Anda di halaman 1dari 24

BAB III

KORELASI KEHILANGAN TEKANAN ALIR FLUIDA DUA FASA DALAM PIPA

1. Pendahuluan

Perhitungan kehilangan tekanan alir dalam pipa tegak dan datar sangat
diperlukan pada perencanaan instalasi sumur produksi (sumur gas dan sumur minyak),
baik untuk sumur yang berproduksi secara alamiah maupun untuk sumur pengangkatan
buatan. Di bidang Teknik Perminyakan, penelitian tentang perhitungan kehilangan
tekanan alir dalam pipa tegak dan datar telah banyak dilakukan. Untuk aliran fluida dua
fasa (campuran gas dan cairan) penelitian telah dilakukan sejak tahun 1952 oleh
Poetmann & Carpenter sampai dengan tahun 90-an. Sedangkan untuk aliran gas dalam
pipa tegak telah dilakukan oleh Cullender & Smith dan lain-lain, sedangkan untuk aliran
datar oleh Weymouth dan lain-lain. Perkembangan teknologi mewarnai penelitian yang
dilaksanakan pada waktu itu. Diawali beberapa pengamatan secara visual dan
pengukuran dengan alat ukur sederhana, yang dilakukan langsung di sumur-sumur
produksi di lapangan, sampai dengan pengamatan dan pengukuran secara
komputerisasi di laboratorium, dengan membuat model berskala kecil. Sedangkan
perkembangan penelitian pada tahun-tahun terakhir ini, dengan menggunakan model
numerik, dengan bantuan komputer. Oleh karena itu, untuk mengikuti perkembangan
teknik perhitungan kehilangan tekanan alir dalam pipa, dalam sillabus mata kuliah ini
perlu ditambah satu bab tentang mathematical modelling aliran multi fasa dalam pipa.
Bab ini akan dicantumkan pada kesempatan yang akan datang.

Penelitian pada tahun 50-an sampai dengan akhir tahun 60-an, menggunakan
metoda penelitian dengan menggunakan anggapan aliran yang sederhana, yaitu
dengan menggunakan metoda statistik berdasarkan data lapangan dan menganggap
bahwa kecepatan gas sama dengan kecepatan cairan. Perkembangan teknologi
selanjutnya memungkinkan para peneliti untuk melakukan anggapan yang lebih
mendekati keadaan sebenarnya, misalnya kecepatan gas lebih besar dari pada
kecepatan cairan dan distribusi gas dalam cairan atau sebaliknya (pola aliran) dapat
diperhitungkan.

Setiap penelitian menghasilkan korelasi atau persamaan untuk menghitung


kehilangan tekanan alir dalam pipa. Sampai saat ini lebih dari 10 korelasi yang tersedia,

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 1


untuk memperkirakan kehilangan tekanan alir fluida dua fasa dalam pipa. Korelasi-
korelasi tersebut, jika disusun berdasarkan urutan tahun publikasinya adalah sebagai
berikut :

1. Poettmann & Carpenter 1952


2. Gilbert 1954
3. Baxendall & Thomas 1961
4. Duns & Ros 1961
5. Fancher & Brown 1963
6. Hagedorn & Brown 1965
7. Eaton 1966
8. Orkiszewski 1967
9. Dukler 1969
10. Aziz, Govier & Fogarasi 1972
11. Beggs & Brill 1973
12. Chierici, Ciucci & Sciocchi 1973
13. Gray 1974
14. Mukherjee & Brill 1979
15. Hasan & Kabir 1988

Sedangkan untuk aliran gas dalam pipa, telah dikembangkan metoda-metoda


perhitungan kehilangan tekanan alir, untuk aliran tegak dan datar, masing-masing
sebagai berikut :

Untuk Aliran Tegak

1. Cullender & Smith


2. Peffer, et.al
3. Tsifeng dan Adewoumi
Untuk Aliran Datar

4. Wyemouth
5. Panhandle A
6. Panhandle B

Masing-masing korelasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, sesuai dengan


kondisi dimana penelitian tersebut dilaksanakan.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 2


Dalam buku ini, untuk aliran fluida dua fasa, tidak semua korelasi akan dibahas, tetapi
dipilih tiga korleasi yang dapat mewakili perhitungan kehilangan tekanan alir untuk pipa
tegak, miring dan horizontal, masing-masing adalah korelasi Hagedorn & Brown, Beggs
& Brill dan Eaton.

