Anda di halaman 1dari 42

Operation and Maintenance

(OM),Profil Hidrolis, BOQ


Febri Eko Wahyudianto
Operation and Maintenance (OM)

2
Operation and Maintenance
▪ Tiga komponen utama pada sistem control:
1. Operation
▪ Aktifitas harian atau periodic yang dilakukan untuk memastikan performa
suatu sistem pengolahan berjalan baik dan stabil
2. Maintenance
▪ Aktifitas untuk menjaga struktur pada unit pengolahan pada kondisi yang baik
3. Information
▪ Komunikasi dan tulisan pihak-pihak terkait yang digunakan sebagai catatan
OM pada sistem pengolahan

3
Secondary Treatment
(Anerobik)

4
Secondary Treatment
(Anerobik - Preliminary)

5
Secondary Treatment
(Anerobik – Anaerobic reactors)

▪ Monitoring efisiensi reactor


▪ Monitoring stabilitas
▪ Monitoring kuantitas dan
kualitas sludge

6
Secondary Treatment
(Anerobik – Dewatering (drying beds)

▪ Parameter penting:
▪ Beban solid pada bed
▪ Waktu perlokasi
▪ Komposisi dan kualistas
lumpur kering

7
Secondary Treatment
(Aerobik)
a.Input variables
▪ Ex: Influent Characteristics (BOD, SS,
TKN
b.Control variables (state and/or
output)
▪ Ex: MLSS, DO, Sludge blanket level.
c.Measure variable
Input, control atau variable lain yang
menyediakan informasi pada control
d.Manipulated variables
▪ Level aerasi
▪ Return sludge flow (Qr)
▪ Excess sludge flow (Qex)

8
Secondary Treatment
(Aerobik – DO control)
▪ Metode yang dapat digunakan
a) Mechanical aeration
▪ Pengaturan on-off aerator
Surface mechanical aerator
▪ Variasi kecepatan putaran aerator
▪ Variasi level aerator
▪ Variasi tinggi muka air
b) Difussed air aeration
▪ Variasi kecepatan blower
▪ Variasi inlet
Diffused Aeration

9
Secondary Treatment
(Aerobik – Solid control)
▪ Kontrol pada manipulated variable:
a) Return sludge flow (Qr)
▪ Constant Qr
▪ Qr proporsional dengan influent flow (Q)
▪ Qr fungsi dari SVI
▪ Qr fungsi dari sludge blanket level pada
Secondary sedimentation tanks
b) Excess sludge flow (Qex)
▪ Kontrol MLSS (constan MLSS)
▪ Kontrol of Sludge load (constant F/M Ratio)
▪ Kontrol usia lumpur (constant θ)

10
Monitoring Secondary
Treatment (Aerobik)

11
Bak Pengendapan
▪ OM paling penting yaitu optimasi pembuangan lumpur
▪ Durasi dan siklus pembuangan lumpur dapat ditentukan
berdasarkan ujicoba pada unit.
▪ Pemantauan kekeruhan pada tangka sedimentasi dan perhitungan
HLR.
▪ Pemantauan terhadap beberapa bagian tanki seperti weir dll

12
Solid Mass Balance
13
Solid Mass Balance
▪ Mass balance digunakan untuk mengetahui arah aliran massa pada
suatu sistem.
▪ Mass balance umumnya dihitung berdasarkan basis debit rata-rata,
BOD rata-rata dan TSS.
▪ Mass balance dapat digunakan memprediksi beban tambahan pada
unit pada instalasi pengolahan air limbah yang dikarenakan adanya
resirkulasi.

14
Solid Balance
▪ Bagaimana
mass balance
dari skema
tersebut?

15
Metcalf and Eddy (2014) 16
Plant Layout
17
▪ Layout Blue Plains
Advanced Waste
Water Treatment
Plant
▪ Kapasitas 16,2 m3/s

Metcalf and Eddy (2014) 18


▪ Citra: Blue Plains
Advanced Waste
Water Treatment
Plant
▪ Kapasitas 16,2 m3/s

19
Profil Hidrolis
20
Pendahuluan
▪ Profil hidrolis merupakan gambar yang merepresentasikan garis
hidrolis pada tiap jalur pipa ataupun unit pengolahan.
▪ Profil hidrolis ditunjukkan dari nilai hydraulic grade line yaitu garis
yang memperlihatkan besarnya tekanan pada pipa di titik tertentu
sebagai akibat dari gesekan yang terjadi, perubahan kecepatan,
dan perubahan energi.
▪ Besarnya hydraulic grade line ditentukan dalam meter kolom air.

