Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

MATA KULIAH MANAJEMEN ZISWAF

PENGELOLAAN ZAKAT OLEH BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DI KOTA


TASIKMALAYA

Oleh :
Siti Shopiah Dalimutiara 1184030118
Dosen Pengampu :

H. Arif Rahman S.Ag.,M.Pd.

Abstrak
Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disetiap daerah dan
dialami oleh setiap orang. Masalah ini terjadi antara kesenjangan antara si kaya dan si miskin,
menimbulkan gejala kemiskinan, dengan munculnya Badan Amil Zakat (BAZNAS) menjadi
salah satu Lembaga kebajikan milik pemerintah yang bertujuan menghimpun dan
menyalurkan dana zakat. BAZNAS Kota Tasikmalaya, merupakan representasi organisasi
pengelola zakat secara resmi, berperan dalam menghimpun dana zakat, infak dan sedekah di
Kota Tasikmalaya. Dalam pengelolaannya, dana yang telah terkumpul akan disalurkan pada
lima pilat program utama diantaranya : Tasik Cerdas (Program bidang Pendidikan), Tasik
Sehat (Program bidang kesehatan), Tasik Peduli (Program bidang kebencanaan), Tasik
Sejahtera (Program Bidang Ekonomi ) dan tasik berkarakter.
Kata kunci : Pengelolaan zakat, Baznas

