Disusun Oleh:
MEITY ANGGRAINI
D1051191032
Dosen Pembimbing:
DR. RIZKI PURNAINI, S.T., M.T.
NIP. 197207231998022001
Pontianak, 2021
Meity Anggraini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan terpenting makhluk hidup di bumi.
Kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan air, terutama air bersih. Air bersih
yang digunakan untuk kegiatan manusia harus bebas dari patogen dan bahan
kimia yang dapat mencemari air bersih. Cakupan air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan sistem penyediaan air minum. Persyaratan kualitas air
meliputi kualitas secara fisik, kimia, biologi dan radiologis sehingga tidak
meninggalkan efek samping pada saat dikonsumsi (Permenkes RI No.
16/Menkes/PER/IX/1990). Pemenuhan kebutuhan air minum adalah kunci utama
untuk mengembangkan suatu kegiatan dan penting untuk menjaga produktivitas
suatu perekonomian.
Kebutuhan air bersih dan air minum merupakan kebutuhan dasar manusia
yang menentukan kelangsungan dan kualitas hidup manusia saat ini dan di masa
yang akan datang. Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal
pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum, sehingga kondisi di masing-
masing daerah mengenai ketersediaan prasarana pendukung juga akan berbeda.
Secara umum, masing-masing kecamatan di Kabupaten Sanggau memiliki
permasalahan yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan air minum
karena perbedaan letak geografis, batas administrasi, dan jumlah penduduk.
Kebutuhan air minum tidak dapat terpenuhi oleh sumber-sumber air di
wilayah Kabupaten Sanggau karena kuantitas air menurun dan kualitas air
memburuk, sehingga diperlukan pengadaan air bersih, sarana dan prasarana
penyediaan. Pembangunan dan penyediaan air minum bagi penduduk memerlukan
perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan pengoperasian pekerjaan yang
cermat, dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi penduduk, kondisi
fisik kawasan, dan tata guna lahan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk,
semakin sulit memperoleh air bersih, oleh karena itu diperlukan Perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Minum (PBPAM) untuk menyediakan air yang layak
konsumsi masyarakat.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan
prasarana penyediaan air bersih direalisasikan dengan perencanaan pengolahan
bangunan air minum. Sasaran pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-
kota besar maupun pedesaan dengan perencanaan dan pembangunan bangunan
pengolahan air minum. Pengolahan bangunan air minum ini untuk daerah
pelayanan Kecamatan Kapuas dan sekitarnya. Oleh karena itu perlunya
pembangunan pengolahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan akan adanya air
bersih. Perencanaan pengolahan bangunan air minum di Kecamatan Kapuas
bertujuan agar pelayanan distribusi air bersih di Kecamatan Kapuas dapat
terlaksana secara baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih
dalam kehidupan sehari hari.
Tabel 3.1 Baku Mutu Air Sungai berdasarkan PPRI No. 22 Tahun 2021
Kelas Keterangan
Parameter Unit
I II III IV
Fisika
Perbedaan dengan
Temperatur C Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 suhu di atas
permukaan air
Padatan terlarut Tidak berlaku
mg/L 1.000 1.000 1.000 2.000
total (TDS) untuk muara
Padatan tersuspensi
mg/L 40 50 100 400
total (TSS)
Tidak berlaku
Pt-Co untuk air gambut
Warna 15 50 100 -
Unit (berdasarkan
kondisi alaminya)
Kimia Anorganik
Tidak berlaku
untuk air gambut
pH 6-9 6-9 6-9 6-9
(berdasarkan
kondisi alaminya)
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 40 80
DO mg/L 6 4 3 1 Batas minimal
Total Fosfat
mg/L 0,2 0,2 1 -
(sebagai P)
Arsen mg/L 0,05 0,05 0,05 0,1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
Besi mg/L 0,3 - - -
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 0,5
Mangan mg/L 0,1 - - -
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Fluorida mg/L 1 1,5 1,5 -
