Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PPL PERADILAN

KELOMPOK 2 GELOMBANG I
“PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA DALAM PERADILAN
AGAMA DI KOTA PEKALONGAN”

Penyusun:
1. Nawwaf Nabil Hanif (1118008)
2. Muhammad Khusaini (1118117)
3. Dwi Nok Malikhah (1118085)
4. Kholishota Maulida (1118094)
5. Desta Khoirunnisa (1118096)
6. Alifia Afiani (1118106)
7. Kevin Maysani (1218018)
8. Mufti Syaiful Azmi (1218083)
9. Nurma Nabila (1218042)
10. Mia Rosanita (1218049)
11. Dewi Hasna Layalia (1218140)
12. Yayat Supriyatna (1518043)
13. Sigit Setiawan (1518027)
14. Noora Nuzulal Fithra (1518031)

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) NEGERI PEKALONGAN
2020-2021
PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA DALAM PERADILAN AGAMA
DI KOTA PEKALONGAN

Pemberian Informasi (Meja Informasi)

Pelayanan meja informasi merupakan salah satu perwujudan keterbukaan


informasi di lingkungan Peradilan Agama sebagai bentuk reformasi birokrasi dan
dan akses informasi yang efektif dan efisien bagi masyarakat yang membutuhkan
pelayanan dari Pengadilan Agama. Adanya meja informasi di Pengadilan Agama
didasari oleh UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan
juga beberapa SK Ketua Mahkamah Agung RI.
Meja informasi merupakan tempat pelayanan informasi publik di
Pengadilan Agama yang dilengkapi dengan sarana atau fasilitas penyelenggaraan
pelayanan informasi lainnya yang bertujuan untuk :
a. Memberikan pelayanan informasi secara efektif dan efisien kepada
pemohon informasi
b. Menjadi penghubung antara masyarakat dan aparat peradilan sehingga
independensi dan imparsialitas aparat peradilan tetap terjaga
Selain tujuan di atas, meja informasi juga dapat berfungsi sebagai meja
pengaduan, sehingga seluruh bentuk pelayanan informasi di pengadilan dapat
dilakukan melalui meja informasi, baik itu informasi terhadap prosedur perkara
hingga penanganan perkara dan informasi lainnya yang berhubungan dengan
wewenang pengadilan baik di bidang kepaniteraan maupun kesekretariatan.

Pasal 24 UU No. 14 Tahun 2008 mengatur tentang pelayanan meja


informasi yang terdiri dari :
a. Pelayanan langsung, yaitu apabila pemohon informasi datang langsung ke
pengadilan
b. Pelayanan tidak langsung, yaitu apabila pemohon informasi tidak datang
langsung ke pengadilan tetapi menggunakan telepon atau alat komunikasi
lain
Pembuatan Permohonan/Gugatan Bagi Yang Buta Huruf

