(MATERI KE-3)
Metoda Duns dan Ros dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di laboratorium dan
diperbaiki serta disesuaikan dengan menggunakan data lapangan. Pendekatan yang dilakukan
a. Duns dan Ros mendefinisikan gradien tekanan statik sebagai komponen gradien tekanan
Gradien tekanan total, menurut Duns dan Ros merupakan gabungan antara gradien statik,
gradien tekanan akibat gesekan dan gradien percepatan. Pengaruh slip antara fasa gas dan cair
tercakup dalam gradien statik dan dijaga tetap terpisah dari pengaruh gesekan. Duns dan Ros
membagi aliran menjadi tiga jenis pola aliran dan masing-masing pola aliran dikembangkan
Gradien tekanan, dP/dh, dinyatakan sebagai fraksi dari gradien cairan hidrostatik, L g,
yaitu :
1 dP
G
L g dh
(3-56)
IV-1
Hold-up dan gradien tekanan sangat tergantung pada laju aliran gas. Duns dan Ros
menunjukkan bahwa bubble flow terjadi pada laju aliran gas yang rendah. Pada pola bubble flow
ini cairan merupakan fasa yang kontinyu dan gas merupakan gelembung-gelembung. Pada pola
aliran ini gradien tekanan yang terjadi hampir sama dengan gradien hidrostatik cairan. Gesekan
dengan dinding pipa akan memperbesar harga gradien tekanan, dimana hal ini terjadi pada laju
Untuk laju cairan yang rendah (vsL < 40 cm/sec) peningkatan laju aliran gas menyebabkan
jumlah gelembung gas makin banyak dan memperbesar dan akan bergabung menjadi gelembung
gas yang lebih besar, yang berbentuk seperti peluru (Gambar 4.11). Pola aliran ini disebut sebagai
plug flow. Dengan pertambahan laju aliran gas, plug tersebut menjadi tidak stabil dan pecah dan
pola aliran berubah menjadi slug flow. Untuk perubahan pola aliran tersebut faktor gesekan pada
Pada laju aliran gas yang lebih tinggi (vsg > 1500 cm/sec dan vsL < 40 cm/sec), pola aliran
berubah dari slug flow menjadi mist flow. Apabila hal ini terjadi, fasa gas merupakan fasa yang
kontinyu dan cairan akan terbawa aliran gas dalam bentuk butir-butir cairan. Faktor gesekan pada
pola aliran ini (mist flow) menjadi unsur yang penting dalam penentuan gradien tekanan dan
gesekan akan meningkat dengan tajam, apabila terjadi pertambahan laju aliran gas. Suatu hal
yang perlu diingat adalah setelah gradien tekanan melampaui harga minimumnya, maka harga
Apabila laju aliran cairan bertambah mencapai vsL > 160 cm/sec, pola aliran yang terjadi
menjadi lebih sulit untuk diamati, dan plug flow tidak terjadi lagi dan aliran menjadi turbulen dan
cairan akan berbuih (frothy) dengan adanya gelembung-gelembung gas. Dengan pertambahan
IV-2
aliran gas, akan terjadi pemisahan antara gas dengan cairan dan akan menyebabkan terbentuknya
slug flow. Pada saat vsg > 5000 cm/sec, pola aliran berubah menjadi mist flow.
Duns dan Ros mengembangkan empat kelompok besaran tanpa dimensi, yaitu N Lv, Ngv,
Nd dan NL seperti halnya Hagedorn dan Brown, pada persamaan-persamaan (4-52) sampai (4-55).
Dengan empat kelompok persamaan tak berdimensi tersebut Ros membuat korelasi untuk
menentukan slip velocity (dalam bentuk tidak berdimensi), S. Setiap harga S tersebut, tergantung
pada pola aliran mist. Sedangkan korelasi untuk gesekan juga tergantung pada pola alirannya.