Latar Belakang Masalah yang mengandung dua dimensi yaitu


Zakat merupakan kewajiban yang dimensi hablumminalloh atau hubungan
dikeluarkan oleh muzaki atau orang yang manusia dengan alloh dan dimensi
berkewajiban mengeluarkan zakat. Hal ini hablumminannas atau hubungan manusia
dikarenakan dalam harta kita terdapat hak dengan manusia.
orang lain yang harus dikembalikan kepada Zakat juga berperan penting dalam
yang berhak menerimanya sebagai wujud mewujudkan terciptanya keadilan dalam
pensucian harta. Zakat merupakan Ibadah bidang ekonomi dimana seluruh anggota
warga negara mempunyai sumber harta yang dimiliki seseorang untuk
pendapatan dan income untuk memenuhi diberikan kepada orang-orang yang
kebutuhan sehari-hari dalam rangka membutuhkan. Zakat wajib hukumnya atas
menjalankan roda kehidupan dimuka bumi setiap muslim. Zakat terdiri atas zakat
ini. Oleh karena diperlukan lapangan fitrah yang dibayarkan pada Bulan
pekerjaan yang cukup sebagai sumber atau Ramadhan sebelum berupa bahan makanan
ladang pendapatan yang halal. Dengan pokok dan zakat maal yakni harta harta
zakat maka akan terkumpul dana baru yang dimiliki sesuai dengan nisab (jumlah)
(fresh capital) yang bebas dari tekanan- dan haul kadar (waktu) tertentu. Hukum
tekanan apapun karena memang bersifat Islam mengatur tujuh golongan penerima
sukarela dan merupakan hak para kaum zakat yang disebut mustahik zakat.
miskin (Amma dalam Firmansyah dan Mustahik zakat ini yang utama adalah fakir
Sukmana, 2014:392). dan miskin. Dengan kata lain, Hukum
Menyejahterakan kehidupan bangsa Islam sangat memperhatikan pemenuhan
merupakan tujuan nasional yang kebutuhan orang-orang yang tidak mampu
diamanahkan dalam Pembukaan Undang- (fakir dan miskin) agar tidak terjadi
Undang Dasar Republik Indonesia alinea kesenjangan ekonomi dan sosial. Hukum
keempat. Pembangunan disegala bidang zakatlah yang menjembatani antara orang
diupayakan Pemerintah Indonesia untuk yang memiliki harta agar menyisihkan
meningkatkan kesejahteraan penduduk. sebagian pendapatannya untuk orang yang
Upaya tersebut didukung dengan tidak dapat mencukupi secara ekonomis
optimalisasi pelaksanaan peraturan (Purbasari, 2015:70).
perundang-undangan yang memiliki visi Oleh karena itu, penelitian ini
pemerataan pendapatan dan peningkatan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
kesejahteraan, seperti Undang-Undang pemberdayaan zakat baik zakat perorangan
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan maupun perusahaan oleh Badan Amil Zakat
Zakat (selanjutnya disebut Undang-Undang Nasional dan lembaga amil zakat di
Pengelolaan Zakat) dan diperbaharui wilayah Kota Tasikmalaya setelah
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun berlakunya Undang-Undang Pengelolaan
2011 tentang Pengelolaan Zakat Zakat.
(selanjutnya disebut Undang-Undang Metode Penelitian
Pengelolaan Zakat). Penelitian ini bertujuan untuk
Pemerataan pendapatan melalui konsep merancang model kebijakan dan kerangka
zakat berbasis pada penyisihan sebagian hukum yang dapat digunakan untuk
memberdayakan zakat dan menemukan Penelitian adalah di Badan Amil
model penerapan yang efektif untuk Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
pemberdayaan zakat dalam upaya
Tasikmalaya.
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu,
Kajian Pustaka
jenis penelitian yang tepat digunakan
adalah penelitian sosio perundang- Zainal Arifin menjelaskan pembangunan
undangan atau sering disebut dengan sistem Islam berdasarkan prinsip larangan
socio-legal research. Penelitian sosio al-Ikhtinaz artinya larangan menimbun
perundang-undangan (socio-legal
harta dan prinsip ta’awun artinya tolong
research) ini termasuk kategori penelitian
menolong (Arifin, 2002:3). Prinsip
non-doktrinal (non-doctrinal research)
artinya penelitian ini tidak hanya melarang mendiamkan (menimbun) harta
berfokus pada penafsiran peraturan sehingga menjadikan harta tersebut tidak
perundang-undangan melainkan produktif. Artinya, sektor ekonomi harus
membahas bagaimana hukum ini berlaku didorong melalui perputaran harta yang
pada konteks kemasyarakatan. Dengan
produktif melalui sektor perdagangan.
kata lain, penelitian sosio perundang-
