Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

KONSEP PENGELOLAAN ZAKAT PERTANIAN PADI DALAM UU NO.


23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
STUDI KASUS DI DESA SUKOKERTO KABUPATEN JEMBER

Proposal Penelitian ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Hukum
Dosen Pengampu:
Dr. Burhanuddin S., S.HI., M.Hum.

OLEH :
IGA PRISILIA OKTANIA
NIM 200202110111

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan rukun islam yang dianjurkan kepada umat islam
bagi yang berkecukupan dan mampu untuk mengeluarkan zakatnya dan bagi
yang belom mampu mengeluarkan zakat maka berhak untuk mendapatkan
zakat. Dengan melakukan pengelolaan yang baik, maka zakat masuk dalam
kategori dana yang potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan dan
mengembangkan kesejahteraan umum bagi seluruh elemen masyarakat.1
Salah satu gagasan besar penataan pengelolaan zakat yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan menjiwai keseluruhan
pasalnya adalah pengelolaan yang terintegrasi. Kata ‚terintegrasi‛ menjadi
asas yang melandasi kegiatan pengelolaan zakat di negara kita di semua
tingkatan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang mendapat legalitas
sesuai ketentuan perundang-undangan. Integrasi dalam pengertian undang-
undang berbeda dengan sentralisasi. Menurut ketentuan undang-undang,
zakat yang terkumpul disalurkan berdasarkan prinsip pemerataan, keadilan,
dan kewilayahan.
Zakat yaitu sebagian dari harta yang harus dikeluarkan dengan
ketentuan dan syarat tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk mendistribusikan kepada yang berhak untuk menerimanya,
dengan persyaratan yang telah ditentukan.2
Zakat menurut syara’ merupakan sejumlah harta yang tertentu dengan
mencapai syarat-syarat tertentu yang telah diwajibkan oleh Allah SWT
kepada setiap orang muslim agar berkenan untuk mengeluarkan dan
memberikan kepada orang yang berhak untuk menerimanya dengan ketentuan
tertentu pula yang telah ditetapkan.3
Indonesia memiliki lembaga zakat yang terbagi menjadi dua
kelembagaan pengelolaan zakat yang telah diakui oleh pemerintah yaitu:
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Adapun kedua
1
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 1
2
Didin Hafhiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
hlm. 7.
3
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hlm. 10
lembaga tersebut sudah jelas legal sehingga mendapatkan paying
perlindungan hukum dari pemerintah.4 Sedangkan wujud perlindungan yang
telah dilakukan oleh pemerintah terhadap kelembagaan khususnya lembaga
pengelolaan zakat maka hal tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan di dalam Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang
tersebut. Sudah ada yang mengatur maka setiap lembaga yang berhubungan
dengan zakat wajib menaati dan mengikuti prosedur serta koridor-koridor
hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar dalam pelaksanaan
pengelolaan dan pendistribusian zakatnya bisa berjalan dengan baik dan
lancer demi kemaslahatan umat.
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,
kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kondisi alam tersebut
memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk
melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian.
Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi
manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Pengembangan usaha
agribisnis menjadi pilihan yang sangat strategis di Indonesia karena
dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan yang luas,
keragaman hayati yang melimpah.
Lembaga zakat memiliki fungsi yang berbeda dengan lembaga-
lembaga yang lainnya. Adapun salah satu fungsi dari lembaga zakat yakni
pengumpulkan zakat, maka dalam pengumpulan zakat sangat diperlukan
sebuah managemen. Menagemen juga merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah perusahaan, oeganisasi, dan sangat penting pula untuk
digunakan dalam sebuah kegiatan. Karena dengan adanya managemen kita
dapat menguasai betul tentang sebuah penilaian bahkan akan menjadi mudah
dalam menyusun secara rinci terkait kegiatan apa saja yang akan dilakukan
dan harus tertuntaskan.

