Anda di halaman 1dari 5

sew

Kesembilan:Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada pihak
berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.

Kesepuluh:Pihak berperkara menyerahkan kepada petugas Meja Dua surat gugatan atau
permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap serta tindasan pertama Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM).

Kesebelas:Petugas Meja Dua mendaftar mencatat surat gugatan atau permohonan dalam register
bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau permohonan tersebut yang
diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.

Kedua belas: Petugas Meja Dua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.

Pendaftaran Selesai

Pihak yang berperkara akan dipanggil oleh Jurusita atau Jurusita Pengganti untuk menghadap ke
persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan
perkaranya (PHS).

Catatan:

Pengambilan Akta Cerai pada Pengadilan Agama tidak dipungut biaya, kecuali biaya untuk Kas
Negara sebesar Rp 10.000,- (PP No.53 Tahun 2008).[3]

4. Penetapan Majelis Hakim (PMH)

Penetapan majelis hakim Yaitu penunjukan Majelis Hakim melalui suatu penetapan Penunjukan
Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua Pengadilan.

Penetapan Majelis Hakim, (1) Dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah proses registrasi perkara
diselesaikan, Petugas Meja dua menyampaikan berkas gugatan/permohonan kepada Wakil Panitera
untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera, (2) Selambat-lambatnya dalam waktu
3 (tiga) hari kerja ketua pengadilan menetapkan Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara
tersebut.

Penetapan Majelis Hakim/Hakim:


Penyerahan berkas gugatan dari panitera setelah didaftar dalam register induk perkara kepada ketua
pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja.

Ketua pengadilan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja, sudah menunjuk majelis hakim/hakim yang
memeriksa perkara yang bersangkutan.

Apabila ketua pengadilan berhalangan sementara maka wewenang tersebut dilaksanakan oleh wakil
ketua atau didelegasikan kepada hakim senior.

Penunjukan majelis hakim/hakim dilaksanakan secara adil, dan tidak membeda-bedakan majelis
hakim/hakim yang satu dengan majelis hakim/hakim yang lain.

Ketua/wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis, sedangkan untuk majelis lain ditetapkan
hakim yang senior.

Susunan majelis hakim ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu tertentu.

Ketua dan wakil ketua pengadilan selalu menjadi ketua majelis, sedang untuk majelis yang lain,
ketua majelisnya adalah hakim senior yang ada.

Terhadap perkara tertentu, ketua pengadilan dapat membentuk majelis khusus.

Berkas perkara paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak didaftar di buku register sudah diserahkan
kepada majelis hakim/hakim yang akan memeriksa perkara tersebut.[6]

5. Penentuan Hari Sidang (PHS)

Penentuan Hari Sidang Yaitu penetapan hari akan dilaksanakan sidang yang dituangkan dalam suatu
Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh Ketua Majelis Hakim. Kemudian Juru sita pengganti memanggil
para pihak untuk hadir ke persidangan pada hari yang telah ditetapkan Ketua Majelis Hakim dengan
menggunakan relas panggilan.

Dalam waktu satu minggu setelah menerima berkas perkara majelis hakim/hakim menentukan hari
sidang.

Setiap majelis hakim/hakim mempunyai jadwal persidangan yang tetap.

Penetapan hari sidang, dimusyawarahkan dengan sesama anggota majelis hakim dan dicatat dalam
buku agenda masing-masing.

Dalam menetapkan hari sidang yang disertai pemanggilan kepada para yang berperkara, oleh majelis
hakim/hakim memperhatikan jauh dekatnya tempat tinggal para pihak dengan letaknya tempat
persidangan.
Lama tenggang waktu antara pemanggilan para pihak dengan sidang paling sedikit 3 (tiga) hari kerja,
kecuali dalam hal-hal yang mendesak (Pasal 122 HIR/Pasal 146 RBg).