undangan (socio- legal research) Prinsip ta’awun (tolong menolong)
mengabungkan penelitian hukum dengan diwujudkan salah satunya melalui konsep
investigasi permasalahan-permasalahan zakat yakni kewajiban umat Islam
sosial. Tujuannya adalah menjajaki apakah menyisihkan sebagian hartanya untuk orang
suatu kaidah hukum dianggap sudah
yang berhak menerimanya. Sementara itu,
cukup mewadahi permasalahan sosial
yang ada, mengkaji instrumen hukum Heri Sudharsono menegaskan bahwa
yang diperlukan masyarakat, menguji legitimasi hukum zakat ini sangatlah kuat
efektifitas jalannya suatu peraturan yakni tiga puluh kali disebut dalam Al-
perundang- undangan, memberikan Quran dan dua puluh tujuh kali disebut
masukan berkaitan dengan peraturan
bersamaan dengan perintah sholat yakni
perundang-undangan yang ada apakah
“Dirikan sholat dan tunaikan zakat”
dapat menjadi sarana kontrol atau
perubahan perilaku (Anwarul, 2007:10). (Sudharsono, 2003:232).
Pendekatan yang dipilih dalam Zakat secara etimologis berasal
penelitian ini adalah metode dari kata zaka artinya, “berkah,
kualitatif, dimana metode ini bersih, dan baik.” Zaka dapat pula
menekankan pada deskripsi fakta “berarti tumbuh dan berkembang”.
empiris yang terjadi dari masyarakat Secara terminologi, zakat berarti
dan memusatkan pada gejala-gejala “Sejumlah harta tertentu yang
sosial terjadi dan perspektif diwajibkan Allah diserahkan pada
masyarakat secara alami. Lokasi orang-orang yang berhak” (Yusuf,
1996:34). Berdasarkan dua BAZNAS memiliki keleluasaan untuk
pengertian tersebut dapat mendistribusikan dana infak dan sedekah
untuk program-program tersebut namun
disimpulkan bahwa zakat
pengelolaan dana zakat memiliki aturan
merupakan harta yang wajib
tersendiri. Pengaturan yang dimaksud
dikeluarkan oleh setiap muslim mencakup baik penerimaan maupun
untuk membersihkan ataupun penyaluran. Pertama, donatur harus jelas
menyucikan hartanya agar harta akad dana yang diberikan apakah untuk
keperluan zakat maal atau infaq dan
yang dimiliki menjadi berkah.
shadaqah sebab penyalurannya berbeda.
Selanjutnya, amil dan donatur akan
Pembahasan melakukan ijab kabul (serah terima) dan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, diakhiri dengan mendoakan donatur.
Pengelolaan Undang-undang Zakat di Permasalahannya donatur sering tidak
Indonesia diwadahi oleh Badan Amil menyebutkan secara jelas akad
Zakat (BAZNAS). Institusi pengelolaan penyerahan dana ini diperuntukkan
ini sesuai dengan ketentuan Undang- tujuan zakat, infak, sedekah, atau wakaf
Undang Pengelolaan Zakat. Sayangnya produktif. Mereka cenderung
Undang-Undang ini lebih mengutamakan menyerahkan pada lembaga amil zakat
pengaturan pengelolaan zakat tetapi tidak akan dikategorikan zakat, infak, sedekah.
menekankan pada kewajiban pembayaran Padahal ketiganya mempunyai
zakat bagi umat Islam. Jika pengaturan konsekuensi hukum yang berbeda.
kewajiban ini diwadahi, tentunya menjadi Hukum zakat adalah wajib yang
potensi zakat pengelolaan ekonomi yang artinya jika tidak ditunaikan berdosa
cukup besar. sementara hukum infak dan sedekah
Potensi zakat yang dimaksud adalah adalah sunah sehingga pemberi infak dan
berkaitan dengan mayoritas penduduk sedekah akan diberi pahala lebih jika
Indonesia beragama Islam. Jika melaksanakannya. Permasalahan ini
Undang-Undang Zakat ini diiringi terjadi karena kurang pahamnya donatur
pengaturan mengenai mekanisme mengenai hukum menafkahkan harta
kewajiban untuk membayar zakat bagi dan konsekuensinya. Oleh karena itu,
Muslim tentunya menjadi potensi amil akan berupaya menjelaskan dan
pemasukan negara yang besar. Sayangnya, menegaskan kembali status dana yang
Pemerintah Indonesia lebih sering dibayarkan. Setelah dana
mengampanyekan peningkatan kesadaran diserahterimakan, amil akan
pembayaran daripada kesadaran mendistribusikan berdasarkan akad awal
membayar zakat. Kampanye zakat lebih penyerahan apakah zakat, infak atau
banyak dilakukan Lembaga Amil Zakat, sedekah. Penyaluran dana infak dan
yang mayoritas dilakukan di bulan sedekah didistribusikan pada program
Ramadhan. lembaga baik pendidikan, kemanusiaan,
pemberdayaan ekonomi ataupun dakwah. bertindak sebagai muzakki (pembayar
Adapun penyaluran zakat ini dikontrol zakat) merasa dibebani dua kewajiban
