Anda di halaman 1dari 17

AHAPAN PROSES PERKARA

PENDAFTARAN PERKARA

PENGADILAN AGAMA KARAWANG

1. Pihak berperka datang ke Pengadilan Agama Karawang dengan membawa surat gugatan atau
permohonan :
   A. Surat Gugatan Beserta Persyaratan - Persyaratannya.
   B. Surat Permohonan Beserta Persyaratan - Persyaratanya.

1. Pihak berperkara menghadap petugas meja Pertama dan menyerahkan surat gugatan atau
permohonan, minimal 6 (enam rangkap beserta fotokopi Kutipan Akta Nikah yang telah ditempeli
materai dan cap pos dan fotokopi KTP (untuk perkara perceraian).
2. Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan
perkara yang diajukan menaksir panjar biaya perkara yang kemudia ditulis dalam Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM).
3. Pihak berperkara membayar Panjar Biaya Perkara ke Bank yang ditunjuk yang besarnya sesuai
dengan jumlah yang tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
4. Pemegang kas (kasir) menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan membubuhkan
nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
kemudian menyerahkan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dicap
lunas dan surat gugatan atau permohonan kepada pihak berperkara.

TAHAPAN PENANGANAN PERKARA DI PERSIDANGAN

 Perkara yang sudah didaftar di Pengadilan Agama oleh Penggugat/Pemohon selanjutnya tinggal
menunggu panggilan sidang dari Juru Sita/Juru Sita Pengganti
 Pemanggilan oleh Juru Sita/Juru Sita Pengganti kepada pihak Penggugat/Pemohon dan
Tergugat/Termohon dilakukan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang sudah sampai kepada yang
bersangkutan, dan langsung disampaikan kealamat Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon
seperti yang tersebut dalam surat gugatan/permohonan. Jika pada saat dipanggil para pihak tidak
ditemukan di alamatnya, maka panggilan disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah dimana para pihak
bertempat tinggal.
 Jika para pihak sudah dipanggil dan datang ke Pengadilan Agama segera mendaftarkan diri di piket
Meja Informasi yang tersedia, dan tinggal menunggu antrian sidang. Para pihak yang sedang,
menunggu giliran sidang diruangan khusus yang tersedia sambil menonton televisi.
  

TAHAPAN-TAHAPAN PENANGANAN PERKARA DI PERSIDANGAN

1. UPAYA PERDAMAIAN.

Pada perkara perceraian, seperti cerai gugat dan  cerai talak, hakim wajib mendamaian kedua belah
pihak  berperkara pada setiap kali persidang ( Pasal 56 ayat 2, 65, 82, 83 UU No 7 Tahun 1989.  Dan
selanjutnya jika kedua belah pihak hadir dipersidangan  dilanjutkan dengan mediasi  PERMA No 1
Tahun 2008.  Kedua belah pihak bebas memilih Hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama
Pelaihar tanpa dipungut biaya. Apabila terjadi perdamaian, maka perkaranya dicabut oleh
Penggugat/Pemohon dan perkara telah selesai.

Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum pemeriksaan perkara,
hakim diwajibkan mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara ( Pasal 154 R.Bg), dan
jika tidak damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi ini para pihak boleh menggunakan hakim
mediator yang tersedia di Pengadilan Agama tanpa dipungut biaya, kecuali para pihak menggunakan
mediator dari luar yang sudah punya sertikat, maka biayanya seluruhnya ditanggung kedua belah
pihak berdasarkan kesepakatan mereka. Apabila terjadi damai, maka dibuatkan akta perdamaian
( Acta Van Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan
hakim,dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan banding, kasasi dan peninjauan kembali.

Apabila tidak terjadi damai dalam mediasi, baik perkara perceraian maupun perkara perdata umum,
maka proses pemeriksaan perkara dilanjutkan.

1. PEMBACAAN SURAT GUGATAN PENGGUGAT.

Sebelum surat gugatan dibacakan, jika perkara perceraian, hakim wajib menyatakan sidang tertutup
untuk umum, sementara perkara perdata umum sidangnya selalu terbuka.

Surat Gugatan Penggugat yang diajukan ke Pengadilan Agama itu dibacakan oleh Penggugat sendiri
atau salah seorang majelis hakim, dan sebelum diberikan kesempatan oleh mejelis hakim kepada
tergugat memberikan tanggapan/jawabannya, pihak penggugat punya hak untuk mengubah,
mencabut atau mempertahankan isi surat gugatannya tersebut. Abala Penggugat menyatakan tetap
tidak ada perubahan dan tambahan dalam gugatannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ketahap
berikutnya.

1. JAWABAN TERGUGAT.

Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan mengajukan jawabannya, baik
ketika sidang hari itu juga atau sidang berikutnya. Jawaban tergugat dapat dilakukan secara tertulis
atau lisan ( Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan
eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak perlu membayar panjar
biaya perkara.

1. REPLIK PENGGUGAT.

Setelah Tergugat menyampaikan jawabannya, kemudian si penggugat diberi kesempatan untuk


menanggapinya sesuai dengan pendapat penggugat. Pada tahap ini mungkin penggugat tetap
mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap dengan membenarkan
jawaban/bantahan tergugat.

1. DUPLIK TERGUGAT.

Setelah penggugat menyampaikan repliknya, kemudian tergugat diberi kesempatan untuk


menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat diulang-ulangi sampai ada titik
temu antara penggugat dengan tergugat. Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh hakim,
dan masih ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini dilanjutkan dengan
acara pembuktian.

1. PEMBUKTIAN.

Pada tahap ini, penggugat dan tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-bukti,
baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian yang diatur oleh hakim.

1. KESIMPULAN PARA PIHAK.

Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan
pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung menurut
pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan ini dapat berupa lisan dan dapat pula
secara tertulis.

1. MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM.

Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasi ( Pasal 19 ayat (3) UU No. 4 Tahun 2004.
Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim , semua hakim menyampaikan pertimbangannya atau
pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil
suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat dalam putusan (dissenting
opinion).

1. PUTUSAN HAKIM.

Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada tahap ini dibacakan
putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut, penggugat dan tergugat berhak
mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan diucapkan.
Apabila penggugat/ tergugat tidak hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama
akan menyampaikan isi/amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan putusan baru
berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.

