Anda di halaman 1dari 51

BAB IV

RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR


4.1 Perhitungan Dimensi Intake
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku seperti danau, kolam dan
sungai yang berfungsi sebagai bangunan penangkap atau menampung air baku
sebelum disalurkan ke daerah pelayanan. Konstruksi intake disesuaikan menurut
konstruksi bangunan air dan umumnya kualitas air yang dimanfaatkan untuk
pengolahan pada bangunan intake biasanya kurang baik, namun dari segi kuantitas
airnya cukup banyak. Bangunan penangkap air yang direncanakan untuk daerah
Kecamatan Kapuas ialah river intake. River intake merupakan satu di antara jenis
indirect intake. River intake menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur
pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan
level muka air pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.

Gambar 4.1 Rancangan River Intake


Adapun beberapa persyaratan lokasi perencanaan intake yang akan dibangun
yaitu sebagai berikut.
1. Intake sebaiknya direncanakan dan ditempatkan pada tempat/sumber air
yang memiliki aliran yang stabil dan tidak deras. Hal ini berguna agar tidak
membahayakan bangunan intake tersebut.
2. Bangunan intake harus kedap air.
3. Tanah di sekitar intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena
erosi.
4. Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi.
5. Intake sebaiknya terletak di hulu sungai suatu kota.
6. Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan kasar yang selalu dibersihkan.
Ujung pipa pengambilan air yang berhubungan dengan pipa sebaiknya juga
dilengkapi saringan.
7. Inlet sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung. Di samping itu, sebaiknya terletak cukup
di atas air.
8. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang masuk ke sumur pengumpul
sebaiknya dibuat beberapa level.
9. Jika permukaan badan air selalu konstan dan tebing sungai terendam air
maka intake dapat dibuat dekat sungai.

Ketentuan yang direncanakan untuk pembuatan bangunan penangkap air


(intake) di antaranya ialah sebagai berikut.
Kapasitas Pengolahan: 80 L/s ≈ 0,08 m3/s
Kecepatan Aliran pada Pipa (v Pipa): 1 m/s
Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas sebagai berikut.
Q= A × v
Dimana:
Q: Debit (m3/s)
A: Luas penampang (m2)
V: Kecepatan aliran air (m/s)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka nilai luas penampang dan diameter pipa ialah
sebagai berikut.
a. Luas Penampang Pipa
Q
A=
v
0,08 m 3 /s
A=
1 m/s
A=0,08 m2
b. Diameter Pipa
A×4
D 2=
π
0,08 × 4
D 2=
3,14
0,08 × 4
D 2=
3,14
0,32
D 2=
3,14
D 2=0,1 m 2
D1= √ 0,1 m2
D 1=0,3 m
D1=300 mm ≈ 11,811inci ≈ 12 inci
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diketahui diameter pipa untuk
mengalirkan air dengan debit 0,08 m3/s serta kecepatan aliran dalam pipa 1 m/s pada
intake ialah sebesar 300 mm atau 12 inci. Pipa yang akan dipilih pada perencanaan ini
ialah jenis pipa HDPE (High Density Polyethylene). Pipa HDPE digunakan karena
pipa ini terbuat dari bahan plastik yang non-toxic sehingga aman digunakan untuk air
konsumsi. Pipa HDPE sudah diuji dan terbukti efektif untuk diletakan di atas tanah,
dikubur dan dipasang pada gedung maupun dipergunakan di laut serta pipa ini juga
mempunyai kualitas dan tingkat kerapatan yang tinggi sesuai dengan spesifikasi SNI
06-4829-2005/ISO4427:2007.
Setelah mengetahui nilai luas penampang atau diameter pipa, maka
kemudian untuk mengetahui kecepatan aliran air di dalam pipa dapat dilihat pada
perhitungan sebagai berikut.
a. Luas Permukaan Pipa
1
A= π D 2
4
1
A= × 3,14 × 0,32
4
A=0,07065 m2
b. Kecepatan Aliran Air di Dalam Pipa
Q
v=
A
m3
0,08
s
v=
0,07065 m2
m
v=1,13
s
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui kecepatan aliran
dalam pipa yang digunakan adalah sebesar 1,13 m/s. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan sistem
Penyediaan Air Minum dengan kecepatan aliran minimum dalam pipa adalah 0,3-4,5
m/s maka, nilai kecepatan aliran air dalam pipa tersebut dinyatakan telah memenuhi
syarat kriteria pipa transmisi.
4.1.1 Perhitungan Bar Screen
Bar screen merupakan suatu unit operasi yang pertama–tama dijumpai
dalam bangunan pengolahan. Bar screen memiliki fungsi menahan dan menyaring
benda-benda keras dan besar seperti ranting, kayu, dan sampah serta mencegah
rusaknya saringan. Bar screen juga diletakkan pada posisi terawal pengolahan untuk
mencegah masuknya material kasar unit pengolahan (Siregar, 2005). Penyaringan
sampah pada bar screen secara mekanik dimaksudkan agar pembersihan dapat
berlangsung secara efektif dan tidak dibatasi oleh waktu maupun kondisi cuaca di
sekitas instalasi air minum.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan pada perencanaan IPA 1 Kecamatan
Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Ketinggian muka air bangunan sadap pada saluran pembawa sama dengan
muka air sungai;
b. Elevasi muka air maksimum (HWL) = + 25 m (dpl);
c. Elevasi muka air maksimum (LWL) = + 15 m (dpl);
d. Elevasi muka air rata-rata (AWL) = + 20 m (dpl);
e. Elevasi dasar sungai = + 0 m (dpl);

Kriteria desain bar screen ialah sebagai berikut.


a. Jarak Kisi = 2,5 – 5 cm
b. Kemiringan Kisi = 60o (Kawamura, 1991)
c. Kecepatan = < 0,6 m/s (Kawamura, 1991)
d. Tebal Bar Screen = 1,25 – 2 (Kawamura, 1991)

Perencanaan desain pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai berikut.


a. Debit Air Baku = 80 L/s ≈ 0,08 m3/s
b. Tinggi Muka Air di Screen = 15 m
c. Lebar Kisi (w) = 1 cm ≈ 0,01 m
d. Jarak Kisi (b) = 500 mm ≈ 5 cm ≈ 0,05 m
e. Kemiringan Kisi (θ) = 60o
f. Kecepatan = < 0,6 m/s
g. Tebal Bar Screen = 1,5 cm
h. Koefisien Batang Screen (β) = 1,79