Surat Gugatan atau permohonan pada prinsipnya dibuat secara tertulis,


namun berdasarkan Pasal 118 HIR kalau ada pihak tidak bisa baca tulis (buta
huruf) gugatan/permohonan dapat diajukan secara lisan ke Ketua Pengadilan atau
dilimpahkan kepada hakim untuk disusun suatu surat Gugatan/Permohonan
kemudian dibacakan dan diterangkan maksud dan isinya kepada pihak kemudian
ditanda tangani oleh Ketua Pengadilan atau hakim yang ditunjuk (lebih jelasnya
lihat Pasal 120 HIR).
Orang yang bisa baca tulis dapat menyampaikan surat
gugatan/permohonan tersendiri sesuai dengan format yang berlaku secara umum
dilingkungan pengadilan, pada dasarnya format dalam penyusunan surat
gugatan/permohonan terdiri dari:
1) Pembukaan
Disetiap surat gugatan/permohonan pada dasarnya memiliki bagian awal
atau yang kami sebut sebagai pembukaan, bagian awal atau pembukaan ini
memuat (dituliskan) : perihal (misalnya Gugatan Waris, Gugatan
Peceraian, dll), tempat dan tanggal pembuatan surat gugatan/permohonan
(Misalnya: Yogyakarta, 14 April 2020), Tujuan Gugatan (Misalnya:
Kepada Yth. Ketua Pengadilan Negeri Sleman).
2) Identitas Para Pihak
Bagian identitas pada umumnya memuat identitas advokat jika yang
membuat gugatan/permohonan adalah advokat, jika dibuat sendiri maka
identitas para pihak yang mana meliputi: nama, usia, agama, pendidikan,
pekerjaan, kewarganegaraan, golongan darah jika perlu, status jika perlu,
dan alamat lengkap baik penggugat maupun tergugat agar mempermudah
dalam proses pemanggilan para pihak dalam persidangan nantinya.
3) Uraian Kejadian (Posita)
Posita atau yang sering juga disebut fundamentum petendi berisikan
kejadian atau fakta-fakta yang memuat dasar suatu gugatan/permohonan
diajukan atau adanya sengketa yang terjadi (recht fitum) dan hubungan
hukum yang menjadi dasar gugatan (rech gronden). Hendaknya dalam
membuat suatu surat gugatan/permohonan dibuatkan secara ringkas, jelas,
dan terperinci mengenai dalil-dalil yang berhubungan dengan perkara.
Antara posita yang satu dengan posita yang lain harus sinkron dan tidak
boleh saling bertentangan. Jika Posita yang satu sama yang lain saling
bertentangan akan mengakibatkan gugatan menjadi kabur atau obscur libel
maka akan dieksepsi pihak lawan.
4) Permohonan (Petitum)
Pada bagian petitum atau yang menjadi tuntutan pihak berisikan apa saja
yang diminta dan yang diharpkan oleh penggugat untuk dinyatakan dalam
putusan/penetapan kepada pera pihak terutama kepada tergugat/termohon
dalam putusan perkara. Tuntutan yang diminta untuk diputuskan harus
berdasarkan posita yang di uraikan. Tuntutan yang tidak berdasarkan
posita sebelumnya mengakibatkan tuntutan tidak diterima atau tidak
dikabulkan. Posita yang diuraikan ternyata tidak diajukan tuntutan maka
gugatan akan menjadi sia-sia karena hakim tidak berwenang memutuskan
apa yang tidak dituntut oleh para pihak yang berperkara. Tuntutan itu
sendiri terdiri dari dua hal yaitu tuntutan primair dan tuntutan subsidair.
Tuntutan primair adalah tuntutan yang merupakan tuntutan terhadap
gugatan pokok sedangkan tuntutan subsidair adalah tuntutan yang
merupakan tuntutan altrnatif atau pengganti yang biasanya tuntutan
subsidair dirumuskan dengan “Mohon putusan yang seadil-adilnya”.
5) Penutup
Pada bagian penutup pada umumnya memuat ucapan terimakasih dan
nama pihak serta di tanda tangani oleh para pihak.

