Anda di halaman 1dari 61

Gas Flow In Pipes

Leksono Mucharam
Departemen Teknik Perminyakan
FTTM ITB
Persamaan Aliras Gas Dalam Pipa
U1
P1 U2
m1 P2
v1 m2
v2

Z2

Flow Z1
In
1 2

Persamaan Energy Balance:

m v12 m g Z1 m v22 m g Z2
U1  P1 V1    Q - w  U  P2 V2  
2 gc gc 2 gc gc
m v12 m g Z1 m v 22 m g Z2
U1  P1 V1    Q - w  U 2  P2 V2  
2 gc gc 2 gc gc

where:
U = internal energy
pV = energy of expansion or compression
(mv2/2gc) = kinetic energy
(mgh/gc) = potential energy
Q = heat energy added to fluid
w = work done on the fluid by the
surroundings.

Dividing equation (2.1) by m(mass)to obtain an energy per


unit mass balance and writing in differential form gives :

 p d g
dU  d     dh  dq  dWs  0
 gc gc
GAS FLOW IN PIPES

T ds = - dQ + d (lw)

dp v dv g
T ds    dZ  dQ - dw  0
 gc gc

dp v dv g
  dZ  d(lw) - dw  0
 gc gc
GAS FLOW IN PIPES
Jika diasumsi kerja tidak ada, maka:
dp v dv g
  dZ  d(lw)  0
 gc gc

L
Pipa Z
θ

dZ = dL sin θ
GAS FLOW IN PIPES
Sehingga persamaan alirannya menjadi :

dp v dv g
  (dZ sin   d(lw)  0
 gc gc

L
Pipa Z
θ

dZ = dL sin θ
GAS FLOW IN PIPES
Sehingga persamaan alirannya menjadi :

dp v dv g
  (dL sin   d(lw)  0
 gc gc

L
Pipa Z
θ

dZ = dL sin θ
GAS FLOW IN PIPES
Secara explicit dapat dituliskan :

dp v  dv g d(lw)
  (  sin   
dL g c dL gc dL

L
Pipa Z
θ

dZ = dL sin θ
GAS FLOW IN PIPES
Dimana kehilangan tekanan karena gesekan
(friction) dituliskan sebagai:

 dp  d(lw)
   
 dL  f dL

Faktor Gesekan sebagai :

' Wall shear stress w


f  
Kinetic Energy per unit volum e  v2 / 2 g c
GAS FLOW IN PIPES
' Wall shear stress w
f  
Kinetic Energy per unit volum e  v2 / 2 g c

Persamaan diatas dapat dituliskan


menjadi

 dP  2 f '  v2
  
 dL  f gc D

Persamaan diatas disebut sebagai persamaan


Fanning
GAS FLOW IN PIPES
 dP  2 f '  v2
   Fanning
 dL  f gc D

Darcy Weisbach /
 dP  fv 2
   Moody
 dL  f 2 gcD
Dimana f = 4 f ‘
Atau dapat dituliskan sebagai:

f  v2 L
(P) f 
2 gcD
GAS FLOW IN PIPES
 
dP f  v 2 Darcy Weisbach /
   Moody
 dL  f 2 gcD

Dimana v adalah kecepatan alir dalam pipa atau dapat didefinisikan


sbg:

qg
v  gc = 32.174 lbm.ft/lbf.s2
A

ρ = densitas gas = (P M)/ZRT


Persamaan Aliran Gas Dalam Pipa

• Aliran Steady State


• Horizontal Pipeline
• Temperature disepanjang pipa diketahui
• Sifat gas fungsi dari temperature dan
tekanan.
• Gas yang mengalir merupakan gas kering.
Persamaan Faktor Gesekan
(pipa halus)

Drew, Koo, dan Mc Adams memberikan korelasi untuk aliran


turbulen satu fasa pada kondisi ini sebagai berikut :

f = 0.0056 + 0.5 NRe -0.32

Blassius juga mengembangkan korelasi untuk NRe sampai 105 yaitu


:

f = 0.316 NRe -0.25


Persamaan Faktor Gesekan (pipa kasar)

Korelasi faktor gesekan untuk kondisi ini dikembangkan oleh


Nikuradse, yaitu : 1  2 
 1.74  2 log 
f  D 

Persamaan (18) di atas merupakan dasar pembuatan chart faktor gesekan


modern yang diusulkan oleh Colebrook dan White (1939) :
1  2 18.7 
 1.74  2 log  
D N 
f  Re f 