Perhitungan pada perencanaan IPA 1 Kecamatan Kapuas dapat dilihat sebagai


berikut.
a. Jumlah Kisi (n)
Apabila jarak antar kisi yang direncanakan adalah 5 cm, maka kisi yang
diperlukan yaitu sebagai berikut.
l
n= −1
b
2
n= −1=39 buah
0,05
b. Lebar Saluran (L)
L=( n+ 1 ) b+ ( n . w )
L=( 39+1 ) 0,05+ ( 39.0,01 )
L=( 40 ) 0,05+0,39
L=2,39 m
c. Lebar Efektif Lubang (Lef)
Lef = ( n+1 ) b
Lef = (39+ 1 ) 0,05
Lef =2 m
d. Tinggi Efektif Lubang (Hef)
H
Hef =
sin 60°
15
Hef =
sin 60°
15
Hef =
√3
2
Hef =17,32 m
e. Luas Efektif (Aef)
Aef =Lef × Hef
Aef =2 ×17,32
Aef =34,64 m 2
f. Kecepatan Aliran saat Melewati Kisi (v)
Q
v=
Aef
m3
0,08
s
v=
34,64 m2
v=0,0023 m/s
g. Head Velocity pada Kisi (Hv)
v2
Hv=
2g
0,00232
Hv=
2 × 9,81
0,000005
Hv=
19,62
Hv=0,0000002
h. Headloss saat Melewati Batang Screen (HL)
4
w
HL=β sin 60 ° ( ) Hv
b
3

4 2
w v
HL=β sin 60 ° ( ) 3
b 2g
4
0,01
HL=1,79× 0,866 × (
0,05 )
3
×0,0000002

HL=3,7 ×10−8
i. Tinggi Muka Air setelah Melewati Kisi ¿ H−HL
¿ 15−3,7× 10−8
¿ 14,96 m

4.1.2 Kehilangan Tekanan Intake


Kehilangan tekan pada pipa di intake dan pipa transmisi terdiri dari
kehilangan tekan akibat belokan, gesekan, hisap, dan ketinggian. Berikut perhitungan
kehilangan tekan tersebut.
a. Kehilangan Tekan Akibat Daya Hisap (Suction Head/hs)
Kehilangan tekan akibat daya hisap merupakan jarak antara ketinggian muka
air dalam pompa. Ketinggian muka air Sungai Kapuas Kecamatan Kapuas sebesar 15
m. Tinggi antara muka air dan pompa sebesar 14,96 m. Sehingga, nilai kehilangan
tekan akibat daya hisapnya yaitu 14,96 m.
b. Kehilangan Tekan Akibat Aksesoris Pipa (hl)
Kehilangan tekan akibat aksesoris pipa dianggap sebesar 10% dari total
kehilangan tekan (Al-Layla, 1978). Nilai hl didapatkan dengan perhitungan sebagai
berikut.
10
hl= × 14,96
100
hl=1,496 m
Total h=h+ hl
Total h=14,96+1,496
Total h=16,456 m
c. Jumlah Pompa yang Dibutuhkan
Standar jumlah pompa yang harus digunakan dalam jaringan transmisi air
minum berdasarkan besar kapasitas air yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui
tabel berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Pompa yang Dibutuhkan
Debit (m3/hari) Jumlah Pompa Total Unit
Sampai 2.800 1 (1) 2
2.500 – 10.000 2 (1) 3
¿ 90.000 ¿ 3 (1) ¿4
Sumber: PERMENPU, 2007
Q Perencanaan = 0,08 m3/s = 6912 m3/hari
Berdasarkan data dan standar perencanaan di atas, jumlah pompa
yang digunakan dalam jaringan transmisi air minum untuk wilayah
Kecamatan Kapuas sebanyak 3 unit, dengan 2 pompa yang berfungsi secara
bergantian dan 1 merupakan pompa cadangan.
Adapun daya pompa didapatkan berdasarkan perhitungan berikut.
ρ × g ×h × Q
P=
η
1 ×9,8 ×16,456 × 0,08
P=
0,75
P=17,2 HP ( Horse Power )
Dimana, 1 HP = 0,746 KW
HP=17,2 ×0,746
HP=12,83 KW
Daya pompa yang diperlukan untuk mengalirkan air dengan debit 0,08 m³/s ialah
12,83 KW.
4.2 Perhitungan Unit Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan (bahan kimia) ke dalam air
baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat. Bahan
kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses pengendapan partikel
kecil yang tidak mengendap secara gravimetri. Proses pengolahan air dimana zat
padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok
dengan penambahan bahan kimia misalkan PAC dan tawas, diharapkan flok yang
dihasilkan dapat disaring (Susanto, 2008).
Partikel suspense maupun koloid yang telah terbentuk flok hasil koagulan
dapat dipisahkan dari air melalui proses sedimentasi (Joko, 2010). Perencanaan
instalasi pengolahan air di Kecamatan Kapuas akan dibangun bak koagulasi. Pada
bak koagulasi yang direncanakan menggunakan pengadukan secara hidrolis.
Kriteria desain unit koagulasi ialah sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) =1–5s
b. Gradien Kecepatan (G) = > 750 s-1
Perencanaan desain unit koagulasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah
sebagai berikut.
a. Debit = 80 L/s ≈ 0,08 m3/s
b. Jumlah Terjunan =1
c. Tipe = Pengaduk cepat dengan terjunan
d. Gradien Kecepatan (G) = 800 s-1
e. Waktu Detensi (td) =5s
f. G ×td = 40.000
g. Viskositas Kinematis (v) = 0,893 x 10-6 m/s
Perhitungan unit koagulasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai
berikut.
a. Dimensi Bak
Volume Bak=Q ×td
Volume Bak=0,08 m 3 /s × 5 s
Volume Bak=0,4 m3
g ×h
G=
√ v ×td
9,81 m/s × h
800=
√ 0,893 ×10−6 m/ s ×5
h=0,291 m (tinggi terjunan)
Volume Bak=P × L× h
0,4 m3=P × L ×1 m (asumsi)
Asumsi P : L = 2 : 1, maka P = 2L, sehingga dimensi bak koagulasi ialah
sebagai berikut.
Panjang Bak (P) = 0,541 m
Lebar Bak (L) = 0,736 m
Tinggi Bak (T) =1m
Freeboard = 0,2 m
Tinggi Terjunan = 0,29 m
4.2.1 Dimensi Bak Koagulan
Koagulan yang digunakan adalah Aluminium sulfat. Bak koagulan yang
direncanakan memiliki dimensi 1 m x 1 m x 1 m yang berjumlah 2 unit. Dimana 1
bak sebagai bak pembubuhan dan sebagai bak penyeduh. Bak penampung ini juga
dilengkapi mixer agar mempermudah dalam proses pembuatan larutan koagulan.
Perencanaan bak koagulan pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai
berikut.
a. Kadar Tawas Bongkahan = 17%
b. Dosis Tawas = 5 mg/L
c. Kadar Tawas pada Larutan = 5%
d. Densitas Tawas = 1,09 kg/L
Perhitungan perencanaan bak koagulan pada IPA 1 Kecamatan Kapuas
diuraikan sebagai berikut.
a. Kebutuhan Tawas
Kebutuhan Tawas=Q× Kadar Pembubuhan
Kebutuhan Tawas=80 L/s × 40 g/m 3 × 86.400 s
Kebutuhan Tawas=276 kg /hari
b. Kebutuhan Tawas 17%
276 kg /hari
Kebutuhan Tawas 17 %=
17 %
Kebutuhan Tawas 17 %=1.623,5 kg /hari
c. Volume Tawas
1.623,5 kg /hari
Volume Tawas=
1,09 kg /L
Volume Tawas=1.489 L/hari
d. Volume Pelarut
95 %
Volume Pelarut= ×1. 489 L/hari
5%
Volume Pelarut=28.291 L/hari
e. Volume Larutan
Volume Larutan=Volume Tawas+ Volume Pelarut
Volume Larutan=1.489+28.291
Volume Larutan=29.780 L/hari
f. Debit Pembubuhan
Volume Larutan
Debit Pembubuhan=
24 jam
29.780 L/hari
Debit Pembubuhan=
24 jam
Debit Pembubuhan=1.240 , 8 L/ jam
g. Kapasitas Bak
Volume Bak
Kapasitas Bak =
Volume Larutan
1 m3
Kapasitas Bak =
29.780 L/hari
Kapasitas Bak =0,03 hari
4.3 Perhitungan Unit Flokulasi
Kriteria desain unit flokulasi ialah sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 30 – 45 menit
b. Gradien Kecepatan = 5 – 60 s-1
c. G ×td = 104 – 105
d. Koefisien Gesekan (k) = 2 – 3,5 dipilih 2,5 (Kawamura,
2000)
e. Kehilangan Tekanan (HL) = 0,3 – 1 m (Kawamura, 2000)
f. Viskositas Kinematis (v) = 0,893 x 10-6 m/s
Perencanaan unit flokulasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai
berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 45 menit
b. G total = 60 s-1 – 5 s-1
c. Headloss =<1m
d. Tipe = Pengaduk Lambat Baffle Channel
e. Jumlah Bak = 2 Bak
f. Debit Masing-masing Bak = 0,04 m3/s
g. Jumlah Kompartemen = 3 Kompartemen
Perhitungan perencanaan unit flokulasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas
diuraikan sebagai berikut
4.3.1 Kompartemen I
Rencana desain kompartemen I yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 10 menit
b. G = 30 s-1
Perhitungan kompartemen I bak flokulasi diuraikan sebagai berikut.
a. Volume Bak
V =Q × td
V =0,04 m 3 / s × 600
V =24 m3
Asumsi P : L : h = 3 : 2 : 1
Maka, dimensi bak flokulasi kompartemen I sebagai berikut.
Panjang (P) = 4,74 m
Lebar (L) = 3,16 m
Tinggi (h) = 1,58 m
b. Headloss
g× HL
G=
√ v × td
9,81 m/s 2 × HL
30=

H l=0,049m
0,893 ×10−6 × 600 s

c. Luas Penampang Saluran (Luas Basah)


A=L× h
A=3,16 m×1,58 m
A=4,99 m 2
d. Keliling Basah
P=L+2 h
P=3,16 +2 ( 1,58 )
e. P=6,32mJari-jari Basah
A
R=
P
4,99 m2
R=
6,32 m
R=0,78 m
f. Slope
∆H
( S )=
P
0,01
( S )=
6,32 m
( S )=0,0015
g. Kecepatan Aliran Saluran
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013
1
vL= R2 /3 S 1/ 2
n
1
vL= ( 0,78)2 /3 (0,0015)1 /2
0,013
vL=2,4 m/ s
h. Kehilangan Tekanan pada Saat Aliran Lurus (HL)
2
n × vL × L1/ 2
HL= ( R2/ 3 )
2
0,013 ×2,4 ×(3,16)1 /2
HL= ( 0,782 /3 )
2
0,053
HL= ( 0,84 )
HL=0,0632
HL=0,0039 m
i. Kehilangan Tekanan Total (Htot)
Keterangan:
Hb = Headloss Belokan
Vb = Kecepatan Aliran Belokan
Ab = Luas Belokan
Htot =H l−Hb
Hb=0,049 m−0,0039m
Hb=0,044 m
Vb 2

Hb=k
2g
Vb 2

Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2

0,044=2
2 × 9,81m/s 2
V b =0,43 m/ s
2

Vb=0,65 m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,65m/ s
Ab=0,061 m 2
4.3.2 Kompartemen II
Rencana desain kompartemen II yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 15 menit
b. G = 20 s-1
Perhitungan kompartemen II bak flokulasi diuraikan sebagai berikut.
a. Volume Bak
V =Q × td
V =0,04 m 3 /s × 900
V =36 m3
Asumsi P : L : h = 3 : 2 : 1
Maka, dimensi bak flokulasi kompartemen I sebagai berikut.
Panjang (P) = 5,43 m
Lebar (L) = 3,62 m
Tinggi (h) = 1,81 m
b. Headloss
g× HL
G=
√ v × td
9,81 m/ s 2 × HL
20=

0,893 ×10−6 × 900 s
H l=0,032m
c. Luas Penampang Saluran (Luas Basah)
A=L× h
A=3,62m ×1,81 m
A=6,55 m2
d. Keliling Basah
P=L+2 h
P=3,62+2 ( 1,81 )
e. P=7,24 mJari-jari Basah
A
R=
P
6,55 m 2
R=
7,24 m
R=0,9 m
f. Slope
∆H
( S )=
P
0,01
( S )=
7,24 m
( S )=0,0013
g. Kecepatan Aliran Saluran
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013
1
vL= R2 /3 S 1/ 2
n
1
vL= ( 0,9)2 /3 (0,0013)1 /2
0,013
vL=2,57 m/s
h. Kehilangan Tekanan pada Saat Aliran Lurus (HL)
2
n × vL × L1/ 2
HL= ( R2/ 3 )
2
0,013 ×2,57 ×(3,62)1/ 2
HL= ( 0,92/ 3 )
2
0,063
HL= ( 0,93 )
HL=0,072
HL=0,0049 m
i. Kehilangan Tekanan Total (Htot)
Keterangan:
Hb = Headloss Belokan
Vb = Kecepatan Aliran Belokan
Ab = Luas Belokan
Htot =H l−Hb
Hb=0,032 m−0,0049 m
Hb=0,027 m
Vb 2

Hb=k
2g
Vb 2

Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2

0,027=2
2 ×9,81 m/s 2
V b =0,26 m/s
2

Vb=0,51m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,51m/ s
4.3.3 Ab=0,078 m2Kompartemen III
Rencana desain kompartemen III yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 20 menit
b. G = 10 s-1
Perhitungan kompartemen II bak flokulasi diuraikan sebagai berikut.
a. Volume Bak
V =Q × td
V =0,04 m3 / s × 1.200
V =48 m 3
Asumsi P : L : h = 3 : 2 : 1
Maka, dimensi bak flokulasi kompartemen I sebagai berikut.
Panjang (P) =6m
Lebar (L) =4m
Tinggi (h) =2m
b. Headloss
g× HL
G=
√ v × td
9,81 m/s2 × HL
10=

H l=0,01m
0,893 ×10−6 × 1.200 s

c. Luas Penampang Saluran (Luas Basah)


A=L× h
A=4 m×2 m
A=8 m2
d. Keliling Basah
P=L+2 h
P=4+ 2 ( 2 )
e. P=8 mJari-jari Basah
A
R=
P
8 m2
R=
8m
R=1m
f. Slope
∆H
( S )=
P
0,01
( S )=
8m
( S )=0,00125
g. Kecepatan Aliran Saluran
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013
1
vL= R2 /3 S 1/ 2
n
1
vL= (1)2 /3 (0,00125)1/ 2
0,013
vL=2,69 m/s
h. Kehilangan Tekanan pada Saat Aliran Lurus (HL)
2
n × vL × L1/ 2
HL= ( R2/ 3 )
2
0,013 ×2,69 ×(4 )1 /2
HL= ( 12 /3 )
2
0,071
HL= ( 1 )
HL=0,0712
HL=0,005 m
i. Kehilangan Tekanan Total (Htot)
Keterangan:
Hb = Headloss Belokan
Vb = Kecepatan Aliran Belokan
Ab = Luas Belokan
Htot =H l−Hb
Hb=0,01 m−0,005 m
Hb=0,005 m
Vb 2

Hb=k
2g
Vb 2

Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2

0,005=2
2 ×9,81 m/s 2
V b =0,049 m/ s
2

Vb=0,22m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,22m/ s
Ab=0,18 m 2
Tabel 4.2 Desain Unit Flokulasi
Parameter Kriteria Desain Kompartemen I Kompartemen II Kompartemen III
10 – 60 s-1 -1
G 30 s 20 s-1 10 s-1
(SNI 6774)
15 – 45 menit
Td 10 menit 15 menit 20 menit
(SNI 6774)
<1m
Headloss 0,049 m 0,032 m 0,01 m
(Kawamura, 2000)
Sumber: Perhitungan, 2021
4.4 Perhitungan Unit Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Bangunan
sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flokulen yang terbentuk akibat adanya
penambahan koagulan pada proses koagulasi dan flokulasi. Bentuk bangunan
sedimentasi secara umum berupa (Anggraeni dan Susanawati, 2011):
a. Lingkaran (circular), air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan
secara horizontal menuju ke outlet di bagian keliling lingkaran.
b. Segi empat (rectangular), air baku mengalir secara horizontal dari inlet
menuju outlet.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengurangi atau menurunkan beberapa
parameter seperti BOD dan COD. Efisiensi penyisihan BOD dan COD adalah 25 –
40% sedangkan TSS adalah 50-70%. Dalam bak ini terjadi ditribusi tingkat
pengendapan partikel karena adanya partikel dengan ukuran berbeda yang
menyebabkan kecepatan mengendapnya juga berbeda.
Bak sedimentasi terdapat tube settler atau plate settler yang berfungsi
untuk meningkatkan efisiensi pengendapan karena dapat mempercepat
pengendapan dengan cara memperpendek area pengendapan (Darmasetiawan,
2001). Sudut settler yang disarankan adalah 45o - 60o dengan tujuan agar
endapan yang telah terbentuk tidak tertahan pada settler (Schulz dan Okun,
1984).
Kriteria desain unit sedimentasi ialah sebagai berikut.
a. Surface Loading Rate (Q/A) = 0,8 – 2,5 m3/m2/jam
= 2,2 × 10-4 - 7 × 10-4 m/s
b. Rasio Panjang terhadap Lebar =5:1
c. Reynold Number (Re) = < 2.000
d. Froude Number (Fr) = > 10-5
e. Efisiensi Penyisihan = 90%
f. Kondisi performance bak (n) = 1/3 (Good Performance)
Perencanaan desain unit sedimentasi IPA 1 Kecamatan Kapuas diuraikan
sebagai berikut.
4.4.1 Perhitungan Dimensi Bak Sedimentasi
Kriteria perencanaan bak sedimentasi ialah sebagai berikut.
a. Surface Loading Rate (Q/A) = 7 × 10-4 m/s
b. to/td = 3,5
Maka, dapat diperoleh:
¿ = Vo
td Q
A
Q
Vo= ¿ ×
td A
Vo=3,5× 7 ×10−4 m/s
Vo=2,45× 10−3 m/s
Debit yang diolah (Q) = 80 L/s ≈ 0,08 m3/s
Bak sedimentasi yang akan dirancang dengan debit sebesar 0,08 m3/s dibagi
menjadi 5 unit dengan masing-masing bak memiliki ukuran dan kapasitas yang sama.
Sehingga debit tiap bak sedimentasi yang akan diolah adalah sebagai berikut.
0,08 m 3 /s
Debit tiap bak =
5 unit
m3 / s
Debit tiap bak =0,016
unit
Q
A=
Vo
0,08 m 3 /s
A=
2,45 ×10−3 m/ s
A=32,65 m2
Setelah diketahui luas permukaan bak, maka ditentukan panjang dan lebar dengan
perbandingan P : L adalah 5 : 1.
Panjang (P) = 12,75 m
Lebar (L) = 2,55 m
4.4.2 Perhitungan Desain Zona Pengendapan (Tube Settler)
Kriteria perencanaan zona pengendapan dengan tube settler ialah sebagai
berikut.
a. Waktu Detensi dalam Tube (td) = 5 – 20 menit
b. Perbandingan P : L =4:1–6:1
c. Lebar Tube Settler (w) = 0,05 m
d. Tinggi Tube Settler = 0,5 m
e. Tebal Tube Settler = 2,5 x 10-3 m
f. Kemiringan Tube Settler (θ) = 30 °−60 °
g. Jarak Antar Settler (W) = 10 cm
h. Viskositas Kinematis (v) pada 25°C = 0,9055 x 10-6 m2/s

Gambar 4.2 Desain Peletakan Tube Settler

Perencanaan desain zona pengendapan dengan tube settler ialah sebagai


berikut.
i. Debit Tiap Bak Sedimentasi = 0,016 m3/s
j. Perbandingan P : L =5:1
k. Lebar Tube Settler (w) = 0,05 m
l. Tinggi Tube Settler = 0,5 m
m. Tebal Tube Settler = 2,5 x 10-3 m
n. Kemiringan Tube Settler (θ) = 60 °
o. Jarak Antar Settler (W) = 10 cm
p. Viskositas Kinematis (v) pada 25°C = 0,9055 x 10-6 m2/s
Perhitungan zona pengendapan dengan tube settler diuraikan sebagai
berikut.
a. Kecepatan Tube Settler (V α)
w
H sin α
+
sin α cos α Q
V α= ×
w A
tg α
sin α
0,05 m
0,5 m sin 60
+
sin 60 cos 60
V α= ×7 × 10−4 m/ s
0,05 m
tg 60
sin60
0,693m
V α= × 7 ×10−4 m/s
0,1m
V α =0,0048 m/s
b. Luas Tube Settler
Q
A=

0,016 m 3 /s
A=
0,0048 m/ s
0,016 m 3 /s
A=
0,0048 m/ s
A=3,3 m2
Setelah diketahui luas tube settler, maka ditentukan panjang dan lebar
dengan perbandingan P : L adalah 5 : 1.
Panjang Tube Settler (P) = 4,05 m
Lebar Tube Settler (L) = 0,81 m
c. Lebar Efektif Tube Settler (w I )
w
wI =
sin α
0,05 m
wI =
sin 60
w I =0,057 m≈ 0,06 m
d. Jumlah Tube Settler pada Sisi Panjang (n P)
P
n P=
wI
4,05 m
n P=
0,06 m
n P=35,8 ≈ 36 buah
e. Jumlah Tube Settler pada Sisi Lebar (n L)
L
n L=
wI
0,81m
n L=
0,06 m
n L =13,5 ≈14 buah
f. Jari-Jari Hidrolis
Luas Basah
R=
Keliling Basah
0,05 × 0,05
R=
4 × 0,05
R=0,0125 m
4.4.3 Perhitungan Dimensi Total Bak Sedimentasi
Data yang diperlukan dalam perhitungan dimensi total bak sedimentasi ialah
sebagai berikut.
a. Panjang Bak (P) = 12,75 m
b. Lebar Bak (L) = 2,55 m
c. Tebal Tube Settler = 2,5 x 10-3 m
d. Jumlah Tube pada Sisi Panjang = 36 buah
e. Jumlah Tube pada Sisi Lebar = 8 buah
f. Tinggi Bak = 12,75 m
Dimensi total bak sedimentasi ialah sebagai berikut.
a. Panjang Total=P+Tebal Tube ×(Jumlah Tube pada Sisi Panjang+1)
Panjang Total=12,75+2,5 ×10−3 (36+1)
Panjang Total=12,84 m
b. Lebar Total=L+ TebalTube ×( Jumlah Tube pada Sisi Lebar +1)
Lebar Total=2,55+2,5 ×10−3 ( 8+1)
Lebar Total=2,57 m
c. Tinggi Total=T + Freeboard
Tinggi Total=12,75+0,5
Tinggi Total=13,25
4.4.4 Perhitungan Ruang Lumpur
Kriteria perencanaan ruang lumpur ialah sebagai berikut.
a. Kandungan Solid dalam Lumpur = 1,5% (Priambodo, 2016)
b. Lama Pengurasan (t) = 5 menit = 300 s
c. Waktu Pengurasan (td) = 1 kali sehari
d. Kecepatan Pengurasan (v) = 0,5 m/s
e. Q Underdrain = 2% x Q Bak
= 0,02 x 0,016 m3/s
= 0,00032 m3/s
Perhitungan ruang lumpur pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai
berikut.
a. Volume Lumpur (V lumpur ) dalam 1 hari
% lumpur ×td ×Q Underdrain
V lumpur =
1.000
1,5 × 86.400× 0,00032
V lumpur =
1.000
41,472
V lumpur =
1.000
V lumpur =0,041 m3
b. Debit Lumpur (Q lumpur )
V lumpur
Q lumpur =
t
0,041 m 3
Q lumpur =
300 s
Qlumpur =0,00013 m3 /s
c. Luas Penampang Pipa Penguras (A)
Q lumpur
A=
v
0,00013 m 3 /s
A=
0,5 m/s
A=0,00026 m2
d. Diameter Pipa Penguras (D)
4× A
D=
√ π
4 × 0,00026 m2
D=
√ 3,14
D= √0,00033
D=0,01m
D=1 inci
4.4.5 Perhitungan Saluran Inlet
Kriteria perencanaan saluran inlet ialah sebagai berikut (Kawamura, 2000).
a. Q Orifice Terdekat dengan Terjauh = ≥ 90 %
b. Diameter Orifice (D) = 0,1 m
c. Kecepatan Orifice = 0,2 m/s
d. Jumlah Orifice = 4 buah
e. Perbandingan Muka Air = 0,01 m
f. Kecepatan Inlet Bercabang (v) = 1 m/s
g. Lebar Flume = 0,5 m
Perencanaan desain saluran inlet pada unit sedimentasi IPA 1 Kecamatan
Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Kecepatan Inlet Bercabang (v) = 1 m/s
b. Kecepatan Orifice (VOrifice) = 0,2 m/s
c. Diameter Orifice (D) = 0,1 m
d. Lebar Flume = 0,5 m
Perhitungan perencanaan desain saluran inlet pada unit sedimentasi IPA 1
Kecamatan Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Luas Penampang Pipa Cabang (A)
Q
A=
v
0,016 m 3 / s
A=
1 m/s
A=0,016 m2
b. Diameter Pipa Inlet Bercabang (D)
4× A
D=
√ π
4 × 0,016
D=
√ 3,14
0,064
D=
√ 3,14
D= √0,02
D=0,14 m
D=140 mm
c. Kecepatan Inlet Bercabang (v)
Q
v=
1
× π × D2
4
0,016 m2
v=
1
× 3,14 ×0,14 2
4
v=1,067 m/s
d. Kecepatan Inlet Utama (v) dengan Diameter Inlet Utama (asumsi = 500 mm)
Q
v=
1
× π × D2
4
0,016 m2
v=
1
× 3,14 ×0,52
4
v=0,08 m/s
e. Debit Tiap Orifice (Qorf)
Qtiap bak
Qorf =
n orifice
0,016 m 3 /s
Qorf =
4
Qorf =0,004 m3 / s
f. Luas Orifice (Aorf)
Q orifice
Aorf =
v orifice
0,004 m 3 /s
Aorf =
0,2m/s
Aorf =0,2 m 2
g. Jarak Antara Orifice (Lorf)
L bak−(n orf × D orf )
Lorf =
n orf
2,57−(4 × 0,1)
Lorf =
4
2,17
Lorf =
4
Lorf =0,54 m
h. Jarak Orifice dengan Dinding
1
s= × Jarak Antara Orifice
2
1
s= × 0,54
2
s=0,27 m
i. Luas Flume (A)
Q
A=
v
0,016 m 3 / s
A=
0,08 m/s
A=0,2 m2
j. Tinggi Flume (T)
A
T=
L flume
0,2 m2
T=
0,5 m
T =0,4 m
4.4.6 Perhitungan Headloss Inlet
Data yang digunakan untuk perhitungan ialah sebagai berikut.
a. Debit (Q) Tiap Orifice = 0,004 m 3 / s
b. Luas Orifice (Aorf) = 0,2 m2
Perhitungan headloss inlet saluran inlet pada unit sedimentasi IPA 1
Kecamatan Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Headloss Orifice 1 yang Terdekat dengan Pipa Inlet Cabang (HL1)
Q2
HL 1=
0,72 × A2 × g
(0,004 m 3 /s)2
HL 1=
0,72 ×0,22 ×9,81
0,000016
HL 1=
0,28
0,000016
HL 1=
0,28
HL 1=5,7 × 10−3 m
b. Debit Orifice Keempat
Q2
×100 %=90 %
Q1
0,004 ×90 %
=3,6 ×10−4 m 3 /s
100 %
c. Headloss Orifice Keempat (HL4)
Q 22
HL 4=
0,72 × A2 × g
( 3,6× 10− 4 m 3 / s)2
HL 4=
0,72 ×0,22 ×9,81
0,000012
HL 4=
0,28
HL 4=4,2× 10−3 m
d. Penurunan Headloss dalam Flume dari Tengah ke Tepi
∆ H =HL 1−HL 4
∆ H =5,7 ×10−3 −4,2 ×10−3
∆ H =1,5× 10−3 m
4.4.7 Perhitungan Saluran Outlet
Kriteria perencanaan saluran inlet ialah sebagai berikut.
a. Menggunakan V-Notch 90 °
b. Jarak Antar V-Notch = 10 cm
c. Lebar Pelimpah = 10 cm
d. Lebar Saluran Pengumpul = 20 cm
e. Weir Loading = 7,3 – 15 m3/m/jam; dipilih 13
= 3,61 ×10−3 m 3 /m/s
f. Kecepatan Saluran Pelimpah = 0,5 m/s
g. Kecepatan Saluran Pengumpul = 0,3 m/s
Perhitungan desain saluran inlet pada unit sedimentasi IPA 1 Kecamatan
Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Panjang Pelimpah Total (Ptot)
Q bak
Ptot=
v weir loading
0,016 m 3 /s
Ptot=
3,61×10−3 m3 /m/ s
Ptot=4,44 m
b. Lebar Bak Pelimpah
w I =Lebar bak −Lebar saluran pengumpul
w I =2,57−0,2
w I =2,37 m
c. Jumlah Saluran Pelimpah (n)
Ptot
n=
2 wI
4,44 m
n=
2 ×2,37 m
n=0,9 ≈ 1buah
d. Panjang 1 Saluran Pelimpah (P1 Saluran Pelimpah)
Ptot
P 1=
n(2)
4,44 m
P 1=
1(2)
P 1=2,22 m
e. Luas Saluran Pelimpah (A)
Q
A=
v saluran pelimpah
0,016 m 3 / s
A=
0,5 m/s
A=0,032 m2
f. Tinggi Saluran Pelimpah (T)
A
T=
L pelimpah
0,032m 2
T=
0,1 m
T =0,32 m
g. Jarak Antar Saluran Pelimpah
Ptot−(2 L saluran pelimpah)
s=
(n saluran pelimpah+1)
4,44 m−( 2× 0,1)
s=
(2+1)
4,44 m−0,2
s=
3
4,24
s=
3
s=1,41m
4.4.7.1 Perhitungan V-Notch
a. Jumlah V-Notch (n v-notch)
wI
n= × Jumlah Pelimpah
Jarak antar v−notch
2,37 m
n= ×1
0,1m
2,37 m
n= ×1
0,1m
n=23,7 ≈ 24 buah
b. Debit Tiap V-Notch
Q bak
Q=
n v−notch
0,016 m 3 /s
Q=
24
Q=6,7× 10−4 m3 / s
c. Tinggi Air pada V-Notch
Q v−notch=1,417 × H 5 /2
2 /5
6,7 ×10−4 m3 / s
H= ( 1,417 )
H=0,00042 /5
H=0,043m
d. Tinggi V-Notch
T =H +15 % × H
T =0,043 m+15 % ×0,043 m
T =0,049 m
4.4.7.2 Perhitungan Saluran Pengumpul
a. Tinggi Saluran Pengumpul (h)
Q
h=
l × v saluran pengumpul
0,016 m 3 /s
h=
0,2m ×0,3 m/s
h=0,0267 m
b. Panjang Saluran Pengumpul
P= ( n× lebar saluran pelimpah ) + ( ( n−1 ) × jarak antar pelimpah )
P= (1 ×0,1 )+ ( ( 1−1 ) × 1,41m )
P= (1 ×0,1 )+ ( ( 1−1 ) × 1,41m )
P=0,1m
4.4.7.3 Dimensi Ruang Pengumpul
Asumsi desain dimensi ruang pengumpul yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 120 s
b. Tinggi Ruang Pengumpul =1m
c. Kecepatan Aliran Ruang Pengumpul = 1 m/s
Perhitungan dimensi ruang pengumpul ialah sebagai berikut.
a. Panjang Ruang Pengumpul (P)
