Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN UMUM TEKNIK ADMINISTRASI PENGADILAN AGAMA

A. Pengertian Pengadilan dan Administrasi Pengadilan

Pengadilan dalam istilah Inggris disebut court, dan recthbank dalam bahasa
Belanda, yang dimaksud adalah badan yang melakukan peradilan berupa
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.15 Kata “Peradilan” berasal dari
kata “adil” dengan awalan”per” dan dengan imbuhan “an”. Kata “Peradilan”
sebagai terjemahan dari qadha, yang berarti “memutuskan”, “melaksanakan”,
“menyelesaikan” dan adapula yang menyatakan bahwa umumnya kamus tidak
membedakan antara peradilan dan pengadilan.16 Kata Pengadilan dan Peradilan
memiliki kata dasar yang sama yakni “adil” yang memiliki pengertian:

a. Proses mengadili

b. Upaya untuk mencari keadilan

c. Penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan perradilan

d. Berdasar hukum yang berlaku Administrasi peradilan yang dimaksud adalah


segala kegiatan perkantoran melaksanakan sebagai tugas negara dalam
menegakkan hukum dan keadilan dengan cara menerima, memeriksa, mengadili,
memutus dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.

B. Kompetensi Pengadilan Agama

Kompetensi (wewenang) Penngadilan Agama terdiri dari kompetensi relatif dan


kompetensi absolut. Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk
mengadili berdasarkan materi hukum (hukum materi). Kompetensi relatif adalah
kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kompetensi relatif
Pengadilan Agama merujuk pada pasal 118 HIR atau pasal 142 R.Bg jo pasal 66
dan pasal 73 undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama
berdasarkan pada ketentuan pasal 54 undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yaitu
acara yang berlaku pada lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata
yang berlaku pada lingkungan peradilan umum.18 Wewenang dan kekuasaan
Pengadilan Agama, Pada UndangUndang Nomor 50 Tahun 2009 yakni;

a. Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang:

1) Perkawinan

2) Waris

3) Wasiat

4) Hibah

5) Wakaf

6) Zakat

7) Infaq

8) Shadaqah

9) Ekonomi syari'ah

b. Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat


banding.

c. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili


antar-Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

d. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum Islam


kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta.

e. Memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada
tahun Hijriyah.

f. Ketua pengadilan melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas hakim. Ketua


pengadilan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan perilaku
panitera, sekretaris, dan juru sita di daerah hukumnya Ketua Pengadilan Tinggi
Agama melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat pengadilan
agama dan menjaga agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya

C. Sistem Administrasi Perkara di Pengadilan Agama

Mahkamah Agung merupakan Pengadilan Negara tertinggi dari badan


peradilan yang berada di dalam keempat lingkungan peradilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18. Badan Peradilan yang di bawah Mahkamah Agung
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Administrasi yang
dimaksudkan di sini yakni administrasi peradilan agama, dalam pelaksanaan
adimistrasi peradilan agama adanya asas hukum yang berlaku di lingkungan
peradilan agama. Sesuai hukum materil dan formilnya untuk mengadili perkara
yang sesuai dengan kompentensi pengadilan agama itu sendiri dan sesuai zona
wilayah, kemudian berdasarkan adanya surat Keputusan Ketua Mahakamah
Agung Nomor 026/KMA/SK/II/2012 tentang Standar Peradilan dan Peraturan
Perudangan lainnya yang berlaku, maka berlakunya sistem Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) yang menjadi kewajiban Pengadilan Agama untk
melaksanakan sistem PTSP. Pada prinsipinya, prosedur penerimaan perkara di
Pengadilan Agama ditentukan dengan model unit, yang disebut meja I (satu) ,
meja II (dua),

meja III (tiga) yang masing-masing unit mempunyai tugas dan tanggung jawab
sendiri-sendiri tetapi berkaitan satu dengan yang lain. Adapun tugas dari setiap
meja yakni

a. Meja I, bertugas;

1. Menerima perkara-perkara (Gugatan, Permohonan, Perlawanan (Verzet),


Derden Verzet, Banding, Kasasi, Permohonan peninjauan kembali, Ekseskusi,
penjelasan dan penaksiran biaya perkara dan biaya eksekusi)
2. Membuat surat kuasa untuk membayar (SKUM) dalam rangkap empat dan
menyerahkan SKUM tersebut kepada calon penggugat/pemohon.

3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohonan kepada calon


penggugat/pemohon.