Pada tahun 1976 Jain memberikan korelasi faktor gesekan yang lebih
baik untuk kondisi aliran turbulen pada pipa yang kasar :

1   21.25 
 1.14  2 log  
0.9 
f  D N Re 
CONTOH
Suatu liquid diketahui SGnya 0.82 dan viskositasnya 3 cp (0.003
kg/m-sec) mengalir dalam pipa berdiameter 4 in (101.6 mm) dengan
kecepatan 30 ft/sec (9.14 m/sec). Material pipa terbuat dari new
commercial steel. Hitunglah faktor gesekan dalam pipa dengan
persamaan Jain.

Penyelesaian

NRe = ..d /  = (820) (9.14) (0.01016) / (0.003) = 253824.


Dari grafik friction factor for any type of commercial pipe diperoleh /d =
0.00045. Sehingga dengan korelasi Jain kita dapat menghitung faktor
gesekan dengan persamaan Jain sbb:

2
  21.25 
f = 1.14  2 Log  0.00045  25384 0.9  = 0.0183
  
BILANGAN REYNOLD (NRE)
Bilangan Reynold, NRe merupakan besaran tidak berdimensi yang
didefenisikan sebagai :
 vd
N RE 

NRe adalah perbandingan momentum gaya fluida dengan gaya viscous
shear. Bilangan ini biasa digunakan sebagai parameter untuk membedakan
aliran fluida laminar dengan turbulen. Perubahan dari laminar ke aliran
turbulen biasanya diasumsikan terjadi pada NRe 2100 untuk aliran dalam pipa
sirkular. Jika satuan yang digunakan dalam ft, ft/sec, lbm/cuft, dan
centipoise maka bilang Reynold menjadi :

Dv
NRe = 1488

Jika NRe > 2000 dikatakan aliran turbulen dan bila NRe < 2000 maka
aliran ini disebut dengan aliran laminer.
BILANGAN REYNOLD (NRE)

Jika gas flow rate q (Mscf/D), diameter (D) dalam satuan


inch dan viskositas dalam satuan cp, maka persamaan
Reynold Number dituliskan sebagai:

20 q  g
N RE 
 D
Persamaan Aliran Gas
Dalam Pipa
Asumsi yang digunakan dalam pengembangan persamaan di atas adalah gas
mengalir dalam pipa horisontal, kondisi steady state, kondisi adiabatik, dan
kondisi temperatur aliran dianggap konstan (isotermal) sepanjang segmen
pipa. Karena gas yang mengalir dalam pipa adalah compressible, maka
densitas gas dalam hal ini merupakan fungsi dari tekanan. Persamaan tersebut
kemudian dapat dimanipulasi lebih lanjut menjadi persamaan yang dapat
digunakan untuk perhitungan diameter optimum dan biaya operasi kompressor
pada sistem pipa transmisi gas. Dengan menggunakan empat (4) model
persamaan aliran gas dalam pipa yang berbeda, dalam studi ini dapat
diturunkan empat model persamaan yang berbeda untuk perhitungan diameter
optimum pipa transmisi gas.

Perbedaan diantara model-model tersebut diatas adalah terutama dalam


pemodelan variabel faktor gesekan, f (friction factor). Model persamaan aliran
gas dalam pipa yang banyak digunakan di industri adalah persamaan
Weymouth, Panhandle A, Panhandle B, dan Blasius.
Model Weymouth
PERSAMAAN WEYMOUTH DIKEMBANGKAN BERDASARKAN PERSAMAAN
KESETIMBANGAN ENERGI, DENGAN BEBERAPA ASUMSI SEBAGAI BERIKUT :

PERUBAHAN ENERGI KINETIK DAPAT DIKATAKAN HAMPIR TIDAK ADA SEHINGGA


DIANGGAP SAMA DENGAN NOL. JENIS ALIRAN ADALAH STEADY STATE. ALIRAN
ISOTERMAL, BIASANYA DAPAT DIPENUHI KARENA PIPA YANG DIBENAMKAN
DALAM TANAH SEHINGGA TIDAK TERPENGARUH OLEH PERUBAHAN
TEMPERATUR ATMOSFER.
ALIRAN ADALAH HORISONTAL, DALAM KENYATAANNYA ALIRAN TIDAK PERNAH
BENAR-BENAR HORISONTAL, SEHINGGA UNTUK PERHITUNGAN SECARA RINCI
PERUBAHAN ELEVASI PERLU DIPERHITUNGKAN.