P=2 × Lebar Total Bak Sedimentasi
P=2 ×2,57 m
P=5,14 m
b. Volume Bak (V)
V =Q × td
V =0,016 m3 /s ×120 s
V =1,92 m 3
c. Lebar Ruang Pengumpul (L)
V
L=
P ×h
1,92 m 3
L=
5,14 m× 1 m
L=0,37 m
d. Diameter Pipa Keluar (D)
4×Q
D=
√ π×v
4 × 0,016
D=
√ 3,14 × 1
0,064
D=
√ 3,14
D=0,14 m
D=140 mm
4.5 Perhitungan Unit Filtrasi
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi
saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat
(Martin D, 2001). Menurut Arifiani dan Hadiwidodo (2007), dalam perencanaan unit
filtrasi harus mempertimbangkan jenis media filter dan hidrolika filtrasi. Unit filtrasi
pada perencanaan ini menggunakan filtrasi jenis saringan pasir cepat. Hal ini karena
saringan pasir cepat memiliki kelebihan dalam segi dimensi unit filtrasi yang tidak
memerlukan lahan yang luas namun membutuhkan backwash dalam
pengoperasiannya (Schulz, 1984).
Kriteria perencanaan unit filtrasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas
ialah sebagai berikut.
a. Kecepatan Filtrasi = 6 – 11 m/jam; dipilih 11 m/jam
= 0,0031 m/s
b. P:L =2:1
c. Diameter Pasir = 0,5 – 0,7 mm
d. Koefisien Kerataan = 1,2 – 1,4
e. Tebal Lapisan Pasir = 30 – 70 cm
f. Tebal Lapisan Penyangga (Gravel) = 80 – 100 cm
g. Tebal Lapisan Kerikil = 20 – 30 cm
Perhitungan unit filtrasi pada IPA1 Kecamatan Kapuas diuraikan sebagai
berikut.
a. Debit Tiap Saringan (Qs)
Q
Qs=
nb
0,08 m 3 /s
Qs=
2
Qs=0,04 m3 /s
b. Luas Tiap Bak (A)
Q
A=
v
0,04 m 3 /s
A=
0,0031 m/s
A=13 m2
c. Lebar Bak (L)
A
L=
√ 2
13 m2
L=
√ 2
L= √ 6,5 m 2
L=2,5 m
d. Panjang Bak (P)
P=2 L
P=2 ×2,5 m
P=5 m
e. Luas Bak (P)
A=P× L
A=5× 2,5 m
A=12,5 m≈ 13 m
4.5.1 Perhitungan Sistem Underdrain Bak Filtrasi
Kriteria perencanaan sistem underdrain bak filtrasi pada IPA 1 Kecamatan
Kapuas ialah sebagai berikut.
a. Underdrain Bak Filtrasi = Manifold dan Lateral
b. Luas Media Filter = 30 m 2
c. Rasio Luas Orifice dengan Luas Area Filter = 0,25 %
d. Rasio Luas Pipa Lateral dengan Luas Orifice = 4 : 1
e. Rasio Luas Manifold dengan Luas Lateral =3:1
f. Diameter Orifice = 2 cm
g. Jarak Antar Lateral (w) = 30 cm
Perhitungan sistem underdrain bak filtrasi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas
diuraikan sebagai berikut.
a. Luas Orifice (Aorf)
1
Aorf = π D 2
4
1
Aorf = ×3,14 ×(0,02)2
4
Aorf =3,14 × 10−4 m2
b. Luas Bukaan Total Orifice (ATorf)
ATorf =0,25 % × A
ATorf =0,25 % × 13 m2
ATorf =0,0325 m 2
c. Jumlah Lubang Orifice (norf)
ATorf
norf =
Aorf
0,0325 m 2
norf =
3,14 ×10−4 m2
norf =103,5 ≈ 104 buah
d. Luas Bukaan Total Lateral (ATL)
ATL=4 × Aorf
ATL=4 ×3,14 ×10−4 m 2
ATL=0,001256 m2
e. Diameter Pipa Lateral (D)
4 × ATL
D=
√ π
4 × 0,001256 m2
D=
√ 3,14
D=0,04 m
f. D=40 mmLuas Bukaan Total Manifold (ATM)
ATM =3 × ATL
ATM =3 ×0,001256 m 2
ATM =0,003768 m2
g. Diameter Pipa Manifold (DM)
4 × ATM
D=
√ π
4 × 0,003768 m2
D=
√ 3,14
D=0,069 m
D=69 mm
h. Panjang Pipa Lateral (PL)
Lebar bak −DM
PL=
2
2,5 m−0,069 m
PL=
2
PL=2,431 m
i. Jumlah Pipa Lateral di Salah Satu Pipa Manifold
Panjang bak
nL=
w
5m
nL=
0,3 m
nL=16,67 ≈17 buah
j. Jumlah Pipa Lateral Total (nTL)
nTL=2 × nL
nTL=2 ×17
nTL=34 buah
k. Jumlah Orifice Tiap Lateral (nO/L)
norf
nO / L =
nTL
104
nO / L =
34
nO / L =3,05 ≈ 4
l. Jarak Antar Titik Tengah Orifice (sorf)
PL
sorf =
nO / L
2,431 m
sorf =
4
sorf =0 ,607 m
m. Jarak Orifice Dinding ke Pipa Manifold (sM)
sM=0,5 × sorf
sM=0,5 × 0,607 m
sM=0,3035 m
4.5.2 Media Penyaringan
Media filter yang digunakan pada unit filtrasi ialah pasir dan kerikil
1. Media Pasir
Kriteria penyaringan menggunakan pasir ialah sebagai berikut.
a. Pasir Nre < 5
b. Porositas Awal (f) = 0,4
c. Tebal Pasir = 50 – 70 cm
d. Diameter (D) = 0,5 – 0,7 mm
e. Viskositas (v) = 0,000008039 m2/s
f. Kecepatan Filrasi (vf) = 3,1 ×10−3 m/ s
Perhitungan penyaringan menggunakan pasir diuraikan sebagai berikut.
a. Nre
1 vf × D
Nre= ×
(1−f ) v