4. Selain tugas penerimaan perkara, maka meja sattu berkewajiban memberikan


penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan.

b. Meja II, bertugas :

1. Menerima surat gugatan/perlawanan dari calon penggugat/pelawan dalam


rangkap sebanyak jumlah tergugat/terlawan ditambah dua rangkap.

2. Menerima surat permohonan dari calon sekurang-kurangnya sebanyak dua


rangkap.

3. Menerima tindasan pertama SKUM dari calon penggugat/pemohon/pelawan.

4. Mendaftar/mencatat surat gugatan/permohonan dalam register yang


bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan/permohonan
tersebut.

5. Nomor register diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang
kas (kasir).

6. Menyerahkan kembali satu rangkap surat gugatan /permohonan yang ttelah


diberi nomor register kepada penggugat atau pemohon.

7. Asli surat gugatan/permohonan dimasukkan dalam sebuah map khusus dengan


melampirkan tindasan SKUM dan surat-surat yang berhubungan dengan
gugatan/permohonan, disampaikan kepada wakil panitera, untuk selanjutnya
berkas gugatan /permohonan tersebut disampaikan kepada ketua Pengadilan
Agama (PA) melalui penitera.

8. Mendaftar/mencatat putusan PA/PTA/MA dalam semua buku register yang


bersangkutan.
c. Meja III, bertugas;

1. Menyerahkan salinan putusan PA/PTA/MA kepada yang berkepentingan.

2. Menyerahkan salinan penetapan PA kepada pihak yang berkepentingan.

3. Menerima memori/kontra memori banding/ memori/kontra kasasi,


jawaban/tanggapan peninjauan kembali dan lain-lain.

4. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas. Sedangkan Proses prosedur


administrasi berperkara di Pengadilan Agama meliputi ;

a. Pendaftaran Perkara, meliputi;

1. Pemohon/Penggugat datang menghadap ke Pengadilan Agama dengan


membawa surat gugatan atau permohonan.

2. Pemohon/Penggugat menghadap petugas Meja I dan menyerahkan surat


gugatan atau permohonan.

3. Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan


dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian
ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya
perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang
Undang Nomor : 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, atau bisa berperkara
secara CumaCuma (prodeo).

4. Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada


Pemohon/Penggugat disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
rangkap 3 (tiga).

b. Pembayaran Biaya Perkara

1. Pemohon/Penggugat menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat


gugatan atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
2. Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM),
membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan atau permohonan.

3. Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)


kepada Pemohon/Penggugat sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke
bank.

4. Pemohon/Penggugat datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran


panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip 31 bank tersebut sesuai dengan
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya
penyetoran. Kemudian Pemohon/Penggugat menyerahkan slip bank yang telah
diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut kepada
teller Bank.

5. Setelah Pemohon/Penggugat menerima slip bank yang telah divalidasi dari


petugas layanan bank, Pemohon / Penggugat menunjukkan slip bank tersebut dan
menyerahkan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.
Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada
Pemohon / Penggugat. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak
berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta
surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.Pemohon/Penggugat
menyerahkan kepada petugas Meja II surat gugatan atau permohonan serta
tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).

6. Petugas Meja II mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam


register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau
permohonan tersebut yang 32 diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh
pemegang kas.

7. Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.
8. Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti
untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim
(PMH) dan hari sidang pemeriksaan perkaranya yang disebut penetapan hari
sidang (PHS).

D. Administrasi biaya perkara

1.Biaya perkara terdiri dari:

1. Biaya proses perkara;

2. Hak-hak kepaniteraan.

2. Biaya proses perkara terdiri dari pengeluaran yang diperlukan untuk


penyelenggaraan peradilan yang meliputi biaya-biaya panggilan, pemberitahuan,
pelaksanaan sita, pemeriksaan setempat, sumpah, penerjemah, dan eksekusi harus
dicatat dengan tertib dalam masing-masing buku jurnal.

3. Hak-hak kepaniteraan yang terdiri dari biaya materai, redaksi, leges, pencatatan
banding, pencatatan kasasi, pencatatan PK dan lain-lain yang akan ditetapkan
dalam Peraturan Mahkamah Agung adalah pendapatan negara.

4. Pemegang Kas (Panitera) melaksanakan tugas-¬tugas administrasi biaya


perkara.

5.Biaya pencatatan permohonan banding, kasasi dan PK dikeluarkan pada saat


setelah diterimanya panjar biaya perkara.