TIDAK ADA KERJA YANG DILAKUKAN GAS SELAMA ALIRAN TERJADI.


UNTUK MENGHINDARI PROSEDUR TRIAL AND ERROR, WEYMOUTH AKHIRNYA
MENGUSULKAN SEBUAH PERSAMAAN UNTUK MENGHITUNG FAKTOR GESEKAN
(F) YANG DINYATAKAN SEBAGAI FUNGSI DARI DIAMETER PIPA, YAITU

0.032 0.01398 D (inches)


f  
1/ 3
D d1/ 3 d (feet)
WEYMOUTH
UNTUK MENGHINDARI PROSEDUR TRIAL AND ERROR, WEYMOUTH AKHIRNYA
MENGUSULKAN SEBUAH PERSAMAAN UNTUK MENGHITUNG FAKTOR GESEKAN (f) YANG
DINYATAKAN SEBAGAI FUNGSI DARI DIAMETER PIPA, YAITU :

0.032 0.01398
f  
D1 / 3 d1 / 3

Persamaan diiatas merupakan persamaan empiris. Secara praktis, persamaan diatas


banyak digunakan untuk mendesain sistem jaringan pipa transmisi gas.
Sedangkan persamaan umum laju alir dalam pipa menurut model Weymouth adalah :
0.5
Tb 1
0.5
 P1 2  P2 2 
q = 3.23     .D
2.5

Pb f    g .T .L.z 

dengan memasukkan harga f diperoleh :

 
0.5
Tb  P1  P2 D16 3 
2 2

q = 18.062 E  
Pb   g T L z 
T1  T2
T 
2
Temperature

ΔX
Distance, X

 3 - 3

2  p1 p 2
P   2 2
3p - p 
 1 2
Q tertentu
P1 P2 diketahui

0.5
Tb 1
0.5
 P1 2  P2 2 
q = 3.23 E     .D
2.5

Pb f    g .T .L.z 

0.5
1
   Transmission factor
f

z = gas deviation factor,


E<1 ditentukan pada T dan P rata rata

E = Flow efficiency ( 0 – 1 )
Q tertentu
P1 P2 diketahui

0.5
Tb 1
0.5
 P1 2  P2 2 
q = 3.23 E     .D
2.5

Pb f    g .T .L.z 

E = 0.8 E = 0.6 E = 0.4 E = 0.3

Deff  D E 2 / 5
PERSAMAAN ALIRAN GAS
WEYMOUTH
 
0.5
Tb  P1  P2 D16 3 
2 2

q = 18.062 E  
Pb   g T L z 

dimana : q = laju alir gas, cfh pada Pb dan Tb


Tb = temperature base, R
Pb = tekanan base, psia
P1 = tekanan inlet, psia
P2 = tekanan outlet, psia
D = diameter dalam pipa, in
g = spesifik gravity gas
T = temperatur alir rata-rata, R
f = faktor friksi Moody
L = panjang pipa, miles
Z = faktor deviasi gas pada temperatur alir dan tekanan rata-rata.
MODEL PANHANDLE-A
Penggunaan persamaan Panhandle A disarankan untuk aliran gas dalam pipa
dengan harga bilangan Reynold antara 5 x 106 dan 11 x 106 yang menunjukkan
bahwa aliran gas dalam pipa adalah turbulen. Persamaan aliran gas Panhandle
A diturunkan dengan memasukkan persamaan empiris faktor gesekan yang
dituliskan seperti berikut ini :
0.085
f 
N Re 0.147

Dengan memasukkan persamaan faktor gesekan diatas, maka persamaan laju alir
gas berasarkan model Panhandle A menjadi:

0.5394 0.4604
 1 
1.07881
 Tb   P1  P2
2 2

q = 435.87 E       D 2.6182
 T Lz   
 Pb     g 
MODEL PANHANDLE - B
Modifikasi dari persamaan Panhandle A menghasilkan persamaan yang dapat
digunakan untuk pipa panjang. Seperti halnya metode Panhandle A, Panhandle
B menyatakan bahwa faktor gesekan merupakan fungsi dari bilangan Reynolds
seperti yang dituliskan pada persamaan berikut ini :

