Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PERENCANAAN SISTEM

BILGA DAN BALLAST

Disusun Oleh:
Nama : Denis Irwin Maulana
NRP : 0317040021
Program Studi : D4 Teknik Permesinan Kapal

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN


KAPAL
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
DATA UTAMA KAPAL

LWL = 99,91 m
LPP = 97,95 m
B = 16,4 m
H = 9,15 m
T = 6,72 m
Vs = 12,4 knot
Type = General Cargo

SISTEM BILGA
1. Pengertian
Sistem bilga merupakan salah satu system di kapal yang digunakan untuk menjaga
keselamatan kapal. Fungsi utama sistem bilga adalah penguras (drainase) bila terjadi
keborocan pada kapal yang disebabkan oleh kandasnya kapal (grounded ) atau tabrakan,
sistem pengurasan harus dapat dilakukan secepat mungkin dari dalam
keluar kapal. Fungsi lain dari sistem bilga adalah nenguras air yang jumlahnya relatif
sedikit yang ditampung di dalam sumur bilga (bilge well ).Cara kerja sistem bilga yaitu
menampung air di dalam sebuah sumur yang disebut sumur bilga (bilge well ),
kemudian air tersebut dihisap oleh pompa bilga dan dibuangmelaui keluar kapal melaui
overboard . Sementara air yang mengandung minyak ditampung di sebuah tangki,
kemudian air yang mengandung minyak tersebut ditreatment di dalam sebuah
peralatan yang disebut oil water separator untuk mengurangikandungan minyak di
dalam air sebelum dibuang keluar kapal melalui overboard. Air didalam kapal yang
dikuras oleh sisitem bilga dapat berasal dari :
• Terjadinya tabrakan yang menyebabkan robeknya pelat
• Pengembunan air laut pada pelat.
• Rembesan pada sambungan pelat yang disebabkan oleh penyambuangan yang
kurang baik (karena reatakan).
• Terjadinya kebocoran pada sistem perpipaan.
2. Peraturan Mengenai Sistem Bilga Berdasarkan Class dan Statutory
a) Berdasarkan LR section 11/ part 5/ chapter 12, pipa baja yang di galvanis
(galvanising steel pipe) merupakan perlindungan terhadap korosi yang umum
dilakukukan, direkomendasikan sebagai perlindungan umum untuk sistem perpipaan
air laut, termasuk untuk sistem bilga dan system ballast
b) Berdasakan LR section 4/ part 5/ chapter 13, emergency bilge suction harus
disediakan disetiap kamar mesin utama. Sisi hisap harus mengarah ke pompa
pendingin utama dari level yang lebih rendah di kamar mesin dan harus dilengkapi
dengan SDNRV (screw-down non-return valve) yang memiliki spindle yang
diperpanjang tidak kurang dari 460 mm di atas platform bawah.
c) Berdasakan LR section 4/ part 5/ chapter 13, jika terdapat dua atau lebih
pompa pendingin, masing-masing harus mampu menyediakan air pendingin untuk
daya normal,hanya satu yang perlu dihubungkan dengan emergency bilge suction
d) Berdasakan LR section 4/ part 5/ chapter 13, jika pompa air pendingin tidak
memenuhiuntuk digunakan pada sistem bilga,emrgency bilge suctionharus
dihubungkan denganpompa yang memiliki daya terbesar. Pompa ini memiliki
kapasitas tidak kurang darikapasitas yang dibutuhkan sistem bilga dan sisi hisap
sistem bilga memiliki diameter yang sama dengan pipa cabang sistem bilga.
e) Berdasarkan LR section4/part5/chapter 13, jika pelat double bottom
sepanjang dan selebar kamar mesin maka harus disediakan satu bilge suctiondan
satudirect bilge suction, terletak di sisi kapal.
f) Berdasarkan LR section5/part5/chapter 13, diameter pipa utama sistem bilga
tidak boleh kurang dari rumus berikut, tetapi diameter pipa utama sistem
bilga tidak boleh kurang dari diameter pipa cabang system bilga pada kapal
3. Perhitungan Sistem Bilga
a) Perhitungan diameter pipa utama sistem bilga
dh = 1,6 x (L x (B + D))^0,5 + 25
= 1,6 x (99,91 x (16,4 x 9,15)^0,5 + 25
= 105,042 mm
= 4,13551 in
Spesifikasi pipa yang dipilih
Diameter dalam = 125 mm
Ketebalan = 4,5 mm
Diameter luar = 139,8 mm
Diameter nominal pipa = 125 A
Material pipa = Galvanized Steel Pipe
Standart = JIS G3452 SGP

