Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PERKARA

TINGKAT PERTAMA, BANDING, KASASI DAN PENINJAUAN


KEMBALI

Firda Nisa Syafithri


1173010057
Hukum Keluarga
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Email: firdanisasyafithri4@gmail.com

A. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara Tingkat Pertama


1. Pihak yang dapat mengajukan perkara adalah Warga Negara
Indonesia (WNI) yang beragama Islam dan atau salah satunya WNI
yang beragama Islam.
2. Perkara yang dapat diajukan adalah mengenai perkara-perkara
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan
ekonomi syariah.
3. mengajukan permohonan atau gugatan secara tertulis ke Pengadilan
Agama Bandung, bagi orang yang tidak dapat menulis boleh
mengajukan permohonan atau gugatan secara lisan.
4. Persyaratan mengajukan permohonan atau gugatan adalah dengan
mencantumkan Identitas lengkap
a. Nama dan atau Alias , 
b. NIK,
c. Tempat dan tanggal lahir,
d. Agama, Pendidikan,
e. Pekerjaan,
f. Kewarganegaraan,
g. Tempat kediaman (alamat)
h. dan Nomor Telp/HP.
i. Surat Gugatan ( 8 rangkap )
5. Permohonan atau gugatan diproses setelah pihak berperkara
membayar uang panjar (biaya perkara) dan mendaftarkan
perkaranya.
6. Surat permohonan atau gugatan (berserta softcopy di CD)
diserahkan ke layanan pendaftaran, secara langsung atau melalui
kuasa yang sah sebanyak jumlah pihak,  ditambah delapan rangkap
termasuk aslinya.
7. Petugas layanan pendaftaran menerima dan memeriksa kelengkapan
berkas.
8. Petugas layanan pendaftaran menaksir panjar biaya perkara dengan
acuan surat keputusan Ketua Pengadilan Agama Bandung tentang
panjar biaya perkara.
9. Pemohon/Penggugat menyetorkan biaya perkara melalui Bank.
10. Pemohon/Penggugat menyerahkan slip bank, petugas layanan
pendaftaran membuat SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) dalam
rangkap 4 (empat).
11. Petugas layanan pendaftaran mengembalikan berkas kepada
Pemohon/Penggugat untuk diteruskan kepada pemegang kas atau
kasir.
12. Pemohon/Penggugat membayar panjar biaya perkara yang tercantum
dalam SKUM ke Bank.
13. Pemegang kas (kasir) menyerahkan berkas perkara kepada
Pemohon/Penggugat dan membukukan-nya dalam Buku Jurnal
Keuangan Perkara.
14. Pemegang kas (kasir) membubuhkan cap tanda lunas d\an memberi
nomor pada SKUM.
15. Pemegang kas (kasir) menyerahkan berkas perkara kepada
Pemohon/Penggugat agar didaftarkan kepada petugas Layanan
Pendaftaran
16. Petugas Layanan Pendaftaran mencatat perkara tersebut dalam Buku
Register Induk Permohonan/Gugatan sesuai dengan nomor perkara
yang tercantum pada SKUM.
17. Petugas Pelayanan PEndaftaran menyerahkan satu rangkap surat
Permohonan/Gugatan yang telah terdaftar berikut SKUM berwarna
putih kepada Pemohon/ Penggugat
18. Biaya yang harus dibayar untuk mendaftarkan perkara ditingkat
pertama adalah:
Biaya Pendaftaran Rp. 30.000
Biaya Proses ATK   Rp. 50.000
Biaya PNBP   
A. Permohonan/Voluntair Rp. 30.000
B. Cerai Gugat Rp. 40.000
C. Cerai Talak Rp. 50.000
D. Perkara Selain Percerai RP. 50.000
E. Cerai Gugat/Talak Ghaib Rp. 248.000
F.  Gugatan Sederhana Rp. 50.000
G. Permohonan Keberatan Atas  
Putuasan Gugatan Sederhana Rp. 50.000
F.  Verzet, Derden Verzet Rp. 50.000
G. Konsinyasi Rp. 10.000
Biaya ATK E-Court    Rp. 75.000
Redaksi Rp. 10.000
Materai Rp. 6000
Kirim Surat Pemberitahuan Sisa Panjar Rp. 15. 000
19. Orang yang tidak mempunyai biaya dapat mengajukan perkara ke
Pengadilan dengan membawa surat keterangan miskin/tidak mampu
yang dikeluarkan Kepala Desa/Lurah dari Kelurahan Para Pihak dan
diketahui oleh Camat setempat atau Kartu
Raskin, Kartu Keluarga Miskin (KKM), Jamkesmas, PKH,
BLT,  KPS atau dokumen lainnya
20. Setelah perkara didaftarkan maka para pihak akan dipanggil untuk
mengikuti persidangan sampai dengan perkara itu diputus.
21. Setelah Permohonan/Gugatan diputus, maka para pihak dapat
mengambil putusan dalam waktu 14 hari (Kerja) setelah putusan
tersebut diucapkan.
22. Dalam perkara cerai gugat, akta cerai dapat diambil setelah putusan
berkekuatan hukum tetap.
23. Dalam perkara cerai talak, akta cerai dapat diambil setelah ikrar
talak diucapkan.
24. Untuk mengambil akta cerai dikenakan biaya PNBP sebesar Rp
10.000.- (lima ribu rupiah)
25. Setelah mengambil putusan dan akta cerai proses perkara selesai dan
apabila ada sisa biaya perkara Pemohon/Penggugat dapat mengambil
sisa panjar yang dibayarkan pada Kasir.1
B. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara Tingkat Banding
1. Pihak yang tidak puas terhadap putusan Pengadilan Agama dapat
mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi Agama.
2. Permohonan banding didaftarkan kepada petugas Meja I Pengadilan
Agama yang memutus perkara.
3. Peemohonan banding harus disampaikan secara tertulis atau lisan
kepada Pengadilan Agama dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari, terhitung mulai hari berikutnya dari hari pengucapan putusan,
atau setelah diberitahukan dalam hal putusan tersebut diucapkan
diluar hadir pihak.
4. Pemohon banding membayar biaya perkara banding (Pasal 7 UU
No. 20 Tahun 1947, Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989).
5. Permohonan banding tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari kerja harus telah diberitahukan kepada pihak lawan.
6. Pemohon banding dapat mengajukan memori banding dan
Termohon banding dapat mengajukan kontra memori banding (Pasal
11 ayat (3) UU No. 20 Tahun 1947).
7. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan
diberitahukan kepada pihak lawan, panitera memberi kesempatan
kepada kedua belah pihak untuk memeriksa berkas perkara (insage)