Pos Bantuan Hukum

Pengadilan Agama Kota Pekalongan menyediakan Pos Bantuan Hukum


untuk masyarakat pencari keadilan yang tidak mampu baik secara ekonomi
maupun hukum dalam menjalankan proses hukum di Pengadilan. Pelayanan
Posbakum berlangsung selama 1 tahun anggaran sesuai dengan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung.
a) Penerima Jasa Pos Bantuan Hukum
Yang berhak menerima jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang yang
tidak mampu membayar jasa advokat terutama perempuan dan anak serta
penyandang disabilitas sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik sebagai Penggugat/Pemohon maupun Tergugat/Termohon.
Dan bantuan tersebut diberikan secara Cuma-Cuma tanpa dipungut Biaya.
b) Jenis Jasa Hukum
c) Jenis jasa hukum yang diberikan oleh Pos Bantuan Hukum di Pengadilan
Agama Kajen Kelas I.B berupa : Pemberian informasi, Advice,
Konsultasi, Pembuatan gugatan/permohonan.
d) Syarat dan Mekanisme Permohonan Bantuan Hukum
Pemohon jasa bantuan hukum mengajukan permohonan kepada Pos
Bantuan Hukum dengan melampirkan :
 Mengajukan permohonan secara tertulis/lisan yang berisi sekurang-
kurangnya identitas Pemohon dan uraian singkat mengenai pokok
permasalahan yang dimohonkan Bantuan Hukum, dengan mengisi
formulir yang telah disediakan.
 Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara.
 Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau
pejabat yang setingkat ditempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum;
 Surat Keterangan Tunjanagn Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga
Miskin (KKM), Kartu jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
dll,
 Surat Pernyataan tidak mampu membayar jasa advokat yang dibuat
dan ditandatangani oleh Pemohon Bantuan Hukum dan diketahui oleh
Ketua Pengadilan Agama untuk melihat informasi lebih lengkap
tentang pedoman bantuan hukum dapat dilihat pada Petunjuk
Pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 10 Tahun
2010 Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B.
Pendaftaran Permohonan/Gugatan (Meja 1)
Penyelenggara meja 1 mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan
perkara
2. Menerima pembayaran uang panjar biaya perkara dan biaya eksekusi dari
pihak calon penggugat atau pihak pemohon berdasarkan SKUM
3. Membukukan penerimaan uang panjar biaya perkara dan biaya eksekusi
dalam jurnal penerimaan
4. Mengembalikan asli SKUM kepada pihak calon penggugat atau pihak
calon pemohon setelah dibubuhi cap/tanda lunas
5. Menyerahkan biaya perkara dan biaya eksekusi yang diterimanya kepada
bendaharawan khusus dan dibukukan dalam buku jurnal
6. Mengeluarkan biaya perkara atas persetujuan pimpinan/atasan sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku
7. Melakukan kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara setiap hari
ke dalam buku induk keuangan perkara
8. Melakukan penutupan buku induk keuangan perkara atas perintah
pimpinan
9. Memelihara dan mengamankan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran biaya
perkara serta surat-surat berharga lainnya
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan/pimpinan

Prosedur Pembayaran Via Bank

1) Dalam pasal Pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi
slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank
tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti
nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara
menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang sebesar
yang tertera dalam slip bank tersebut.
2) Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari
petugas layanan bank, pihak berperkara menunjukkan slip bank tersebut
dan menyerahkan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada
pemegang kas.
3) Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali
kepada pihak berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas
dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali
kepada pihak berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang
bersangkutan.
4) Pihak berperkara menyerahkan kepada petugas Meja Kedua surat gugatan
atau permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap
serta tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
5) Petugas Meja Kedua mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan
dalam register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat
gugatan atau permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran
yang diberikan oleh pemegang kas.

Penomoran Berkas Perkara Dan Register Permohonan (Meja 2)

Dalam meja 2 terdapat tugas tugas antaranya :


Mendaftar perkara yang masuk ke dalam buku register induk perkara
sesuai dengan nomor perkara yang tercantum dalam SKUM atau surat
permohonan atau surat gugatan.
Pendaftaran perkara dilaksanakan setelah panjar biaya perkara dibayar pada
pemegang:
- Perkara verzet terhadap putusan verstek tidak di daftar sebagai perkara
baru.
- Perkara derden verzet (perlawanan pihak ketiga/didaftar sebagai perkara
baru).
Nomor perkara dalam register sama dengan nomor perkara dalam buku
jurnal. Kemudian, pengisian kolom-kolom buku register, harus dilaksanakan
dengan tertib dan cermat berdasarkan jalannya penyelesaian perkara. Berkas
perkara yang diterima, dilengkapi dengan formulir PMH, diserahkan kepada
Wakil Panitera untuk diserahkan kepada Ketua melalui Panitera. Sehingga,
Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya, segera diserahkan kepada
Majelis Hakim yang ditunjuk dengan dilengkapi PHS, dan pembagian perkara
dicatat dengan tertib.
Penetapan hari sidang pertama, penundaan sidang beserta alasannya,
berdasarkan laporan Panitera Pengganti setelah persidangan, harus segera dicatat
dalam buku register dengan tertib. Pemegang buku register induk harus mencatat
dengan cermat dalam register yang terkait, semua kegiatan perkara yang
berkenaan dengan perkara banding, kasasi, permohonan peninjauan kembali dan
eksekusi ke dalam buku induk yang bersangkutan.