4
Yadi Janwari Djazuli, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 39 - 40
Agar menjadi lebih efektif maka sektor sosial yang merupakan salah
satu dari perhitungan pendapatan nasional badan amil dari sektor sosial yang
telah dikelola langsung oleh pemerintah melalui perundang-undangan,
sehingga pungutan pada masyarakat dapat dijamin oleh hukum dan dalam
pendistribusiannya dapat menjadi lebih terkontrol oleh masyarakat.5
Berbicara tentang zakat, maka hal yang terpenting adalah peran amil
zakat selaku pengemban amanah dalam pengelolaan dana zakat. Jika amil
zakat dapat menjalankan perannya dengan baik, maka tuju asnaf lainnya akan
menjadi lebih meningkat kejejahteraannya. Akan tetapi jika amil zakat tidak
dapat menjalankan perannya dengan baik, maka harapan untuk kesejahteraan
tujuh asnaf yang lain akan menjadi hal yang menjadi angan-angan belaka.
Itulah nilai strategis amil. Dengan kata lain di sebutkan, hal terpenting dari
zakat adalah bagaimana pengelolaannya (managemennya).
Para pengelola zakat perlu memahami lahirnya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang akan dilengkapi
dengan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang, sejatinya
bertujuan untuk menata pengelolaan zakat yang lebih baik. Di jelaskan dalam
Pasal 6, Badan Amil Zakat Nasional merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Pada prinsipnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 hadir untuk menata perkembangan perzakatan
di negara kita.
Memperbincangkan zakat dalam perspektif lainnya, maka
menjalankan kewajiban pembayaran zakat, diyakini dapat digunakan sebagai
alternative untuk mengentaskan kemiskinan ditengah-tengah masyarakat.
Oleh sebab itu para pengelola zakat perlu memahami lahirnya undang-undang
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang akan dilengkapi dengan
peraturan pemerintah tentang pelaksanaan undang-undang tersebut.6
B. Rumusan Masalah

5
Nuruddin Muhd Ali, Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 161.
6
Didin Hafifuddin, The Power Of Zakat, (Malang : Uin-Malang, Press, 2008), hlm.4
1. Bagaimana Peran Amil Zakat Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Zakat
Pertanian Padi ?
2. Bagaimanan pengelolaan zakat jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Peran Amil Zakat Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan
Zakat Pertanian Padi
2. Untuk pengelolaan zakat jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Agar dapat mengetahui bagaimana proses pengelolaan dana dari semua
hasil zakat yang di peroleh;
b. Agar dapat menjadi bahan informasi bagi semua kalangan yang akan
melakukan sebuah penelitian selanjutnya atau untuk mengetahui secara
mendalam dan menyeluruh tenteng proses pengelolaan zakat, termasuk
pada bagian bagaimana dalam menghitung zakat dan pada siapa zakat
tersebut didistribusikan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan sebuah sumbangsih pemikiran pada perkembangan
dan kemajuan zaman terhadap pengelolaan zakat yang ada di
Indonesia;
b. Untuk memberikan sebuah gambaran tentang bagaimana cara dalam
menghitung zakat, terutama bagi setiap orang yang telah memiliki
sebuah penghasilan yang diatas rata-rata sehingga diwajibkan baginya
untuk mengeluarkan hartanya yakni mengeluarkan zakat.
c. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih tentang
pengelolaan zakat yang dilakukan oleh amil zakat, sehingga penulis
dapat berbagi ilmu dan juga mendapat masukan dari sesama penimba
ilmu.
E. Definisi Operasional
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji secara
mendalam tentang peran amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
bentuk penelitian yang berjudul “Konsep Pengelolaan Zakat Pertanian Padi
Dalam UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Studi Kasus Di
Desa Sukokerto Kabupaten Jember”

F. Tinjauan Pustaka
1. Riset Terdahulu
Penelitian tentang Peran Amil Zakat Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan
Zakat, maka sangat banyak pula peneliti-peneliti terdahulu yang mengkaji
mulai dari penelitian tentang kewajiban zakat tersebut, atau bentuk-bentuk
harta yang terkena kewajiban zakat, bahkan sampai pada pelaksanaan
zakat di berbagai daerah dan lembaga. Beberapa penelitian sebelumnya,
yang sejenis dengan penelitian ini termuat dalam beberapa tema dibawah
ini :

1. Oleh Muhammad Wildan Humaidi dalam skripsinya yang berjudul


“Pengelolahan zakat dalam pasal 18 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2011
( Studi Respon Lembaga Pengelolahan Zakat di Kota Yogyakarta)
Dalam penelitian beliau disimpulkan bahwa prospek Implementasi UU
No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolahan Zakat belum dapat
direalisasikan secara penuh dan menyeluruh karena system
pemerintahan yang belum berjalan dengan baik dan masih ada beberapa
pasal yang bertentangan dengan kondisi masyarakat.
2. Oleh Trie Anis Rosyidah dalam tesisnya yang berjudul “Implementasi
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap legalitas pengelolaan
zakat oleh lembaga amil zakat (Studi pada beberapa LAZ di kota
Malang).” Dalam penelitian beliau disimpulkan bahwa masyarakat
lebih mempercayai lembaga Amil Zakat untuk mendistribusikan zakat
dari pada pemerintah karena, program yang ditawarkan oleh lembaga
amil zakat lebih menarik dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan
pemerintah, akibat kondisi pemerintah yang belum stabil hal ini
ditunjukkan dengan kondisi elemen pemerintah belum mengetahui UU
No. 23 Tahun 2011 dan tingkat korupsi yang sangat tinggi sehingga
masyarakat khawatir jika zakat disalahgunakan.
3. Oleh Titi Martini Harahap dalam tesisnya yang berjudul “Impelemntasi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan zakat dan
Implikasinya Terhadap Pengelolaan Zakat Profesi di BAZNAS Provinsi
SUMUT.” Dalam penelitian beliau disimpulkan bahwa untuk
mengimpelemtasikan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap
Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat Profesi BAZNAS Provinsi
SUMUT menghadapi kendala, diantaranya: Pertama, Kurangnya
dukungan pemerintah daerah dalam bentuk kebijakan. Kedua,
Kurangnya dana untuk melakukan sosialisasi yang membutuhkan biaya
banyak. Ketiga, Tidak adanya sanksi bagi muzakki yang tidak
membayar zakat. Keempat banyaknya masyarakat yang kurang
pemahaman terhadap kewajiban zakat profesi dan kurang kesadaran
berzakat melalui sebuah lembaga.
2. Kerangka Teori
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat secara etimologi memiliki beberapa ma’na, yaitu
keberkahan, pertumbuhan, perkembangan dan kesucian. Adapun arti
zakat secra terminologi bahwa zakat merupakan dari bagian harta yang
tertentu yang mana telah diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap
insan yang telah memiliki harta yang yang cukup untuk dikeluarkan
zakatnya kepada orang yang berhak menerima zakat tersebut dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
Adapun pengertian tentang zakat memiliki sebuah perbedaan dari
kalangan empat Imam Madzhab yang memberikan pengertian sebagai
berikut:
1. Zakat Menurut Pandangan Madzab Imam Hanafi
Menurut madzhab hanafi zakat mal adalah pemberian
karena Allah, agar dapat dimiliki dan diperoleh oleh orang fakir
yang beragama Islam, selain Bani Hasyim beserta bekas budaknya,
dengan sebuah ketentuan bahwa manfaat harta itu harus terputus,
artian tidar dapat mengalir lagi kepada pemiliknya dengan cara
apapun.
2. Zakat Menurut Pandangan Imam Madzab Maliki
Zakat menurut Imam Maliki bahwa zakat mal adalah
mengeluarkan sebagian zakat yang tertentu juga dengan syarat
pada harta tertertentu juga, yakni apabila barang merupakan
kepemilikan penuh dari seorang yang memberi dan telah berulang
tahun. Namun ada pengecualian terhadap sekain barang tambang
dan pertanian.
3. Zakat Menurut Pandangan Imam Madzab Syafi’i
Para ulama’ Syafi’imemberikan sebuah pandangan bahwa
zakat mal ialah harta tertentu yang dikeluarkan dari harta tertentu
dengan cara tertentu pula. Menurut pandangan ulama madzhab
iamam syafii zakat itu terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama
berkaitan erat dengan nilai yaitu zakat dagangan. Sedangkan yang
kedua sangat berkaitan dengan barang itu sendiri. Zakat jenis
terbagi menjadi tiga bagian, yakni zakat binatang, barang berharga,
dan tanaman.
Kemudian di antara binatang yang wajib di zakati, juga ada
bagian tertentu kerena tak semua binatang itu bisa dizakati
sekalipun telah mencapai nisob selama satu tahun. Adapun yang
diperbolehkan untuk dizakati itu hanyalah binatang ternak saja,
karena binatang ternak banyak dikonsumsi sebagai makanan atau
yang lainnya, selain populasinya cukup banyak. Sedangkan yang
masuk pada kategori barang yang sangat berharga dlam kehidupan
manusia yaitu termasuk pada suatu barang yang sangat memiliki
nilai lebih yakni emas dan perak saja karena keduanya merupakan
harga atau standar nilai barang-barang yang lain, sesuai dengan apa
yang telah ditentukan dan ditepkan oleh syara’.
4. Zakat Menurut Pandangan Imam Madzab Hambali
Menurut para fuqaha madzhab Imam Hambali zakat adalah
merupakan sebuah hak yang wajib dikeluarkan dari suatu harta.
Kemudian sebelum wajib dikeluarkan dari suatu harta. Kemudian
sebelum terlalu jauh pada mempelajari dan membahas ciri-ciri
zakat mal sebagai suatu hak tertentu dalam harta, maka penulis
akan memberikan pernyataan bahwa sejatinya pada prinsipnya
memungut dan membagikan zakat mal merupakan tugas
pemerintah dalam suatu negara. Dengan kata lain dapat disebutkan,
bahwa zakat meruppakan sebuah harta yang dimiliki oleh rakyat
dan diatur oleh pemerintah.
b. Hukum Zakat
Zakat fitri adalah Merupakan zakat yang diwawajibkan
untuk dikeluarkan setelah bulan Ramadhan. Adapun hukumnya
zakat fitri adalah wajib bagi setiap individu orang muslim, baik
laki-laki maupun perempuan baik sudah dewasa ataupun belom
dewasa.
c. Jenis Zakat
1. Zakat Fitri
Zakat fitri termasuk dalam kategori zakat jiwa yang
diwajibkan untuk setiap individu baik untuk orang yang sudah
dewasa maupun belum dewasa, dan dilaksanakan setelah
menunaikan ibadah puasa.
Adapun fungsi dari zakat fitri, akan dijelaskan sebagai berikut:7
a. Sebagai fungsi Ibadah

7
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 78.
b. Sebagai fungsi untuk membersihkan orang yang berpuasa
atas segala ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
c. Sebagai fungsi untuk memberikan kecukupan yang layak
kepada orang-orang miskin pada hari raya fitri.
Sedangkan zakat fitri itu wajib untuk dikeluarkan sebelum
dilaksanakannya shalat idul fitri, namun juga ada ijtihad ulama’
yang memperbolehkan untuk mengeluarkan zakat mulai dari
pertengahan bulan puasa. Bukan termasuk pada kategori zakat
fitrah apa bila dilaksanakan dan ditunaikan pada setelah shalat
hari raya idul fitri. Adapun ketika mengacu pada pendapat yang
paling, maka zakat fitri yang akan didistribusikan atau
dikeluarkan harus sesuai dengan kebutuhan pokok yang ada di
masyarakat dengan ukuran yang sesuai dengan timbangan yang
telah berlaku, juka menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang
baik, juga dapat diukur menggunakan dengan satuan uang. Di
Indonesia, zakat fitri itu diukur dengan menggunakan timbangan
beras dengan takaran sebanyak 2,5 kilogram.8
2. Zakat Mal
Zakat mal termsuk pada kategori zakat yang dikatan
sepadan dengan sodaqoh, bahkan dengan kata infaq. Dari Ketiga
ketentuan istilah tersebut merupakan kata yang mengindikasikan
adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta,
konsep ini sudah disepakati oleh para ahli Islam. Pada preode
makiyah konsep tentang shodaqoh dan infaq sangat lebih
popular dari pada zakat pada masa itu. Karena ibadah maliyah
pada periode ini mempunyai dampak sosial yang sangat begitu
dahsyat dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya
manusia baik pribadi maupun kelompok.9
d. Ketentuan Zakat

8
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 78
9
Ismail Nawawi, Managemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Prees, 2013), hlm. 80
Menurut Zuhaily (1984) dan Sahhatih (2007) yang dikutip
oleh Ismail mengemukakan syarat wajib zakat yaitu sebagai
berikut:10
1. Islam
Sepanjang sejarah kebudayaan islam maka tidak ada
kewajiban zakat bagi orang kafir sesuai pada kesepakatan yang
telah ditetapkan oleh (ijma’) para ulama’. Karena zakat
termasuk ibadah yang suci maka orang kafir tidak masuk pada
kategori tersebut, yakni orang kafir tidak suci berada dalam
kekufurannya. Maka Hal tersebut telah dijelaskan didalam
firman Allah dalam Surat At-Taubah (9) ayat 54.
Artinya: Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk
diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena
mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak
mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak
(pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa
enggan.
2. Merdeka
Seorang budak tidak memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan zakat karena sejatinya seorang budak tidak
memiliki apa-apa, juga tidak dapat memiliki harta dari zakat
karena semua yang dimiliki oleh seorang budak itu termasuk
pada kepemilikan sang tuan.
3. Harta yang dikeluarkan adalah Harta yang Wajib dizakati. Hal
ini ada 5 kreteria sebgai berikut:
1. Emas, perak dan uang baik yang logam maupun kertas;
2. Barang tambang atau barang temuan;
3. Binatang ternak;
4. Barang dagangan;
5. Hasil tanaman dan buah-buahan.

10
Ismail Nawawi, Managemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Prees, 2013), hlm.73-74
4. Mencapai Nisab
5. Harta yang akan dizakati harus dari kepemilikan sepenuhnya,
bukan dari harta hutang.
6. Harta yang akan dizakati telah mencapai satu tahun.
7. Harta yang akan dizakati telah melebihi kebutuhan pokok.
e. Rukun Zakat
Adapun rukun dari zakat adalah mengeluarkan sebagian
dari harta untuk delepaskan dari pemiliknya pada orang yang akan
menerima zakat. menjadikan sebagian milik orang fakir, dan
menyerahkan kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada
wakilnya, yakni imam atau orang yang bertugas memungut zakat
(amil).
f. Waktu Wajib Zakat
Zakat fitri juga boleh dikeluarkan satu atau dua hari
sebelum hari raya. Nafi’ menyatakan, ‚Ibnu Umar memberikan
zakat fitri kepada orang-orang yang pantas menerimanya. Bahwa
para sahabat biasa mengeluarkan zakat fitri satu atau dua hari
sebelum hari raya.11
Adapun yang terpenting pembayaran zakat fitri tidak boleh
ditunda hingga setelah shalat hari raya. Otang yang membayarnya
setelah hari raya dianggap bersedekah biasa, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits yang telah disebutkan di atas. Para ulama
bersepakat dalam hal kewajiban membayar zakat fitri tidak gugur
karena telah lewat batas waktu yang ditentukan, sebab zakat itu
merupakan kewajiban yang harus ditunaikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya. Sedangkan zakat fitri yang tidak
dibayar adalah merupakan hutang yang tidak akan gugur kecuali
kalau sudah dilunasi.
g. Orang yang Berhak Menerima Zakat

11
Abu Malik Kamal, Fiqih Sunah untuk Wanita (Jakarta: Al-I’tishom, 2010), 354-355.
Sebagai salah satu ibadah yang telah tertera di dalam salah
satu hukum islam, tentunya zakat memiliki sebuah aturan yang
mengikat jika di tinjau dari segi ilmu fiqihnya. Yakni kepada siapa
zakat akan diberikan dan di distribusikan.
Dalam QS At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan
ada 8 golongan orang yang menerima zakat yakni sebagai
berikut:12
1. Fakir adalah mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup;
2. Miskin adalah mereka yang memiliki harta namun tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup;
3. Amil adalah mereka yang mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat;
4. Mu'allaf adalah mereka yang baru masuk Islam dan
membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan
syariah;
5. Hamba sahaya atau budak yang ingin memerdekakan dirinya;
6. Gharimin adalah mereka yang berhutang untuk kebutuhan
hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya;
7. Fisabilillah, adalah mereka yang berjuang di jalan Allah
dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya;
8. Ibnu Sabil adalah mereka yang kehabisan biaya dalam
perjalanan dalam ketaatan kepada Allah SAW.

h. Hikmah Zakat
Adapun hikmah dari adanya zakat karena guna dari zakat
sangat penting dan banyak manfaat yang diperoleh baik bagi si

12
Abdul Jalil, Zakat Mal dan Syaratnya yang Wajib Diketahui, https://news.detik.com/berita/d-
4705404/zakat-mal-dan-syaratnya-yang-wajib-diketahui Diakses pada tanggal 3 April 2020, Pukul
12:20
kaya atau si miskin.Juga terhadap semua masyarakat umum, yakni
sebagai berikut:
a. Menolong orang yang lemah dan susah agar dapat
melaksanakan segala perintah ibadah yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT dan bagi segenap masyarakat;
b. Untuk membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlaq yang
tercela. Agar kita semua dapat menjalankan segala amanat
yang telah bertanggung jawabkan dengan mulia dan dapat
membagi pada sesame manusia atas harta maupun benda yang
telah dimiliki;
c. Sebagai ucapan rasa syukur atas segala nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT berupa kekayaan harta, hati, dan
jiwa. Karena sejatinya rasa terimakasih patut unttuk kita
persembahkan pada yang amaha kasih;
d. Untuk menghindari dan menjaga kejahatan-kejahatan yang
toidak di inginkan dari yang miskin, karena mereka tidak
berkecukupan;
e. Untuk menjaga rasa kasih dan saying antara si kaya dan si
miskin, supaya selalu hidup akur dan tentram dalam
menjalankan segala urusan dalam lini kehidupan yang nyata,
serta akan berfaedah manfaatnya bagi kedua belah pihak
ataupun bagi masyarakat umum.
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
a. Pengertian Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Di jelaskan di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat Bahwa Lembaga Amil Zakat
adalah merupakan sebuah perindustrian tempat pengelolaan zakat
yang mana dalam pembentukannya sepenuhnya atas prakarsa
masyarakat juga oleh masyarakat yang berkompeten dan bergerang
di bidang dakwah, sosial, pemdidikan, dan kemaslahatan
masyarakat.13
Pada Tanggal 14 Februari Tahun 2014 Presiden Republik
Indonesia bapak Susilo Bambang Yudhoyono telah
menandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14
Frebruari 2014 lalu telah menandatangani Peraturan Pemerintah
No. 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang tersebut.
Adapun Peraturan Pemerintah disini memiliki kewenangan
untuk mengatur tentang kedudukan, tugas dan fungsi Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS). juga termasuk keanggotaan BAZNAS,
organisasi, serta tatakerja BAZNAS. Seperti tata kerja yang sangat
strategis dalam mengoptimalkan segala sesuatu yang telah menjadi
ketentuan dari sebuah tujuan didalam organisasi tersebut. Juga
semua yang berkaitan dengan mekanisme dan persyaratan
perijinan, dan pembentukan perwakilan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) termasuk di dalamnya pembiayaan BAZNAS dan
penggunaan hak milik.
Di jelaskan di dalam Pasal 2 PP No. 14 Tahun 2014 bahwa
BAZNAS termasuk pada lembaga pemerintah nonstructural yang
sifatnya mandiri dan memiliki tanggung jawab kepada presiden
melalui perantara Peradilan Agama.
Disamping BAZNAS menjalankan tugasnya dengan penuh
kekonsentrasian dalam mengaktualisasikan dan merealisasikan
segala bentuk ketentuan yang ada, maka BAZNAS juga
menyelenggarakan beberapa fungsinya, yakni sebagai berikut:
1. Tentang perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
2. Tentang pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;

13
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada media Grup,
2009), hlm. 422
3. Tentang sebuah Pelaporan serta pertanggungjawaban dalam
pelaksanaa Pengelolaan Zakat.
b. Kewajiban Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Perlu untuk di ketahui bersama bahwa setelah Lembaga
Amil Zakat telah memenuhi segala persyaratan yang ada maka
dibalik itu semua juga ada kewajiban-kewajiban yang ditetapkan
oleh pemerintah. Kewajiban disini mencakup beberapa poin
diantaranya sebagai berikut:
1. Melakukan sebuah kegiatan harus sesuai dengan program kerja
yang telah disepakati;
2. Menyusun sebuah laporan yang termasuk juga laporan
keungan;
3. Memberikan sebuah tranparansi laporan keuangan yang selesai
diaudit melalui media masa dan sebagainya;
4. Menyerahkan sebuah laopran kepada pemerintah.
3. Zakat Pertanian
Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis zakat Maal,
objeknya emeliputi hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomi seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayuran, dan buah- buahan.
Diriwayatkan oleh Ibnu UmAR ra. Ia berkata : Nabi SAW
bersabda : “ Terhadap tanaman yang disirami hujan dari langit dan dari
mata air atau digenangi air selokan, dikeluarkan zakar persepuluhnya,
sedangkan terhadap tanaman yang diairi dengan sarana pengairan
seperduapuluhnya” (HR. Bukhori Dan Ahmad).
Adapun ketentuan-ketentuan Dario zakat pertanian yakni :
Mencapai nishab 653 kg gabah atau 520 kg jika yang dihasilkan
adalah makanan pokok .
1. Jika selain makanan pokok maka nishabnya disamakan dengan
makanan pokok paling umum di daerah
2. Kadar zakat apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata
air maka 10%
3. Kadar zakat jika diairi dengan cara disiram dengan
mengunakan alat atau irigasi maka zakatnya 5%.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah sarana untuk melakukan sebuah
penyelidikan dengan melakukan cara-cara yang telah ditentukan. Selain itu,
juga dapat menjadi alternatif yang dapat dilakukan oleh penulis agar dapat
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Karena metode penelitian merupakan hal yang sangat penting
untuk menentukan langkah-langkah kerja guna tercapainya sebuah tujuan
dalam penelitian.
Supaya bisa mendapatkan sebuah hasil yang optimal, maka sangat
diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan pembahasan.
Berdasarkan pada penelitian tersebut, maka metode penelitian yang di
gunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian hukum yang umum digunakan adalah
penelitian yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Namun dalam
penelitian ini, menggunakan penelitian yuridis normatif atau juga bisa di
sebut kiepustakaan (Library Research) karena penelitian ini bukan
termasuk penelitian lapangan langsung yang melakukan analisis tentang
sebuah fenomena yang terjadi di lapangan, akan tetapi penelitian disini
lebih menitik beratkan terhadap pengumpulan-pengumpulan dokumen dan
buku-buku.14
Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian yang mengkaji
tentang asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf singkronisasi hukum,
perbandingan hukum, dan sejarah hukum. Pada penelitian ini penulis
menganalisis dengan menggunakan tinjauan terhadap Undang-Undang No.
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah No.
14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang tersebut.

14
Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Hlm.
118
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan sebuah bentuk metode atau cara
untuk mengadakan penelitian agar peneliti mendapatkan sebuah informasi
penelitiannya dari berbagai aspek yang dijadikan isu yang di cari
jawabannya.15 Pendekatan penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian,
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian yuridis normatif,
pendekatan yang dapat digunakan antara lain:
a. Pendekatan Perundang-undangan;
b. Pendekatan Kasus;
c. Pendekatan Historis;
d. Pendekatan Komparati;
e. Pendekatan Konseptual.
Dari beberapa pendekatan tersebut, peneliti menggunakan dua
pendekatan.
1. Pendekatan perundang-undangan (statue approach), yakni
pendekatan yang menelaah semua atau salah satu perundang-
undangan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang
sedang diteliti. Suatu penelitian normatif tentunya memang
menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang diteliti
adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema
sentral suatu penelitian.16
2. Pendekatan konseptual (conceptual apporach) yang beranjak dari
pandangan dan doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.
Pendekatan tersebut digunakan untuk menemukan ide-ide yang
dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian hukum.
Begitu juga untuk menelaah tentang peran amil zakat dalam
mengoptimalkan pengumpulan dana zakat yang telah dilakukan.
3. Sumber Bahan Hukum

15
Bakker Johan Nasution, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: CV Bandar Maju, 2008), Hlm.
86
16
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayuedia
Publishing, 2007), Hlm. 302
Sumber bahan hukum yang digunakan pada penelitian bukum
Normatif ini yaitu berupa dokumentasi-dokumentasi terdahulu, Undang-
undang, pengaturan pemerintah, peraturan perundang-undangan, buku
hukum, media hukumonline, ensiklopedia, kamus hukum, jurnal hukum,
jurnal skripsi, buku jurnal terkait dengan pembangunan, Undang-Undang
berlaku terkait dengan Pembangunan.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam suatu penelitian, lazimnya dikenal tiga jenis alat pengumpul
data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi
dan wawancara atau interview. Karena penelitian ini merupakan penelitian
normatif, maka alat pengumpul data yang digunakan adalah studi
dokumen. Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-
bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengkaji, menganalisis serta menelaah lebih mendalam Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 2014 yang menjalankan UU No. No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Serta tulisan atau jurnal yang
mempunyai relevansi dengan objek pembahasan ini
5. Analisis Bahan Hukum
Teknik pengolahan bahan hukum merupakan bagaimana cara
mengolah bahan hukum yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan
penelitian bersangkutan melakukan analisa yang sebaik-baiknya. Setelah
mengumpulkan bahan hukum, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengolahan bahan hukum, yaitu mengelola bahan hukum sedemikian rupa
sehingga bahan hukum tersebut tersaji secara proporsional dan sistematis.
Peneliti menggunakan metode Pengolahan bahan hukum dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Analisis Prinsipal
Berbicara tentang zakat, maka hal yang terpenting adalah peran
amil zakat selaku pengemban amanah dalam pengelolaan dana zakat.
Jika amil zakat dapat menjalankan perannya dengan baik, maka tuju
asnaf lainnya akan menjadi lebih meningkat kejejahteraannya. Akan
tetapi jika amil zakat tidak dapat menjalankan perannya dengan baik,
maka harapan untuk kesejahteraan tujuh asnaf yang lain akan
menjadi hal yang menjadi angan-angan belaka. Itulah nilai strategis
amil. Dengan kata lain di sebutkan, hal terpenting dari zakat adalah
bagaimana pengelolaannya (managemennya).
Para pengelola zakat perlu memahami lahirnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang akan
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan
Undang-Undang, sejatinya bertujuan untuk menata pengelolaan
zakat yang lebih baik. Di jelaskan dalam Pasal 6, Badan Amil Zakat
Nasional merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional. Pada prinsipnya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 hadir untuk menata perkembangan
perzakatan di negara kita.
2. Analisis Dramatical
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat
 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 yang menjalankan UU
No. No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini di bagi menjadi beberapa bab :
Bab I : Pada bab ini di uraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Pada bab ini di uraikan tentang penelitian terdahulu untuk
menjamin orisinalitas penelitian dan kerangka teori sebagai alat
analisis dalam penelitian ini.
Bab III : Metode penelitian yang memuat tentang jenis penelitian,
pendekatan
Bab IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini di uraikan tentang bahan hukum yang sudah di
temukan dilanjutkan analisis menggunakan teknik analisis
prinsipal, sistematis, dan gramatikal. Analisis ini dilakukan dengan
berpijak pada pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
konseptual.
Bab V : PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan penelitian. Selain itu juga
dicantumkan saran-saran penelitian untuk mengelola prodi Hukum
Ekonomi Syariah, untuk Pemerintah, dan untuk penelitian
khususnya mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah yang akan
mengkaji topik sejenis pada waktu yang akan datang.
I. Daftar Pustaka
Soekanto Soerjono, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT Grafindo Persada). 2004
Sari Elsi Kartika, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Grasindo)
2006
Hafhiduddin Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani Press). 2002
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer,
(Jakarta: Salemba Diniyah). 2002
Djazuli Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada). 2002
Ali Nuruddin Muhd, Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). 2006
Hafifuddin Didin, The Power Of Zakat, (Malang : Uin-Malang, Press).
2008
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya). 2006
Nawawi Ismail, Managemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Prees). 2013
Kamal Abu Malik, Fiqih Sunah untuk Wanita (Jakarta: Al-I’tishom). 2010
Soemitra Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana
Prenada media Grup). 2009
Nasution Bakker Johan, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: CV
Bandar Maju). 2008
Ibrahim Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
(Malang: Bayuedia Publishing). 2007
Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Groub). 2010
Ali Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika).
2009
Soekanto Soerjono, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT Grafindo Persada), 2004
Abdul Jalil, Zakat Mal dan Syaratnya yang Wajib Diketahui,
https://news.detik.com/berita/d-4705404/zakat-mal-dan-syaratnya-yang-wajib-
diketahui Diakses pada tanggal 3 April 2020, Pukul 12:20

Anda mungkin juga menyukai