21
Prinsip dasar Profil Hidrolis
▪ Prinsip-prinsip dasar yang digumakan untukmenghitung profil hidrolis, antara lain sebagai
berikut;
a) Profil hidrolis dihitung untuk keadaan debit air buangan puncak (peak), rata-rata
(average), dan debit minimum.
b) Profil hidrolis biasanya diterapkan pada tiap unit bangunan pengolahan atau unit titik-titik
utama aliran misalnya pompa.
c) Total headloss pada bangunan pengolahan air buangan merupakan penjumlahan nilai
headloss pada unit pengolahan dan pada saluran serta sambungan pipa.
d) Headloss pada unit pengolahan terdiri atas:
▪ Headloss pada struktur influent.
▪ Headloss pada struktur effluent.
▪ Headloss pada unit.

22
Prinsip dasar Profil Hidrolis
e) Total headloss melalui saluran, sambungan pipa dan peralatan lain merupakan
penjumlahan dari:
▪ Headloss entrance.
▪ Headloss pada saat keluar sistem.
▪ Headloss akibat pengecilan atau pembesaran saluran.
▪ Headloss akibat gesekan.
▪ Headloss akibat adanya asesoris pipa.
▪ Headloss yang dibutuhkan wier dan kontrol hidrolis lainnya.
▪ Gerak jatuh bebas.

23
3. Perhitungan Profil Hidrolis

▪ Kehilangan tekanan yang terjadi akibat aliran dalam sistem perpipaan ada dua
macam yaitu major losses yang diakibatkan oleh friksi di sepanjang pipa dan
minor losses yang merupakan kehilangan tekanan yang terjadi pada
perlengkapan pipa.

24
# Major Losses dalam pipa
▪ Friksi atau gesekan yang terjadi antara aliran air dengan dinding pipa merupakan
kehilangan tekanan terbesar dari suatu sistem perpipaan. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan adalah hasil formulasi dari
Hazen Williams.
1,85
𝑄
𝐻𝑓 = .𝐿
0,2785 . 𝐶 . 𝐷2,63
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/dt)
C = koefisien Hazen Williams
D = diameter pipa (mm)
L = panjang pipa (m)

25
*Nilai Koefisien C untuk Beberapa Jenis Pipa

Jenis Pipa Nilai C Keterangan


Alumunium composite Panel (ACP) 140 Baru
130 Perencanaan
Besi dengan las 140 Baru
100 Perencanaan
Beton 140 Baru
130 Perencanaan
Cast iron pipe (CIP), coated 130 Baru
100 Perencanaan
Plastik dan PVC 140 Baru
130 Perencanaan

Sumber : Fair, et. al., (1971)

26
# headloss pada saluran terbuka
𝑛×𝑣 2
𝐻𝑓 = 2 ×𝐿
𝑅3 y

Keterangan :
v = kecepatan aliran (m/dt)
n = koefisien manning (0,015) b
R = Jari-jari hidrolis (m)
L = panjang saluran (m) b×𝑦
𝑅=
2𝑦 + 𝑏

27
# Minor Losses
▪ Rumus yang dipergunakan untuk menghitung besarnya minor losses ini adalah
rumus Darcy-Weisbach.
𝑉2
𝐻𝑓 = 𝐾
2𝑔

Keterangan
K = koefisien kehiangan tekan
V= kecepatan aliran

28
*Nilai K untuk Beberapa Jenis Perlengkapan Pipa
Jenis Perlengkapan Pipa Nilai K Jenis Perlengkapan Pipa Nilai K
Gate Valve kondisi: Sudden Contraction:
Terbuka penuh 0,2 d/D = ¼ 0,42
¼ terbuka 1,2 1,2 d/D = ½ 0,33
½ terbuka 5,6 d/D = ¾ 0,19
¾ terbuka 2,4 Sudden Enlargement:
Angle Valve kondisi terbuka penuh 2,5 d/D = ¼ 0,92
Butterfly Valve kondisi: d/D = ½ 0,56
Sudut bukaan 10° 1 d/D = ¾ 0,19
Sudut bukaan 40° 10
Sudut bukaan 70° 92
90° elbow dengan:
Regular flange 0,21 - 0,3
Long radius flange 0,14 - 0,23
Short radius screwed 0,9
Medium radius screwed 0,75
Long radius screwed 0,6

29
Headloss pada influent chanel
2
𝑄
𝐻𝑓 =
𝐶𝑑 𝐴 √2𝑔

Keterangan :
+7,30 +7,16
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien of discharge (0,61 for square-edge enterance)
A = Luas area influent (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Contoh Unit A