Dengan demikian untuk menentukan gradien tekanan aliran pertama-tama harus diperkirakan
pola aliran apa yang terjadi, sesuai dengan laju aliran dari masing-masing fasa serta keadaan dari
Telah disebutkan bahwa menurut Ros gradien tekanan total adalah penjumlahan dari
gradien statik, gradien gesekan dan gradien percepatan. Besarnya gradien statik adalah :
H L L g (1 H L ) g g
(4-57)
dimana HL adalah liquid hold-up. Gradien percepatan umumnya diabaikan, dengan demikian
dP
H L L g (1 H L ) g g gradien gesekan
dh (4-58)
Apabila gradien tekanan dinyatakan dalam fraksi gradien hidrostatik cairan, L g, maka
1 dP g
G H L (1 H L ) gradien gesekan
L g dh L (4-59)
IV-3
dimana : G adalah gradien tekanan tak berdimensi.
Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh Ros, dapat ditunjukkan bahwa untuk laju
aliran cairan yang rendah gradien tekanan tidak tergantung pada laju aliran gas tetapi pada laju
aliran cairan yang tinggi, gradien tekanan sangat dipengaruhi oleh laju aliran gas.
Pola aliran yang terjadi, selama pengamatan yang dilakukan oleh Ros, dibagi dalam tiga
pola aliran utama, tergantung pada jumlah gas yang mengalir, yaitu :
Daerah I. Fasa cair kontinyu dan pola aliran dapat merupakan bubble flow, plug flow dan
Daerah II. Pada daerah ini, fasa cair dan gas berselang-seling. Pola aliran yang tercakup dalam
daerah ini adalah slug flow dan sebagian froth flow (sisa dari daerah I).
Daerah III. Gas merupakan fasa yang kontinyu dan pola aliran yang terjadi di daerah ini adalah
mist flow.
Ketiga daerah aliran tersebut, membedakan korelasi yang digunakan untuk menentukan
slip velocity maupun hold-up serta faktor gesekan. Penentuan daerah aliran berdasarkan
parameter-parameter NLv, Ngv, L1, L2 dan Nd. Oleh Ros daerah aliran tersebut digambarkan dalam
Peta pola aliran tersebut merupakan fungsi dari N Lv dan Ngv, oleh karena kedua parameter
tersebut mempunyai kaitan langsung dengan laju aliran cairan dan gas. Dalam bentuk metematik
daerah aliran tersebut dapat pula diperkirakan berdasarkan batasan-batasan sebagai berikut :
0 N gv L1 L2 N Lv
- Daerah I.
- Daerah II. L1 L2 N Lv N gv 50 36 N Lv
- Daerah III.
N gv 75 84 N Lv
0.75
IV-4
L1 dan L2 merupakan fungsi dari Nd dan hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Liquid hold-up yang terjadi juga mempunyai kaitan dengan slip velocity, vs, yaitu sebagai
berikut :
v sg v sL
vs
1 HL HL (4-60)
Slip velocity apabila dinyatakan dalam bentuk tak berdimensi adalah sebagai berikut :
S v s L g 4
1
(4-61)
Dengan demikian apabila S dapat ditentukan, maka v s, HL dan akhirnya gradien tekanan, dP/dh
dapat ditentukan.
Untuk daerah I
2
N gv
S F1 F2 N Lv F3
1 N Lv
(4-62)
dimana :
F3 F3 F4 N d
Untuk daerah II
N
0.982
F6
S 1 F
gv
1 F7 N Lv 2
5
(4-63)
dimana :
F6 0.029 N d F6
IV-5
Untuk daerah III
S = 0, dengan demikian :
v sL
HL
v sL v sg
Parameter-parameter F1, F2, F3, F4, F5, dan F6 ditentukan dengan menggunakan grafik pada
Gambar 4.14 dan 4.15. Selain dari itu, Duns dan Ros menyatakan bahwa antara mist flow dan
slug flow terdapat gap (lihat Gambar 4.12) dan apabila kondisi ini ditemui, maka gradien
tekanannya ditentukan secara interpolasi antara gradien tekanan untuk mist flow dan slug flow.