TAHAPAN SUATU PERKARA DALAM


PROSES PENANGANAN PERKARA
1. Setelah perkara didaftarkan, Pemohon atau Penggugat dan pihak Termohon
atau Tergugat serta Turut Termohon atau Turut Tergugat menunggu Surat
Panggilan untuk menghadiri persidangan
2. Tahapan Persidangan :
A. Majelis Hakim memeriksa identitas Anda dan suami
B. Jika Anda dan suami hadir, maka Majelis Hakim berusaha mendamaikan
anda dan suami, baik langsung maupun melalui proses mediasi.
C. Majelis Hakim berusaha mendamaikan anda dan suami dalam setiap kali
sidang, namun anda punya hak untuk menolak untuk berdamai dengan
suami.
D. Anda dan suami boleh memilih mediator yang tercantum dalam daftar yang
ada di Pengadilan tersebut
E. Bila upaya damai tidak berhasil, Majelis Hakim akan memulai pemeriksaan
perkara dengan membacakan gugatan Penggugat.
F. Tahap keenam,  kesempatan Tergugat untuk menjawab gugatan
Penggugat, baik secara lisan maupun tertulis.
G. Tahap ketujuh, kesempatan Penggugat untuk menanggapi jawaban
Tergugat baik secara lisan maupun tertulis.
H. Tahap kedelapan, Kesempatan Tergugat untuk menjawab kembali
tanggapan (replik) Penggugat, baik secara lisan maupun
I. Pada kesembilan, Penggugat akan dimintakan bukti untuk menguatkan
dalil-dalil gugatannya dan Tergugat akan dimintakan bukti untuk
menguatkan bantahannya.
J. Tahap kesepuluh, Penggugat dan Tergugat menyampaikan kesimpulan
akhir terhadap perkara yang sedang diperiksa.
K. Tahap kesebelas, Majelis Hakim akan bermusyawarah untuk mengambil
keputusan mengenai perkara yang sedang diperiksa
L. Tahapan terakhir yaitu, Majelis Hakim akan membacakan putusan hasil
musyawarah Majelis Hakim.
3. Setelah perkara diputus, pihak yang tidak puas atas putusan tersebut dapat
mengajukan upaya hukum (verzet, banding, dan peninjauan kembali) selambat-
lambatnya 14 hari sejak perkara diputus atau diberitahukan.
4. Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara permohonan
talak, Pengadilan Agama :
A. Menetapkan hari sidang ikrar talak;
B. Memanggil Pemohon dan Termohon untuk menghadiri sidang ikrar talak;
C. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang ikrar 
talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak di depan sidang,
maka gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut dan perceraian tidak
dapat diajukan berdasarkan alasan hukum yang sama.
5. Setelah pelaksanaan sidang ikrar talak, maka dapat dikeluarkan Akta Cerai.
6. Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara cerai gugat,
maka dapat dikeluarkan Akta Cerai.
7. Untuk perkara lainnya, setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap,
maka para pihak yang berperkara dapat meminta salinan putusan.
8. Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan obyek sengketa,
kemudian tidak mau menyerahkan secara sukarela, maka pihak yang menang
dapat mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Agama yang memutus
perkara tersebut.

Sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata pada umumnya, bahwa


pemeriksaan atau persidangan suatu perkara adalah ditempuh dengan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahapan upaya perdamaian
2. Tahapan menempuh proses mediasi
3. Pembacaan surat gugatan
4. Jawaban dari pihak tergugat/ termohon
5. Tanggapan atau replik dari penggugat/ pemohon
6. Jawaban kedua atau duplik dari tergugat/ termohon
7. Re-replik ( bila diperlukan)
8. Re-duplik ( bila diperlukan)
9. Upaya pembuktian dari pihak penggugat / pemohon
10. Upaya pembuktian dari pehak tergugat / termohon
11. Pemeriksaan setempat (bila diperlukan)
12. Kesimpulan masing-masing pihak
13. Musyawarah majelis hakim
14. Pembacaan / Pengucapan putusan

Tahapan Persidangan
Tahap pertama, UPAYA DAMAI
Majelis Hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak agar kembali rukun, jika tidak berhasil Hakim
Mediator melakukan mediasi di luar persidangan.
Tahap kedua, PEMBACAAN GUGATAN/PERMOHONAN
Bila upaya damai tidak berhasil, Majelis Hakim akan memulai pemeriksaan perkara dengan membacakan
gugatan/permohonan Penggugat/Pemohon.
Tahap ketiga, JAWABAN TERGUGAT/TERMOHON
Kesempatan Tergugat/Termohon untuk menjawab gugatan/permohonan Penggugat/Pemohon, baik secara
lisan maupun tertulis.
Tahap keempat, REPLIK
Kesempatan Penggugat/Pemohon untuk menanggapi jawaban Tergugat/Termohon, baik secara lisan
maupun tertulis.
Tahap kelima, DUPLIK
Kesempatan Tergugat/Termohon untuk menjawab kembali tanggapan (replik) Penggugat/Pemohon, baik
secara lisan maupun tertulis.
Tahap keenam, PEMBUKTIAN
Pada tahap ini baik Penggugat/Pemohon akan dimintakan bukti untuk menguatkan dalil-dalil
gugatan/permohonannya dan Tergugat/Termohon akan dimintakan bukti untuk menguatkan bantahannya.
Tahap ketujuh, KESIMPULAN
Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon menyampaikan kesimpulan akhir terhadap perkara yang
sedang diperiksa.
Tahap kedelapan, MUSYAWARAH MAJELIS
Majelis Hakim akan bermusyawarah untuk mengambil keputusan mengenai perkara yang sedang
diperiksa.
Tahap kesembilan, PEMBACAAN PUTUSAN
Majelis Hakim akan membacakan putusan hasil musyawarah Majelis Hakim.
TAHAPAN PROSES PERKARA
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PENDAFTARAN PERKARA

1
Pihak berperka datang ke Pengadilan Agama Sumber dengan membawa surat gugatan atau permohonan
.

a. Blangko gugatan

b. Blangko permohonan

Pihak berperkara menghadap petugas meja Pertama dan menyerahkan surat gugatan atau permohonan, m
2
(enam rangkap beserta fotokopi Kutipan Akta Nikah yang telah ditempeli materai dan cap pos dan fotokopi
.
perkara perceraian).

3 Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan perkara ya
. menaksir panjar biaya perkara yang kemudia ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).

4 Pihak berperkara membayar Panjar Biaya Perkara ke Bank yang ditunjuk yang besarnya sesuai dengan jum
. tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).

Pemegang kas (kasir) menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan membubuhkan nomor
5 dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kemudian menyerahkan tin
. pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dicap lunas dan surat gugatan atau permohona
pihak berperkara.