Penetapan Majelis Hakim

1) Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah proses registrasi


diselesaikan, petugas Meja Il menyampaikan berkas gugatan/permohonan
kepada wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan
Agama melalui Panitera dengan dilampiri formulir Penetapan Majelis
Hakim (PMH).
2) Majelis Hakim harus terdiri dari tiga orang hakim (kecuali undang-undang
menentukan lain), dengan ketentuan:
a) Ketua clan Wakil Ketua Pengadilan Agama selalu menjadi Ketua
Majelis.
b) Ketua Majelis Hakim hendaknya Hakim senior pada pengadilan
tersebut, Senioritas tersebut didasarkan pada Iamanya seseorang
menjadi hakim.
c) Tiga orang hakim yang menempati urutan senioritas terakhir dapat
salin~ menjadi Ketua Majelis dalam perkara yang berlainan.
d) Susunan Majelis Hakim hendaknya ditetapkan secara tetap untuk
jangka waktu tertentu.
e) Untuk memeriksa perkara-perkara tertentu, Ketua Pengadilan
Agama dapat membentuk majelis khusus.
f) Majelis Hakim clibantuoleh Panitera Penggantidan Jurusita.
3) Ketua Pengadilan Agama selambat-Iambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari
kerja menetapkan Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara.
4) Apabila Ketua Pengadilan Agama karena kesibukannya berhalangan
untuk melakukan hal itu, maka ia clapat melimpahkan tugas tersebut untuk
seluruhnya atau sebagiannya kepada Wakil Ketua Pengadilan Agama atau
Hakim senior yang bertugas di Pengadilan Agama itu.
5) Penetapan Majelis Hakim dicatat oleh petugasMeja II dalam Buku
Register Induk Perkara.

Penunjukan Panitera Pengganti

Prosedur Penunjukan Jurusita / Jurusita Pengganti:

• Menerima berkas perkara yang telah ditetapkan PMH dari Ketua PA


• Menunjuk Juru Sita/Juru Sita Pengganti untuk membantu Majelis Hakim
dalam persidanga.
• Menginput data Juru Sita/Juru Sita Pengganti, tanggal penunjukkan pada
aplikasi SIPP, mencetak dan menandatangi surat Penunjukkan Juru Sita/Juru
Sita Pengganti
• Menyerahkan berkas kepada Ketua Majelis untuk ditentukan hari sidang
• Menerima berkas dari Panitera.

Penunjukan Jurusita / Jurusita Pengganti:

Di dalam kegiatan ini juga Mempunyai Dasar Hukum, UU No .7 Tahun


1989 tentang Peradilan Agama y.s.d.u UU No.3 Tahun 2006 y.s.d.u UU No.50
Tahun 2009 Pasal 118,120 HIR, KMA/001/SK/I/1991 tentang Pola-pola
Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama. Dan juga ada Kualifikasi Pelaksana diantara nya
Pendidikan minimal DIII, Memahami Pola Bindalmin, Menguasai aplikasi SIPP,
danMemiliki kewenangan untuk menetapkan Jurusita/JSP
Penentuan Hari Sidang

