1
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN
Halaman : 1 / 49
BUATAN Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting
Gas Lift Kontinyu (Grafis/Analitis)
1. TUJUAN
Merencanakan instalasi sembur buatan kontinyu (continuous gas lift).
2. 2. PERSYARATAN
1. Keadaan ideal.
Tersedia kurva IPR terbaru
Tersedia pressure traverse dan gradien tekanan gas yang sesuai dengan kondisi lapangan
setempat.
2. Keadaan Praktis.
Tersedia kurva IPR dari peramalan.
Tersedia pressure traverse dari pustaka (atau gunakan 0.075 psi/ft untuk laju produksi
lebih kecil 1000 bbl/hari cairan dan 0.15 psi/ft bila produksi lebih besar 1000 bbl/hari)
cairan untuk segala ukuran tubing dan gradien tekanan gas ditentukan dengan grafik yang
tersedia.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PERENCANAAN INSTALASI SEMBUR BUATAN KONTINYU
3.1.1 Penentuan Titik Injeksi
1. Siapkan Data Penunjang :
a. Kedalaman sumur (D)
b. Ukuran tubing (dt) dan selubung (dc)
c. Laju produksi cairan yang diinginkan (qL)
d. Kadar air (KA)
e. Perbandingan gas-cairan sebelum instalasi Sembur Buatan dipasang (GLRf)
b. Dari perpotongan tersebut buat garis gradien tekanan statik yaitu garis yang sejajar
dengan garis gradien statik di langkah 7.
c. Perpanjang garis dari langkah 9.b sampai memotong garis gradien tekanan gas yang
dibuat melalui titik (Pso,0)
d. Titik potong tersebut adalah letak katup berikut dengan koordinat (P2,D2)
e. Kembali ke langkah 9.a dan ulangi langkah kerja sampai 9.d untuk memperoleh letak
katup-katup berikutnya. Pengulangan pekerjaan ini dihentikan setelah diperoleh letak
katup sembur buatan yang lebih dalam dari titik injeksi (P1,D1)
10. Penentuan letak katup di daerah bracketing envelope:
a. Plot titik [(Pso - Pd), 0 ]
b. Dari titik tersebut, buat garis yang sejajar dengan garis gradien tekanan gas yang
melalui (Pso,0) dari langkah 6.
c. Perpanjang garis tersebut sampai memotong kurva terpilih di butir 3.1.2 langkah 3
pada titik (Pbe,Y ).
d. Hitung Paa = (l + BE) Pbe (11)
Pbb = (1 - BE) Pbe (12)
BE = % Bracketing Envelope
= 10 - 20 %
e. Berdasarkan harga Pwh hitung :
Pa = (1 + BE) Pwh (13)
Pb = (1 - BE) Pwh (14)
f. Hubungkan titik (Paa,Y) dengan titik(Pa,0). Titik potong antara garis ini dengan garis
gradien gas dari langkah 10.f, adalah batas atas dari "bracketing envelope".
g. Hubungkan titik (Pbb,Y) dengan titik (Pb,0). Perpanjang garis ini sampai memotong
garis gradien gas dari langkah 10.b.Titik potong ini adalah batas bawah dari
bracketing envelope.
h. Dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimum antar katup gas lift (Dv). Berdasarkan
harga ini, mulai dari batas atas bracketing-envelope katup-katup gas lift dapat
dipasang sejarak Dv sampai batas bawah bracketing envelope.
3.1.4. Menentukan Ukuran Port dan Perencanaan Tekanan Buka Katup-Katup Sembur buatan.
1. Data penunjang seperti pada butir 3.1.3.
2. Di bagian kanan atas kertas transparan buat skala temperatur pada sumbu tekanan dan
plot titik (Ts,0) dan (TD,D).
3. Hubungkan titik (Ts,0) dan (TD,D).
4. Pada setiap katup sembur buatan yang diperoleh dari butir 3.1.3, baca :
- kedalaman katup (Dv)
- tekanan gas injeksi dalam selubung (Pvo) yaitu :
untuk katup pertama Pvo1 dibaca dari garis gradien gas yang dibuat mulai dari
(Pko - 0) sesuai dengan Dv1.
untuk katup-katup berikutnya Pvo2 dan seterusnya dibaca dari garis gradien gas
yang dibuat dari (Pso,0) sesuai dengan Dv2 dan seterusnya.
- tekanan tubing (PT) dibaca dari garis perencanaan tekanan tubing butir 3.2 langkah
3.b.
- temperatur (Tv)
Temperatur dibaca pada garis gradien temperatur pada langkah 3 berturut-turut Tv1
Tv2, dan seterusnya sesuai dengan masing-masing kedalaman katup Dv1, Dv2 ....., dan
seterusnya.
5. Tentukan ukuran port setiap katup sembur buatan dengan menggunakan Gambar 2.
Cara penggunaan grafik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mulai dan Pvo buat garis tegak sampai memotong Pt
b. Dari titik potong ini, buat garis mendatar ke kiri.
c. Pada sumbu qgi, plot qgiCorr dan buat garis tegak ke bawah sampai memotong garis
mendatar dari langkah 5.c
d. Ukuran port yang dipilih adalah titik potong dari langkah 5.d. Apabila tidak tepat
pada garis yang tersedia tentukan ukuran port berdasarkan garis yang terdekat.
6. Berdasarkan diameter luar tubing dan diameter dalam selubung pilih ukuran katup
sembur buatan. Ukuran yang tersedia adalah 1 inch dan l inch.
7. Berdasarkan ukuran port dan ukuran katup sembur buatan, tentukan harga R dan l-R
untuk setiap katup, menurut persamaan :
Ap
R= (15)
Ab
Ap = luas port
Ap = ( d2)/4. dimana d = ukuran port
Ab = luas bellow.
Untuk katup ukuran 1, Ab = 0.32 in2
katup ukuran 1 , Ab = 0.77 in2
8. Untuk setiap katup, hitung tekanan dome (Pd) pada kedalaman katup dengan
menggunakan persamaan berikut :
Pd@T = Pvo (1 R) + PT R (16)
9. Hitung tekanan dome (Pd) untuk setiap katup pada kondisi bengkel (temperatur
standard) menurut persamaan :
Pd@60 = Ct Pd @T (17)
Ct di tentukan dari Tabel 1 berdasarkan temperatur katup.
10.Hitung tekanan pembukaan katup sembur buatan di bengkel menurut persamaan
Pd @ 60
PTro = (18)
1 R
Catatan : Langkah kerja dari nomor 3 sampai dengan 9 dapat dilakukan secara tabulasi.
Lihat contoh perhitungan.
4. DAFTAR FUSTAKA
1. Brown, K.E.: The Technology of Artificial Lift Methods, Volume 2A, Petroleum Publisning
Company, Tulsa.
2. -----------------Gas Lift Installation Design and Operation. OTIS
3. Craft, B.C, Holden, W. R., Graves, E.D.: Well Design Drilling and Production, Prentice-Hall,
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1962.
4. Frick, Thomas C., Taylor, William R.: "Petroleum Production Handbook", Volume I, SPE of
AIME, Dallas, Texas.
5. DAFTAR SIMBOL
Ab = luas permukaan bellow katup gas lift, inch2
Ap = luas permukaan piston katup gas lift, inch2
BE = persen bracketing envelove, %
Corr = faktor koreksi volume gas terhadap temperatur.
Ct = perbandingan tekanan dome katup gas lift pada temperatur di permukaan dan
temperatur di kedalaman katup.
D = kedalaman sumur, ft
Dv = kedalaman katup gas lift, ft
Ggi = gradien gas injeksi, psi/ft
Gs = gradien statik cairan dalam sumur, psi/ft
Gg = gradien gas sendiri, psi/ft
GT = gradien geothermal F/ft
GLRf = perbandingan gas dan cairan dari lapisan, SCF/STB
GLRt = perbandingan gas dan cairan total, SCF/STB
Gt = gradien geothermal, F/ft
KA = kadar air, fraksi.
PdCT = tekanan dome gas lift pada temperatur kedalaman, psi.
Pko = tekanan "kick off", psi.
PI = Indeks Produktivitas, STB/hari/psi.
Pso = tekanan operasi di permukaan, psi.
6. LAMPIRAN
6.1 LATAR BELAKANG
Gambar 3 menunjukkan instalasi sembur buatan kontinyu, yang dilengkapi dengan 6 buah katup
sembur buatan. Sesuai dengan fungsinya katup-katup gas lift ini terdiri dari :
1. katup unloading, yang berfungsi sebagai jalan masuk gas dari annulus ke tubing, untuk
mendorong cairan yang semula digunakan untuk mematikan sumur.
2. katup operasi, yang berfungsi sebagai jalan masuk gas dari annulus ke tubing, untuk mendorong
fluida reservoir ke permukaan.
3. katup tambahan, yang berfungsi sebagai katup operasi apabila tekanan statik menurun.
Pada tahap pertama, injeksi gas akan mengaktifkan katup-katup unloading sehingga cairan untuk
mematikan sumur terangkat ke permukaan, dan permukaan cairan dalam annulus akan turun.
Pada tahap berikutnya, setelah semua katup unloading secara bergantian bekerja, permukaan cairan
dalam annulus akan mencapai katup operasi. Katup operasi ini akan terbuka selama injeksi, dan gas
injeksi akan masuk kedalam tubing secara kontinyu. Hal ini dapat terjadi, apabila tekanan injeksi gas
(dalam annulus) lebih besar dari tekanan aliran dalam tubing. Oleh karena itu, letak katup operasi
ditempatkan pada suatu kedalaman, sehingga tekanan aliran dalam tubing lebih kecil dari tekanan
injeksi gas di annulus. Penempatan katup operasi ini ditentukan dari titik keseimbangan (yaitu titik
dimana tekanan aliran dalam tubing sama dengan tekanan injeksi gas di annulus), setelah dikurangi
dengan tekanan differential sebesar 100 psi.
Dengan masuknya gas injeksi melalui katup operasi, maka perbandingan gas cairan di atas titik injeksi
akan lebih besar dari pada perbandingan gas cairan di bawah titik injeksi. Perbandingan gas minyak
yang besar memberikan gradien aliran yang lebih kecil, sehingga kurva gradien alirannya menjadi
lebih curam, dibandingkan dengan kurva gradien aliran di bawah titik injeksi.
Diagram tekanan-kedalaman seperti pada Gambar 4, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
sembur buatan kontinyu, dan merupakan dasar perencanaan, umumnya perencanaan sembur buatan
kontinyu bertolak dari laju produksi yang diinginkan. Apabila Indeks Produktivitas dan tekanan statik
terbaru diketahui, maka tekanan alir dasar sumur yang sesuai dengan laju produksi yang diinjeksikan
dapat dihitung. Apabila perbandingan gas-cairan dari formasi diketahui, maka kurva gradien tekanan
aliran mulai dari dasar sumur dapat digambarkan. Berdasarkan tekanan injeksi gas yang tersedia, garis
gradien gas dalam annulus dapat digambarkan dan titik keseimbangan antara tekanan gas dalam
annulus dengan tekanan alir dalam tubing dapat ditentukan.
Kemudian letak katup operasi dapat pula ditentukan pada kedalaman yang mempunyai tekanan alir
dalam tubing 100 psi lebih kecil dari tekanan injeksi gas. Apabila tekanan alir di kepala sumur
tertentu, maka perlu diinjeksikan sejumlah tertentu gas, sehingga memberikan perbandingan gas-
cairan titik injeksi yang tepat dan menghasilkan gradien aliran di atas titik injeksi yang diinginkan.
Gradien aliran ini harus menghasilkan penurunan tekanan sedemikian rupa sehingga tekanan aliran di
permukaan sama dengan tekanan kepala sumur. Berdasarkan perbandingan gas-cairan yang diperoleh
tersebut serta GLRf, maka jumlah gas yang diinjeksikan dapat dihitung.
Pada keadaan sebenarnya, pressure traverse yang digunakan tidak selalu tepat dengan hasil
pengukuran gradien aliran dalam sumur. Kesalahan dapat berkisar antara 10 20 %. Dengan
demikian akan terjadi pula kesalahan dalam menempatkan katup operasi.Untuk mengatasi kesalahan
ini, perlu ditambah katup-katup pada selang di atas dan di bawah katup operasi, selang ini disebut
Bracketing Envelope.
Penurunan tekanan injeksi gas menunjukkan penurunan tekanan di pipa injeksi suplai gas atau
volumenya, kebocoran di pipa dan perubahan di fasilitas produksi. Perubahan tekanan produksi
juga menunjukkan berubahnya kedalaman titik injeksi, atau berubahnya kadar air atau
permasalahan kepasiran. Permasalahan lain yang dapat diketahui adalah kebocoran di katup atau
tubing, atau pemakaian gas yang berlebihan maupun penurunan produksi. Gambar 2 sampai dengan
Gambar 21 memberikan skematis mengenai contoh-contoh problem pada sembur buatan kontinu.
Beberapa hal yang bisa dilihat dari 2-pen recoder (atau 4-pen) adalah:
1. Tekanan kepala sumur terlalu besar
2. Adanya paraffin/scale di pipa permukaan
3. Hambatan di silang sembur
4. Gas membeku (freezing) di titik hambatan
5. Hambatan di pipa Injeksi
6. Selisih tekanan kepala sumur tak cukup terhadap tekanan injeksi dan
7. Pengerjaan injeksi gas yang tidak cukup baik.
Analisa pada sumur pengangkatan buatan kontinu yang lain adalah pengukuran gas yang
diinjeksikan, temperatur permukaan, pandangan mata atas apa yang terlihat di permukaan,
pengukuran air dan minyak, serta survai tekanan atau temperatur dalam pipa sembur dan penentuan
aras cairan di pipa sembur.
GAMBAR 2
ALIRAN KONTINU
Laju produksi besar, kinerja sempurna, terlihat dari ratanya pembacaan dan rendahnya tekanan kepala
sumur.Harga tekanan injeksi dan tekanan sumur seperti yang diharapkan.
GAMBAR 3
Pada sumur ini gelombang pada harga tekanan menunjukkan katup agak throttling (membuka-menutup
dengan cepat) produksi besar. Katup mempunyai port (lubang) yang besar dan input gas tergantung
jepitan dipermukaan. Untuk menghindarkan hal ini bisa digunakan positive choke di katupnya dan dengan
menaikkan tekanan injeksi sedikit.
GAMBAR 4
Katup throttling dengan cepat Antara jam 3.00 - 7.00 karena tekanan injeksi mendekati harga tekanan
menutup katup operasinya. Throttling menjadi lebih parah mulai sekitar pukul 7.00 karena ketidak
teraturan dan penurunan tekanan injeksi.
GAMBAR 5
Grafik menunjukkan efek tekanan balik di pipa sembur dalam sumur dan kinerja sumur yang mengalami
interferensi periodik pada tekanan injeksi dari sumur intermittent di dekatnya. Keadaan ini dapat
diperbaiki dengan:
1. Menaikkan efisiensi sumur intermittent di dekatnya agar gas injeksinya berkurang
2. Menaikkan suplai tekanan injeksi
3. Menaikkan kapasitas storage (penyimpanan) gas di sistem injeksi
4. Mendesain kembali katup-katup agar dapat bekerja pada tekanan lebih rendah.
GAMBAR 6
Pipa sembur bocor.retak, gas kadang-kadang mengalir melalui retakan tsb. Dalam hal ini grafik diatas
dibuat dengan pemasangan katup injeksi yang kecil. Pada saat pipa sembur di tarik keatas, temyata
beberapa lubang karat terjadi di beberapa tempat di pipa tsb pada kedalaman 4000 kaki, dimana pipa
sembur retak. Grafik diatas menunjukkan bahwa sumur bekerja melalui lubang di pipa sembur dan
kadang- kadang saja (berselang sekitar 1-1/2 jam) gas melalui retakan tsb. Hal ini terlihat dari penurunan
mendadak tekanan injeksi yang mengakibatkan produksi berhenti sesaat sampai tekanan casing naik
kembali.
GAMBAR 7
Problem : Tidak ada.
Tindakan : Tidak perlu.
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktif
Keterangan : Kinerja yang baik terlihat dari tekanan kepala sumur yang cukup rendah (120 psi.),
tekanan injeksi normal (400 psi) dan tidak adanya fluktuasi. Sumur berproduksi sekitar
900 bbl dari 500 meter dengan input GLR 90 cuft/bbl.
GAMBAR 8
Problem : Tidak ada.
Tindakan : Tidak perlu.
Jenis Sumur : Tekanan besar, produktivitas besar
Keterangan : Grafik menunjukkan kinerja sembur buatan kontinu yang baik, dengan menggunakan
katup-katup intermittent, terlihat dari:
1. Tekanan injeksi dan produksi konstan
2. Tekanan produksi rendah (50 psi)
3. Laju produksi besar (1000 b/d)
4. GLR injeksi rendah, 120 cuft/bbl. Gas injeksi diatur oleh tekanan katup di pipa
injeksi.
GAMBAR 9
Problem : Tidak ada. Tindakan: Tidak perlu.
Jenis sumur : Tekanan besar dan produktivitas tinggi. Keterangan: Kinerja kontinu yang baik
ternyata dari test sumur dan grafik.Tekanan kepala sumur relatif rendah (80 -120 psi)
dan cukup uniform.
Variasi pada tekanan kepala sumur dapat diakibatkan oleh:
1. Variasi komposisi fluida sumumya (gas,minyak, air dan emulsi)
2. Throttling katup mengakibatkan surging di gas
3. Vibrasi alat permukaan seperti jepitan
4. Interferensi dari sumur sekitar
Dalam hal ini adanya fluktuasi kecil ditekanan injeksi menunjukkan bahwa penyebab ke-2 , throttling.
Sumur berproduksi 600 bpd dari 2000 ft dengan input GLR 230 cuft/bbl.
GAMBAR 10
GAMBAR 11
GAMBAR 12
GAMBAR 13
GAMBAR 14
Problem : Pipa sembur disumur bocor, sumur berproduksi gas saja, salah disain.
Tindakan : Angkat pipa sembur, ganti alatnya dan disain kembali.
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktivitas besar.
Keterangan : Ketika pipa sembur ditarik, terlihat beberapa lubang dan rekah disekitar 4200 kaki,
karena berkarat. Suatu jepitan injeksi 1/8" dipergunakan untuk mendapat grafik diatas
agar sumur dapat mengalir kontinu dengan katup-katup intermittent. Walaupun
produksi yang didapat besar tetapi grafik agak tidak normal karena aliran gas
menerobos melalui rekah di pipa sembur pada interval sekitar 1-1/2 jam sekali. Bila gas
menerobos maka tekanan injeksi turun dan mengakibatkan berhentinya injeksi gas dan
naiknya cairan di pipa produksi selama 30 menit selama tekanan injeksi rendah.
Dengan naiknya tekanan injeksi, maka aliran keatas terjadi karena gas masuk lagi
melalui rekahan dan proses unloading dimulai kembali. Workover pada sumur ini untuk
memperbaiki pipa sembur perlu dilakukan dengan program pengendalian karat agar
tidak sampai membuat karat di tubing sehingga akan berbahaya.
GAMBAR 15
Problem : Interferensi dari sumur intermittent didekatnya.
Tindakan : Semua interferensi mengakibatkan problem. Kalau problemnya berat, maka:
1. Pasang instalasi ruang besar di suplai gas (sumur yang tidak dipakai lagi bisa digunakan
untuk maksud ini)
2. Pasang jepitan pada sumur yang menyebabkan gangguan 3.
3. Kalau mungkin naikkan sedikit tekanan injeksi
4. Ganti katup dan disainlah dengan tekanan kerja lebih kecil.
5. Naikkan effisiensi sumur lain kalau bisa.
Jenis sumur : Tekanan besar, produktivitas besar.
Keterangan : Interferensi pada grafik diatas disebabkan oleh sumur intermittent dekat sumur ini yang
beroperasai pada tekanan sedikit dibawah tekanan suplai gas sistim. Jadi setiap controller
terbuka pada sumur intermittent tsb, maka terjadi surge gas masuk kesumur tsb dan sistim
akan berkurang tekanannya seperti yang terlihat diharga tekanan injeksi. Kalau keadaan ini
lebih parah, maka mungkin terjadi aliran balik melalui regulator atau bila katup hambat
baliknya gagal, yang akan mengganggu operasi. Grafik diatas menunjukkan kinerja sembur
buatan kontinu yang baik alirannya, tekanan kepala sumur 170 - 190 psi agak tinggi dan
fluktuasi menunjukkan throttling di katup operasinya atau getaran pada pipa salur di
permukaan sementara produksi 800 b/d fluida dengan input 200 cuft/bbl.
GAMBAR 16
Problem : Interferensi dan sumur lain
Tindakan : Hilangkan suir.ber interferensi atau kurangi effeknya. Jenis sumur: Tekanan besar,
produktivitas tinggi.
Keterangan : Interferensi disebabkan oleh sumur sembur buatan intermittent didekatnya yang bekerja
dengan tekanan sistim sangat rendah. Akibatnya setiap controller sumur tsb membuka
maka tekanan sistim berkurang jauh di bawah tekanan yang perlu untuk injeksi disumur
ini. Kalau keadaan ini lebih parah, maka mungkin terjadi aliran balik melalui regulator
atau bila katup hambat baliknya gaga!, akan mengganggu operasi dan pengukuran gas
tidak benar. Tekanan injeksi yang rendah juga menyebabkan gas yang lewat katup
berkurang dan sumur akan mengalami pemasukan fluida sumur (loading) sehingga
controller tertutup kembali(di sumur intermittent didekatnya tsb) gas masuk lagi ke
sumur dan menyebabkan mulainya injeksi gas bercampur dengan minyak kembali. Ini
semua mengakibatkan GLR yang tidak tetap selama produksi sumur ini sehingga
effisiensinya kacau. Tindakan sama dengan pada Gambar 15.
GAMBAR 17
Problem : Tekanan balik pada kepala sumur terlalu tinggi dan ada interferensi
Tindakan : Hilangkan penyebabnya
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktivitas besar.
Keterangan : Tekanan balik yang tinggi dapat disebabkan oleh tekanan manifold atau separator yang
memang tinggi, pipa tersumbat scale dll atau jepitan produksi yang terlampau kecil. Pada
sumur ini jepitanlah yang menyebabkan problem ini. Produksi yang tadinya 430 b/d
dengan input GLR 450 cuft/bbl dapat dinaikkan ke 500 b/d dengan input hanya 250
cuft/bbl.
GAMBAR 18
Problem : 1.Tekanan balik tinggi, 2.Salah disain, 3.Controller bocor
Tindakan : l.Hilangkan penyebab, 2.Disain lagi, 3.Perbaiki controller
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktivitas besar
Keterangan : 1.Tekanan tinggi pada sumur ini disebabkan oleh jepitan terlalu kecil terlihat dari
runcingnya kenaikan tekanan kepala sumur.
2.Kesalahan disain karena penggunaan katup jenis intermittent pada sembur buatan
kontinu.
3.Kedudukan controller bocor terlihat dari kenaikan tekanan injeksi secara periodik.
GAMBAR 19
Problem : Tekanan kepala sumur naik-turun secara agak perodik 100-270 psi walaupun laju produksi
cukup besar.
Tindakan : Biarkan
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktivitas besar.
Keterangan : Sumur ini sebenarnya sumur yang kadang-kadang bisa mengalir sendiri, lalu mati. Sumur
ini berada dibatas antara sembur alam dan sembur buatan. Sedikit bantuan injeksi gas dapat
menyebabkan sumur mengalir kembali.
GAMBAR 20
Problem : Sumur tetap mengalir, controller bocor sedikit.
Tindakan : Perbaiki controller.
Jenis sumur : Tekanan tinggi, produktivitas besar.
Keterangan : Bocor pada controllernya menyebabkan katup dibawah membuka-menutup karena
tekanan menutupnya dekat dengan tekanan kerja. Aliran sumur tetap bisa terjadi karena
adanya sedikit gas saja telah cukup untuk membantu terjadinya aliran ini.
GAMBAR 21
Problem : Sembur buatan dengan GLR formasi tinggi menggunakan "purger"
Tindakan : Biarkan atau ganti sistim pengangkatan buatannya.
Jenis sumur : Tekanan cukup dan produktivitas cukup.
Keterangan : Purger (6/64"x31/64") dipakai dengan menggunakan jepitan yang terbuka pada 250 psi dan
tertutup pada 300 psi. Jepitan ini memberikan gas secara periodik dan akan memberi
waktu agar pipa sembur dapat terisi kembali oleh formasi. Sumur ini sebenarnya
intermittent dan hanya berproduksi 30 b/d dengan GLR 2700 cuft/bbl.
dimana:
Dv1 = kedalaman valve pertama dihitung dari permukaan, ft
pko = tekanan kick off, psig
pwh = tekanan di kepala sumur, psig
Gs = gradient tekanan fluida yang akan di unload, psi/ft
Pada waktu sumur pertama kali di lakukan unloading ke atmosfir, maka tekanan pwh adalah 0. Jika
kedalaman permukaan fluida lebih rendah dari valve (1), maka valve (1) dipasang pada pada
kedalaman fluida tersebut.
Perhatian khusus harus dilakukan pada tekanan yang dipakai dalam penentuan spasi valve (seperti
pada metoda grafis). Jika menggunakan balanced valve maka digunakan 25 psi (beda tekanan valve),
dimulai dengan valve (1) dengan seting tekanan operasi permukaan adalah tekanan kick off dikurangi
50 psi. Jika valve unbalanced digunakan, spasi valve (1) akan sama seperti biasa dan valve
selanjutnya dilakukan dengan tekanan operasi tetap atau menggunakan tekanan drop 10 psi tiap valve
tergantung setting valve yang digunakan.
Secara umum, solusi analitis mengabaikan berat dari kolom gas. Karena keberadaan data yang
kurang bagus, sehingga faktor ini dijadikan sebagai faktor keamanan supaya spasi valve tidak terlalu
jauh.
Valve (2):
p so1 Gu (Dv1 ) p wh
Dv 2 = Dv1 +
0 .5
dimana
pso1 = tekanan operasi di permukaan untuk valve (1)
pso = tekanan normal gas untuk mengangkatan fluida, psi
pso2 = pso 75
pso3 = pso 100
pso4 = pso 125
dan seterusnya
Gu = gradient tekanan fluida yang akan di unloading, psi/ft
Valve selanjutnya:
p so 2 Gu (Dv 2 ) p wh
D v 3 = Dv 2 +
0 .5
p so 3 Gu (Dv 3 ) p wh
Dv 4 = Dv 3 +
0 .5
dan seterusnya
Langkah kerja :
a. Penentuan Titik Injeksi
1. Buat sumbu kartesian pada kertas transparan (lihat Gambar 5) yang sesuai dengan skala
pressure traverse pada Gambar 6.
2. Anggap aliran satu fasa ; untuk qL = 1000 STB/hari maka
1000
Pwf = 2650 = 1250 psi
2
3. Tarik garis datar pada kedalaman 8000 ft
4. Plot titik (2150, 8000)
5. Gambar 6 adalah pressure traverse yang sesuai dengan kondisi yang diminta, yaitu
qL = 1000 STB/hari, kadar air = 0 dan dt = 2.
6. Pilih garis gradien aliran untuk GLR = 200 SCF/STB, sesuai dengan GLR dari formasi.
7. Tentukan kedalaman ekivalen Pwf = 2150 psi, Lihat Gambar 6.
8. Tempatkan titik (2150, 8000) di kertas transparan di atas titik kedalaman ekivalen Pwf =
2150 psi.
9. Jiplak kurva gradien aliran pada GLR = 200 SCF/STB.
10. Untuk gi = 0.70 dan Pso = 900 psi, gunakan Gambar l untuk menentukan gradien tekanan
gas, darimana diperoleh harga 23.6 psi/1000 ft.
8000
100 + 70 + 1.6
120 + 200 100
Temperatur rata rata = + 460 = 620 o R = + 460 = 609 o R
2 2
6. Plot titik (900,0) dan buat garis sejajar dengan garis dari Pko
7. Gradien statik = 0.40 psi/ft
Pada kedalaman 1000 ft, tekanan statik dalam tubing = 100 + 0.40 (1000) = 500 psi.
8. Hubungkan titik (100,0) dan (500,1000) sampai memotong garis gradien tekanan gas dari Pko.
Mulai dari titik potong ini telusuri garis tersebut ke atas sejajar 50 psi dan diperoleh kedalaman
katup l, sebesar 2150 ft.
9. Sesuai dengan langkah kerja, diperoleh kedalaman katup-katup berikutnya :
DV1 = 2150 ft
DV2 = 3100 ft
DV3 = 3780 ft
DV4 = 4300 ft
DV5 = 4620 ft
DV6 = 4720 ft (titik injeksi)
10. Penentuan letak katup di daerah "bracketing envelope".
a. Plot titik (900-100,0) atau (800,0) dan buat garis sejajar dengan garis gradien gas dari Pso =
900 psi.
b. Perpanjang garis tersebut ningga memotong garis gradien tekanan aliran dalam tubing,
Perpotongan tersebut di titik. (910, 4480)
c. Untuk % bracketing envelope = 10 %
Paa = (1+0.10) (910) = 1001 psi
Pbb = (1 0,10) (910) = 819 psi
d. Pa = (1+0, 10) (100) = 110 psi
Pb = (1 0,10) (100) = 90 psi
e. Hubungkan titik-titik (110,0) dengan (1001, 4680); garis ini memotong garis gradien
tekanan gas dari langkah 10.b di 4080 ft. Titik ini adalah batas atas dari pada bracketing
envelope. Hubungkan titik-titik (90,0) dengan (819,4680) dan diperoleh batas bawah
bracketing envelope di 5375 ft.
f. Katup-katup di bracketing envelope dapat dipasang pada kedalaman-kedalaman :
4080, 4330, 4580, 4830, 5080 dan 5330 ft.
g. Menentukan Ukuran Port dan Tekanan Buka katup-katup di Bengkel.
No Ukuran
Dv Pvo Pt Tv Ab R Pd@Dv Ct Pd@60o Pro
Katup Port
1 2150 1000 580 141.5 11/64 0.77 0.0301 987.36 0.85 839.26 865.31
2 3100 920 710 151 15/64 0.77 0.0560 908.24 0.836 759.09 804.12
3 3780 990 800 157.8 15/64 0.77 0.0560 979.95 0.826 808.95 856.94
4 4300 1000 870 163 16/64 0.77 0.0637 991.72 0.819 812.22 867.48
5 4720 1010 910 166.2 18/64 0.77 0.0807 1001.93 0.814 815.57 887.16
6 4720 1020 920 167.2 18/64 0.77 0.0807 1011.93 0.813 822.70 894.92
Dv1 =
(950 50) 0 = 1800 ft
0.5
2. Berdasarkan Gambar A.4 untuk tubing 2 in dan 1000 b/d gradient tekanan unloading 0.16 psi/ft
(digunakan laju produksi yang lebih tinggi dari produksi yang diinginkan)
Hasil dengan metoda analitis mendekati hasil dari metoda grafis. Tabel berikut diperlihatkan hasil
akhir perhitungan
GAMBAR 1.a HUBUNGAN TEKANAN DAN GRADIEN TEKANAN GAS UNTUK BERBAGAI
HARGA GAS GRAVITY (OTIS)
GAMBAR 1.b HUBUNGAN TEKANAN DAN GRADIEN TEKANAN GAS UNTUK BERBAGAI
HARGA GAS GRAVITY (LANJUTAN)
TABEL 1