dengan standar yang jelas dan harus sekaligus. Kewajiban tersebut meliputi
memenuhi kriteria delapan asnaf ini, tidak membayar zakat sebagi perintah agama
boleh diperuntukkan yang lain sebab dan membayar zakat sebagai kewajiban
distribusi zakat telah diatur dalam hukum warga negara.
Islam. Dengan kata lain zakat harus Pelaksanaan pemberian insentif pajak
didistribusikan untuk kepentingan delapan atas dasar pembayaran zakat belum
asnaf (golongan) yang wajib menerima berjalan maksimal sebab insentif pajak
zakat (mustahiq zakat) yakni fakir, atas zakat dapat diberikan asalkan zakat
miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, dibayarkan melalui BAZNAS bukan LAZ.
sabilillah, ibnu sabil yang diatur dalam Padahal, kendala utama penyaluran zakat
Al-Quran. melalui BAZNAS adalah segmentasinya
Penyaluran zakat untuk kepentingan adalah pejabat, birokrat, PNS dan masih
umum dimungkinkan dalam skala terbatas rendahnya kepercayaan masyarakat pada
yakni dalam konteks sabilillah yakni BAZNAS akibat kurangnya tata kelola
kepentingan perjuangan dan/atau pemerintahan yang bersih. Selain itu,
kemaslahatan umat selama tidak dibiayai belum jelas pula apakah zakat yang
cukup oleh pemerintah. Namun, dibayarkan masuk kas negara atau kas
kepentingan fisabilillah ini adalah urutan BAZNAS. Jika masuk dalam kas
ketujuh di antara para mustahik. Dana BAZNAS artinya penerimaan zakat tidak
beasiswa dapat pula diberikan dengan dimasukkan pada penerimaan negara.
catatan masuk salah satu kategori dari Artinya, Pemerintah Indonesia belum
delapan asnaf tersebut. serius mendorong umat Islam untuk
Meskipun penerimaan zakat oleh membayar zakat (tidak hanya pajak)
BAZNAS cenderung meningkat tiap sekaligus menjadikan potensi
tahunnya, upaya pemerintah dalam pengumpulan zakat sebagai penghasilan
mendorong masyarakat membayar zakat negara.
belum optimal. Kenyataannya, Pemerintah Kesimpulan
terus berupaya mengampanyekan
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan
kesadaran membayar pajak dan
yang dirumuskan adalah pengelolaan zakat
mendorong masyarakat memiliki Nomor
oleh Badan Amil Zakat Nasional di
Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi,
wilayah Kota Tasikmalaya masih
memberi insentif pajak berupa
berorientasi pada zakat perseorangan
pemotongan persentase pajak jika
dengan segmentasi wajib zakat yang
memiliki NPWP. Namun, pemerintah
berbeda. Kendala dalam penghimpunan
tidak pernah mengampanyekan sadar
dana zakat adalah faktor kesadaran hukum
zakat bagi umat Islam. Kampanye sadar
masyarakat atas hukum wajib zakat dan
zakat justru dilakukan oleh Lembaga Amil
kekurangpahaman pentingnya akad
Zakat. Akibatnya, umat Islam yang
penyerahan harta kepada lembaga penyalur
apakah untuk keperluan zakat, infaq atau Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan,
shodaqoh. Akad penyerahan harta akan Bogor.
berpengaruh pada pola penyaluran harta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
sebab zakat wajib diberikan pada delapan
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran
asnaf penerima zakat. Selain itu,
ketidakjelasan akad akan berakibat belum Negara Republik Indonesia tahun 2011
gugurnya kewajiban membayar zakat. Nomor 115).
Namun dari tahun ketahun, kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya
melakukan zakat sudah meningkat.
Terbukti dengan adanya pelaporan dari tiap
amil zakat kelurahan 95% melakukan zakat
terutama zakat fitrah kemarin.
Daftar Pustaka
Firmansyah, Irman dan Sukamana, Wawan,
“Analisis Problematika Zakat Pada
Baznas Kota Tasikmalaya: Pendekatan
Metode Analytic Network Process
(ANP)”, Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 2 (2), Hal. 392-406,
2014.
Purbasari, Indah, “Pengelolaan Zakat Oleh
Badan dan Lembaga Amil Zakat di
Surabaya dan Gresik”, Jurnal Mimbar
Hukum, Vol. 27 (1), Halaman 68-81,
Februari 2015.
Zainul Arifin, 2002, Dasar-Dasar
Manajemen Bank Syariah, Alfabet,
Jakarta.
Heri Sudharsono, 2003, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta.
Qardawi, Yusuf, 1996, Hukum Zakat: Studi
Komparatif Mengenai Status dan
Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan
Hadis, (terjemah Salamun Harun, dkk),

Anda mungkin juga menyukai