30
Contoh Profil hidrolis
▪ Unit kolam aerasi memiliki kehilangan tekanan (headloss) pada masing-masing
bagian unit sebagai berikut:
Struktur influent : 0,03 m
Struktur effluent : 0,02 m
Unit aerasi : 0,65 m
Jika muka air awal (sebelum unit aerasi) pada ketinggian +10,30 m maka tentukan
posisi muka air pada outlet kolam aerasi?
+10,30

kolam aerasi

31
BOQ
32
pendahuluan
▪ Perhitungan Bill of Quantity (BOQ) bertujuan untuk mengetahui jumlah atau
kuantitas material-material yang diperlukan dalam suatu perencanaa berdasarkan
pada kebutuhan unit bangunan yang direncanakan
▪ Rencana Anggaran Biaya adalah suatu rencana anggaran biaya yang akan
dikeluarkan pada suatu proyek dimana hal itu didasarkan pada gambar kerja.
Dalam aplikasinya di lapangan Rencana Anggaran Biaya merupakan alat untuk
mengendalikan jumlah biaya penyelesaian pekerjaan secara berurutan sesuai
dengan yang telah direncanakan.

33
No. Unit Uraian Ukuran Kuantitas Satuan
1. Rumah pompa Jumlah unit 1 Unit
Contoh BOQ Dimensi:
Diameter 5 m
Tinggi 12 m
Aksesoris:
Tee Ø150 x 250 2 mm
Ø250 x 300 1 mm
Increaser Ø100 x 150 2 mm
Ø300 x 400 2 mm
Bend flange 90˚ Ø100 x 150 2 mm
Flange 90˚ Ø400 5 mm
Pompa 1 unit
1. Bak pengendap I Jumlah unit 2 unit
Dimensi:
Panjang (P) 40 m
Lebar (L) 10 m
Ttengah 2,5 m
Tpinggir 2 m
Aksesoris:
Pompa 1 unit
Bend flange 90˚ Ø100 x 150 1 mm

34
Latihan
▪ Unit UASB digunakan untuk mengolah air limbah domestik kota Surabaya. Ilustrasi
reactor UASB yang digunakan seperti gambar berikut:

▪ Estimasikan aksesoris pipa dari ilustrasi gambar tersebut!

35
Latihan
▪ Estimasikan
aksesoris pipa dari
ilustrasi gambar
berikut!

36
Identifikasi Bahaya dan
Tindakan K3
37
Mengidentifikasi Bahaya dalam Pengolahan Air Limbah
▪ Identifikasi bahaya dilakukan di area pengolahan air limbah dengan
tujuan mengetahui potensi bahaya dan pengendalian yang dapat
dilakukan.
▪ Cara yang dapat digunakan yaitu:
▪ Job Safety Analysis (JSA)
▪ Hazard Identification, Risk Asssesment and Risk Control (HIRARC)

38
Mengidentifikasi Bahaya dalam Pengolahan Air Limbah
Pengenda Penilaian
Rencana
Uraian Potensi lian
Risiko Tingkat Pengendal
Kegiatan Bahaya Risiko Peluang Akibat
Risiko ian
saat ini
Utk tingkat risiko
4 5 20 (E) H dan E perlu
dituliskan
rencana
pengendaliannya

Peluang Akibat Peluan Akibat


5 : hampir pasti akan terjadi 1 : cidera ringan g 1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 : cenderung untuk terjadi 2 : medical treatment
4 M H H E E
3 : mungkin dapat terjadi 3 : hilang hari kerja
3 L M H E E
2 : kecil kemungkinan terjadi 4 : cacat/ gangguan kesehatan
2 L L M H E
1 : jarang terjadi 5 : kematian/ PAK 1 L L M H H

E: Extreme Risk; H: High Risk; 39


M: Moderate Risk; L: Low Risk
Tindakan K3 dalam keadaan darurat
▪ Dalam bangunan pengolahan air limbah selalu memiliki potensi bahaya
dan keadaan darurat
▪ Diperlukan identifikasi keadaan darurat yang berpotensi terjadi seperti
gempa bumi, banjir, kerusakan alat, shutdown mendadak dll.
▪ Langkah yang perlu diambil dalam keadaan darurat:
▪ Menghentikan sumber air limbah
▪ Membuat jalur dan sistem komunikasi serta memberikan informasi kepada
seluru stakeholder
▪ Membuat dan melaksanakan prosedur evakuasi
▪ Menyediaan kelengkapan kedaruratan (air bersih dll)
▪ Pemantauan lokasi setelah terjadi keaadaan darurat
40
Tindakan K3 dalam keadaan darurat

Komunikasi
ke
stakeholder

Observasi Pengendalian Pengendalian Rencana


Situasi Sumber sebaran Perbaikan

Evakuasi

41
TERIMAKASIH

42

Anda mungkin juga menyukai