Tahun 1974 disebutkan bahwa:
sebagai akibat perceraian (cerai
a. Harta benda diperoleh selama
gugat). Hal ini diungkapkan sebagai
perkawinan harta menjadi harta
berikut:
bersama.
1. Anak yang belum mumayyiz
b. Harta bawaan dari masing-
berhak mendapatkan hadanah
masing suami-istri dan harta
ibunya, kecuali ibunya telah
benda yang diperoleh masing-
meninggal dunia, maka
masing sebagaimana hadiah atau
kedudukannya diganti oleh:
warisan, adalah dibawah
a. Wanita-wanita dalam garis
penguasaan masing-masing
luru keatas dari ibunya.
sepanjang para pihak tidak
b. Ayah
menentukan lain.
c. Wanita-wanita dalam garis
Pada pasal 37 disebutkan, jika lurus dari ayahnya
perkawinan putus karena perceraian, d. Saudara perempuan dari
harta bersama diatur menurut anak yang bersangkutan.
hukumnya masing-masing. 2. Anak yang sudah mumayyiz
berhak memilih untuk
2. Kedudukan Anak
mendapatkan hadanah dari ayah
atau ibunya.
3. Apabila pemegang hadanah rangka membina rumah tangga
tidak dapat menjamin yang utuh, kekal dan abadi sehingga
keselamatan jasmani dan rohani antara keduanya tidak halal lagi
anak, meskipun biaya telah untuk bergaul sebagiaman layaknya
tercukupi, maka atas permintaan suami istri.
kerabat yang bersangkutan 2. Pernikahan adalah suatu perbuatan
pengadilan dapat memindahkan yang mulia. Maka tidak sepatutnya
hak hadanah kepada kerabat lain pernikahan itu dirusak oleh hal-hal
yang mempunyai hak hadanah sepele, setiap hal yang mengarah
pula. pada kerusakan rumah tangga
4. Semua biaya hadanah dan nafkah adalah hal yang dibenci oleh Allah
anak menjadi tanggung jawab SWT. Maka dianjurkan bagi kita
ayah menurut kemampuannya, semua umat Islam untuk dapat
sekurang-kurangnya sampai menjaga keharmonisan dan
anak tersebut dewasa dan dapat keutuhan dalam rumah tangga, dan
mengurus diri sendiri (21 tahun). dapat menyelesaikan permasalahan-
5. Bila terjadi perselisihan permasalahan yang ada dengan cara
mengenai hadanah dan nafkah berdamai, sehingga tidak akan
anak, pengadilan agama terjadi sebuah perceraian.
menangani keputusannya 3. Faktor penyebab perceraian adalah
berdasarkan Undang-undang faktor biologis, faktor psikologis,
Hak Asuh Anak. faktor moral, faktor ekonomi dan
6. Pengadilan dapat pula dengan faktor sosiologi.
cara mengikat kemampuan
ayahnya menetapkan jumlah
biaya untuk mengasuh dan PUSTAKA ACUAN

membiayai Pendidikan anak Azizah, L. (2012). Analisis Perceraian


yang tidak turut padanya. dalam Kompilasi Hukum Islam. Al-
'Adalah, 10(2), 415-422.

PENUTUP Hamdani, Al-, Risalah Nikah, Jakarta:


Pustaka Amani, 1998.
1. Perceraian adalah putusnya ikatan
perkawinan antara suami istri dalam Nasution, M. A. (2018). Perceraian
Menurut Kompilasi Hukum Islam
(KHI) Dan Fiqh. Jurnal El- Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnnah Jilid II,
Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu Mesir: Dar al-Fikr, 1983.
Kesyariahan dan Pranata
Jaziri, Al-, Abdurrahman, al-fiqh ala
Sosial, 4(2), 157-170.
Madzahahibil Arba’ah, Jilid IV,
Mesir: Dar al-Fikr, 1989.

Anda mungkin juga menyukai