b) Perhitungan diameter pipa cabang sistem bilga


dz = 2,5 x ( C x (B + D))^0,5 +25
= 2,5 x (15 x (16,4 + 9,15)^0,5 +25
= 81,513 mm
= 3,209 in
Spesifikasi pipa yang dipilih
Diameter dalam = 90 mm
Ketebalan = 4,2 mm
Diameter luar = 101,6 mm
Diameter nominal pipa = 90 A
Material pipa = Galvanized Steel Pipe
Standart = JIS G3452 SGP

c) Perhitungan kapasitas pompa bilga


Q = 5,75 x 10^-3 x dh^2
= 5,75 x 10^-3 x 125^2
= 89,844 m3/h

d) Perhitungan head sistem bilga


• Head statis pompa (ha) = 6,4 m
• Head perbedaan tekanan (hp) = 0 m
• Head perbedaan kecepatan =0m
• Head losses (hl)
- Head losses suction
Untuk menghitung besarnya head losses pada saluran hisap
(sutcion) terlebih dahulu harus diketahui jenis aliran denga
menghitung angka Reynold (Reynold Number)
v. D
Rn =
ʋ
2,032. (125/1000)
Rn =
0,822x10 − 6
= 309128,39 Karena Rn > 4000 maka aliran bersifat
turbulance. Mayor losses (head karena gesekan sepanjang
instalasi pipa) dapat didapatkan melalui persamaan :
L v^2
𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 𝜆 𝑥
D 2g
69,042 2,032^2
Hlmyr = 0,027 𝑥
125
(1000) 2 x 9,81

𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 3,141 𝑚
Keterangan : λ = 0,027 (dari diagram Moody)
L = 69,042 m
D = 125 mm
v = 2,032 m/s
g = 9,81 m/s2
- Head losses discharge
Untuk menghitung besarnya head losses pada saluran tekan
(discharge) terlebih dahulu harus diketahui jenis aliran dengan
menghitung angka Reynold (Reynold Number)
v. D
Rn =
ʋ
2,032. (125/1000)
Rn =
0,822x10 − 6
= 309128,39 Karena Rn > 4000 maka aliran bersifat
turbulance. Mayor losses (head karena gesekan sepanjang
instalasi pipa) dapat didapatkan melalui persamaan :
L v^2
𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 𝜆 𝑥
D 2g
10,332 2,032^2
Hlmyr = 0,027 𝑥
125
( ) 2 x 9,81
1000
𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 0,47 𝑚
Keterangan : λ = 0,027 (dari diagram Moody)
L = 10,332 m
D = 125 mm
v = 2,032 m/s
g = 9,81 m/s2

- Minor lossesnya (head loss karena aksesoris yang terdapat di


sepanjang pipa) adalah sebagai berikut:
Aksesoris Jumlah K Jumlah x k
Butterfly Valve 20 0,6 12
Sambungan T 11 1,8 19,8
Elbow 900 4 0,75 3
Filter 10 0,58 5,8
SDNRV 2 2 4
Jumlah 44,6

Sehingga dari jumlah k tersebut didapatkan minor losses sebagai


berikut :
v^2
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 𝑘 𝑥
2g
2,0328^2
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 44,6 𝑥
2 x 9,81
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 9,394 𝑚
- Perhitungan Head total pompa
H = ha + hp + hl + Δv2/2g
= 6,4 + 0 + 13,005 +0
= 19,405 m
SISTEM BALLAST
1. Pengertian
Sistem ballast merupakan sistem untuk dapat memposisikan kapal dalam
keadaan seimbang baik dalam keadaan trim depan maupun belakang, maupun
keadaan oleng. Dalam perencanaannya adalah dengan memasukkan air sebagai
bahan ballast agar posisi kapal dapat kembali pada posisi yang sempurna. Cara
kerja sistem ballast, secara umum adalah untuk mengisi tangki ballast yang
berada di double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest. Melalui
pompa ballast, dan saluran pipa utama dan pipa cabang.