0.015
f 
N Re 0.0392

Persamaan laju alir melalui pipa menurut Panhandle B :

1.02  0.51
 Tb  P12  P2 
2
q = 737 E     D 2.53
T L z  g
0.961
 Pb  
MODEL PANHANDLE - B
1.02  0.51
 Tb   P2
P12  2
q = 737 E     D 2.53
T L z  g
0.961
 Pb  

1.02  0.51
 Tb   P2 
P12 2
q  737 E     D 2.53
T L z  g
0.961
 Pb  

1.02  0.51
q  Tb  1 
 737 E     D 2.53
 
Flow Index =
2 0.51 T L z  g
0.961
P12 - P2  Pb  
MODEL BLASIUS

Blasius mengembangkan sebuah persamaan yang dapat


digunakan untuk harga bilangan Reynolds sampai 105.
Persamaan untuk menentukan faktor gesekan tersebut
adalah:

0.16
f 
N Re0.16
CONTOH
Diketahui : Tb = 520 R, Pb = 14.7 psia
P1 = 4000 psia P2 = 200 psia
D = 12.09 in g = 0.60
T = 520 R L = 100 miles
 = 0.0006 in

Hitunglah laju alir gas dalam cuft/hr dan faktor gesekan yang terjadi dalam pipa
berdasarkan persamaan Weymouth ?

 
0.5
Tb  P1  P2 D16 3 
2 2

q = 18.062  
Pb   g T L z 

 520   160000  4000012.09 


16 30.5

= 18.062    = 989859 cfh


 14.7  0.6 520 100 0.95  

0.032 0.032
f = = = 0.014
D1 / 3 12.091 3
QUICK TEST

(1) Metoda Weymouth cocok digunakan untuk mendesain pipa


transmisi gas dengan diameter yang relatif besar.
(2) Desain pipa dengan menggunakan model Weymouth hasilnya akan
sangat konservatif.
(3) Desain pipa gas yang diperoleh dengan menggunakan model
Panhandle A akan lebih kecil dari pada pipa yang didesain dengan
model Weymouth.
(4) Model Weymouth akan menghasilkan harga faktor gesekan yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan model Panhandle A atau
Panhandle B.
(5) Faktor gesekan model Weymouth tidak merupakan fungsi dari rate
gas nya.
(6) Harga Flow Index (FI) besarnya tergantung dari laju alir gas nya.
(7) Harga FI menurun dapat berarti diameter pipanya membesar.
SISTEM JARINGAN
PIPA GAS
Dalam suatu sistem jaringan pipa gas umumnya terdiri
dari beberapa segmen pipa, pengukur aliran fluida (flow
meter), pengukur tekanan (pressure gauge), kompresor,
beberapa valve, dan sambungan / knee. Yang akan
dibahas dalam bab ini hanya meliputi macam macam
susunan dari segmen segmen pipanya. Macam dari
sistem jaringan pipa yang umum terdapat dilapangan
dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: sistem pipa seri,
sistem pipa paralel dan sistem pipa loop (merupakan
kombinasi sistem seri dan paralel).
Jaringan Pipa
Well Head

Header

Flowline

Trunk Line
SISTEM PIPA SERI
Suatu jaringan pipa seri merupakan susunan pipa yang dipasang secara
berturutan dengan diameter pipa yang berbeda, seperti yang terlihat pada
Gambar dibawah ini.

LA LB

Gas Flow DA DB

P1 A P3 B P2

Sistem jaringan pipa seri, yang terdiri dari dua


segmen pipa, A dan B.
SISTEM PIPA SERI
DB DC
DA

A B C

LA LB LC

Gambar Sistem pipa seri yang terdiri dari 3 segmen pipa.


Sistem pipa seri seperti gambar diatas terdiri dari 3 segmen pipa
yang dipasang berderetan, dimana masing masing pipa diatas
mempunyai diameter dan panjang yang berbeda. (panjang : LA, LB
dan LC , dan diameter : DA, DB dan DC). Dengan berbagai alasan,
keekonomian ataupun teknis, sering dijumpai dilapangan
mengenai persoalan dan pemasangan sistem jaringan pipa secara
seri.
SISTEM PIPA SERI
LA LB