6. Biaya meterai dan redaksi dikeluarkan pada saat perkara diputus.

7. Pengeluaran uang perkara untuk keperluan lainnya di dalam ruang lingkup hak-
hak kepaniteraan dilakukan menurut ketentuan yang berlaku.

8. Seminggu sekali pemegang kas harus menyerahkan uang hak-hak kepaniteraan


kepada bendaharawan penerima untuk disetorkan kepada kas negara. Setiap
penyerahan besarnya uang agar dicatat dalam kolom 19 KI-A9 dengan dibubuhi
tanggal dan tanda tangan serta nama bendaharawan penerima.

9. Biaya-biaya perkara dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan jenis


kegiatan.

10. Pemegang Kas (Panitera) mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap
hari, dalam buku jurnal yang bersangkutan dan mencatat dalam buku kas bantu
yang dibuat rangkap dua, lembar pertama disimpan di kasir dan lembar kedua
diserahkan kepada panitera sebagai laporan.

11. Panitera atau staf panitera yang ditunjuk dengan surat keputusan ketua
pengadilan negeri, mencatat dalam buku induk keuangan yang bersangkutan.

Buku Keuangan Perkara terdiri dari:

Jurnal Perkara Gugatan (KI-AI/G).

Jurnal Perkara Permohonan (KI-A1 IP).

Jurnal Permohonan Banding (KJ-A2).

Jurnal Permohonan Kasasi (KI-A3).

Jurnal Permohonan PK (KI-A4).

Jurnal Permohonan Eksekusi (KI-A5).

Jurnal Permohonan Somasi (KI-A6).

Buku Induk Keuangan Perkara Perdata (KI-A 7).

Buku Keuangan Biaya Eksekusi (KI-A8).

Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KI-A9)

12. Buku Jurnal Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat semua kegiatan
penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara.

13. Buku Jurnal diberi nomor halaman dan setiap nomor halaman digunakan 2
halaman muka, halaman pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan
Negeri dan halaman lainnya diparaf.

14. Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal dan adanya tanda tangan serta
paraf Ketua Pengadilan Negeri tersebut diterangkan dengan jelas oleh Ketua
Pengadilan Negeri dan keterangan tersebut ditandatangani Ketua Pengadilan
Negeri.

15. Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat kegiatan


penerimaan dan pengeluaran dari seluruh perkara (kecuali perkara permohonan
eksekusi) dan dicatat menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam
buku jurnal yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup pada akhir bulan.
16. Penerimaan dan pengeluaran biaya eksekusi yang dicatat dalam jurnal
eksekusi, menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dimasukkan
kedalam buku induk keuangan eksekusi.

17. Banyaknya halaman setiap buku induk biaya perkara dan buku biaya eksekusi
harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap halaman pertama dan halaman
terakhir harus dibubuhi tanda tangan Ketua Pengadilan Negeri, dan halaman
lainnya cukup dibubuhi paraf.

18. Penutupan buku induk keuangan perkara dan buku biaya eksekusi dilakukan
oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan Negeri.

19. Pada setiap penutupan buku induk keuangan tersebut, harus dijelaskan
keadaan uang menurut buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas maupun
disimpan dalam Bank, serta uraian terperinci.

20. Apabila terdapat selisih antara jumlah uang menurut buku kas dengan uang
kas sesungguhnya, maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih tersebut.

21. Ketua Pengadilan Negeri sebelum menandatangani buku induk keuangan,


harus meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas dan menurut keadaan
yang nyata, baik dalam brankas maupun yang tersimpan di Bank dengan disertai
bukti penyimpanan uang di Bank.

22. Ketua Pengadilan Negeri setiap saat dapat memerintahkan Panitera untuk
menutup buku induk keuangan, dan meneliti kebenaran setiap penerimaan dan
pengeluaran uang perkara, sesuai dengan buku jurnal yang berkaitan, dan meneliti
keadaan uang menurut buku kas dan uang nyata yang ada dalam brankas maupun
yang disimpan di bank, disertai bukti-buktinya.

23. Penutupan buku induk keuangan perkara atas dasar perintah Ketua Pengadilan
Negeri sebagaimana tersebut di atas, hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan
sekali yang dilakukan secara mendadak dengan dibuatkan berita acara
pemeriksaan.

24. Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan digunakan untuk mencatat


penerimaan uang hak¬hak kepaniteraan dan dalam kolom keterangan diisi dengan
tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda tangan dan nama Bendaharawan
Penerima.

25. Buku jurnal dan buku induk keuangan setiap tahun harus diganti, tidak boleh
digabung dengan tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai