Anda di halaman 1dari 6

Prosedur Pengajuan Perkara

Tata Cara Pengajuan Perkara Tingkat Pertama


“PERKARA CERAI TALAK”
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Pemohon (Suami) atau Kuasanya adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan secara lisan atau tertulis kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah;
a. Pemohon dianjurkan untuk berkonsultansi kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah tentang
membuat surat permohonan ;

b. Surat permohonan dapat dirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum. Jika Termohon (Istri) t
menjawab surat permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut harus atas persetu
Termohon

2. Pemohonan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah :


a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon;
b. Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin Pemohon, m
permohonan harus diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar’iyah yang daerah hukumnya meli
tempat kediaman Pemohon;

c. Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan agama/mahka
syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon

d. Bila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kep
pengadilan agama/mahkamah syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkan
perkawinan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat;

3. Permohonan tersebut memuat :


a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon;
b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);
c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita);
4. Permohonan soal penguasan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama dapat diajukan bersama-s
dengan permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak diucapkan;

5. Membayar biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo);
“PERKARA CERAI GUGAT”
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Penggugat (Istri) atau Kuasanya adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan gugatan secara lisan atau tertulis kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah;

a. Penggugat dianjurkan untuk berkonsultansi kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah tentang


membuat surat gugatan;

b. Surat gugatan dapat diubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum. Jika Tergugat (Suami) t
menjawab surat gugatan ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut harus atas persetujuan Terguga

2. Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah :


a. Bila Penggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin Tergugat, m
gugatan diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar’iah yang daerah hukumnya meliputi tem
kediaman Tergugat;

b. Bila Penggugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengad
agama/mahkamah syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman TergugatBila Pengg
bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar’
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat;

c. Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan agama/mahka
syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon

d. Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengad
agama/mahkamah syar’iah yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan dilangsungkan atau kep
Pengadilan Agama Jakarta Pusat;

3. Gugatan tersebut memuat :


a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Penggugat dan Tergugat;
b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);
c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita);
4. Gugatan soal penguasan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama dapat diajukan bersama-sama deng
gugatan perceraian atau sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap;
5. Membayar biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo);
“PERKARA GUGATAN LAINNYA”
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Penggugat adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan gugatan secara lisan atau tertulis kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah;
2. Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah :
a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat;
b. Bila tempat kediaman tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan kepada pengadilan agama/mahka
syar’iah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat;

c. Bila mengenai benda tetap, maka gugatan dapat diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar’iah y
daerah hukumnya meliputi tempat letak benda tersebut. Bila benda tetap tersebut terletak dalam wila
beberapa pengadilan agama/mahkamah syar’iah, maka gugatan dapat diajukan kepada salah satu pengad
agama/mahkamah syar’iah yang dipilih oleh Penggugat;

d. Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengad
agama/mahkamah syar’iah yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan dilangsungkan atau kep
Pengadilan Agama Jakarta Pusat;

3. Membayar biaya perkara, bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo);
Tata Cara Pengajuan Perkara Tingkat Banding
1. Bagi pihak yang merasa tidak puas terhadap putusan Pengadilan Agama dapat mengajukan permoho
banding ke Pengadilan Tinggi Agama melalui Panitera Pengadilan Agama yang memutuskan perkara;

2. Batas waktu pengajuan banding tersebut adalah 14 ( empat belas) hari setelah putusan Pengadilan Ag
diumumkan atau diberitahukan secara sah pada pihak yang tidak hadir ketika putusan itu diucapkan;

3. Terhadap permohonan banding yang diajukan melewati waktu 14 ( empat belas) hari Panitera wajib
menerima dan mencatatnya dan tidak diperkenankan kepadanya untuk menolak permohonan banding
dengan alasan waktu banding itu telah lewat;

4. Sebelum permohonan banding dicatat, pemohon banding harus sudah melunasi panjar biaya banding y
dibuktikannya dengan SKUM yang dibuat oleh kasir. Tidak diperkenankan pembayaran banding ini den
sistim cicilan;

5. Terhadap permohonan banding yang miskin ( Prodeo) Pengadilan Agama terlebih dahulu memer
kemiskinan orang tersebut dan selanjutnya berita acara pemeriksaan perkara prodeo dan berkas bende
dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama untuk diperiksa dan diputus tentang prodeonya, Jika pada hari dan tan
yang ditentukan, Pemohon banding secara prodeo tidak datang menghadap dipersidangan Pengadilan Aga
maka Hakim Pengadilan Agama tetap melakukan sidang pemeriksaan prodeo, kemudian berita a
persidangan tersebut bersama bendel A dan salinan putusan Pengadilan Agama serta surat keterangan mi
dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama, selanjutnya pengadilan Tinggi Agama maembuat penetapan ten
gugurnya beracara tingkat banding secara prodeo;

6. Selanjutnya apabila Pengadilan Tinggi Agama telah selesai memeriksanya, membuat penetapan y
mengabulkan atau menolak prodeonya. Sekiranya prodeo ditolak maka pemohon banding diwajib
membayar ongkos perkara, sebaliknya apabila dikabulkan maka diproses secara prodeo;

7. Permohonan banding yang telah memenuhi syarat administrasi harus pula dibuatkan akta permohonan band
dalam hal permohonan banding sudah melewati batas waktu yang ditentukan oleh undang – undang , Pan
harus membuat surat keterangan;

8. Dalam waktu 7 ( tujuh ) hari setelah permohonan banding diterima kepada pihak lawan harus diberitahu
adanya permohonan banding itu yang dinyatakan dengan akta permohonan banding, dalam hal diterima mem
banding / kontra memori banding harus dicatat tanggal penerimaannya dan selanjutnya salinan / copy
disampaikan kepada pihak lawannya yang dinyatakan dengan akta pemberitahuan memori/ kontra mem
banding;