Gas Flow DA DB

P1 A P3 B P2

Untuk perhitungan dan perencanaan suatu sistem jaringan pipa seri,


persamaan yang digunakan dapat diturunkan dari persamaan aliran
gas Weymouth, Panhandle A atau yang lainnya. Kalau kita perhatikan
sistem jaringan pipa seri seperti pada Gambar diatas, maka pada
kondisi aliran steady state dapat dikatakan bahwa laju alir gas dalam
pipa A sama dengan laju alir gas dalam pipa B. Secara matematis,
hubungan tersebut diatas dapat dituliskan sebagai :

qA = qB
SISTEM PIPA SERI
Apabila laju alir gas melalui pipa dituliskan dengan persamaan
Weymouth seperti berikut :

0. 5
Tb  (P - P ) D
2 2 16/3 
 
1 2
qh = 18.062
Pb   g T L Z 

Persamaan diatas dapat dituliskan lebih sederhana menjadi :

0.5
 D 16/ 3 
qh = K  
 L 
Dimana :
0.5
Tb  (P12 - P22 ) 
K = 18.062  
Pb   g T Z 
SISTEM PIPA SERI
Apabila laju alir gas melalui pipa dituliskan dengan persamaan
Weymouth seperti berikut :

0. 5
Tb  (P - P ) D
2 2 16/3 
 
1 2
qh = 18.062
Pb   g T L Z 
Dimana :

Tb = Temperatur referensi absolut, oR


Pb = Tekanan referensi, psia
P1 = Tekanan masuk, psia
P2 = Tekanan keluar, psia
D = Diameter dalam pipa, in
L = Panjang pipa, mile
qh = Laju alir gas, cfh (kubik feet per jam).
SISTEM PIPA SERI
P1 P2
(A) : DA , LA qA

(B) : DB , LB qB
P1 P2

Untuk sistem aliran melalui pipa A, persamaan laju aliran gasnya


dapat dituliskan sebagai, 0.5
 D 16/ 3 
qA = K  A 

 LA 
Untuk sistem pipa B, persamaan aliran gasnya
dituliskan sebagai,
0.5
D 16/3 
qB = K  B


 LB 
SISTEM PIPA SERI
P1 P2
(A) : DA , LA qA

(B) : DB , LB qB
P1 P2

Karena qA = qB , maka dapat dituliskan hubungan sebagai


berikut :
0.5 0.5
 D16/3   D16/3 
K  A 
 = K  B 

 LA   LB 
Atau :
16/3
 DB 
16/3
LA  DA 
=   LB = L A  
LB  DB 
 DA 
SISTEM PIPA SERI
P1 P2
(A) : DA , LA qA qA = qB

(B) : DB , LB qB

P1 P2

16/3 16/3
 DB   DB 
LB = L A   L eA -B = L A  
 DA   DA 

LeA-B = panjang ekivalen pipa A terhadap diameter B


Contoh soal
P1 P2
DA , LA qA

Pipa A mempunyai DA = 8 in dan LA = 16 miles, berapa


panjang ekivalen pipa tersebut (katakan pipa B) jika
diameternya menjadi 10 in ?

16/3 16/3
D   10 
L eA -B = L A  B  L eA -B = 16    42.31 miles
 DA  8

Jadi panjang ekivalen pipa A untuk


diameter 10 inches adalah 42.31 miles
Panjang Equivalence Dari Suatu Pipa Seri
L
LA LB

DA DB
(Pipa1)
P1 A B
P3
P2
DA DA
(Pipa2) P1 A Be P2

LA LBe

Jadi panjang Ekivalen pipa1 adalah sama dengan


pipa2 = LA + LBe
L
LA LB
Contoh Soal
DA DB
(Pipa1) P1 A BB

P3 P2
Suatu jaringan pipa1 dengan panjang total 30 miles mempunyai susunan
seri dengan diamater DA = 6 inches dan diameter DB = 10 inches,
dengan panjang berturut turut sama dengan LA = 12 miles dan 18 miles.
Tentukan berapa panjang ekivalen jaringan pipa tersebut jika diameternya 8
inches?
16/3 16 / 3
Jawaban  8  8
L eA - 8 = L A    12    55.66 miles
 A
D 6
16/3 16 / 3
 8  8
L eB- 8 = LB    18    5.48 miles
 B
D  10 

Jadi panjang ekivalen pipa1 dengan diameter 8 “ = LeA-8 + LeB-8


= 55.66 + 5.48
= 61.14 miles
SOAL ALIRAN GAS
DALAM PIPA

Suatu pipa transmisi gas telah dipasang dari kota Surabaya ke


Malang. Data desain pipa transmisi tersebut adalah sebagai
berikut:

Tb = 520 oF Pb = 14.7 psia POut = 400 psia

Qg = 200 L = 100 mile SGg = 0.62


MMscf/d

Tave = 560 oF ID = 20”

Pertanyaan:
Setelah 2 tahun operasi, diameternya harus diganti dengan ukuran
26”. Berapa kapasitas laju alir gas (MMscf/d) setelah penggantian
pipa dilakukan?
Perubahan Kapasitas Alir Gas Dan Diameter
Pipa Pada Sistem Jaringan Pipa Seri

Apabila suatu jaringan pipa dengan diameter tetap


sepanjang pipanya dan kemudian sebagai dari sistem
pipa tersebut dirubah diamaternya seperti terlihat
pada Gambar dibawah, maka kapasitas alir gas dari
sistem jaringan tersebut akan berubah pula.

LA

qA (a)
P1 P2
DA LB

qAB (b)
P2
P1 DA DB
Perubahan Kapasitas Alir Gas Dengan
merubah Diameter Pipa
LA
0.5
P1 DA  D 16/3 
K  A 
P2
(a) qA qA = 
 LA 

DB 0.5
P1 P2 D 16/3 
( b ) qB qB = K  B


 LB 

LA = LB
qB - qA
 q (%)  x 100
qA
qB - qA
 q (%)  x 100
qA
  D 16 / 3 
0.5
 D 16 / 3 
0.5 
K  A  - KA  A  
 A  LeBA   LA  
(q )h % = 100      
  D 16 / 3 
0.5 
 KA  A  
  LA  
   
Dengan demikian dapat diperoleh hubungan sebagai berikut :

  1 
0. 5
 1 
0. 5 
   -   
  LeA   LA  
(q )h % = 100  
0. 5
  1  
   
  LA  
CONTOH

Suatu pipa gas mempunyai diamater 12 “ dan panjang 60 miles


mengalirkan gas sebesar 80 MMscfd. Jika laju alir gas (kapasitas) pipa
tersebut dinaikan menjadi 100 MMscfd, dengan ukuran diameter berapa
pipa tersebut harus diganti ?

Δq % = (qNEW - qOLD) / qOLD = 20/80 = 0.25


16 / 3 16 / 3
D   12 
L eNew  LNew  OLD   60  
 DNew   New 
D

  1 
0. 5
 1 
0. 5 
   -   
  LeA   LA  
( q )h =    0.25
0. 5
  1  
   
  LA  

  1 
0. 5 0. 5 
    1  
-  
  LeA   60  
   0.25
0. 5
  1  
   
  60  
CONTOH

Suatu pipa gas mempunyai diamater 12 “ dan panjang 60 miles


mengalirkan gas sebesar 80 MMscfd. Jika laju alir gas (kapasitas) pipa
tersebut dinaikan menjadi 100 MMscfd, dengan ukuran diameter berapa
pipa tersebut harus diganti ?

  1 
0. 5 0. 5 
    1  
-  
  LeA   60  
   0.25
0. 5
  1  
   
  60  

0. 5 0. 5
 1   1 
   1.25    L eNew  38.4
 LeNew   60 

16 / 3
D 
L eNew  38.4  LNew  OLD 
 DNew 

16 / 3
 12 
38.4  60    DNew  13.05"
 DNew 
Pipa Seri dengan 3 Diameter Berbeda
DA DB DC

A B C

LA LB LC

Secara mathematis, panjang ekivalen sistem jaringan pipa pada gambar


diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
L eA = L A + L eBA + L eCA

L eA = L A + L B (DA / DB ) 16/ 3 + L C (DA / DC ) 16/ 3

L eB = L B + L A (DB / DA ) 16/ 3 + L C (DB / DC ) 16/ 3

L eC = L C + L A (DC / DA ) 16/ 3 + L B (DC / DB ) 16/ 3


PIPA PARALEL
DA , q A , L A

P1 P2
qT qT
DB , q B , L B

Gambar 8 : Contoh sistem pipa paralel

qT = qA + qB

0. 5 0. 5
Tb  (P12 - P22 )  Tb  (P12 - P22 ) 
qT = 18.062   (D A ) 8/ 3 + 18.062   (D B ) 8/ 3
Pb   g T L A Z  Pb   g T L B Z 

qT qA + qB qB  D B 8/ 3 
= = 1 + = 1 + 8/ 3 
qA qA qA  D A 
DA , q A , L A

P1 P2
qT qT
DB , q B , L B

Gambar 8 : Contoh sistem pipa


paralel

Penambahan kapasitas alir gas dari sistem pipa diatas :