1
http://pa-bandung.go.id/layanan-hukum/prosedur-berperkara/berperkara-di-
tingkat-pertama-pengadilan-tinggi-agama diakses pada 20 Maret 2020 pukul
15.05
di kantor Pengadilan Agama  (Pasal 11 ayat (1) UU No. 20 Tahun
1947).
8. Selanjutnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterima perkara
banding, Pengadilan Agama mengirimkan berkas perkara banding
kepada Pengadilan Tinggi Agama oleh.
9. Apabila perkara banding tersebut telah diputus oleh Pengadilan
Tinggi Agama, maka salinan putusan banding tersebut dikirim oleh
Pengadilan Tinggi Agama ke Pengadilan Agama yang memeriksa
perkara pada tingkat pertama untuk disampaikan kepada para pihak.
10. Pengadilan Agama menyampaikan salinan putusan kepada para
pihak.
11. Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka :
a. Untuk perkara cerai talak :
- Ketua Majelis membuat Penetapan Hari Sidang penyaksian
ikrar talak, dan memerintahkan kepada Jurusita untuk
memanggil Pemohon dan Termohon guna pengucapan iktar
talak.
- Setelah pengucapan ikrar talak, maka Panitera menerbitkan
dan memberikan akta cerai kepada para pihak sebagai surat
bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
b.  Untuk perkara cerai gugat, Panitera menerbitkan dan memberikan
akta cerai kepada para pihak sebagai surat bukti cerai selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
12. Berkas perkara banding dicatat dan diberi nomor register oleh
Pengadilan Tinggi Agama.
13. Ketua Pengadilan Tinggi Agama membuat Penetapan Majelis Hakim
yang akan memeriksa berkas.
14. Panitera Pengadilan Tinggi Agama menetapkan Panitera Pengganti
yang akan membantu Majelis.
15. Panitera Pengganti menyerahkan berkas kepada Ketua Majelis.
16. Majelis Hakim Tinggi memutus perkara banding.
17. Salinan putusan dikirimkan kepada kedua belah pihak melalui
pengadilan tingkat pertama.2
C. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara Tingkat Kasasi
1. Pemohon kasasi atau wakilnya datang menghadap Pengadilan
Agama;
2. Panitera Pengadilan Agama memberitahukan dan menyampaikan
memori kasiasi kepada pihak lawan;
3. Panitera Pengadilan Agama mengirimkan berkas perkara kepada
Mahkamah Agung;
4. Mahkamah Agung menyampaikan salinan putusan kepada para
pihak melalui Pengadilan Agama, Setelah putusan memperoleh
kekuatan hukum tetap.
- Bila perkara cerai talak
Pengadilan menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak dan
memanggil kedua belah pihak untuk melepaskan ikrar
tersebut. Panitera memberikan akta cerai sebagai bukti
perceraian.
- Bila perkara cerai gugat
Panitera memberikan akta cerai sebagai bukti perceraian.
D. Prosedur Penyelenggaraan Administrasi Perkara PK
1. Pemohon PK atau wakilnya datang menghadap Ketua Pengadilan
Agama;
2. Panitera membuat akta PK serta memasukan kedalam buku register;
3. Panitera Pengadilan Agama memberitahukan dan menyampaikan
memori PK kepada pihak lawan;
4. Panitera Pengadilan Agama mengirim berkas perkara PK kepada
Mahkamah Agung;
5. Mahkamah Agung menyampaikan salinan putusan PK kepada para
pihak melalui Pengadilan Agama;

2
6. Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, proses
penyelesaian perkaranya seperti pada proses penyelesaian perkara
tingkat kasasi.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 3 Tahun
2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 Tahun 2009.
Buku II Edisi Revisi Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Peradilan Agama.

Anda mungkin juga menyukai