berikut :
dP 4 f w L v sL
2
v sg
1
dh f 2d v sL
(4-64)
Berdasarkan data percobaan, untuk menentukan harga faktor gesekan, Duns dan Ros
f w f1 f 2 f 3 (4-65)
Harga f1 ditentukan dengan menggunakan Gambar 4.16, yang mana harga f 1 merupakan fungsi
dari bilangan Reynold. Harga f2 merupakan koreksi terhadap adanya gas liquid ratio dan
ditentukan dengan menggunakan Gambar 4.17, yang mana harga f2 tersebut merupakan fungsi
dari f1 R Nd2/3, dimana R adalah Gas Liquid Ratio. Faktor ini pada dasarnya sama dengan 1
apabila R sangat kecil, tetapi berkurang dengan cepat untuk harga R yang tinggi. Harga f 3
IV-6
merupakan faktor koreksi tambahan terhadap viskositas dan GLR. Harga f3 dapat ditentukan
f 3 1 f 1 R 50
0.5
(4-66)
Faktor koreksi ini cukup penting apabila viskositas cairan atau campuran lebih besar dari 50 cs.
Gradien tekanan akibat gesekan dihitung berdasarkan fasa gas dan dapat ditentukan
dP 4 f w g v sg2
dh f 2d
(4-67)
Oleh karena merupakan aliran gas, maka tidak terjadi slip dan faktor gesekan f w ditentukan
g v sg d
N Re
g
Pembahasan diatas merupakan dasar umum dari metoda perkiraan gradien tekanan
dengan menggunakan metoda Duns dan Ros. Adapun prosedur perhitungan gradien tekanan
1415
.
o
. API
1315 o
2. Tentukan masa fluida yang berasosiasi dengan 1 STB cairan dengan persamaan :
m 350 o
1
1 WOR
GLR 350 1 WOR
0.0764 g w
WOR
IV-7
3. Hitung densitas fasa cair dengan persamaan :
1 WOR
L 62.4 o w
1 WOR 1 WOR
P P2
P 1 14.7
2
T T2
T 1
2
P 520 1
g 0.0764 g
14.7 T Z
1 WOR
L o w
1 WOR 1 WOR
1 WOR
L o w
1 WOR 1 WOR
5.615 q L 1 WOR
v sL Bo Bw
86400 A p 1 WOR 1 WOR
17. Hitung liquid velocity number, NLv, dengan menggunakan persamaan (4-52).
18. Hitung superficial gas velocity, vsg, dengan menggunakan persamaan berikut :
1
q L GLR Rs
1 WOR 14.7 T
v sg Z
86400 A p P 520
19. Hitung gas velocity number, Ngv, dengan menggunakan persamaan (4-53).
20. Hitung pipe diameter number, Nd, dengan menggunakan persamaan (4-54).
21. Tentukan daerah pola aliran, dengan menggunakan Gambar 4.12 atau dengan menggunakan
20. Tentukan harga S, sesuai dengan daerah aliran yang diperoleh, yaitu persamaan (4-62), atau
(4-63) atau S = 0.
22. Tentukan slip velocity, dalam hal daerah aliran adalah daerah I dan II, dengan menggunakan
persamaan (4-61).
2 0.5
v s v sg v sL v s v sg v sL 4v s v sL
HL
2v s
26. Tentukan gradien tekanan akibat gesekan, sesuai dengan daerah aliran yang terjadi, yaitu
persamaan (4-65) untuk daerah I dan II dan persamaan (4-67) untuk daerah III. Sebagai
tambahan untuk daerah III, dalam menghitung gradien tekanan akibat gesekan perlu
1
0.067 d
1.73
f1
4 log 0.027 d
2
dan harga diameter yang digunakan untuk menentukan selanjutnya harus diganti dengan d .