TAHAPAN PENANGANAN PERKARA DI PERSIDANGAN


Perkara yang sudah didaftar di Pengadilan Agama oleh Penggugat/Pemohon selanjutnya tinggal
menunggu panggilan sidang dari Juru Sita/Juru Sita Pengganti
Pemanggilan oleh Juru Sita/Juru Sita Pengganti kepada pihak Penggugat/Pemohon dan
Tergugat/Termohon dilakukan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang sudah sampai kepada
yang bersangkutan, dan langsung disampaikan kealamat Penggugat/Pemohon dan
Tergugat/Termohon seperti yang tersebut dalam surat gugatan/permohonan. Jika pada saat
dipanggil para pihak tidak ditemukan di alamatnya, maka panggilan disampaikan melalui Kepala
Desa/Lurah dimana para pihak bertempat tinggal.
Jika para pihak sudah dipanggil dan datang ke Pengadilan Agama segera mendaftarkan diri di
piket Meja Informasi yang tersedia, dan tinggal menunggu antrian sidang. Para pihak yang
sedang, menunggu giliran sidang diruangan khusus yang tersedia sambil menonton televisi.
TAHAPAN-TAHAPAN PENANGANAN PERKARA DI PERSIDANGAN
UPAYA PERDAMAIAN.
Pada perkara perceraian, seperti cerai gugat dan cerai talak, hakim wajib mendamaian kedua
belah pihak berperkara pada setiap kali persidang ( Pasal 56 ayat 2, 65, 82, 83 UU No 7 Tahun
1989. Dan selanjutnya jika kedua belah pihak hadir dipersidangan dilanjutkan dengan mediasi
PERMA No 1 Tahun 2008. Kedua belah pihak bebas memilih Hakim mediator yang tersedia di
Pengadilan Agama Pelaihar tanpa dipungut biaya. Apabila terjadi perdamaian, maka perkaranya
dicabut oleh Penggugat/Pemohon dan perkara telah selesai.
Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum pemeriksaan perkara,
hakim diwajibkan mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara ( Pasal 154 R.Bg),
dan jika tidak damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi ini para pihak boleh
menggunakan hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama tanpa dipungut biaya, kecuali
para pihak menggunakan mediator dari luar yang sudah punya sertikat, maka biayanya
seluruhnya ditanggung kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan mereka. Apabila terjadi
damai, maka dibuatkan akta perdamaian ( Acta Van Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan putusan hakim,dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat
dimintakan banding, kasasi dan peninjauan kembali.
Apabila tidak terjadi damai dalam mediasi, baik perkara perceraian maupun perkara perdata
umum, maka proses pemeriksaan perkara dilanjutkan.
PEMBACAAN SURAT GUGATAN PENGGUGAT.
Sebelum surat gugatan dibacakan, jika perkara perceraian, hakim wajib menyatakan sidang
tertutup untuk umum, sementara perkara perdata umum sidangnya selalu terbuka.
Surat Gugatan Penggugat yang diajukan ke Pengadilan Agama itu dibacakan oleh Penggugat
sendiri atau salah seorang majelis hakim, dan sebelum diberikan kesempatan oleh mejelis hakim
kepada tergugat memberikan tanggapan/jawabannya, pihak penggugat punya hak untuk
mengubah, mencabut atau mempertahankan isi surat gugatannya tersebut. Abala Penggugat
menyatakan tetap tidak ada perubahan dan tambahan dalam gugatannya itu kemudian
persidangan dilanjutkan ketahap berikutnya.
JAWABAN TERGUGAT.
Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan mengajukan jawabannya,
baik ketika sidang hari itu juga atau sidang berikutnya. Jawaban tergugat dapat dilakukan secara
tertulis atau lisan ( Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap jawaban ini, tergugat dapat pula
mengajukan eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi (gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak perlu
membayar panjar biaya perkara.
REPLIK PENGGUGAT.
Setelah Tergugat menyampaikan jawabannya, kemudian si penggugat diberi kesempatan untuk
menanggapinya sesuai dengan pendapat penggugat. Pada tahap ini mungkin penggugat tetap
mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap dengan membenarkan
jawaban/bantahan tergugat.
DUPLIK TERGUGAT.
Setelah penggugat menyampaikan repliknya, kemudian tergugat diberi kesempatan untuk
menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat diulang-ulangi sampai ada titik
temu antara penggugat dengan tergugat. Apabila acara jawab menjawab dianggap cukup oleh
hakim, dan masih ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini
dilanjutkan dengan acara pembuktian.
PEMBUKTIAN.
Pada tahap ini, penggugat dan tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-
bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian yang diatur oleh hakim.
KESIMPULAN PARA PIHAK.
Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang
berlangsung menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan ini dapat
berupa lisan dan dapat pula secara tertulis.
MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM.
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasi ( Pasal 19 ayat (3) UU No. 4 Tahun 2004.
Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim , semua hakim menyampaikan pertimbangannya
atau pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka
diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat dimuat dalam putusan
(dissenting opinion).
PUTUSAN HAKIM.
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada tahap ini
dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut, penggugat dan tergugat
berhak mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan
diucapkan. Apabila penggugat/ tergugat tidak hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita
Pengadilan Agama akan menyampaikan isi/amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan
putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari amar putusan diterima oleh pihak yang
tidak hadir itu.
Catatan:
Perkara Cerai Talak masih ada Sidang lanjutan yaitu sidang pengucapan Ikrar Talak, dan ini
dilakukan setelah putusan Berkekuatan Hukum Tetap (BHT). Kedua belah pihak akan dipanggil
lagi kealamatnya untuk menghadiri sidang tersebut.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA


A. Perkara Pidana Umum
 Perkara yang diajukan oleh JPU diterima oleh Panitera Muda Pidana dan harus dicatat dalam
buku register perkara seterusnya diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk
menetapkan Hakim / Majelis yang menyidangkan perkara tersebut;
 Ketua Pengadilan Negeri dapat mendelegasikan pembagian perkara kepada Wakil Ketua
terutama pada Pengadilan Negeri yang jumlah perkaranya banyak;
 Perkara yang terdakwanya ditahan dan diajukan permohonan penangguhan / pengalihan
penahanan, maka dalam hal dikabulkan atau tidaknya permohonan tersebut harus atas
musyawarah Majelis Hakim;
 Dalam hal permohonan penangguhan / pengalihan penahanan dikabulkan, penetapan
ditandatangani oleh Ketua Majelis Hakim dan Hakim Anggota;
 Sebelum perkara disidangkan, Majelis terlebih dahulu mempelajari berkas perkara, untuk
mengetahui apakah surat dakwaan telah memenuhi syarat formil dan materiil; 1. Syarat formil :
nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan dari si terdakwa, jenis
kelamin, kebangsaan dan agama; 2. Syarat materiil : waktu dan tempat tindak pidana dilakukan,
perbuatan yang didakwakan harus jelas dirumuskan unsur-unsurnya, hal-hal yang menyertai
perbuatan pidana itu yang dapat menimbulkan masalah yang memberatkan dan meringankan.
B. Perkara Pidana Singkat
 Berdasarkan pasal 203 ayat (1) KUHAP, maka yang diartikan dengan perkara-perkara dengan
acara singkat adalah perkara-perkara pidana yang menurut Penuntut Umum pembuktian serta
penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana;
 Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum ke persidangan dapat
dilakukan pada hari-hari persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri
yang bersangkutan;
 Dalam acara singkat ini, maka setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis Hakim dan setelah
pertanyaan formil terhadap terdakwa diajukan maka Penuntut Umum dipersilahkan menguraikan
tentang tindak pidana yang didakwakan secara lisan dan dicatat dalam Berita Acara Sidang
sebagai pengganti surat dakwaan (pasal 203 ayat (3) KUHAP);
 Tentang hal registrasi atau pendaftaran perkara-perkara pidana dengan acara singkat ini, baru
didaftarkan oleh Panitera/Panitera Muda Pidana setelah Hakim memulai dengan pemeriksaan
perkara;
 Apabila pada hari sidang yang ditentukan, terdakwa dan atau saksi-saksi utamanya tidak
datang, maka Majelis cukup menyerahkan kembali berkas perkara kepada Jaksa secara
langsung tanpa ada penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi);
 Dalam hal Hakim memandang perlu pemeriksaan tambahan supaya diadakan pemeriksaan
tambahan dalam waktu paling lama 14 hari dan bilamana dalam waktu tersebut penuntut umum
belum juga dapat menyelesaikan pemeriksaan tambahan, maka Hakim memerintahkan perkara
itu diajukan ke sidang Pengadilan dengan acara biasa (Pasal 203(3)b KUHAP);
 Putusan perkara pidana singkat tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam Berita Acara
Sidang.
C. Perkara Pidana Cepat
 Yang diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah perkara-perkara
pidana yang diancam dengan hukuman tidak lebih dari 3 (tiga) bulan penjara atau denda Rp.
7.500,- (pasal 205 ayat (1) KUHAP), yang mencakup tindak pidana ringan, pelanggaran lalu
lintas (pasal 211 KUHAP beserta penjelasannya) juga kejahatan “penghinaan ringan” yang
dimaksudkan dalam pasal 315 KUHP dan diadili oleh Hakim Pengadilan Negeri dengan tanpa
ada kewajiban dari Penuntut Umum untuk menghadirinya kecuali bilamana sebelumnya
Penuntut Umum menyatakan keinginannya untuk hadir pada sidang itu;
 Terdakwa tidak hadir dipersidangan. Putusan verstek yakni putusan yang dijatuhkan tanpa
hadirnya terdakwa (pasal 214 ayat (2) KUHAP), apabila putusan berupa pidana perampasan
kemerdekaan, terpidana dapat mengajukan perlawanan yang diajukan kepada pengadilan yang
memutuskan, dan Panitera memberitahukan Penyidik tentang adanya perlawanan dan Hakim
menetapkan hari persidangan untuk memutus perkara perlawanan tersebut. Perlawanan
diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa;
 Terhadap putusan yang berupa pidana perampasan kemerdekaan, dapat diajukan banding;
 Dalam hubungan perkara-perkara pidana dengan acara cepat, Panitera memelihara 2 (dua)
register (pasal 61 Undang-undang No.2 Tahun 1986, tentang Peradilan Umum), yakni:
 Register tindak pidana ringan;
 Register pelanggaran lalu lintas.
D. Perkara Pidana Lalu Lintas
 Penyidik/Polisi tidak perlu membuat berita acara pemeriksaan (BAP), pelanggaran hanya dicatat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 Ayat (1) huruf a KUHAP dalam lembar kertas bukti
pelanggaran/TILANG dan harus segera dilimpahkan kepada pengadilan negeri setempat
selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama berikutnya. Biasanya satu minggu
setelah penangkapan tilang;
 Pelanggar/Terdakwa dapat hadir sendiri di persidangan atau dapat menunjuk seorang dengan
surat kuasa untuk mewakilinya (Pasal 213 KUHAP);
 Jika pelanggar/terdakwa atau wakilnya tidak hadir di siding yang telah ditentukan, maka
perkaranya tetap diperiksa dan diputuskan tanpa hadirnya pelanggar (VERSTEK) (Pasal 214
Ayat (1) KUHAP);
 Dalam hal dijatuhkan putusan tanpa hadirnya terdakwa (verstek), surat amar putusan segera
disampaikan oleh penyidik kepada terpidana (Pasal 214 Ayat (2) KUHAP, dan bukti surat amar
putusan telah disampaikan oleh penyidik kepada terpidana, diserahkan kepada panitera untuk
dicatat dalam buku register (Ps.214 Ay. (3) KUHAP);
 Dalam hal putusan verstek berupa pidana penjara atau kurungan, terdakwa dapat mengajukan
perlawanan terhadap verstek (verzet), yang diajukan kepada pengadilan yang menjatuhkan
putusan tersebut, dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada
terdakwa (Pasal 214 Ayat (4) (5) KUHAP);
 Setelah panitera memberitahukan kepada penyidik adanya perlawanan/verzet, hakim
menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara itu, jika putusan setelah verzet tetap
berupa pidana penjara/kurungan, terhadap putusan itu dapat diajukan banding (Pasal 214 Ayat
(8) KUHAP).

PROSES PERSIDANGAN
 |   | Dilihat: 260920
Tahap-tahap dan tata cara sidang perkara pidana di pengadilan negeri
 
Tahap-tahap dan tata cara persidanganperkara pidana di pengadilan negeri secara umum di
atur dalam KUHAP(UU.No. 8 tahaun 1981).
Dalam garis besarnya dalam proses persidangan pidana pada peradilan tingkat pertama di
pengadilan Negri untuk memeriksa perkara biasa terdiri dari empat tahap sebagai berikut:
 
1.Sidang pertama :
 