2. Korelasi Hagedorn and Brown

Hagedorn dan Brown menurunkan korelasi kehilangan tekanan aliran dalam pipa
vertikal pada tahun 1965, berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan sumur
percobaan. Didalam sumur percobaan tersebut dipasang tubing yang berukuran 1.5"
nominal sampai dengan 2.5" nominal. Campuran gas dan cairan (minyak dan air)
dialirkan dari dasar sumur ke permukaan dan kehilangan tekanan sepanjang pipa
vertikal tersebut diukur. Pada pengukuran tersebut, tidak dilakukan pengamatan
terhadap pola aliran yang terjadi. Parameter aliran divariasikan dengan selang harga
yang cukup luas.

Hagedorn dan Brown menurunkan 4 (empat) bilangan tak berdimensi, yaitu


Liquid Velocity Number, Gas Velocity Number, Pipe Diameter Number dan Liquid
Viscosity Number, masing-masing, didefinisikan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut :

1. Liquid Velocity Number



N Lv = 1.938v sL ( L ) 0.25 (1)
L
2. Liquid Velocity Number

N gv = 1.938v sg ( L ) 0.25 (2)
L
3. Pipe Diameter Number

N D = 120.872d ( L ) 0.5 (3)
L
4. Liquid Viscosity Number
L
N L = 0.15726{ } (4)
( L 3L ) 0.25

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 3


Keempat bilangan tak berdimensi tersebut merupakan parameter-parameter
yang digunakan untuk menentukan liquid hold-up dan faktor gesekan. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut dikembangkan korelasi-korelasi liquid hold-up dan faktor gesekan.

Korelasi Liquid Hold-up

Hagedorn dan Brown telah membuat tiga buah grafik yang merupakan korelasi
liquid hold-up, seperti ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan 3. Gambar 1 dan 2
adalah grafik untuk menentukan "intermediate variable", yaitu dan CNL, sedangkan

Gambar 3 adalah grafik korelasi perhitungan liquid hold-up.

Prosedur perhitungan liquid hold-up, yL adalah sebagai berikut :

1. Hitung keempat bilangan tak berdimensi, berdasarkan persamaan (1) sampai


dengan persamaan (4).

2. Hitung harga sumbu-X, pada Gambar 1, yaitu :

N gv N 0L.38
(5)
N 2D.14

Berdasarkan harga sumbu-X tersebut, tentukan harga .

3. Berdasarkan harga NL yang dihitung pada langkah 1, tentukan harga CNL

dengan menggunakan Gambar 2.

4. Hitung harga sumbu-X pada Gambar 3, yaitu :

N vl 0 .1 ( CN L )
(6)
N 0vg.575 0a .1N D

Berdasarkan harga sumbu-X tersebut, tentukan harga (yL/) dengan

menggunakan Gambar 3.

5. Berdasarkan harga dari langkah 2 dan harga yL/ dari langkah 4, maka
dapat dihitung yL, yaitu :

yL = (yL/) (7)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 4


Berdasarkan harga yL dari persamaan (8), maka gradien tekanan akibat elevasi dihitung

dengan persamaan berikut :

dp g
= { L y L + g (1 y L )} (8)
dz g c

Gambar 1. Grafik

Gambar 2. Grafik koefisien bilangan viskositas, CNL.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 5


Gambar 3. Grafik liquid hold-up.

3. Korelasi Beggs and Brill

Beggs dan Brill mengembangkan korelasi kehilangan tekanan aliran fluida dua fasa
dalam pipa berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan di laboratorium. Instalasi
utama untuk percobaan ini terdiri dari pipa-pipa acrylic untuk beberapa ukuran dan
pengatur sudut kemiringan pipa, selain peralatan untuk pengaliran seperti pompa dan
separator dan juga berbagai alat pengukur. Berdasarkan pengamatan terhadap pola
aliran pada saat pipa mempunyai kedudukan horizontal, Beggs dan Brill membagi pola
aliran sebagai berikut :
1. Pola Aliran segregated
2. Pola Aliran Transisi
3. Pola Aliran Intermittent
4. Pola Aliran Distributed
Parameter-parameter yang diperlukan untuk mendefnisikan masing-masing pola aliran
tersebut adalah sebagai berikut :

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 6


v2
N FR = m (9)
gd

v
L = sL (10)
vm

L1 = 3160L.302 (11)

L 2 = 0.0009252L2.4684 (12)

L 3 = 0 . 10 L1 . 4516 (13)

L 4 = 0.50L6.738 (14)

Berdasarkan parameter pola aliran tersebut, batas-batas pola aliran dapat ditentukan
dengan menggunakan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Pola Aliran Segregated :


L < 0.01 dan N FR < L1 atau
L 0. 01 dan N FR < L2
2. Pola Aliran Transisi :
L 0. 01 dan L2 N FR L3
3. Pola Aliran Intermittent :
0. 01 L 0. 4 dan L3 N FR L1 atau
L 0. 4 dan L3 N FR L4
4. Pola Aliran Distributed :
L < 0. 4 dan N FR L1 atau
L 0. 4 dan N FR > L4

Perhitungan liquid hold-up sesuai dengan pola aliran yang terjadi, yang ditentukan
berdasarkan persyaratan diatas.

1.Korelasi Liquid Hold-Up

Korelasi liquid hold-up diturunkan sesuai dengan pola aliran yang terjadi. Sedangkan
pola aliran yang dihasilkan oleh Beggs dan Brill berdasarkan pengamatan terhadap pola

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 7


aliran pada posisi pipa horizontal. Dengan demikian untuk perhitungan liquid hold-up
pada kedudukan pipa tidak horizontal, perlu dilakukan koreksi. Berikut ini Beggs dan Brill
menurunkan persamaan yang digunakan untuk memperkirakan harga liquid hold-up,
yaitu sebagai berikut :

y L () = () y L (0) (15)

dimana : yL() = liquid hold-up pada sudut kemiringan pipa sebesar

yL(0) = liquid hold-up pada posisi pipa horizontal

= faktor koreksi terhadap kemiringan pipa

Harga yL(0) ditentukan berdasarkan persamaan berikut :

ay bL
y L (0) = (16)
N cFR

dimana :a, b dan c adalah konstanta-konstanta yang tergantung pada pola aliran dan
ditunjukkan pada Tabel 1.

Faktor koreksi untuk sudut kemiringan pipa ditentukan berdasarkan persamaan berikut :

= 1 + C{sin(1.8) 0.333 sin 3 (1.8)} (17)

dimana adalah sudut kemiringan pipa terhadap bidang horizontal.

Tabel 1
Konstanta a, b dan c Persamaan (16)
Pola Aliran A B C
Segregated 0.9800 0.4846 0.0868

Intermittent 0.8450 0.5351 0.0173

Distributed 1.0650 0.5824 0.0609

Untuk aliran vertikal, dimana sebesar 90o, maka persamaan (17) dapat
disederhanakan menjadi :

= 1 + 0.3C (18)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 8


dimana :

C adalah konstanta persamaan yang dihitung dengan persamaan berikut :

g
C = (1 y L ) ln{dy eL N fFR N FR } (19)

dimana konstanta d, e, f dan g ditentukan berdasarkan Tabel 2, sesuai dengan pola


aliran yang diperkirakan.

Untuk pola aliran transisi, harga liquid hold-up ditentukan berdasarkan hasil interpolasi
antara harga liquid hold-up pada pola aliran segregated dan intermittent, berdasarkan
persamaan berikut :

Tabel 2

Konstanta d, e, f dan g untuk Persamaan (19)

Pola Aliran D E F G
Segregated up-hill 0.011 -3.7680 3.5390 -1.6140
Intermittent up-hill 2.960 0.3050 -0.4473 0.0978

Distributed up-hill Tidak Perlu dikoreksi, C = 0


Semua Pola Aliran Down-hill 4.700 -0.3692 0.1244 -0.5056

y L = Ay L(segregated) + By L(int ermittent ) (20)

L 3 N FR
dimana : A= B=1-A
L3 L 2

2. Korelasi Faktor Gesekan

Untuk aliran dua fasa, Beggs dan Brill mendefinisikan faktor gesekan seperti pada
persamaan berikut :

f tp
f tp = (f n ) (21)
fn

dimana fn adalah faktor gesekan "no-slip" yang ditentukan berdasarkan diagram Moody
untuk "smooth" pipe atau dengan menggunakan persamaan berikut :

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 9


N Re n
f n = {2 log( )} 2 (22)
4.5223 log( N Re n ) 3.8215

Bilangan Reynold pada kondisi no-slip ditentukan berdasarkan persamaan berikut :

v d
N Re n = 14 88 n m (23)
n

n = L L + g (1 L ) (24)

Sedangkan harga ftp/fn dihitung dengan persamaan berikut :

f tp
= eS (25)
fn

dimana :

ln( y)
S= (26)
0.0523 + 3.182 ln( y) 0.8725{ln( y)}2 + 0.01853{ln( y)}4

L
y= (27)
{y L ()}2

Apabila harga 1 < y < 1.2, maka harga S dihitung dengan persamaan :

S = ln(2.2y 1.2) (28)

Gradien tekanan akibat gesekan, menurut Beggs dan Brill dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

dp f tp n v 2m
( )f = (29)
dL 2g c d

dimana n adalah no-slip density.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 10


4. Korelasi Eaton

1. Pengembangan Korelasi

Eaton melakukan mengembangkan korelasinya berdasarkan pengamatan aliran fluida


dalam pipa horizontal di laboratorium. Ukuran pipa yang digunakan adalah 2 dan 4,
sepanjang 1700 ft. Selang harga parameter-parameter aliran yang lain adalah sebagai
berikut :

Laju alir gas, MMscf/hari : 0 - 10


Laju alir cairan, bbl/hari : 50 - 5500
Viscositas cairan, cp : 1 - 13.5
Tekanan sistim pipa rata-rata : 70 - 950
Liquid hold-up :0-1
Berdasarkan hasil pengamatannya, Eaton menurunkan korelasi liquid hold-up dan faktor
gesekan, yang dapat digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan alir dalam pipa.
Eaton menggunakan empat bilangan tak berdimensi, yaitu Liquid Velocity Number, NLv,
Gas Viscosoty Number, Ngv, Pipe Diameter Number, Nd dan Liquid Viscosity Number,
NL, seperti yang digunakan oleh Hagedorn dan Brown.

2. Korelasi Liquid Hold-Up

Eaton mengembangkan korelasi liquid hold-up sebagai fungsi dari kelompok bilangan
tak berdimensi, sebagai berikut :

1.84 N 0Lv
.575 P 0.05 N 0.1
L
yL (30)
N gv N 0d.0277 Pb0.05

Harga Pb pada persamaan diatas adalah tekanan standard, yang dalam hal ini dapat
diambil harga tekanan atmosfir, yaitu sebesar 14.65 psi. Fungsi yL tersebut secara grafis
ditunjukkan pada Gambar 4.

Pada waktu menggunakan Gambar 4. perlu diperhatikan bahwa garis putus-putus


merupakan garis ekstrapolasi yang dilakukan pada harga kelompok bilangan tak
berdimensi 0.9. Dengan demikian hasil perhitungan mungkin akan memberikan
kesalahan pada harga kelompok bilangan tak berdimensi lebih besar dari 0.9.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 11


3. Korelasi Gradien Akibat Gesekan.

Eaton menurunkan persamaan gradien tekanan sebagai akibat gesekan adalah sebagai
berikut :

dp fv 2m fw 2m
= = (31)
dL f 2g c d 2g c dA 2 n

Gambar 4. - Grafik korelasi liquid hold up menurut Eaton.

dimana : n = no-slip densitas, lbm/cuft

= LL + g(1-L)

vm = kecepatan campuran, ft/det

wm = kecepatan massa campuran, lbm/det

A = luas penampang pipa, ft2

d = diameter pipa, ft

Faktor gesekan, f, ditentukan berdasarkan korelasi antara dua kelompok tak berdimensi,
yaitu :

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 12


W
f L
0.1

vs
(
0.057 W W 0.5
g m )
(32)
Wm g d 2.25

Hubungan kedua kelompok variable tak berdimensi tersebut dinyatakan dalam bentuk
grafis, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Pada waktu menggunakan Gambar 5
tersebut perlu diperhatikan bahwa pada harga

(
0.057 W W 0.5
m g ) 4
2 .25 5x10 (33)
gd

pembacaan harga faktor gesekan untuk pipa berukuran 2 dan 4 digunakan kurva yang
berbeda. Hal yang sama untuk pipa berukuran 4 dan 17, ekstrapolasi kurva dilakukan
pada harga kelompok tak berdimensi sebagai berikut :

0.057 W W 0.5

Untuk pipa 4 :
g m ( )
9x10 5 (34)
2. 25

gd

Untuk pipa 17 :
g m (
0.057 W W 0.5
)
4 x10 5 (35)
2 .25

gd

Dengan demikian perlu diperhatikan jika harga kelompok tak berdimensi yang diperoleh
lebih besar dari harga tersebut.

Kehilangan tekanan sebagai akibat akselerasi (percepatan), dihitung dengan persamaan


berikut :

dP WL dv 2L + Wg dv g2
= (36)
dL acc 2g c q m dL

dimana : dv L = v L (P1 , T1 ) v L (P2 , T2 ) (37)

dv g = v g ( P1 , T1 ) v g (P2 , T2 ) (38)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 13


Apabila Ek adalah (dP/dL)acc, maka kehilangan tekanan aliran total dalam pipa
horizontal adalah sebagai berikut :

dP

dP dL f
= (39)
dL acc 1 E k

Gambar 5 - Korelasi faktor gesekan menurut Eaton.

5. Korelasi Hasan and Kabir

Hasan & Kabir mengembangkan korelasi berdasarkan model fisik, prediksi pola
aliran, fraksi kehampaan (void fraction) dan kehilangan tekanan selama aliran multifasa
dalam sumur vertikal. Analisa yang dilakukan pertama kali adalah kondisi hydrodinamik
yang memberikan kenaikan pola aliran yang bervariasi. Metode ini untuk memprediksi
fraksi kehampaan dan kehilangan tekanan yang kemudian dikembangkandengan

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 14


melakukan perhitungan persamaan untuk gradien tekanan, kontribusi tekanan kepala
sumur statik, kehilangan tekanan dan kehilangan energi kinetik.

Berbeda dengan korelasi sebelumnya, korelasi ini memprediksi empat pola aliran
gas atau cairan yang ada dalam aliran vertikal, sebagaimana pada gambar 6. Keempat
pola aliran tersebut adalah bubbly, slug, churn dan annular.

Gambar 6. - Pola aliran dalam sumur minyak vertikal.

Pada laju alir gas yang rendah, fasa gas cenderung bergerak ke atas melalui
cairan dalam bentuk gelembung kecil yang dikenal sebagai aliran bubbly. Laju alir gas
bertambah, gelembung yang berukuran kecil mulai bergabung dan membentuk
gelembung besar dan pada laju alir gas yang cukup tinggi berkumpulnya gelembung
menjadi cukup besar yang menempati hampir semua bagian pipa. Gelembung yang
besar ini dikenal sebagai taylor bubbles yang memisahkan cairan slug diantaranya.
Pada laju aliran tertinggi, shear stress antara taylor bubble dan liquid film bertambah dan
akhirnya menyebabkan pecahnya liquid film dan gelembung, pola aliran ini dinamakan
annular.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 15


1. Pola Aliran Transisi

1.1 Aliran Bubbly / Slug-Aliran Transisi

Pola aliran transisi (aliran bubbly menjadi aliran slug) terjadi ketika gelembung dengan
ukuran kecil yang terpisah melalui aliran bubbly masuk ke aliran slug yang memerlukan
penggabungan gelembung dengan ukuran kecil. Hal ini berakibat terjadi tabrakan antara
penggabungan gelembung dan gelembung formasi yang sangat besar, akan meningkat
dengan betambahnya laju alir gas. Hasan dan Kabir mendapatkan fraksi kehampaan
pada aliran transisi sekitar 0.25 yang dalam geometri annular (casing/tubing). Hubungan
antara void fraksi (fg) dengan kecepatan superficial gas dalam aliran bubbly dapat
dituliskan :

vg = vgs/fg = 1.2 vM + v (40)

atau

vgs = (1.2vLsfg + vfg)/(1 1.2fg) (41)

Menggunakan fg = 0.25 diperoleh

vgs = 0.429vLs + 0.357v (42)

Dengan memakai korelasi Harmathy untuk v , dapat dituliskan :

vgs = 0.429 vLs + 0.546 [g (L - g) / L2]0.25 (43)

Dengan persamaan 43 diprediksi bahwa aliran slug akan terjadi pada kecepatan
superficial gas melebihi 0.29 ft/sec atau 0.088 m/s.

Aspek transisi antara aliran bubbly dan aliran slug mempengaruhi diameter pipa.
Kenaikan gelembung dengan ukuran terkecil tergantung jenis fluid tetapi tidak
tergantung diameter pipa. Kenaikan kecepatan taylor bubblydapat dituliskan :

vT = 0.35 gd ( L g ) / L - 0.35 gd (44)

dan tergantung diameter pipa, ketika :

vT > v , gelembung taylor terkecil paling ujung

vT < v , terjadi dalam pipa dengan ukuran kecil.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 16


1.2. Transisi ke Aliran Dispersed Bubbly

Persamaan (42) mengaplikasikan hanya untuk aliran transisi dari aliran bubbly ke aliran
slug pada laju alir rendah atau sedang. Pada laju alir tinggi, kerusakan terpelihara
sampai dengan terpecahnya gumpalan gelembung, kemudian mengubah transisi ke
aliran slug. Dalam kasus ini aliran bubbly terjadi ketika void fraction sekitar 0.25. Tipe
aliran bubbly ini yang dihasilkan dari pecahnya dan menyebarnya gelembung yang
terkumpul dalam cairan dikenal sebagai aliran dispersed bubbly. Persamaan diameter
maksimum gelembung yang mungkin dibawah kondisi aliran turbulen. Taitle
menggambarkan mixture velocity sebagai berikut :

M1.12 = 4.68(d)0.48[g(L g)/]0.5(/L)0.6(M/L)0.08 (45)

1.3. Slug/Churn-Aliran Transisi

Dalam aliran slug, tipe gelembung Taylor dibentuk oleh kumpulan gelembung dengan
ukuran kecil yang menempati hampir semua bagian pipa. Gelembung Taylor akan
dipisahkan oleh cairan slug yang berakibat gelembung dengan ukuran kecil tersebut
tersebar. Cairan yang dihasilkan oleh gelembung taylor dan aliran dinding tubing
disekitar gelembung disebut falling film. Di bagian atas aliran slug terjadi ketika interaksi
menjadi cukup tinggi sampai memecahkan rantai gelembung, yang berakibat aliran
transisi menjadi aliran churn.

Dari persamaan (45) dengan menggunakan hubungan antara gelembung Taylor dan
kenaikan kecepatan vT menjadi mixture velocity, vM :

vM = 0.3vT L / g = 0.103 gd( L g ) / g (46)

Pemetaan kurva slug/churn-transition dapat diperkirakan dengan persamaan :

gvgs2 = 0.00673(LvLs2)1.7 , apabila LvLs2 < 50 (47)

dan

gvgs2 = 17.1 log10(LvLs2)-23.2 , apabila 50<LvLs2<3300 (48)

LvLs2>3300 lbm/ft-sec2 (4911 kg/m.s2) pola alirannya adalah dispersed bubbly atau
annular.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 17


1.4. Transisi ke Aliran Annular

Pada laju alir yang tinggi, transisi dari aliran churn atau slug ke aliran annular.
Kecepatan minimum yang diperlukan untuk untuk menangkap droplet dalam suspensi
dapat ditentukan dari kesetimbangan gaya drag pada droplet dan gaya gravitasi,
dituliskan sebagai berikut :

(1/2)Cd(dd2/4)gg2 = (dd3/6)g(L - g) (49)

atau

g = (2/ 3 )[g(L - g)/g2]0.5 (50)

Untuk diameter droplet, dd, Taitel memakai korelasi yang diperbaiki oleh Hinze untuk
ukuran droplet yang stabil :

dd = (NWec)/g)/g g2 (51)

Subtitusi persamaan 51 ke dalam 49 :

d = (NWec)3Cd)0.25[g(L - g)/g2)0.25 (52)

Persamaan 52 disederhanakan apabila terjadi dalam aliran annular, gs g :

gs = 3.1[g(L - g)/g2]0.25 (53)

2. Gradien Tekanan

Gradien tekanan total, dp/dz selama aliran multifasa adalah jumlah gravitasi (static
head, [(dp/dz)H], frictional [(dp/dz)F] dan acceleration [kinetic head (dp/dz)A]), yang
dituliskan sebagai berikut :

(dp/dz) = (dp/dz)H + (dp/dz)F + (dp/dz)A (54)

= (-1/gc)[(Mg) + (2fMM2M/d) + (MMdM/dz)]

Untuk produksi minyak, bentuk akselerasi sangat kecil dan biasanya diabaikan.

2.1. Aliran Bubbly (Void Fraction Dalam Tubing)

Apabila didesain pusat mixture velocity menjadi C0 kali rata-rata mixture velocity, M :

g = C0 M + (55)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 18


Karena kecepatan fasa gas merupakan persamaan kecepatan superficial gas dibagi
dengan gas void fraction, maka persamaan 55 dapat ditulis :

gs/g = C0 M + (56)

atau

fg = gs/(C0 M + ) (57)

Untuk aliran turbulen mixture velocity pada axis pipa sebesar 1.2 kali rata-rata mixture
velocity. Dan jika gelembung gas diasumsikan sebagian besar aliran melalui pusat pipa,
sebagaimana terlihat pada kasus aliran vertikal, kemudian nilai C0 adalah 1.2., maka
untuk gas void fraction selama aliran vertikal bubbly, persamaan 57 dapat dituliskan :

fg = gs/{1.2M + 1.50[g(L - g)/L2]1/4 (58)

Void fraction dalam Tubing/Casing Annulus. Hasan mendapatkan parameter C0


untuk kenaikkan secara linear dengan perbandingan diameter tubing terhadap diameter
casing (dt/dc) sebesar 0.371 (dt/dc).

C0 = 1.20 + 0.371(dt/dc) (59)

Untuk memperkirakan gradien tekanan total, persamaan 54 dapat digunakan dengan


densitas mixture dihitung dari void fraction yang diperkirakan dengan persamaan 58,
maka dapat dituliskan :

(-dp/dz) = (2fMM2M/gcd) + (g/gc)M + [(MM(dM/dz)], (60)

dimana :

M = gfg + L(1 fg) (61)

dan

fg = gs/{(1.2 + 0.371dt/dc)M + 1.5[g(L - g)/L2]1/4} (62)

2.2. Aliran Slug (Void Fraction Dalam Tubing)

Analisa aliran slug hampir sama dengan aliran bubbly, perbedaannya adalah dengan
penambahan void fraction untuk slug flow.

fg = gs/(C1 M + T) (63)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 19


Untuk nilai parameter aliran C1, dapat dianalisa sama dengan aliran bubbly, karena
alirannya hampir sama yaitu turbulen, sehingga diperkirakan C1 sebesar 1.2. Ini
diperoleh dari percobaan yang dilakukan Nicklin dan Hasan.

Taylor bubble-rise velocity, T dalam aliran slug, ditulikan sebagai berikut :

T = C2[gd(L - g)/L]0.5 (64)

dimana :

0.01N f 3.37 N Eo
C2 = 0.345 1 exp 1 exp (65)
0.345 m

Nf = [d3g(L - g)L]0.5/L (66)

NEo = gd2(L - g)/ (67)

m = 10, untuk Nf > 250 (68)

m = 69Nf0.35, untuk 18<Nf<250 (69)

dan

m = 25, untuk Nf < 18 (70)

Untuk nilai Nf yang besar (>300) dan NEo (>100), persamaan 65 disederhanakan menjadi
:

C2 = 0.345 (71)

Untuk aliran udara/air melalui pipa 2 in (5 cm) pada kondisi standar, Nf = 35000 dan NEo
= 322. Viskositas minyak 100 cp (100 mPa.s), = 30 dynes/cm (30 mN/m), Nf = 350 dan
NEo = 817, C2 = 0.345, maka persamaan 6-63 menjadi :

fg = gs/[1.2M + 0.345 gd( L g ) / L ] (72)

Void Fraction dalam Tubing/Casing Annulus. Seperti pada kasus aliran bubbly, void
fraction selama slug flow dalam annular geometry drepresentasikan pada persamaan
63. C1 dan C2 linear tergantung pada perbandingan diameter tubing ke casing dan
menganjurkan memakai diameter equivalen (de = dt - dc) yang dimasukkan pada
diameter (d) persamaan 6-44 untuk menghitung T. Korelasi yang sesuai untuk C1 dan
T adalah :

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 20


C1 = 1.182 + 0.90(dt/dc) (73)

dan

T = [0.30+0.22(dt/dc)] [ g(d t / d c )( L g ) / L ] (74)

Sedangkan gradien tekanan total :

(-dp/dz) = (2fMM2M/gcd) + (g/gc)M + [(MM(dM/dz)], (75)

2.3. Churn Flow

Pola aliran churn agak sulit dianalisis dan tidak banyak yang melakukan penelitian.
Persamaan yang dikembangkan untuk aliran slug 72 untuk memprediksi void fraction
dan 75 untuk memprediksi pressure drop dipakai untuk pola aliran churn.

2.4. Annular Flow

Pada aliran annular, aliran gas melalui pusat tubing sedangkan aliran cairan melalui
dinding tubing sebagai film. Apabila diasumsikan aliran annular ideal, liquid yang
terbawa sebagai droplet dalam fasa gas dan permukaan gas/liquid licin, masalah
tersebut dapat mengurangi perkiraan pressure drop dalam aliran single-phase gas.
Dalam kasus ini tidak diperlukan perkiraan void fraction. Ketebalan liquid film kurang dari
5% diameter tubing, sehingga perhitungan diameter tubing diabaikan. Sehingga total
gradien tekanan selama aliran annular dapat ditulis :

(-dp/dz) = (1/g c )[g c + (2f c c g 2 /d) + ( c g d g /dz)] (76)

Masalah ini akan mengurangi perkiraan perhitungan densitas fluid dalam core, c , dan
friction factor, fc, untuk aliran gas yang melalui pipa kasar. Dengan memakai hukum gas,
persamaan 76 dapat dituliskan dalam bentuk dp/dz :

[ 2
dp 1 g c + (2f c c g / d ) ]
=
dz g c [
1 ( c g 2 / pg c ] (77)

Perkiraan Entertainment. Untuk menentukan densitas fluida yang mengalir melalui


core, diperlukan perkiraan fraksi liquid total, E, yang masuk didalam gas core. Steen dan

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 21


Wallis menemukan bahwa ketika liquid film semuanya turbulen
(d M M (1 x ) L < 3000) , masuknya liquid (fraksi E) secara cepat dalam vapor core

merupakan fungsi kecepatan kritik uap, gs ( )c , didefinisikan sebagai :


( gs )c = gs g ( g / L ) 0.5 / (78)

(
= M M x g / L g )
Korelesi Steen dan Wallis untuk E dengan kecepatan kritik uap terlihat pada gambar
berikut :

Gambar 7. Entrainment sebagai fungsi kecepatan gas.

Kurva dalam gambar di atas direpresentasikan oleh persamaan :

E = 0.0055[(vgs)c x 104)2.86 , jika (vgs)c x 104 < 4 (79)

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 22


dan

E = 0.857 log10[(vgs)c x 104)]-0.20 , jika (vgs)c x 104 > 4 (80)

Faktor Friksi Film. Jumlah korelasi yang diperlukan untuk memprediksi kekasaran
liquid film atau faktor friksi film , fc, :

fc = ffg (1 + 300 / d ) (81)

Yang akan berkurang untuk :

fc = ffg [1 + 75(1 fg)] (82)

Ketebalan film, , atau void fraction gas, fg, perlu diperkirakan karena friksi faktor film
tergantung pada kualitas. Korelasi Lockhart-Martinelli mengekspresikan void fraction
dalam bentuk parameter Lockhart-Martinelli, X. Hubungan antara fg dan X dapat
dituliskan :

fg = (1 + X0.8)-0.378 (83)

Parameter Lockhart-Martinelli, X, didefinisikan dalam bentuk perbandingan gradien


tekanan friksi untuk liquid, mengalir dalam channel, ke aliran dalam fasa gas :

X= (dp / dz L ) F /(dp / dz g ) F (84)

Untuk aliran turbulen kedua fasa gas dan liquid, X dapat ditulis dalam bentuk fraksi
masa gas, x, sebagaimana dalam hubungan :

X = [(1 x)/x]0.9 ( g / L ) ( L / g ) 0.1

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 23


DAFTAR PUSTAKA

1. Beggs, H. D., and J. P. Brill.: A Study of Two-Phase Flow in Inclined Pipes, Journal
of Petroleum Technology, p. 607, May 1973.
2. Cullender, M. H., and R. V. Smith.: Practical Solution of Gas-flow Equations for
Wells and Pipeline with Large Temperature Gradients, Transactions AIME 207, pp.
281-87, 1956.
3. Orkiszewski, J.: Predicting Two-Phase Pressure Drops in Vertical Pipe, Journal
Petroleum Technology, June 1967.
4. Mixtures from Boreholes, Proc., Sixth World Pet. Congress, Frankfort (June 19-26,
1963) Section II, Paper 22-PD6.
5. Duns, H. Jr. and N. C. J. Ross.: Vertical Flow of Gas and Liquid Mixtures in wells,
In Proceedings of the 6th World Petroleum Congress (1963), p. 451.
6. Poettman, F. H. and P. G. Carpenter.: The Multiphase Flow of Gas,
7. Duns, H. Jr. and Ros, N.C.J.: Vertical Flow of Gas and Liquid Mixtures from
Boreholes, Proc., Sixth World Pet. Congress, Frankfurt (June 19-26, 1963) Section
II, Paper 22-106.
8. Chierici, G.L., Ciucci, G.M., and Schocchi, G.: Two-Phase Flow Through Vertical
Flow in Oil Fields Prediction of Pressure Drop, J. Pet. Tech. (Aug. 1974) 927-38;
Trans., AIME, 257.
9. Lawson, J.D. and Brill, J.P.: A Statistic Evaluation of Methods Used to Predict
Pressure Losses for Multiphase Flow in Vertical Oil Well Tubing, J. Pet. Tech. (Aug.
1974) 903-13; Trans., AIME, 257.
10. Sanchez, M. J.: Comparison of Correlations for Predicting Pressure Losses in
Vertical Multhiphase Annular Flow, M. S. Thesis, The University of Tulsa, 1972.
11. Eaton, B. A., Andrews, D. E., Knowles, C. E., Silberberg, I. H. and Brown, K. E.,:
The Prediction of Flow Patterns, Liquid Holdup and Pressure Losses Occurring
During Continuous Two-Phase Flow in Horizontal Pipelines, Trans. AIME (1966).
12. Hasan, A.R., Kabir, C.S.: A Study of Multiphase Flow Behavior in Vertical Wells,
SPE 15138, Production Engineering, May 1988.

Nodal System Analysis Aliran Fluida dalam Pipa III - 24

Anda mungkin juga menyukai