2. Peraturan Mengenai Sistem Bilga Berdasarkan Class dan Statutory


a) Jalur Pipa Ballast
• Sisi Pengisapan dari tanki air ballast diatur sedemikian rupa sehingga
pada kondisi trim air ballast masih tetap dapat di pompa.
• Kapal yang memiliki tanki double bottom yang sangat lebar juga
dilengkapi dengan sisi isap pada sebelah luar dari tanki. Dimana
panjang dari tanki air ballast lebih dari 30 m, Kelas mungkin dapat
meminta sisi isap tambahan untuk memenuhi bagian depan dari tanki.
b) Pipa yang melalui tangki
Pipa air ballast tidak boleh lewat instalasi tanki air minum, tanki air
baku, tanki minyak bakar, dan tanki minyak pelumas.
c) Sistem Perpipaan
• Bilamana tanki air ballast akan digunakan khususnya sebagai
pengering palka, tanki tersebut juga dihubungkan ke sistim bilga.
• Katup harus dapat dikendalikan dari atas geladak cuaca (freeboard
deck)
• Bilamana fore peak secara langsung berhubungan dengan suatu ruang
yang dapat dilalui secara tetap ( mis. Ruang bow thruster) yang
terpisah dari ruang kargo, katup ini dapat dipasang secara langsung
pada collision bulkhead di bawah ruang ini tanpa peralatan tambahan
untuk pengaturannya.
d) Pompa Ballast
Jumlah dan kapasitas dari pompa harus memenuhi keperluan operasional
dari kapal.
e) International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973
(Marine Pollution)
Ballast tetap ialah air ballast yang terdapat didalam tangki khusus
dipergunakan untuk ballast dan tidak pernah dipergunakan untuk muatan.
Ballast bersih ialah air ballast yang terdapat di dalam tanki yang sudah
dicuci.Ballast kotor ialah air ballast yang terdapat didalam tanki yang bekas
dipergunakan untuk memuat minyak.sebagai hasil International Convention
for the Prevention of Pollution from Ships 1973 yang kemudian
disempurnakan dengan Protocol pada tahun 1978 dan konvensi ini dikenal
dengan nama MARPOL 1973/1978. MARPOL 1973/1978 memuat 6
(enam) Annexes yang berisi regulasi-regulasi mengenai pencegahan polusi
dari kapal terhadap :
1. Annex I : Prevention of pollution by oil ( 2 october 1983 )
Total hydrocarbons (oily waters, crude, bilge water, used oils, dll)
yang diizinkan untuk dibuang ke laut oleh sebuah kapal adalah tidak
boleh melebihi 1/15000 dari total muatan kapal. Sebagai tambahan,
pembuangan limbah tidak boleh melebihi 60 liter setiap mil perjalanan
kapal dan dihitung setelah kapal berjarak lebih 50 mil dari tepi pantai
terdekat. Register Kapal harus memuat daftar jenis sampah yang
dibawa/dihasilkan dan jumlah limbah minyak yang ada. Register Kapal
harus dilaporkan ke pejabat pelabuhan.
2. Annex II : Control of pollution by noxious liquid substances ( 6 april
1987)
Aturan ini memuat sekitar 250 jenis barang yang tidak boleh
dibuang ke laut, hanya dapat disimpan dan selanjutnya diolah ketika
sampai di pelabuhan. Pelarangan pembuangan limbah dalam jarak 12
mil laut dari tepi pantai terdekat.
3. Annex III : Prevention of pollution by harmful substances in packaged
form ( 1 july 1992 )
Aturan tambahan ini tidak dilaksanakan oleh semua negar yaitu
aturan standar pengemasan, pelabelan, metode penyimpanan dan
dokumentasi atas limbah berbahaya yang dihasilkan kapal ketika sedang
berlayar
4. Annex IV : Prevention of pollution by sewage from ships ( 27
september 2003 )
Aturan ini khusus untuk faecal waters dan aturan kontaminasi yang
dapat diterima pada tingkatan (batasan) tertentu. Cairan pembunuh
kuman (disinfektan) dapat dibuang ke laut dengan jarak lebih dari 4 mil
laut dari pantai terdekat. Air buangan yang tidak diolah dapat dibuang
ke laut dengan jarak lebih 12 mil laut dari pantai terdekat dengan syarat
kapal berlayar dengan kecepatan 4 knot.
5. Annex V : Prevention of pollution by garbage from ships ( 31
december 1988)
Aturan yang melarang pembuangan sampah plastik ke laut.
6. Annex IV : Prevention of air pollution by ships
Aturan ini tidak dapat efektif dilaksanakan karena tidak cukupnya
negara yang meratifiskasi (menandatangani persetujuan.)
MARPOL 1973/1978 memuat peraturan untuk mencegah seminimum
mungkin minyak yang mencemari laut. Tetapi, kemudian pada tahun 1984
dilakukan beberapa modifikasi yang menitik-beratkan pencegahan hanya
pada kagiatan operasi kapal tangki pada Annex I dan yang terutama adalah
keharusan kapal untuk dilengkapai dengan Oily Water Separating
Equipment dan Oil Discharge Monitoring Systems.
Oleh karena itu, pada peraturan MARPOL 1973/1978 dapat dibagi dalam
3 (tiga) katagori:
1. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran
2. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
3. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut.
Kewajiban umum Negara-negara tertuang dalam Pasal 1 yang
menyebutkan bahwa : ”The Parties to the Convention undertake to give
effect to the provisions of the present Convention and those Annexes thereto
by which they are bound, in order to prevent the pollution of the marine
environment by the discharge of harmful substances or effluents containing
such substances in contravention of the present Convention.”
Hal ini berarti bahwa Negara-negara peserta konvensi memiliki
kewajiban untuk menerapkan preventive principle yaitu mencegah polusi
khususnya minyak yang dapat mencemari lingkungan laut.
3. Perhitungan dan Perencanaan Sistem Ballast
a) Perhitungan diameter pipa utama sistem bilga
dh = 1,68x (L x (B + D))^0,5 + 25
= 1,68 x (99,91 x (16,4 x 9,15)^0,5 + 25
= 109,044 mm
= 4,293 in
Spesifikasi pipa yang dipilih
Diameter dalam = 125 mm
Ketebalan = 4,5 mm
Diameter luar = 139,8 mm
Diameter nominal pipa = 125 A
Material pipa = Galvanized Steel Pipe
Standart = JIS G3452 SGP