1 (3,1×10−3 m/ s)×(0,7 × 10−3 m)


Nre= ×
(1−0,4) 0,000008039
Nre=0,45 m
b. Headloss
2
w (1−f ) vf
HL=180 × × × 2 ×L
g f3 D
2
0,000008039 (1−0,4) 3,1 ×10−3
HL=180 × × × ×0,7
9,81 0,4 3 (7 × 10−3 )2
HL=0,0367 m
2. Media Penyangga Kerikil
Kriteria penyaringan menggunakan pasir ialah sebagai berikut.
a. Antrasit Nre < 5
b. Porositas Awal (f) = 0,5
c. Tebal Pasir = 30 cm
d. Diameter (D) = 0,003 m
e. Viskositas (v) = 0,000008039 m2/s
f. Kecepatan Filrasi (vf) = 3,1 ×10−3 m/ s
Perhitungan penyaringan menggunakan pasir diuraikan sebagai berikut.
a. Nre
1 vf × D
Nre= ×
(1−f ) v

1 (3,1 ×10−3 m/s )×(3 ×10−3 m)


Nre= ×
(1−0,5) 0,000008039
Nre=2,31 m
b. Headloss
2
w (1−f ) vf
HL=180 × × × 2 ×L
g f3 D
2
0,000008039 (1−0,4) 3,1× 10−3
HL=180 × × × × 0,3
9,81 0,4 3 (3 × 10−3 )2
HL=0,0856 m

HL Media=HL Pasir+ HL Kerikil


HL Media=0,0367 m+0,0856 m
HL Media=0,1223m

HL Total=HL Media+ HLUnderdrain


HL Total=0,1223 m+0,078 m
HL Total=0,2003 m
4.6 Desinfeksi Gas Klor
Klorinasi dilakukan dengan cara injeksi gas pada inlet reservoir. Dosis
penentuan klor diambil dari penelitian terdahulu karena pada dasarnya penentuan
dosis klor harus menguji lab air baku yang sudah melalui proses pengolahan.
Penentuan dosis klor tidak mempengaruhi dimensi.
Perencanaan unit desinfeksi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah sebagai
berikut.
a. Sisa Klor = 0,3 mg/L
b. Kadar Klor = 60%
c. Kapasitas Tabung = 75 kg
d. Dosis Klor Optimum (DPC) = 2,61 mg/L
Perencanaan unit desinfeksi pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah
sebagai berikut.
a. Dosis Klor
Dosis Klor =Dosis Optimum+ Sisa Klor
Dosis Klor =2,61 mg/L+0,3 mg/ L
Dosis Klor =2,91 mg/L=0,000291 kg/ L
b. Kebutuhan Klor
100 %
Kebutuhan Klor= × Dosis Klor ×Q
60 %
10
Kebutuhan Klor= × 2,91mg/ L ×80 l/s
6
Kebutuhan Klor=388,7 mg/ s
Kebutuhan Klor=33,5 kg / hari
c. Lama Pergantian Tabung
KapasitasTabung
Lama Pergantian Tabung=
Kebutuhan Klor
75 kg
Lama Pergantian Tabung=
33,5 kg/hari
Lama Pergantian Tabung=2,23 ≈ 3 hari
4.7 Reservoir
Reservoir adalah penampung air hasil olahan, dimensi reservoir disesuaikan
dengan kebutuhan air warga dan juga debit air yang diolah. Dimensi reservoir yang
direncanakan ialah sebagai berikut.
a. Tipe Ground Reservoir dengan 2 kompartemen
b. Kecepatan Inlet Desain (vi) = 1,77 m/s
c. Faktor Peak (fp) = 2,5
d. Kecepatan Outlet Desain (vo) = 3 m/s
e. Waktu Pengurasan (tk) = 2 jam
f. Kecepatan Pengurasan (vk) = 2,5 m/s
g. Kecepatan Overflow (vow) = 1,77 m/s
h. Kecepatan Ventilasi Desain (vud) = 4 m/s
i. Persentase Qin = 4,17%
j. Persentase Volume Reservoir = 27,66 %
k. Tinggi Bak Pengurasan (Hk) =2m
Perhitungan perencanaan unit reservoir pada IPA 1 Kecamatan Kapuas ialah
sebagai berikut.
a. Volume Reservoir
V =27,66 % ×Q ×Waktu
V =0,2766× 80 L/s × 86.400 s
V =0,2766× 80 L/s × 86.400 s
V =1.918 .771 L
V =1.918,771 m3
b. Dimensi Reservoir
V
Vr=
2
1.918,771m3
Vr=
2
Vr=959,4 m3
c. Debit Inlet
1
Qi= ×Q
4
1
Qi= ×0,08 m 3 /s
4
Qi=0,02 m3 / s
d. Diameter Pipa Inlet
4 × Qi
D=
√ π × vi
4 ×0,02 m3 /s
D=
√ 3,14 ×1,77 m/ s
D=0,11 m
D=110 mm
e. Debit Outlet
Qo=Qi × fp
Qo=0,02 m 3 /s × 2,5
Qo=0,5 m3 /s
f. Diameter Pipa Outlet
4 × Qo
D=
√ π × vo
4 ×0,5 m3 / s
D=
√ 3,14 ×3 m/s
D=0,21m
D=210mm
g. Volume Bak Pengurasan
Vk=Pr × Lr × Hk
Vk=15 m ×5 m× 2m
Vk=150 m3
h. Debit Pengurasan
Vk
Qk=
tk
150 m 3
Qk=
2× 3.600
Qk=0,021 m3 / s
i. Diameter Pipa Pengurasan
4 × Qk
D=
√ π × vk
4 × 0,021 m3 /s
D=
√ 3,14 ×2,5 m/s
D=0,103 m
D=103 mm
j. Debit Pengaliran pada Pipa Vent
Direncanakan 4 pipa vent untuk reservoir
(Qo−Qi)
Qud=
4
(0,5 m3 /s−0,02 m3 /s)
Qud=
4
0,48m 3 / s
Qud=
4
Qud=0,12 m3 / s
k. Diameter Pipa Vent
4 × Qud
D=
√ π × vud
4 × 0,12 m3 /s
D=
√ 3,14 × 4 m/ s
D=0,19 m
D=190 mm

Anda mungkin juga menyukai