Pada hari sidang yang telah di tetapkan oleh hakim/majelis hakim,siding pemeriksaan perkara pidana
di buka,adapun tata caranya adalah sebagai berikut :
HAKIM/MAJELIS HAKIM MEMASUKI RUANGAN SIDANG
1)      Yang pertama-tama memasuki ruangan adalah panitera pengganti,jaksa penuntut umum,penasehat
hukum dan pengunjung sidang.
2)      Pejabat yang bertugas sebagai protocol (karena kurangnya tersedianya personel,dalam praktek
biasanya tugas ini dilakukan oleh panitera pengganti)mengumumkan bahwa hakim/majlis hakim akan
memasuki ruang sidang dengan kata-kata(kurang lebih)sebagai berikut:”hakim/majelis hakim
memasuki uang sidang ,hadirin dimohon untuk berdiri”
3)      Semua yang hadir dalam ruangan sidang tersebut,termasuk jaksa penuntut umumdan penasehat
hukum brdiri.
4)      hakim/majelis hakim memasuki ruangan sidang melalui pintu khusus,kemudian hakim uduk di tempat
duduknya masing masing.
5)      Panitera pengganti mempersilahkan hadirin duduk kembali.
6)      Hakim ketua membuka sidang dengan kata kata kurang lebih sebagai berikut “sidang pengadilan
negeri......(kota tempat pengadilan berada),yang memeriksa perkara pidana nomor....(no perkara)atas
nama........pada hari.....tanggal.....dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.di ikuti dengan ketokan
palu sebanyak tiga kali
PEMANGGILAN TERDAKWA SUPAYA MASUK KE RUANG SIDANG:
1)      Hakim ketua kepada penunut umum apakah terdakwa sudah siap di hadirkan pada sidang hari ini,jika
penuntut umum tidak dapat meng hadirkan pada sidang hari ini maka hakim harus menunda
persidangan pada hari yang akan di tetapkan dengan perintah ke penuntut umum supay a memanggil
dan menghadap terdakwa.
2)      Jika penuntut umum sudah siap menghadirkan terdakwa maka hakim ketua memerintahkan supaya
terdakwa di pnggil masuk.
3)      Petugasmembawa terdakwa ke ruang sidang dan mempersilahkan terdakwa duduk di kursi
pemeriksaan.
4)      Hakim ketua mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a)      Apakah terdakwa dalam keadaan sehatdan siap mengikuti persidangan.
b)      Identitas terdakwa (nama,umur,alamat,pekerjaan dll)
Selanjutnya hakim mengingatka pada terdakwa agar memperhatikan segala sesuatu yang di dengar
dandilihatnya dalam sidang ini.
5)      Hakim bertanya apakah terdakwa didampingi oleh penasehat hukum.
a)      Jika terdakwa tidakdidampingi penasehat hukum,maka hakim menegaskan hak terdakwa untuk di
dampingi penasehat hukum,selanjutnya hakim member I kesempatan kepada terdakwa untuk
mengambil beberapa sikap sebagai berikut :
  Menyatakan tidak akan didampingi penasehat hukum (maju sendiri).
  Mengajukan permohonan agar pengadilan menunjuk penasehat hukum agar mendampinginya secara
Cuma-Cuma.
  Meminta waktu kepada majelis hakim agar mencari/menunjuk penasehaat hukumnya sendiri.
b)      Jika terdakwa didampingi oleh penasehat hukum,maka proses selanjutnya adalah:
  Hakim menanyakan kepada penasehat hukum apakah benar dalam sidang ini ia bertindak sebagai
penasehat hukum terdakwa.
  Hakim memita penasehat hukum untuk menunjukkan surat kuasa khusus dan kartu ijin praktek
pengacara/advokat.
  Setelah hakim ketua mengamati surat kuasa dan karrtu ijin praktek tersebut lalu hakim ketua
menunjukkan kedua dokumen itu kepada para hakim anggota dan pada penuntut umum.
PEMBACAAN SURAT DAKWAAN
1)      Hakim ketua sidang meminta pada terdakwa untuk mendengarkan dengan seksama pembacaan
surat dekwaan dan selanjutnya mempersilahkan jaksa pennuntut mum untuk membacaka surat
dakwan.
2)      Jaksa membacakan surat dakwaan.berdiri/duduk.boleh bergantian dengan rakan jpu
3)      Selanjutnya hakim ketua menayakan kepada ter dakawa apakah ia sudah paham tentang apa ang
didakwaan padanya.apabila terdakwa ternyata tidak mengerti maka penuntut umum atas permintaan
hhakim ketua,wajib memberikan penjelasan seperlunya.
PENGAJUAN EKSEPSI(keberatan)
1)      Hakim ketua menanyakan pada terdakwa atau penasehat hukumnya,apakah mengajukan
keberatan(eksepsi) terhadap dakwaan jaksa penuntu umum
2)      Eksepsi (keberata) terdakwa/penasehat hukum meliputi:
a)                  Pengadilan tidak berwenang mengadili (berkitan dengan kompetensi absolute / relative)
b)                  Dakwaan tidak dapat diterima ( dakwaan dinilai kabur/obscuar libelli)
c)                   Dakwaan harus di batalkan (karena keliru,kadaluwars/nebis in idem.
3)      Tata caranya:pertama tama hakim bertanya kepada terdakwa dan member kesempatan untuk
menanggapi,selanjutnya kesempatan kedua diberrikan kepada penasehat hukum.
4)      Apabila terdakwa/penasehat hukumnya tidak membei tanggapan atau tidakmengajukan
eksepsi,maka persidangan dilanjutkan ke tahap pembuktian.
5)      Apabila tardakwa/penasehat hukumnya mengajukan eksepsi,maka hakim bertanya apakah,apakah
telah siap unuk mengajukan eksepsi.
6)      Apabila terdakwa/penasehathukum belum siap,maka hakim ketua menyatkan sidangdi tunda untuk
member kesempatan pada terdakwa/penasehat hukum untuk mengajukan eksepsi pada sidang
berikutnya
7)      Apabila terdakwa /penasehat hukum telah siap mengajukan eksepsi maka hakim ketua
mempersilahkan untuk mengajukan eksepsi.
8)      Pengajuan eksepsi bisa di ajukan secara lisan maupun tertulis.
9)      Apabila eksepsi di ajukan secara tertulis,maka setelah dibacakan eksepsi tersebut diserahkan pada
hakim dan salinannya di serahkan pada penuntut umum.
10)   Tata cara pennuntut umum membacakan surat dakwaan berlaku pula bagi terdakwa/penasehat
hukum dalam mengajukan eksepsi.
11)   Eksepsi dapat di ajukan oleh penasehat hukum saja atau di ajukan oleh terdakwa sendiri ,atau
kedua-duanya mengajukan eksepsinya menurut versinya masing-masing.
12)   Apabila terdakwa dan penasehat hukum masing – masing akan mengajukan eksepsi maka
kesempatan pertama akan di berikan kepada terdakwa terrlebih dahulu untuk mengjukan eksepsinya
setelah itu baru penasehat hukumnya.
13)   Setelah pengajuan eksepsi dari terdakwa/penasehat hukum,hakim ketua memberikan kesempatan
pada penuntut umum untuk mengjukan tanggapan atas eksepsi (replik)tersebut.
14)   Ata tanggapan trsebut hakim ketua memberikan kesempatan kepada terdakw/penasehathukum
untuk mengajukan tanggapan sekali lagi(duplik)
15)   Atas eksepsi dan tanggapan-tanggapan tersebut ,selanjutnya hakim ketua meminta waktu untuk
mepertimbangkan dan menyusun putusan sela
16)   Apabila hakim/majelis hakim berpendapat bahwa pertimbangan untuk memutuskan permohonan
eksepsi tersebut mudah /sederhana,maka sidang dapat di skors selama beberapa waktu(menit)untuk
menentukan putusan sela.
17)   Tata cara skorsing sidang ada dua macam :
                                I.            Majelis hakim meninggalkan ruang sidang untuk membahas/mempertimbangkan putusan sela di
ruang hakim,sedangkan penuntut umum,terdakwa/penasehat hukum sera pengunjung sidang tetap
tinggal di tempat.
                              II.            Hakim ketua memppersilahkan semua yang hadir di persidangan tersebut supaya keluar dari ruang
sidang,selanjutny petugas menutup pintu ruang sidang dan majelis hakim merundingkan
itusanseladalam ruangan sidang(cara ini yang paling sering di pakai)
18)   Apabila hakim /majelis hakim berpendapat bahwa memerlukan waktu yang lebih lama dalam
mempertimbangan putusan sela tersebut,maka sidang dapat di tunda untuk mempersiapkan putusa
sela yang akan di bacakan pada harisidang berikutnya.
PEMBACAAN/PENGUCAPAN PUTUSAN SELA
1)      Setelah hakim mencabut skorsing atau membuka sidang kembali,hakim ketua menjelaskan kepad
para pihak yang hdir dipersidangsn bahwa acara selanjutnya pembacaan putusan sela.
2)      Model putusan sela ada dua macam:
                              I.            Tidak dibuat secara khusus,biasnya untuk putusan sela pertimbangannya sederhana,hakim/majelis
hakim cukup menjatuhkan putusan sela secara lisan,selanjutnya putusan tersebut di catat dalam
berita acara persidangan dan nantinya akan di muat dalam putusan akhir.
                            II.            Dibua secara khusus dalam suatu naskah putusan.
3)      Tata caranya adalah :putusan sela tersebut di bacakan oleh hakim ketua sambil duduk di
kursinya.apabila naskah putusan sela tersebut panjang ,boleh dibaca secara bergantian dengan
hakim anggota.pembacaan amar putusan di akhiri dengan ketokan palu(1 kali)
4)      Kemudia hakim ketua menjelaskan seperlunya mengeni garis besar isi putusan sela sekali gus
menyampaikn hak penuntut umum ,terdakwa/penasehat hukum untuk mengambil sikap menerima
putusan sela tersebut atau akan mengajukan perlawanan.
 