% (q) h = ( qB / qA ) x 100

% (q) h = ( DB / DA ) 8/3 x 100


DA , q A , L A

P1 P2
qT qT
DB , q B , L B

Gambar 8 : Contoh sistem pipa


paralel

Jika panjang pipa yang paralel tidak sama panjang, maka


0.5
D  16/ 3
qh = constant  
 L 

qT qA + qB qB   DB 
8/ 3
 LA 
1/2

= = 1 + = 1 +     
qA qA qA   DA   LB  
DA , q A , L A

P1 P2
qT qT
DB , q B , L B

Gambar 8 : Contoh sistem pipa


paralel

Jika panjang pipa yang paralel tidak sama panjang, maka


penambahan kapasitas pipa nya adalah: Weymouth

qT qA + qB qB   D B   LA  
8/ 3 1/2

= = 1 + = 1 +     
qA qA qA   D A   L B  

  DB 
8/3
 LA 
1/2 
q h (%) = 100      
  DA   L B  
D1 , q 1 , L 1

P1 P2
qT D2 , q 2 , L 2 qT

D3 , q3 , L3

Gambar 9 : Sketsa sistem 3 pipa paralel

Jika panjang pipa yang paralel tidak sama panjang, maka


penambahan kapasitas pipa nya adalah: Weymouth

qT = q1 + q2 + q3

PT = P1 = P2 = P3

0.5
18.062 Tb D16/3 
qT = (P12 - P22 )0.5  
(  g T L Z) Pb  Le 
 
D1 , q 1 , L 1

P1 P2
qT D2 , q 2 , L 2 qT

D3 , q3 , L3

Gambar 9 : Sketsa sistem 3 pipa paralel

Jika panjang pipa yang paralel tidak sama panjang, maka


penambahan kapasitas pipa nya adalah: Weymouth

qT = q1 + q2 + q3

 16 / 3  0.5  D 16 / 3 
0.5
 D 16 / 3 
0.5 
18.062 Tb
(P12 - P22 ) 0.5  1 
D
qT =    2    3 
(  g T L Z) Pb  L1   L2   L3  
      

16 / 3 0.5
D  16 / 3 0.5
 D1  16 / 3 0.5
 D2  16 / 3 0.5
 D3 
  =   +   +  
 L   L1   L2   L3 
 e 
D1 , q 1 , L 1

P1 P2
qT D2 , q 2 , L 2 qT

D3 , q3 , L3

Gambar 9 : Sketsa sistem 3 pipa paralel

Jika panjang pipa yang paralel tidak sama panjang, maka


penambahan kapasitas pipa nya adalah: Weymouth

 16 / 3 0.5  D 216 / 3 
0.5
 D316 / 3 
0.5 
18.062 Tb 2 0.5  D1 
qT = 2
(P1 - P2 )      
(  g T L Z) Pb  f1 L1   f L 
 2 2 
 f3 L3 
  
 
0.5
 D 16 / 3   D116 / 3 
0.5
 D 216 / 3 
0.5
 D316 / 3 
0.5
  =   +   +  
 f Le   f L   f L   f 3 L3 
   1 1   2 2   
0.5 0.5 0.5 0.5
 D116/ 3 
16 / 3 0.5
D   D 216/ 3   D 316/ 3   D n 16/ 3 
  =   +   +   ... +  
 f Le   f1 L1   f2 L2   f3 L3   fn Ln 
Susunan Pipa Loop

C
A

0.5
D  16/3
( D 'AB ) 8/ 3 (D A ) 8/ 3 (D B ) 8/ 3
qh = constant   = +
 L  ( L' AB )1/ 2 L1A/ 2 L1B/ 2
2
 
 
 ( 1 
L'AB =  8/3 8/3 
  DA   1
1/ 2
 DB   1
1/ 2

  '    +  '    
  AB 
D  L A   AB 
D  LB  

2
 
  2
  1  
q
1  oq  83
L’AB =      DB 
Y =  
 1     
12 83
  DB
W =
 1   Do 
  
 1      1  2 
  L A      1  W  
  C  
D

Anda mungkin juga menyukai