9. Sebelum berkas banding dikirim ke Pengadilan Agama, kepada kedua belah pihak diberikan kesempatan u
membaca / mempelajari / memeriksa ( inzage) berkas perkara dan kejadian itu dituangkan pula dalam
membaca / mempelajari / memeriksa berkas perkara;

10. Dalam waktu 1 ( satu) bulan sejak permohonan banding diterima, berkas perkara bandingnya harus su
dikirim di Pengadilan Tinggi Agama;

11. Biaya pemeriksaan perkara banding Pengadilan Tinggi Agama harus disampaikan melalui Bank Pemeri
atau Giro Pos bersamaan dengan pengiriman berkas perkara banding yang dikirim ke Pengadilan Tinggi Ag
dijilid / disusun dengan bendel A dan bendel B;

12. Setelah berkas perkara banding didaftar dan diberi nomor perkara oleh pemegang kas pada hari itu juga be
tersebut diteruskan pada Meja II (dua);

13. Bagi perkara banding yang diajukan cuma cuma atau prodeo maka berkas perkara tersebut langsung diterus
pada Meja II (dua) tanpa melalui pemegang kas dan tidak diberi nomer perkara dulu kecuali apabila sudah
penetapan Majelis / Hakim Pengadilan Tinggi Agama bahwa perkara tersebut dapat dikabulkan untuk bera
dengan cuma cuma (prodeo);

14. Setelah berkas perkara tersebut lengkap dan diregister, selambat lambatnya dalam waktu 7 (tujuh)
sesudahnya, Wakil Panitera melalui Panitera menyampaikan berkas perkara banding tersebut kepada K
Pengadilan Tinggi Agama untuk ditetapkan Majelis / Hakim serta Panitera Pengganti yang akan menyidang
penyelesaian perkara banding;

15. Setelah perkara diputus maka salinan putusan dan bendel A dikirim kembali ke Pengadilan Agama y
mengajukan permohonan banding, untuk diberitahukan kepada para pihak;
Tata Cara Pengajuan Perkara Tingkat Kasasi
1. Mengajukan permohonan kasasi secara tertulis atau lisan melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah y
memutus perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah penetapan/putusan Pengadilan Ti
Agama/Mahkamah Syar’iyah Provinsi diberitahukan kepada Pemohon (Pasal 46 ayat (1) Undang Undang
14 tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004);

2. Membayar biaya kasasi (Pasal 46 ayat (3) Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang telah diubah den
Undang Undang No. 5 tahun 2004);

3. Panitera pengadilan tingkat pertama memberitahukan secara tertulis kepada pihak lawan, selambat-lambatn
hari setelah permohonan kasasi terdaftar.;

4. Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari set
permohonannya didaftar (Pasal 47 ayat (1) Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang telah diubah den
Undang Undang No. 5 tahun 2004);

5. Panitera pengadilan tingkat pertama memberitahukan dan menyampaikan salinan memori kasasi kepada p
lawan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya memori kasasi (Pasal 47 aya
Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004);

6. Pihak lawan dapat mengajukan surat jawaban terhadap memori kasasi kepada Mahkamah Agung selam
lambatnya dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi (P
47 ayat (3) Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004

7. Panitera pengadilan tingkat pertama mengirimkan berkas kasasi kepada Mahkamah Agung selambat-lamba
dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya memori kasasi (Pasal 48 Undang Undang No
tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004);

8. Panitera Mahkamah Agung mengurumkan salinan putusan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar
untuk selanjutnyadisampaikan kepada para pihak;

9. Setelah putusan disampaikan kepada para pihak maka panitera :


– Untuk perkara cerai Talak :
Memberitahukan tentang penetapan hari sidang penyaksian ikrar talak dengan memanggil kedua b
pihak.

Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari
– Untuk perkara cerai Gugat :
Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari;
Tata Cara Pengajuan Perkara Tingkat Peninjauan Kembali
1. Mengajukan permohonan PK kepada Mahkamah Agung secara tertulis atau lisan melalui pengad
agama/Mahkamah syar’iah;

2. Pengajuan PK dalam tenggang waktu 180 hari sesudah penetapan/putusan pengadilan mempunyai keku
hukum tetap atau sejak diketemukan bukti adanya kebohongan/bukti baru, dan bila alasan Pemohon
berdasarkan bukti baru (Novum), maka bukti baru tersebut dinyatakan dibawah sumpah dan disyahkan
pejabat yang berwenang (Pasal 69 UU No. 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004)

3. Membayar biaya perkara PK (Pasal 70 UU No. 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan UU No. 45 Ta
2004, Pasal 89 dan 90 UU No. 7 Tahun 1984);

4. Panitera pengadilan tingkat pertama memberitahukan dan menyampaikan salinan memori PK kepada p
lawan dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari;

5. Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap memori PK dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh)
setelah tanggal diterimanya salinan permohonan PK;

6. Panitera pengadilan tingkat pertama mengirimkan berkas PK ke MA selambat-lambatnya dalam tenggang w


30 (tiga puluh) hari;

7. Panitera MA menyampaikan salinan putusan PK kepada pengadilan agama/Mahkamah syar’iyah;


8. Setelah putusan disampaikan kepada para pihak maka panitera :
– Untuk perkara cerai Talak :
Memberitahukan tentang penetapan hari sidang penyaksian ikrar talak dengan memanggil Pemohon
Termohon; Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh)

– Untuk perkara cerai Gugat :


Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari;

Anda mungkin juga menyukai