Demikian juga dalam menghitung vsg adalah dengan menggunakan persamaan berikut :
v sg d 2
v sg
d 2
27. Tentukan gradien statik dengan menggunakan persamaan (4-57) atau dengan menggunakan
g
Gst H L 1 H L
L
28. Tentukan gradien tekanan total, yaitu penjumlahan dari gradien statik dengan gradien
Untuk daerah III (dengan memperhitungkan percepatan gradien tekanan total dihitung dengan
Gst G fr
G
1 L v sL g v sg v sg P
29. Apabila dalam perhitungan gradien tekanan diatas digunakan gradien tekanan tidak
berdimensi, maka harga tersebut harus dikonversikan dalam psi/ft sebagai berikut :
dP Gst L
dh st 144
IV-10
dP G fr L
dh fr 144
dP G L
dh total 144
tekanan, yang telah ada pada saat itu, dan metoda-metoda tersebut dikelompokkan sesuai dengan
sebanyak 13 metoda dan dari masing-masing kelompok diambil dua metoda untuk dilakukan
analisis.
2. Dari kelompok II : Hughmark dan Pressburg (Hagedorn dan Brown pada saat itu
3. Dari kelompok III : Griffith, Griffith dan Wallis, Duns dan Ros.
menentukan gradien tekanan dengan cara perhitungan biasa (tidak menggunakan komputer).
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pengukuran, ternyata metoda Duns dan Ros serta
Griffith dan Wallis merupakan metoda yang paling teliti. Kemudian metoda tersebut digunakan
lagi dalam perhitungan gradien tekanan, dengan menggunakan komputer, dan dites terhadap data
dari 148 buah sumur. Berdasarkan hasil tes ini dapat disimpulkan bahwa :
Metoda Griffith dan Wallis dapat digunakan pada range laju aliran yang rendah dan slug flow,
minyak dengan viskositas yang tinggi dan laju aliran yang rendah.
Dasar-dasar yang digunakan oleh Griffith dan Wallis lebih baik dibandingkan dengan
Duns dan Ros, meskipun dalam perhitungan gradien tekanan, metoda Duns dan Ros memberikan
hasil yang lebih teliti (Duns dan ros memberikan kesalahan 2.4 %, sedangkan Griffith dan Wallis
memberikan kesalahan 21.9 %). Berdasarkan hal ini, Orkiszewski mengembangkan metodanya
Sama halnya dengan Duns dan Ros, perhitungan liquid hold-up serta faktor gesekan
berdasarkan pada pola aliran yang terjadi. Dalam hal ini Orkiszewski membagi aliran menjadi :
a. Bubble flow
b. Slug flow
c. Transition flow
d. Mist flow.
P 1 Pf
h 144 wt q g
1
4637 A p2 P
(4-68)
dimana :
Penentuan pola aliran berdasarkan pada batasan-batasan yang tercantum dalam Tabel 4-2.
0.25
N gv v sg L
g (4-69)
v t2
B
L 1017
. 0.2218
d
(4-70)
qL
L S 50 36 N gv
qg
(4-71)
0.75
q
L M 75 84 N gv L
qg
(4-72)
dimana :
IV-13
vt = kecepatan fluida total, ft/sec
d = diameter pipa, ft
Perhitungan liquid hold-up untuk penentuan densitas ataupun viskositas serta faktor
gesekan sesuai dengan pola aliran yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
Bubble Flow
0.5
qt
2
4 qg
qt
H g 0.51 1
v s A p v s A p v s Ap
(4-73)
Griffith menyatakan bahwa pendekatan untuk harga vs rata-rata yang paling baik adalah
0.8 ft/sec, dan harga ini digunakan dalam perhitungan Hg dengan menggunakan persamaan (4-
HL L Hg g
Gradien tekanan akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
f L v L2
Pf
2 gc d (4-74)
dimana :
IV-14
vL qL A H
p L
HL = liquid hold-up.
menggunakan Gambar 4.18 dan kekasaran relatif ditentukan dengan menggunakan Gambar 4.19
sesuai dengan jenis pipanya. Bilangan Reynold ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut :
L d vL
N Re 1488
L (4-75)
dimana :
Slug Flow
Densitas rata-rata untuk pola aliran slug, dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
wt L v s A p
L
q t v s Ap
(4-76)
dimana :
vs = C1 C2 (g d)0.5 (4-77)
IV-15
= koefisien distribusi cairan.