Apabila suatu perkara gugatan disertai dengan permohonan sita jaminan, majelis hakim/hakim
setelah bermusyawarah dapat membuat penetapan pelaksanaan sita bersamaan dengan panggilan
pertama kepada para pihak untuk menghadiri sidang, apabila cukup alasan untuk itu.

Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat
guguatan/permohonan didaftarkan di Pengadilan Agama. (Pasal 68 (1) dan 80 (1) UU No. 7/1989).[7]

6. Pemanggilan Para Pihak

Pihak-pihak yang beperkara akan dipanggil oleh juru sita/juru sita pengganti untuk menghadap ke
persidangan setelah adanya Penetapan Majelis Hakim (PMH) dan Penetapan Hari Sidang (PHS).
Pemanggilan pihak-pihak harus memenuhi ketentuan hukum acara yang berlaku agar sah (panggilan
sah harus bersifat resmi dan patut)

Panggilan para pihak untuk menghadiri persidangan disampaikan oleh jurusita/jurusita pengganti.

Jurusita/Jurusita pengganti melaksanakan panggilan berdasarkan perintah dari majelis yang


diwujudkan 133 dalam instrumen panggilan yang ditandatangani oleh ketua majelis.

Instrumen panggilan disampaikan kepada kasir, supaya Jurusita/jurusita pengganti untuk


mendapatkan ongkos pemanggilan berdasarkan radius yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan.

Ongkos panggilan dikeluarkan kasir pada hari pelaksanaan panggilan oleh jurusita/jurusita
pengganti.

Panggilan disampaikan kepada pihak yang dipanggil ditempat tinggalnya relaas panggilan ditanda
tangani oleh pihak yang dipanggil.

Apabila jurusita/jurusita pengganti tidak bertemu dengan pihak yang dipanggil, panggilan
disampaikan melalui kepala desa/kepala kelurahan yang bersangkutan. Kepala desa
menandatangani relas panggilan dan dibubuhi cap desa.

Relas panggilan yang disampaikan melalui kepala desa redaksi kalimatnya disesuaikan dengan
kenyataan yang ada.

Satu relaas panggilan untuk satu orang pihak yang dipanggil.


Surat panggilan kepada tergugat untuk sidang pertama menyebutkan adanya penyerahan sehelai
salinan surat gugatan dan pemberitahuan kepada pihak tergugat, bahwa ia boleh mengajukan
jawaban tertulis dalam sidang.

Jika yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya atau dimana ia berada, panggilan dilakukan
kepada Bupati/ Walikota tempat tinggal penggugat dengan cara menempelkan pada papan
pengumuman. Pengumuman serupa dilakukan dipapan pengumuman pengadilan.

Khusus panggilan gaib untuk perkara Cerai Gugat/Talak disampaikan melalui mas media surat
kabar/elektronik sebanyak dua kali panggilan. Tenggang waktu panggilan pertama dengan panggilan
kedua selama satu bulan, 134 sedang tenggang waktu panggilan kedua dengan hari persidangan
selama tiga bulan.

Jika yang dipanggil telah meninggal dunia, maka panggilan dilakukan kepada ahli warisnya. Dan bila
ahli warisnya tidak dikenal, maka panggilan dilakukan kepada Bupati/Walikota tempat tinggal
penggugat.[8]

BAB 3

PENUTUP

Pengadilan Agama merupakan salah satu penyelenggara kekuasaan kehakiman yang memberikan
layanan hukum bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009. Jadi prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama terdiri dari:

Tahap Pembuatan Gugatan

Tahap Pembayaran Panjar

Pendaftaran

Penetapan Majelis Hakim (PMH)

Penentuan Hari Sidang (PHS)


Pemanggilan Para Pihak

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Ramdani Wahyu, M.Ag, M.Si. 2011. Administrasi Islam di Indonesia. Bandung

Dr. Jaih Mubarok, M.Ag. 2004. Peradilan Agama di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Ropaum Rambe. 2010. Hukum Acara Perdata Lengkap. Jakarta: Sinar Grafika

Anda mungkin juga menyukai