2.Sidang pembuktian
                Apabila hakim/majellis hakim menetapkan bahwa sidang pemeriksaan perkara harus
diteruskan maka acara persidangan memasuki tahap pembuktian yaitu pemeriksaan terhadap alat
bukti-bukti dan barang bukti yang di ajukan.
                Sebelum memasuki acara pembuktian, hakim ketua mempersilahkan terdakwa supaya
duduknya berpindah dari kursi pemeriksaan ke kursi terdakwa yang terletak disamping kanan
penasehat hukum,selanjutmya prosedur dan tata cera pembuktian adalah sebagai berikut:
a)      Pembuktian oleh jaksa penuntut umum
1)      Pengajuan saksi yang memberatkan(saksi A charge)
a.       Hakim ketua bertanya kepada penuntut umum apakah sudah siap menghadirkan saksi-saksi pada
sidang hari ini.
b.      Apabila penuntut umum telah siap,maka hakim segera memerintahkan pada jaksa penuntut umum
untuk menghadirkan saksi seorang demi seorang kedaam ruang sidang.
c.       Saksi yang pertama kali diperiksa adalah saksi korban setelah itu baru saksi yang lain yyang di
pandang relevan dengan tujuan mengenai tindak piadana yang di dakwakan.
d.      Tata cara pemeriksaan saksi:
1.       Penuntut umum menyebutkan nama saksi yang akan di periksa.
2.       Petugas membawa saksi keruang sidang dan mempersilahkan saksi di kursi pemeriksaan.
3.       Hakim ketua bertanya pada saksi tentang:
         Identitas saksi(nama,umur,alamat,pekerjaan,agama dll)
         Apakah saksi kenal dengan terdakwa,apakah saksi memiliki hubungan darah(sampai derajat
berapa)dengan terdakwa,apakah saksi memiliki hubungan suami istri dengan terdakwa,apakah saksi
memiliki hubungan kerja dengan terdakwaa.
4.       Apabila perlu hakim dapat pula bertanya apakah saksi sekarang saksi dalam keadaan sehat dan siap
di periksa sebagai saksi.
5.       Hakim ketua meminta saksi untuk bersedia mengucapkan sumpah atau janji sesua dengan
agamanya
6.       Saksi mengucapkan sumpah menurut agama/keyakinannya,lafal sumpah ipanu oleh hakimdan
pelaksanaan sumpah di bantu oleh peugas juru sumpah
7.       Tatacara pelaksanaan sumpah yanglazim dipergunakan di pengadiailan negri adalah:
a.       Saksi dipersilahkan agak bediri kedepan
b.      Untuk saksi yang beragama islam ,cukup berdiri tegak.pada saat melapalkaan sumpah .petugas
berdiri di belakang saksi dan mengangkat Alquran diatas kepela saksi,untuk saksi yang beragama
Kristen/katolik petugas membawakan injil(alkitab)disebalah kiri saksi pada saat saksi melapalkan
sumpah,tangan kiri saksi diletakkan di atas injil dan tangan kanan saksi   di angkat dan jari tengah
dan jari telunjuk membentuk hurup “V” untuk yang beragama Kristen untukmengacungkan jari
telunjuk,jari tegah dan jari manis untuk yang bragama katolik.sedangkan agama lainnya
lagi,menyesuakan dengan tata cara penyumpahan pada agama yang bersangkutan.
c.       Hakim meminta agar saksi mengikuti kata-kata(lafal sumpah)yang di ucapkan oleh hakim atau saksi
mengucapkan sendiri lafl sumpahnya ata persetujuan hakim.
d.      Lapal sumpah saksi-saksi adalah sebagai berikut:”saya bersumpah(berjanji)bahwa saya akan
menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain dari yang sebenarnya.
8.       Setelah selesai,hakim haki ketua mempersilahkan duduk kembali dan memngingatkan saksi harus
member keterangan yang sebenarnya sesua dengan apa yang di alaminya,apa yang dilihatnya atau
apa yang di dengarnya sendiri,jika perllu hakim dapat mengingatkan bahwa apbila saksi tidak
mengatakan yang sebenarnya ia dapat di tuntut karena sumpah palsu.hakim ketua mulai memeriksa
saksi ddengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan tindak pidana yang di dakwakan pada
terdakwa.kemudian hakim anggota,penuntut umum,terdakawa dan penasehat hukum juga diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan epada saksi.
9.       Pertanyaan yang di ajukan di arahkan untukmengungkap fakta yang sebenarnya sehingga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Materi pertanyaan di arahkan pada pembuktian unsure-unsur yang didakwakan.
b.      Pertanyaan harus relevan dan tidak berbelit-belit bahasa dan pehaman harus dipahami oleh saksi
c.       Pertanyaannya tidak boleh bersifat menjerat atau menjabaksaksi.
d.      Peranyaan tidak boleh bersifat pengkualifasi delik.
10.   Selama menerima saksi hakim dapat menunjukkan barang bukti pada saksi guna memastikan
kebenaran yang berkaitan dengan barang bukti tersebut.
11.   Setiap kali saksi selesai memberikan keteranngan,hakim ketua menanyakan kepada
terdakwa,bagaimana pendapatnya tentang keterangan tersebut
2)      Pengajuan alat bukti lainnya guna mendukun argumentasi penuntut umum.
a)      Hakim ketua menanyakan apakah penuntut umum masih mengajukan bukti-bukti lainnya
seperti:keterangan ahli dan surat serta tambahan barang bukti yang ditemukan selama proses
persidagan.
b)      Apabila terdakwa/penasehat hukummengatakan masih.maka tata cara pengajuan bukti-bukti sama
dengan yang dikatakan oleh penunttut umum.
c)       Apabila terdakwa/penasehat hukum mengatakan bahwa semua bukti-bukti telah di ajukan,maka
hakim ketua menyatakan bahwa acara selanjutnya adalah pemeriksaan terdakwa.
PEMERIKSAAN TERDAKWA:
1)      Hakim ketua memperrsilahkan pada terdakwa agar duduk di kursi pemeriksaan
2)      Terdakwa berpindah tempat dari kursi terdakwa menuju ursi pemeriksaan.
3)      Hakim bertanya kepada terdakwa apakahterdakwa dalam keadaan sehat dan siap menjalani
pemeriksaan.
4)      Hakim mengingatkan pada terdakwa agar menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan tidak
berbelit-beit sehingga tidak mempersulit jalannya persidangan.
5)      Hakim ketua mulai mengajukan pertanyaan-perrtanyaan pada terdakwa di ikuti hakm
anggota,penuntut umu dan penasehat hukum,majelis hakim menunjukkan segala barang bukti dan
menanyakan pada terdakwa apakah ia mengenal benda tersebut.
6)      Selanjutnya tata cara pemeriksaan pada terdakwa sama pada tata cara pemeriksaan saksi kecuali
dalam hal sumpah.
7)      Apa bila terdakwa lebih dari satu dan di periksa secara brsama sama dlam satu perkara,maka
pemeriksaan dilakukan satu perssatu secara bergiliran.apa bila terdapat ketidak sesuaian jawaban di
antara terdakwa maka hakim dapat meng cross-check-kan antara jawaban terdakwa yang satu
dengan jawaban terdakwa lain.
8)      Setelah terdakwa telah selesai dipeiksa maka hakim ketua menyatakan bahwa seluruh rangkaian
sidang pembuktian telah selesai dan selanjutnya hakim ketua member kesempatan pada penuntut
umum untuk mempersiapkan surat tuntutan pidana untuk di ajukan pada hari sidang berikutnya.
 