Sulfat mg/L 300 300 300 400
Bagi air baku air
Khlorin Bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 - minum tidak
dipersyaratkan
Belerang sebagai
mg/L 0,002 0,002 0,002 -
H2S
Kimia Organik
Minyak dan Lemak mg/L 1 1 1 10
Detergen Total mg/L 0,2 0,2 0,2 -
Senyawa Fenol mg/L 0,002 0,005 0.01 0,02
BHC 210 210 210 -
Aldrin/Dieldrin 17 - - -
Chlordane 3 - - -
DDT 2 2 2 2
Heptachlor 18 - - -
Lindane 56 - - -
Methoxyclor 35 - - -
Endrin 1 4 4
Toxaphan 5 - - -
Mikrobiologi
MPN/100
Fecal coliform 100 1.000 2.000 2.000
mL
MPN/100 10.00
Total coliform 1.000 5.000 10.000
mL 0
Radioaktivitas
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1
Sumber: Lampiran VI PPRI No. 22 Tahun 2021
Air minum yang sehat merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum
mutlak harus tersedia dalam kuantitas (jumlah) dan kualitas yang
memadai. Kualitas air menunjukkan mutu atau kondisi yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan dan keperluan tertentu. Baku mutu air minum diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Baku Mutu Air Minum berdasarkan PERMENKES No. 492 Tahun 2010
Kadar Maksimum yang
Jenis Parameter Unit
Diperbolehkan
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
Mikrobiologi
Escherichia coli Jumlah per 100 mL sampel 0
Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 mL sampel 0
Kimia Anorganik
Arsen mg/L 0,01
Fluorida mg/L 1,5
Total Kromium mg/L 0,05
Kadmium mg/L 0,003
Nitrit mg/L 3
Nitrat mg/L 50
Sianida mg/L 0,07
Selenium mg/L 0,01
Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
Fisika
Bau Tidak berbau
Warna TCU 15
TDS mg/L 500
Kekeruhan NTU 5
Rasa Tidak berasa
Suhu C Dev 3
Kadar Maksimum yang
Jenis Parameter Unit
Diperbolehkan
Kimia
Aluminium mg/L 0,2
Besi mg/L 0,3
Kesadahan mg/L 500
Khlorida mg/L 250
Mangan mg/L 0,4
pH 6,5-8,5
Seng mg/L 3
Kadar Maksimum yang
Jenis Parameter Unit
Diperbolehkan
Sulfat mg/L 250
Tembaga mg/L 2
Amonia mg/L 1,5
Sumber: Lampiran PERMENKES No. 492 Tahun 2010
Unit filtrasi yang direncanakan pada perencanaan ini ialah filter pasir
cepat dengan dual media filter yang beroperasi secara gravitasi. Media filter yang
digunakan yaitu pasir silika dan anthracite.
3.4.5 Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih
tersisa dalam proses, terutama ditujukan kepada yang patogen. Terdapat
bermacam-macam cara desinfeksi, yaitu kimia (larutan kaporit, gas chlor, gas
ozon) dan fisika (gelombang mikro dan ultraviolet). Untuk membunuh
mikroorganisme yang bersifat patogen terkandung di dalam air, misalnya adalah
mikroba Escherichia coli. Bahan desinfeksi tersebut desinfektan dan biasanya
desinfektan kimia berupa kaporit, bromin klorida, gas klor, gas iod, ozon dan
kalium permanganat. Desinfektan yang sering digunakan adalah kaporit, gas klor
dan sinar ultra.
Desinfeksi sering menggunakan klor sehingga desinfeksi dikenal juga
dengan khlorinasi. Senyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa organik
maupun anorganik tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian klor akan
tersisa yang disebut sisa klor. Pada mulanya sisa klor merupakan klor terikat,
selanjutnya jika dosis klor ditambah maka sisa klor terikat akan semakin besar,
dan pada suatu ketika tercapai kondisi “break point chlorination”. Penambahan
dosis klor setelah titik ini akan memberi sisa klor yang sebanding dengan
penambahan klor. Khlorinasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan
menyediakan klorin sisa untuk keamanan sampai ke konsumen. Desinfektan yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah kaporit.
3.4.6 Reservoir
Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum
sebelum dilakukan pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat
ditempatkan di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah.
Bangunan reservoir umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada
ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh
daerah konsumen.
BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
4.1 Perhitungan Dimensi Intake
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku seperti danau, kolam dan
sungai yang berfungsi sebagai bangunan penangkap atau menampung air baku
sebelum disalurkan ke daerah pelayanan. Konstruksi intake disesuaikan menurut
konstruksi bangunan air dan umumnya kualitas air yang dimanfaatkan untuk
pengolahan pada bangunan intake biasanya kurang baik, namun dari segi kuantitas
airnya cukup banyak. Bangunan penangkap air yang direncanakan untuk daerah
Kecamatan Kapuas ialah river intake. River intake merupakan satu di antara jenis
indirect intake. River intake menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur
pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan
level muka air pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.
4 2
w v
HL=β sin 60 ° ( ) 3
b 2g
4
0,01
HL=1,79× 0,866 × (
0,05 )
3
×0,0000002
HL=3,7 ×10−8
i. Tinggi Muka Air setelah Melewati Kisi ¿ H−HL
¿ 15−3,7× 10−8
¿ 14,96 m
Hb=k
2g
Vb 2
Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2
0,044=2
2 × 9,81m/s 2
V b =0,43 m/ s
2
Vb=0,65 m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,65m/ s
Ab=0,061 m 2
4.3.2 Kompartemen II
Rencana desain kompartemen II yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 15 menit
b. G = 20 s-1
Perhitungan kompartemen II bak flokulasi diuraikan sebagai berikut.
a. Volume Bak
V =Q × td
V =0,04 m 3 /s × 900
V =36 m3
Asumsi P : L : h = 3 : 2 : 1
Maka, dimensi bak flokulasi kompartemen I sebagai berikut.
Panjang (P) = 5,43 m
Lebar (L) = 3,62 m
Tinggi (h) = 1,81 m
b. Headloss
g× HL
G=
√ v × td
9,81 m/ s 2 × HL
20=
√
0,893 ×10−6 × 900 s
H l=0,032m
c. Luas Penampang Saluran (Luas Basah)
A=L× h
A=3,62m ×1,81 m
A=6,55 m2
d. Keliling Basah
P=L+2 h
P=3,62+2 ( 1,81 )
e. P=7,24 mJari-jari Basah
A
R=
P
6,55 m 2
R=
7,24 m
R=0,9 m
f. Slope
∆H
( S )=
P
0,01
( S )=
7,24 m
( S )=0,0013
g. Kecepatan Aliran Saluran
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013
1
vL= R2 /3 S 1/ 2
n
1
vL= ( 0,9)2 /3 (0,0013)1 /2
0,013
vL=2,57 m/s
h. Kehilangan Tekanan pada Saat Aliran Lurus (HL)
2
n × vL × L1/ 2
HL= ( R2/ 3 )
2
0,013 ×2,57 ×(3,62)1/ 2
HL= ( 0,92/ 3 )
2
0,063
HL= ( 0,93 )
HL=0,072
HL=0,0049 m
i. Kehilangan Tekanan Total (Htot)
Keterangan:
Hb = Headloss Belokan
Vb = Kecepatan Aliran Belokan
Ab = Luas Belokan
Htot =H l−Hb
Hb=0,032 m−0,0049 m
Hb=0,027 m
Vb 2
Hb=k
2g
Vb 2
Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2
0,027=2
2 ×9,81 m/s 2
V b =0,26 m/s
2
Vb=0,51m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,51m/ s
4.3.3 Ab=0,078 m2Kompartemen III
Rencana desain kompartemen III yaitu sebagai berikut.
a. Waktu Detensi (td) = 20 menit
b. G = 10 s-1
Perhitungan kompartemen II bak flokulasi diuraikan sebagai berikut.
a. Volume Bak
V =Q × td
V =0,04 m3 / s × 1.200
V =48 m 3
Asumsi P : L : h = 3 : 2 : 1
Maka, dimensi bak flokulasi kompartemen I sebagai berikut.