Harga C1 dan C2 ditentukan secara grafis dengan menggunakan Gambar 4.20 dan 4.21, dimana C1
L d vs
N Re b 1488
L (4-78)
L d vt
N Re 1488
L (4-79)
Untuk menentukan harga vs, perlu dilakukan iterasi yaitu dengan menganggap harga v s,
kemudian hitung harga NReb, kemudian tentukan harga C1 dan C2. Selanjutnya hitung harga vs
dengan menggunakan persamaan (4-77). Apabila vs anggapan dan perhitungan tidak sama, ulangi
Apabila harga C2 tidak dapat ditentukan dari Gambar 4.21, (misal untuk harga N Re >
6000), maka harga C2 dapat ditentukan dengan menggunakan korelasi berikut, yang merupakan
v s 0.546 8.74 10 6 N Re gd
0.5
(4-80)
v s 0.350 8.74 10 6 N Re gd
0.5
(4-81)
IV-16
Untuk 3000 < NReb < 8000 :
v si 0.251 8.74 10 6 N Re gd 0.5
(4-82)
2 1359
0.5
. L
v s 0.5v si v si
L d
0.5
(4-83)
Harga , tergantung dari fasa cair yang kontinyu dan apakah vs lebih kecil atau lebih besar
dari 10. Tabel 4-3 mencantumkan persamaan-persamaan yang digunakan untuk menghitung
harga .
Untuk slug flow, penentuan gradien tekanan akibat gesekan dapat dilakukan dengan
f L v t2 q L v s AP
Pf
2 g c d q t v s A p
(4-89)
Transition Flow
Densitas rata-rata pada pola aliran transisi ditentukan berdasarkan interpolasi antara
densitas untuk pola aliran slug dengan densitas untuk pola aliran mist seperti halnya yang
Fasa
L M N gv N gv L s
slug mist
L M L s L M L s (4-90)
Gradien tekanan akibat gesekan juga dihitung seperti cara diatas, yaitu :
L M N gv N L s
Pf
L M L s
P slug gv P
L M L s f mist (4-91)
Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti dalam hal penentuan gradien tekanan akibat
gesekan untuk pola aliran mist, sebaiknya digunakan laju aliran gas volumetrik, yaitu sebagai
berikut :
0.25
q g A p L M L
g (4-92)
IV-18
Mist Flow
L H L g Hg
1 q g v sg
Hg
1 q L qg qt vm
Gradien tekanan akibat friksi seperti yang telah dinyatakan oleh Duns dan Ros :
f g vsg2
Pf
2 gc d (4-93)
dimana :
f = faktor gesekan, dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan Reynold gas, yang ditentukan
g d v sg
N Re g 1488
g
(4-94)
Kekasaran relatif, /d, ditentukan berdasarkan korelasi Duns dan Ros, dengan batasan harga /d
antara 0.001 < /d < 0.5. Untuk range /d ini, harga /d ditentukan sebagai berikut :
34
d g v sg2 d
(4-95)
IV-19
Apabila Nw > 0.005 :
Nw
0.302
174.8
d g v sg2 d
(4-96)
dimana :
2
v sg L g
7
N w 4.52 10
L
(4-97)
sebagai berikut :
4. Anggap suatu pertambahan kedalaman, h, dan tentukan kedalaman rata-rata antara dua titik
5. Dari gradien temperatur, tentukan temperatur rata-rata pada selang kedalaman tersebut.
6. Tentukan sifat-sifat fisik fluida sesuai dengan tekanan dan temperatur rata-rata.
7. Tentukan pola aliran, sesuai dengan batasan-batasan pola aliran dengan menggunakan
8. Berdasarkan pola aliran dari langkah 7, tentukan densitas rata-rata dan gradien tekanan
IV-20
10. Bandingkan harga h dari langkah 9 dengan h dari langkah 4. Apabila sama, maka
besarnya h adalah h dari hasil perhitungan, dan lanjutkan ke langkah 11. Tetapi jika tidak
sama, maka ulangi langkah-langkah diatas, mulai dari langkah 4 dengan melakukan
11. Ulangi prosedur mulai dari langkah 3 sampai jumlah h mencapai panjang total dari
kedalaman sumur.