Dalam hal menentukan hari sidang, ditentukan berdasarkan penetapan


Majelis Hakim. Berkas perkara permohonan/gugatan diserahkan kepada Ketua
Majlis untuk dipelajari selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari kerja setelah
berkas diterima dari Ketua/Wakil Ketua Pengadilan Agama. Majelis yang
bersangkutan harus menentukan hari dan jam sidang melalui surat penetapan hari
sidang (PHS) kemudian dicatat pada court calendar Hakim. Selanjutnya
menginput data hari / tanggal sidang dan tanggal Penetapan Hari Sidang pada
aplikasi SIPP, serta mencetak dan menandatangani PHS.

Surat permohonan didistribusikan kepada anggota majelis untuk dipelajari.


Hakim/Ketua Majelis dalam menetapkan hari sidang perlu memperhatikan jarak
jauh-dekatnya tempat tinggal para pihak yang berperkara dengan letaknya
Pengadilan Agama yang digunakan untuk proses persidangan. Lamanya tenggang
waktu antara pemanggilan para pihak dengan hari sidang paling sedikit 3 hari
kerja. Penetapan hari sidang pertama, penundaan persidangan beserta alasan
penundaan berdasarkan laporan panitera pengganti setelah persidangan, harus
dicatat dalam buku register perkara dengan tertib.

Pencairan Dana Ke Kasir (Jurusita/Jsp) Dan Pemanggilan Para Pihak


(Jurusita/Jsp)

Dalam hal ini, Jurusita melakukan pencairan dana panggilan yang


dilakukan ke kasir terhadap ongkos / biaya pemanggilan para pihak kepada Kasir
dengan menunjukkan perintah Ketua Majelis Hakim melalui instrumen yang
dibuatnya. Dan kasir berhak menyerahkan uang ongkos / biaya pemanggilan para
pihak kepada Jurusita dengan mencatat semua pengeluaran dalam Buku Bantu
untuk selanjutnya mencatat dalam buku jurnal keuangan perkara.

Dan kemudian melakukan pemanggilan para pihak oleh jurusita. Setelah


majelis hakim menetapkan hari sidang perkara yang bersangkutan, kemudian
ketua majelis memerintahkan Jurusita/Jurusita Pengganti yang telah ditunjuk
untuk memanggil para pihak supaya hadir dalam sidang yang telah ditetapkan
dengan memberikan surat panggilannya langsung ke rumah masing masing
penggugat dan tergugat.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan Jurusita dalam memberikan surat


panggilannya antara lain :
a. Jauh / dekatnya tempat tinggal para pihak yang berperkara dengan
letaknya tempat persidangan, dan lamanya tenggang waktu antara
pemanggilan pihak-pihak dengan hari persidangan paling sedikitr 3 hari
kerja.
b. Pemanggilan pihak-pihak yang berperkara dilakukan oleh Jurusita yang
telah di SK kan dan telah mengangkat sumpah
c. Relaas panggilan harus menyebutkan antara lain: “Kepada pihak Tergugat
/Termohon boleh membawa surat-surat serta saksi-saksi yang dianggap
perlu”
d. Surat panggilan harus diserahkan langsung kepada pribadi orang yang
dipanggil di tempat tinggalnya dan jika tidak bertemu di rumahnya
diserhkan kepada Kepala Desa (Lurah) yang bersangkutan dan orang yang
menerima panggilan harus menandatangani relaas panggilan tersebut.
e. Jika yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan
dilakukan dengan cara menempelkan surat gugatan pada papan
pengumuman di Pengadilan Agama dan mengumumkannya melalui
masmedia (surat kabar, radio pemerintah/swasta).
f. Jika orang tersebut meninggal dunia, maka diberitahukan kepada ahli
warisnya, jika ahli warisnya tidak dikenal, maka dipakai ketentuan seperti
pada point e di atas.