Panjang (P) =6m
Lebar (L) =4m
Tinggi (h) =2m
b. Headloss
g× HL
G=
√ v × td
9,81 m/s2 × HL
10=
√
H l=0,01m
0,893 ×10−6 × 1.200 s
Hb=k
2g
Vb 2
Hb=2
2 × 9,81m/ s2
Vb 2
0,005=2
2 ×9,81 m/s 2
V b =0,049 m/ s
2
Vb=0,22m/ s
Q
Vb=
Ab
Q
Ab=
Vb
0,04 m 3 /s
Ab=
0,22m/ s
Ab=0,18 m 2
Tabel 4.2 Desain Unit Flokulasi
Parameter Kriteria Desain Kompartemen I Kompartemen II Kompartemen III
10 – 60 s-1 -1
G 30 s 20 s-1 10 s-1
(SNI 6774)
15 – 45 menit
Td 10 menit 15 menit 20 menit
(SNI 6774)
<1m
Headloss 0,049 m 0,032 m 0,01 m
(Kawamura, 2000)
Sumber: Perhitungan, 2021
4.4 Perhitungan Unit Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Bangunan
sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flokulen yang terbentuk akibat adanya
penambahan koagulan pada proses koagulasi dan flokulasi. Bentuk bangunan
sedimentasi secara umum berupa (Anggraeni dan Susanawati, 2011):
a. Lingkaran (circular), air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan
secara horizontal menuju ke outlet di bagian keliling lingkaran.
b. Segi empat (rectangular), air baku mengalir secara horizontal dari inlet
menuju outlet.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengurangi atau menurunkan beberapa
parameter seperti BOD dan COD. Efisiensi penyisihan BOD dan COD adalah 25 –
40% sedangkan TSS adalah 50-70%. Dalam bak ini terjadi ditribusi tingkat
pengendapan partikel karena adanya partikel dengan ukuran berbeda yang
menyebabkan kecepatan mengendapnya juga berbeda.
Bak sedimentasi terdapat tube settler atau plate settler yang berfungsi
untuk meningkatkan efisiensi pengendapan karena dapat mempercepat
pengendapan dengan cara memperpendek area pengendapan (Darmasetiawan,
2001). Sudut settler yang disarankan adalah 45o - 60o dengan tujuan agar
endapan yang telah terbentuk tidak tertahan pada settler (Schulz dan Okun,
1984).
Kriteria desain unit sedimentasi ialah sebagai berikut.
a. Surface Loading Rate (Q/A) = 0,8 – 2,5 m3/m2/jam
= 2,2 × 10-4 - 7 × 10-4 m/s
b. Rasio Panjang terhadap Lebar =5:1
c. Reynold Number (Re) = < 2.000
d. Froude Number (Fr) = > 10-5
e. Efisiensi Penyisihan = 90%
f. Kondisi performance bak (n) = 1/3 (Good Performance)
Perencanaan desain unit sedimentasi IPA 1 Kecamatan Kapuas diuraikan
sebagai berikut.
4.4.1 Perhitungan Dimensi Bak Sedimentasi
Kriteria perencanaan bak sedimentasi ialah sebagai berikut.
a. Surface Loading Rate (Q/A) = 7 × 10-4 m/s
b. to/td = 3,5
Maka, dapat diperoleh:
¿ = Vo
td Q
A
Q
Vo= ¿ ×
td A
Vo=3,5× 7 ×10−4 m/s
Vo=2,45× 10−3 m/s
Debit yang diolah (Q) = 80 L/s ≈ 0,08 m3/s
Bak sedimentasi yang akan dirancang dengan debit sebesar 0,08 m3/s dibagi
menjadi 5 unit dengan masing-masing bak memiliki ukuran dan kapasitas yang sama.
Sehingga debit tiap bak sedimentasi yang akan diolah adalah sebagai berikut.
0,08 m 3 /s
Debit tiap bak =
5 unit
m3 / s
Debit tiap bak =0,016
unit
Q
A=
Vo
0,08 m 3 /s
A=
2,45 ×10−3 m/ s
A=32,65 m2
Setelah diketahui luas permukaan bak, maka ditentukan panjang dan lebar dengan
perbandingan P : L adalah 5 : 1.
Panjang (P) = 12,75 m
Lebar (L) = 2,55 m
4.4.2 Perhitungan Desain Zona Pengendapan (Tube Settler)
Kriteria perencanaan zona pengendapan dengan tube settler ialah sebagai
berikut.
a. Waktu Detensi dalam Tube (td) = 5 – 20 menit
b. Perbandingan P : L =4:1–6:1
c. Lebar Tube Settler (w) = 0,05 m
d. Tinggi Tube Settler = 0,5 m
e. Tebal Tube Settler = 2,5 x 10-3 m
f. Kemiringan Tube Settler (θ) = 30 °−60 °
g. Jarak Antar Settler (W) = 10 cm
h. Viskositas Kinematis (v) pada 25°C = 0,9055 x 10-6 m2/s