Pengembangan metoda ini berdasarkan data percobaan dalam pipa, dalam skala kecil.
Pipa yang digunakan adalah pipa acrylic dengan diameter 1 in dan 1.5 in dengan panjang 90 ft.
Pipa tersebut dapat dimiringkan pada berbagai sudut kemiringan. Range dari parameter-
parameter yang diukur adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4-4.
buah. Seperti halnya dengan Duns dan Ros ataupun Orkiszewski, perhitungan liquid hold-up
dengan menggunakan metoda Beggs dan Brill juga berdasarkan pola aliran yang terjadi. Mula-
mula liquid hold-up yang dihitung berdasarkan pola aliran pada kondisi pipa horisontal,
kemudian apabila pipa miring dengan sudut kemiringan tertentu, maka liquid hold-up pada
kondisi pipa miring tersebut ditentukan berdasarkan liquid hold-up pada pipa horisontal, setelah
Pola aliran pada kondisi horisontal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.22. Pola aliran
yang diperlihatkan pada metoda Beggs dan Brill, mirip yang dilakukan oleh Duns dan Ros, yaitu
membagi pola aliran menjadi daerah-daerah pola aliran. Daerah-daerah pola aliran tersebut
Stratified flow
Wavy flow
Annular flow
Plug flow
Slug flow
Bubble flow
Mist flow
IV-22
4. Transition flow :
Hubungan antara liquid hold-up dengan sudut kemiringan pipa dapat dilihat pada Gambar
4.23, dimana liquid hold-up mencapai harga maksimum pada sudut +50 o dari bidang horisontal
dan mencapai harga minimum pada sudut 50o dengan bidang horisontal.
Faktor gesekan dua fasa dihitung dengan menggunakan persamaan dan tidak tergantung
pada pola aliran, tetapi tergantung dari liquid hold-up dan input liquid content.
Variabel-variabel berikut ini digunakan untuk menentukan pola aliran yang terjadi apabila
pipa pada kedudukan horisontal. Dalam hal ini pola aliran merupakan parameter korelasi dan
tidak menyatakan tentang pola aliran sebenarnya, kecuali apabila pipa pada kedudukan
horisontal.
v m2
N FR
gd (4-98)
L v sL vm (4-99)
. L1.4516
L3 010 (4-102)
Apabila pola aliran merupakan pola aliran transisi, harga liquid hold-up dihitung dengan
melakukan interpolasi antara pola aliran segregated dan intermittent, dengan menggunakan faktor
dimana :
B = 1A
berdasarkan liquid hold-up pada kondisi horisontal dan untuk kedudukan pipa yang tidak
horisontal dilakukan koreksi terhadap liquid hold-up pada kondisi horisontal. Hubungan tersebut
H L H L 0
(4-105)
dimana :
= faktor koreksi.
Liquid hold-up pada kondisi horisontal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut :
a Lb
H L ( 0) c
N FR (4-106)
dimana harga-harga a, b, dan c tergantung dari pola aliran yang terjadi, seperti pada tabel 3-6.
Pola aliran a b c
1. Segregated flow 0.980 0.4846 0.0868
IV-25
2. Intermittent flow 0.845 0.5351 0.0173
3. Distributed flow 1.065 0.5824 0.0609
dimana :
Dengan demikian, untuk aliran vertikal = 90o, maka persamaan (4-107) di atas menjadi :
= 1 + 0.3 C (4-108)
dimana d, e, f dan g merupakan konstanta-konstanta yang besarnya tergantung dari pola aliran,
Pola aliran d e f g
1. Segregated flow up-hill 0.011 -3.7680 3.5390 -1.6140
2. Intermittent flow 2.965 0.3050 -0.4473 0.0978
3. Distributed flow up-Hill Tidak perlu dikoreksi (C = 0)
4. Semua pola aliran down-hill 4.700 -0.3692 0.1244 -0.5056
IV-26
C. Penentuan Faktor Gesekan
Persamaan yang digunakan untuk menentukan gradien tekanan akibat gesekan adalah
sebagai berikut :
dP f tp n v m2
dZ f 2 gc d
(4-110)
dimana:
n = L L + g g
f tp
f tp f n
fn (4-111)
Harga fn ditentukan dari diagram Moody untuk pipa halus atau dengan menggunakan persamaan :
1
fn 2
N Re
2 log
4.5223 log ( N Re ) 38215
.