Sidang (Majelis Hakim)

Setelah mendapatkan panggilan sidang, pada perkara perceraian, hakim


wajib mendamaian kedua belah pihak berperkara pada setiap persidangan. Jika
kedua belah pihak hadir dalam persidangan dilanjutkan dengan proses mediasi
sesuai PERMA Nomor 1 Tahun 2008.
Mediasi

Pada permulaan sidang sebelum pemeriksaan perkara, hakim diwajibkan


mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara (Pasal 154 R.Bg), dan
jika tidak damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi ini para pihak boleh
menggunakan hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama tanpa dipungut
biaya, kecuali para pihak menggunakan mediator dari luar yang sudah punya
sertifikat, maka biayanya seluruhnya ditanggung kedua belah pihak berdasarkan
kesepakatan mereka. Berikut tahapan-tahapan dalam mediasi:

a) Mediator memperkenalkan diri dan para pihak


b) Menekankan kesediaan para pihak untuk menyelesaikan masalah melalui
mediasi
c) Menjelaskan pengertian mediasi, peran mediator, serta prosedur mediasi
d) Menjelaskan pengertian kaukus dan parameter kerahasiaan
e) Menguraikan jadwal dan jangka waktu proses mediasi
f) Menjelaskan aturan perilaku dalam proses perundingan
g) Memberikan kesempatan bagi para pihak untuk bertanya dan
menjawabnya
h) Mengidentifikasi topik umum permasalahan, menyepakati subtopik
permasalahan yang akan dibahas dan menentukan urutan subtopik yang
akan dibahas dalam proses perundingan menyusun agenda perundingan 3.
i) Mengungkap kepentingan pribadi dengan mengemukakan pertanyan
langsung kepada para pihak ataupun merumuskan kembali pernyataan
yang dikemukakan oleh para pihak
j) Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran
yang posisonal tetapi tetap bersikap terbuka dan mencari alternatif
pemecahan masalah bersama
k) Mediator membantu para pihak dalam menentukan keuntungan sekaligus
kerugian jika menerima atau menolak pemecahan masalah
l) Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak
mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal
m) Para pihak yang telah menemukan titik temu dari kepentingan mereka
bersedia memberi konsesi satu sama lainnya
n) Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran untuk
menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian masalah
o) Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan
kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para
pihak untuk melaksanakan kesepakatan dan mengakhiri sengketa. Apabila
menempuh jalur damai, maka dibuatkan akta perdamaian (Acta Van
Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan putusan hakim,dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan
banding, kasasi dan peninjauan kembali. Namun bila mediasi tidak
mencapai kesepakatan, maka proses pemeriksaan di persidangan akan
dilanjutkan sesuai tahapannya.

Layanan Penyerahan Produk Pengadilan

Layanan Penyerahan Produk Pengadilan dilakukan oleh dilakukan oleh


Petugas Produk Pengadilan yang sebelumnya disebut sebagai Petugas Meja III,
Layanan Penyerahan Produk Pengadilan meliputi :
a) Penyerahan Salinan Putusan/Penetapan;
b) Penyerahan Akta Cerai; dan
c) Dokumen-dokumen resmi Pengadilan yang ditetapkan oleh
d) Peraturan Perundang-undangan;

Kepuasan Pihak Berkepentingan

Pihak-pihak yang berkepentingan dimana memberikan dampak yang


potensial pada kemampuan organisasi untuk secara konsisten memberikan
pelayanan terbaik yang memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan hukum
dan peraturan yang berlaku dengan menentukan:

a. Identifikasi pihak berkepentingan yang relevan dengan sistem manajemen


mutu.
b. Persyaratan-persyaratan yang diperlukanserta kebutuhan & harapan dari
pihak yang berkepentingan yang relevan dengan sistem manajemen mutu.
c. Menetapkan strategi/program yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan dari pihak berkepentingan.
d. Kebutuhan dan harapan dari pihak yang berpekara.

Anda mungkin juga menyukai