 
 3.SIDANG PEMBACAAN TUNTUTAN PIDANA,PEMBELAAN DAN TANGGAPAN TANGGAPAN
 
a.       Pembacaan tuntutan pidana (requisitor)
1)      Setelah membuka sidang,hakim ketua menjelaskan bahwa acar sidang hari ini adalah pengajuan
tuntutan pidana.selanjutnya hakim ketua bertanya pada jaksa penuntut umum apakah siap
mengajukan tuntutan pidana pada sidang hari ini.
2)      Apabila penuntut umum sudah siap mengajukan tuntutan pidana .maka hhakim ketua
memperilahkannya untuk membacakannya.tata cara pembacaannya sama dengan pembacaan tata
cara pembacaan dakwaan.
3)      Stelah selesai,penuntut umum menyerahkan naskah tuntuta pidana(asli)pada hakim ketua dan
salinannya diserahkan pada terdakwa dan penasehat hukum.
4)      Hakim ketua bertanya kepada terdakwa apakah terdakwa paham dengan isi tuntutan pidana yang
telah dibacakan oleh penuntut umum tadi.
5)      Hakim ketua bertanya pada terdakwa/penasehat hukum apakah akan mengajukan
pembelan(pleidoo)
6)      Apabila terdakwa/penasehat hukum menyatakan akan mengajukan pembelaan maka hakim ketua
memberikan kesempatan pada terdakwa/penasehat hukum untuk mempersiapkan pembelaan.
b.      Pengajuan/pembacaan nota pembelaan(pleidool)
1)      Hakim etua bertanya kepada terdakwa apakah mengajukan pembelaan,jika terdakwa mengajukan
pembelaan terhada dirinya,maka hakim menayakan apakah terdakwa akan mengajukan sendiri atau
telah menyerahkan sepenuhnya kepada penasehat hukumnya.
2)      Terdakwa mengajukan pembelaan:
a)      Apabila terdakwa mengajukan pembelaan secara lisan maka pada umumnya terdakwa
mengemukakan pembelaan sambil tetap duduk di kursi pemeriksaan dan isi pembelaan tersebut
selain di catat oleh panitera kembali kedalam berita acara pemeriksaan,juga di catat oleh pihak yang
berkepentingan termasuk hakim.
b)      Apabila terdakwa mengajukkannya secara tertulis,maka hakim dapat meminta agar terdakwa
membacakannya sambil berdiri di depan kursi pemeriksaan dan setelah selesai dibaca nota
pembelaan diserahkan pada hakim.
3)      Setelah terdakwa mengajukan pembalaannya atau jika terdakwa telah menyerahkan sepenuhnya
masalah pembelaaan terhadap dirinya kepada penasehat hukum,hakim ketua bertanya kepada
penasehat hukum,apakah telah siap dengan nota pembelaannya.
4)      Apabila telah siap,maka hakim ketua segera mempersilahkan penasehat hukum untuk membacakan
pembelaannya.caranya sama dengan cara pengajuan eksepsi.
5)      Setelah selesai.maka naskah asli diserahkan kepada ketua dan salinannya diserahkan pada
terdakwa dan penuntut umum.
6)      Selanjutnya hakim ketua bertanya pada penuntut umum apakah ia akan mengajukan
jawaban(tanggapan)tterhadap pembelaan terdakwa/penasehat hukum(replik)
7)      Apabila penuntut umum akan menanggapi pembelaan terdakwa/penasehat hukum mak hakim ketua
memberikan kesempatan kepada penuntut umum untuk mengajukan replik.
c.       Pengajuan/pembacaan tanggapa-tanggapan(replik dan dupplik)
1)      Apabila penuntut umum telah siap dengan tanggapan terhadap pembelaan maka hakim ketua
mempersilahkannya untuk membacakannya.pembacaannya sama dengan pembacaan requisitor
2)      Setelah selesai ,hakim ketua memberikan kesempatan kepada terdakwa /penasehat hukum untuk
mengajukan tanggapan atas replik tersebut(duplik)
3)      Apabila terdakwa/penasehat hukum telah siap dengan dupiknya maka hakim ketua segera
mempersilahkan pada terdakwa/penasehat hukum untuk membacakannya.caranya sama dengan
cara membaca pembelaan
4)      Selanjutnya hakim ketua dapat member i kesempatan pada penuntut umum untuk mengajukan
tanggapan sekali lagi(rereplik)dan atass tanggappan tersebut terdakwa dan penasehat hukum juga di
beri kesempatan untuk menagapai.
5)      Setelah selesai,hakim ketua bertanya kepad pihak yang hair dalam persidangan tersebu,apakah hal-
hal yang akan di ajukan dalam pemeriksaan.apabila penuntut umum,terdakwa/penasehat hukum
menganggap pemeriksaan telah cukup,maka hakim hakim ketua menyatakan bahwa “pemeriksaan
dinyatakan di tutup”.
6)      Hakim ketua menjelaskan bahwa acara sidang selanjutnya adalah pembacaan putusan,oleh sebab
itu guna mempersiapkan konsep putusannya hakim meminta agar sidang di tunda beberapa waktu
 