(4-112)
n vm d
N Re
n (4-113)
dimana :
n = L L + g g
IV-27
Perbandingan antara faktor gesekan dua fasa (ftp) dengan faktor gesekan no-slip (f n),
ft p
es
fn (4-114)
dimana :
ln y
S
0.0523 3182
. ln y 0.8725 (ln y ) 2 0.01853 (ln y ) 4
(4-115)
dan :
L
y
H
2
L
(4-116)
Harga S menjadi tidak terbatas untuk selang harga y : 1 < y < 1.2 dan pada selang harga ini, S
Beggs dan Brill menentukan gradien tekanan dengan menggunakan persamaan berikut :
g f tp Gm v m
tp sin
P g 2 gc d
c
z tp v m v sg
1
gc P (3-118)
IV-28
Apabila persamaan (4-118) tersebut diuraikan untuk menghitung z, maka persamaan tersebut
berubah menjadi :
tp v m v sg
P 1
gc P
z
g f tp Gm v m
tp sin
gc 2 gc d (4-119)
dimana :
Prosedur perhitungan gradien tekanan dengan menggunakan metode Beggs dan Brill,
1. Hitung tekanan rata-rata dan kedalaman rata-rata antara dua titik tekanan.
P
P1 P2 z
z1 z2
2 dan 2
2. Tentukan temperatur rata-rata, pada kedalaman rata-rata. Temperatur rata-rata ini dapat
3. Dari data PVT atau korelasi PVT, hitung harga-harga R s, Bo, o, g, w, o, w, dan Zg (faktor
5. Hitung densitas cairan dan gas pada kondisi tekanan dan temperatur rata-rata, yaitu :
1 WOR
L o w
1 WOR 1 WOR
350 o 0.0764 Rs g
o
5.615 Bo
IV-29
350 w
w
5.615 Bw
0.0764 g P 520
g
14.7(T 460) Z g
6. Hitung laju aliran cairan dan gas pada selang kedalaman tersebut, dengan persamaan :
q L 6.49 10 5 q o Bo q w Bw
3.27 10 7 Z g qo ( R Rs )( T 460)
qg
P
7. Hitung kecepatan superficial cairan (vsL), gas (vsg) dan campuran (vm) :
vsL = qL/Ap
vsg = qg/Ap
vm = vsL + vsg
8. Hitung total massa flux rate cairan, gas dan campuran dengan persamaan :
GL = L vsL
Gg = g vsg
Gm = GL + Gg
9. Hitung input liquid content atau no-slip hold-up (L) dengan persamaan :
qL
L
qL qg
10. Hitung L, g, m, dan NFR dengan menggunakan persamaan (4-98).
11. Hitung no-slip bilangan Reynold (NRe)ns dan liquid velocity number (NLv).
Gm d
( N Re ) ns
m
IV-30
0.25
N LV 1938
. v sL L
L
12. Hitung variabel-variabel yang merupakan batasan pola aliran, yaitu L1, L2, L3, dan L4.
13. Tentukan pola aliran berdasarkan harga variabel-variabel pada langkah 12.
14. Hitung liquid hold-up pada kondisi horisontal HL(0), dengan menggunakan persamaan (4-
106).
15. Hitung adanya faktor koreksi kemiringan (C), dengan menggunakan persamaan (4-109).
16. Hitung faktor koreksi kemiringan untuk liquid hold-up (), dengan menggunakan persamaan
(4-107).
17. Hitung liquid hold-up sesuai dengan kemiringan pipanya dan densitas dua fasa :
HL() = HL(0)
tp = L HL + g Hg
18. Hitung ftp/fn dengan menggunakan persamaan (4-114), (4-115), (4-116) atau (4-117).
19. Hitung no-slip friction factor (fn) dengan menggunakan persamaan (4-112).
IV-31