b) Perhitungan diameter pipa cabang sistem ballast


dz = 2,5 x ( C x (B + D))^0,5 +25
= 2,5 x (15 x (16,4 + 9,15)^0,5 +25
= 81,513 mm
= 3,209 in
Spesifikasi pipa yang dipilih
Diameter dalam = 90 mm
Ketebalan = 4,2 mm
Diameter luar = 101,6 mm
Diameter nominal pipa = 90 A
Material pipa = Galvanized Steel Pipe
Standart = JIS G3452 SGP
c) Perhitungan kapasitas pompa ballast
Q = 5,75 x 10^-3 x dh^2
= 5,75 x 10^-3 x 125^2
= 89,844 m3/h

d) Perhitungan head sistem ballast


• Head statis pompa (ha) = 6,4 m
• Head perbedaan tekanan (hp) = 0 m
• Head perbedaan kecepatan =0m
• Head losses (hl)
- Head losses suction
Untuk menghitung besarnya head losses pada saluran hisap
(sutcion) terlebih dahulu harus diketahui jenis aliran denga
menghitung angka Reynold (Reynold Number)
v. D
Rn =
ʋ
2,032. (125/1000)
Rn =
0,822x10 − 6
= 309128,39 Karena Rn > 4000 maka aliran bersifat
turbulance. Mayor losses (head karena gesekan sepanjang
instalasi pipa) dapat didapatkan melalui persamaan :
L v^2
𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 𝜆 𝑥
D 2g
70,816 2,032^2
Hlmyr = 0,027 𝑥
125
(1000) 2 x 9,81

𝐻𝑙𝑚𝑦𝑟 = 3,222 𝑚
Keterangan : λ = 0,027 (dari diagram Moody)
L = 70,816 m
D = 125 mm
v = 2,032 m/s
g = 9,81 m/s2
- Head losses discharge
Untuk menghitung besarnya head losses pada saluran tekan
(discharge) terlebih dahulu harus diketahui jenis aliran dengan
menghitung angka Reynold (Reynold Number)
v. D
Rn =
ʋ
2,032. (125/1000)
Rn =
0,822x10 − 6
= 309128,39 Karena Rn > 4000 maka aliran bersifat
turbulance. Mayor losses (head karena gesekan sepanjang
instalasi pipa) dapat didapatkan melalui persamaan :
L v^2
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 𝜆 𝑥
D 2g
10,332 2,032^2
Hlmnr = 0,027 𝑥
125
(1000) 2 x 9,81

𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 0,47 𝑚
Keterangan : λ = 0,027 (dari diagram Moody)
L = 10,332 m
D = 125 mm
v = 2,032 m/s
g = 9,81 m/s2

- Minor lossesnya (head loss karena aksesoris yang terdapat di


sepanjang pipa) adalah sebagai berikut:
Aksesoris Jumlah K Jumlah x k
Butterfly Valve 30 0,6 18
Sambungan T 11 1,8 19,8
Elbow 900 6 0,75 4,5
Filter 3 0,58 1,74
SDNRV 2 2 4
Jumlah 48,04
Sehingga dari jumlah k tersebut didapatkan minor losses sebagai
berikut :
v^2
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 𝑘 𝑥
2g
2,0328^2
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 48,04 𝑥
2 x 9,81
𝐻𝑙𝑚𝑛𝑟 = 10,118 𝑚
- Perhitungan Head total pompa
H = ha + hp + hl + Δv2/2g
= 6,4 + 0 + 13,81 +0
= 20,21 m

4. Pemilihan Pompa Bilge Ballast :


Dari perhitungan di atas maka diperoleh hasil :
Q = 89,844 m3/jam
H = 20,21 m
Dari hasil tersebut maka spesifikasi pompa yang dipilih adalah:
Tipe = Pompa Sentrifugal dan Self Priming system
Q = 100 m3/jam
H = 25 m
Casing = Cast Iron atau perunggu
Impeller = Perunggu
Poros = Baja stainless
Tipe seal = Mekanikal seal

Anda mungkin juga menyukai