NIM : 193300516093
Kelas : R.03
BAB 9
Setelah ketua majelis menerima PMH dari Ketua Pengadilan Agama dan
menerima berkas perkara yang bersangkutan, majelis hakim segera mempelajari
berkas tersebut. Dalam waktu satu minggu setelah berkas diterima, majeli hakim
membuat surat penetapan hari sidang (PHS) untuk menentukan hari sidang pertaa
yang akan dimulai, sekaligus menunjuk panitera sidang. Kemudian juru sita/juru
sita pengganti memanggil para pihak yang berperkara untuk menghadap ke sidang
pengadilan yang ditentukan.
Perdamaian juga dapat dilakukan oleh para pihak yang berperkara diluar
sidang pengadilan, tetapi perjanjian semacam ini hanya memiliki kekuatan
sebagai peretujuan dari kedua belah pihak. Apabila tidak ditaati oleh salah satu
pihak, perkara tersebut harus diajukan lagi melalui suatu proses di pengadilan.
Selanjutnya, dalam perjanjian perdamaian, tidak boleh terdapat cacat yang
mengandung unsur kekeliruan (devalling), paksaan (dwang), dan penipuan (bed
rog). Apabila mengandung cacat, putusan perdamaian dapat dibatalkan. Adapun
ketentuan dari format putusan perdamaian, yaitu adanya persetujuan dari kedua
belah pihak harus mengandung unsur-unsur berikut :
Apabila upaya damai tidak berhasil, sidang dapat dilanjutkan pada tahap
pembacaan gugatan. Pada tahap pembacaan gugatan ini, pihak penggugat berhak
meneliti ulang apakah seluruh materi, yaitu gugatan dari petitum, sudah benar dan
lengkap. Hal yang tercantum dalam surat gugatan yang kemudian menjadi objek
pemeriksaan tidak boleh keluar dari ruang lingkup yang termuat dalam surat
gugatan.
Selanjutnya, pada tahap ini juga bisa terjadi beberapa hal yang dilakukan
oleh pihak tergugat, yaitu sebagai berikut :
Tahapan terakhir adalah putusan atau penetapan hakim. Tahap ini diawali
dengan adanya musyawarah majelis hakim, yakin dilaksanakan secara rahasia.
Jika ada dua orang hakim anggota majelis hakim berpendapat sama, hakim yang
kalah suara harus menerima pendapat yang sama. Jika tiap-tiap anggota hakim
tersebut berbeda pendapat satu sama lain, permasalahan tersebut dapat
diselesaikan dengan alternatif, yaitu :
Cerai talak dilakukan oleh pemohon, yaitu suami atau kuasanya, dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Mengajukan surat permohonan pemohon yang tujukan kepada
Ketua Pengadilan Agama, boleh dilakukan dengan tertulis ataupun
dengan lisan.
b. Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada pengadilan
agama tentang cara membuat surat permohonan.
c. Surat permohonan dapat diubah sepanjang tidak mengubah posita
dan petitum.
d. Permohonan tersebut diajukan kepada pengadilan agama yang
daerah hukumnya meliputi keadiaman termohon.
e. Apabila termohon meninggalkan tempat kediamannya yang telah
disepakat bersama tanpa izin pemohon, permohonan harus
diajukan kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya
merupakan tempat kediaman pemohon.
f. Apabila termohon berkediaman diluar negeri, permohonan
diajukan kepada pengadilan agama yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman pemohon.
g. Apabila pemohon dan termohon betempat dikediaman diluar
negeri, permohonan diajukan kepada pengadilan agama yang
daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan
atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
h. Surat permohonan pemohon berisi identitas pemohon dan
termohon, meliputi nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal
posita, yaitu gambaran peristiwa hukum/fakta kejadian dan fakta
hukum, kemudian petitum yaitu apa yang diminta pemohon,
berdasarkan posita.
i. Permohonan penguasaan anak/hadhanah, nafkah anak, dan
pembagian harta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak diucapkan.
j. Membayar biaya perkara. Jika tidak mampu/miskin, pemohon
dapat mengajukannya secara cuma-cuma/prodeo dengan
melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa yang
diketahui oleh camat setempat.
k. Setelah perkara didaftarkan di pengadilan agama, pemohon tinggal
menunggu panggilan sidang. Panggilan dilakukan oleh juru sita ke
alamat pemohon dan termohon sekurang-kurangnya 3 hari kerja.
d. Jika dalam gugatan dikabulkan dan putusan juga telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, panitera memberikan akta cerai sebagai surat bukti kepada kedua
belah pihak selambat-lambatnya 7 hari setelah putusan tersebut diberitahukan
kepada para pihak.
a. Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama (Pasal
118 HIR, 142 R.Bg).
c. Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 142 ayat (4) R.Bg jo Pasal 89
UU No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006), jika tidak
mampu/miskin, pemohon dapat mengajukannya secara cuma-cuma/prodeo (pasal
237 HIR, 273 R.Bg).
d. Penggugat dan tergugat atau kuasanya menghadiri sidang pemeriksaan
berdasarkan panggilan pengadilan agama (Pasal 121, 124, 125 HIR, 145 R.Bg).
e. Setelah putusan mempunya kekuatan hukum tetap, kedua belah pihak dapat
meminta salinan putusan (Pasal 185 HIR, 198 R.Bg).
f. Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan objek sengketa, jika
kemudian tidak mau menyerahkan secara sukarela, pihak yang menang dapat
mengajukan permohonan eksekusi pengadilan agama untuk memutus perkara
tersebut.