4.SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN
 
        Sebelum menjatuhkan putusan hakim mempertimbangkan berdasarkan atas surat dakwa,segala
sesuatu yang terbukti dipersidangann,tuntutan pidana,pembelaan dan tanggapan-tanggapan.apabila
perkara ditangani oleh majelis haki.maka dasar –dasar pertimbangan tersebut harus dimusywarahkan
oleh majelis haki.setelah naskah putusan siap di bacakan ,maka langkah selanjutnya adalah:
a)      Hakim ketua menjelaskan bahwa acara sidang hari ini adalah pembcaan putusan,sebelum putusan
dibacakan hakimketua meminta agar para pihak yang hadir supaya memperhatikan isi putusan
dengan seksama..
b)      Hakim ketua mulai membaca isi putusan.tata caranya sama dengan pembacaan putusan
sela.apabila naskah putusan terlalu pajang maka bolehh di bacakan ole hakim anggota secara
bergantian.
c)       Pada saat hakim akan membaca amar putusan (sebelum memulai membaca/mengucapkan
kata”mengadili”)hakim ketua memerintahkan agar terdakwa berdiri di tempat.
d)      Setelah amar putusan dibacakan seluuhny,hakim ketua mengetuk palu(1x)dan mempersilahkan
terdakwa untuk duduk kembali
e)      Hakim ketua menjelaskan isi putusan secara singkat terutama yang berkaitan dengan amar putusan
hingga terdakwa paham terhadap putusan yang di jatuhkan padanya.
f)       Hakim ketua menjelaskan hak-hak para pihak terhadap putusan tersebut,selanjutnya hakim ketua
menawarkam kepada terdakwa untuk memnentukan sikapnya, apakah akan menyatakan menerima
putusan tersebut,menatakan menerima dan mengajukan grasi,menyatakan naik banding atau
menyatakan pikir-pikir,dalam hal ini terdakwa dapat diberi waktu sejenak untuk berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya atau terdakwa mempercayakan haknya kepada penasehat hukumnya,hal yang
sama juga di tawarkan kepada penuntut umumjika terddakwa/penasehat hukum menyatakan sikap
menerima,maka hakim ketua meminta terdakwa agar segera menanda tangani berita cara
pernyataan menerima putusan yang telah disiapkan oleh panitra pengganti..jika terdakwa
menyatakan banding maka terdakwaa segera diminta untuk menanda tangani akta permohonan
banding,jika terdakwa/penasehat hukum pikir-pikir dulu,maka hakim ketua menjelaskan bahwa masa
pikir-pikir diberika selama tujuh hari,apabila setelah tujuh hari terdakwa tidak menyatakan sikap maka
terdakwa di anggap menerima putusan. Hal sama juga dilakukan terhadap penuntut umum.
g)      Apabila tidak da hal-hal yang akan di sampaikan lagi maka hakim ketua menyatakan seluruh
rangkaian acara persidangan perkara pidana yang bersangkutan telah selesai dan menyatakan
sidang di tutup.tata caranya adalah:setelah mengucapkan kata kata “....sidang dinyatakan di
tutup”hakim ketua mengtuk palu sebanyak tiga kali.
h)      Panitra penggan ti mengumumkan bahwa majelis hakim akan meninggalkan ruangan sidang dengan
kata-kata(kurang lebih)segai berikut”hakim/majelis hakim akan meninggalkan ruang sidang,hadirin
dimohon untuk berdiri”.
i)        Semua yang hadir di ruangan sidang tersebut berdiri terpasuk JPU,terdakwa/penasehat hukum .
j)        Hakim/majelis hakim meninggalkan ruang sidang melalui pintu khusus,
k)      Para pengunjung sidang ,penuntut umum penasehat hukum dan terdakwa berangsur-angsur
meninggalkan ruang sidang.apabila putusan menyatakan terdakwa tetap di tahan,maka pertama-
tama keluar adalah terdakwadengan dikawal oleh petugas.

TAHAPAN PERSIDANGAN
I.    TAHAP PERSIAPAN :
       Setelah berkas perkara banding ditetapkan PMH oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama dan
Panitera telah menunjuk Panitera Sidang, berkas perkara bersama soft copy putusan Pengadilan
Agama tersebut disampaikan oleh Kepaniteraan kepada Ketua Majelis melalui Panitera Sidang yang
telah ditunjuk.
 Tugas Panitera Sidang :
a.    Memberitahukan kepada Anggota Majelis dan Kepaniteraan Banding mengenai hari dan tanggal
persidangan pembacaan putusan;
b.    Membuat/menyiapkan : Resume tentang administrasi banding, apakah berkas perkara banding
tersebut diajukan sudah sesuai dan memenuhi peraturan perundang-undangan, khususnya Pasal 7
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 Tentang Peradilan Ulangan;
c.   Memberitahukan tentang jadwal sidang pemeriksaan dan rapat permusyawaratan, serta sidang
pembacaan putusan kepada hakim anggota;
 Tugas Hakim :
 Membuat/menyiapkan :
a.   Resume tentang surat kuasa dan tahapan pemeriksaan oleh hakim tingkat pertama, apakah
dalam memeriksa perkara tersebut dalam persidangan sudah melalui tahapan-tahapan yang benar;
b.   Resume tentang panggilan, apakah para pihak sudah dipanggil secara resmi dan patut sesuai
peratutran perundang-undangan yang berlaku;
c.   Resume tentang permasalahan yang menjadi pokok sengketa;
d.   Resume tentang memori banding dan kontra memori banding; apa yang menjadi pokok
keberatan atas putusan hakim tingkat pertama;
II.      TAHAP PEMERIKSAAN :
Ketua menyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.
Dalam sidang pemeriksaan, Ketua Majelis meminta pendapat kepada hakim anggota :
a.   Apakah berkas perkara banding yang diajukan, sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, dan dapat diterima untuk diperiksa;
b.    Tahapan pemeriksaan dan lain-lain yang berkaitan dengan acara pemeriksaan pada tingkat
pertama;
c.    Masalah pokok yang menjadi keberatan pemohon dalam memori banding dan kontra memori
banding;
d.    Hal-hal lain yang berkenaan dengan administrasi dan acara yang dilakukan oleh pengadilan
tingkat pertama;
Ketua memberi kesempatan kepada hakim untuk menyampaikan tambahan-tambahan informasi
terkait dengan perkara tersebut.
Ketua menyatakan sidang pemeriksaan cukup dan menutup sidang.
III.     TAHAP RAPAT PERMUSYAWARATAN.
a.    Dalam rapat permusyawaratan hakim tingkat banding, setelah sidang dibuka dan dinyatakan
tertutup untuk umum (bidang perkawinan), Ketua Majelis terlebih dahulu menanyakan pendapat
hakim anggota termuda, kemudian hakim yang lebih tua, apabila terjadi perbedaan pendapat, maka
dilanjutkan dengan diskusi disertai argumentasi masing-masing untuk memperoleh kesepakatan.
b.    Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, Ketua Majelis menyampaikan  pendapatnya sebagai
putusan dalam musyawarah tersebut;|
c.    Panitera Sidang mencatat pendapat-pendapat hakim yang berbeda dan kemudian Ketua Majelis
menunjuk hakim yang membuat konsep putusan;
d.    Draf putusan tersebut kemudian difinalisasi oleh Majelis Hakim sebagai putusan.|
e.    Rapat permusyawaratan hakim dilakukan dengan mengambil hari tersendiri; sedangkan sidang
pembacaan putusan pada hari lain yang sudah ditentukan oleh Ketua Majelis.
IV.    TAHAP SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN.
a.   Sebelum sidang dimulai Ketua Majelis memeriksa putusan sekali lagi, dan sesudah itu putusan
dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.
b.   Ketua dan Anggota Majelis, serta Panitera Sidang menanda-tangani putusan tersebut setelah
putusan dibacakan;
c.   Jika ada dissenting opinion agar dicantumkan dalam putusan.
V.     TAHAP MINUTASI DAN PENGIRIMAN BERKAS.
a.   Panitera Sidang membuat catatan sidang dalam hal adanya dissenting opinion yang
ditandatangani oleh Ketua Majelis bersama dengan Panitera Sidang yang bersangkutan, dan
selanjutnya melakukan minutasi;
b.   Oleh Panitera Sidang berkas perkara bundel A dan bundel B yang sudah diminutasi beserta 3
(tiga) buah salinan Putusan diserahkan ke Meja II untuk diteruskan ke Meja III untuk selanjutnya
diserahkan ke Panitera Muda Hukum;
c    Berkas perkara (bundel A) dikirim kembali ke Pengadilan Agama yang bersangkutan beserta
Salinan Putusan tersebut dengan Surat Pengantar yang ditandatangani oleh Panitera;
d.   Sedang berkas perkara (bundel B) diarsipkan dengan memasukkan berkas tersebut ke dalam box
arsip;
e.   Jika ada surat-surat lain yang menyusul juga dimasukan dalam minutasi.

Anda mungkin juga menyukai