Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS

LOG KUANTITATIF
2
Disusun oleh :

Arif Tri Widodo

111.160.188

UPN “Veteran” Yogyakarta


APA ITU LOG?

Log merupakan gambaran terhadap kedalaman dari suatu


perangkat kurva yang mewakili parameter-parameter yang diukur
secara terus menerus di dalam suatu sumur (Schlumberger, 1986).
Parameter yang digunakan dalam analisis data log (wireline log), yaitu;
tahanan jenis batuan, sifat keradioaktifan, kandungan hidrogen dalam
batuan, dan densitas batuan.
APA ITU ANALISIS LOG?

Analisis data log adalah salah satu dasar dalam pengambilan


keputusan geologi pada eksplorasi migas. Hasil analisis data log tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona produktif, menentukan
kandungan fluida dalam reservoar serta menentukan gambaran susunan
litologi batuan.
APA ITU ANALISIS LOG
KUANTITATIF?
Analisis log kuantitatif merupakan analisis log yang dilakukan dengan
menghitung volume serpih (shale) yang merupakan jumlah kandungan
serpih pada batuan reservoar. Evaluasi secara kuantitatif membutuhkan
beberapa data log, yang utamanya berupa log gamma ray, log resitivitas,
log densitas, log neutron dan log seismik dan log sonik.
TUJUAN ANALISIS LOG KUANTITATIF

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter fisik


batuan reservoar yang telah terindikasi dari analisa kualitatif,
parameter tersebut berupa porositas efektif, saturasi air, saturasi
hidrokarbon dan nilai IMH (index movement hydrocarbon).
LANGKAH KERJA 1

Sebelum kalian masuk praktikum;


• Kerjakan log kuantitatif 2 dengan metode kualitatif.
Kerjakan di lognya.
Litologi Log Log Log Jenis
Track 1 Track 2 Track 3 Fluida

         
LANGKAH KERJA 1
• Buka excel "Tabel Kuantitatif untuk Praktikan". Perhatikan kolom
No. sampai MSFL
LANGKAH KERJA 1
• Isi kolom2 tersebut sesuai kode reservoar soal kalian (A, B, C
atau D). Isi dengan cara kuantitatif 1. Lengkapnya lihat modul
halaman 131. Yang diisi cuma No sampai MSFL.
LANGKAH KERJA 1
• Kolom No. isi dengan nomor 1, 2 dan 3
• Kolom Mid point, isi dengan nilai depth reservoar kalian.
LANGKAH KERJA 1
• Kolom GR, isi dengan nilai GR dari masing2 garis kurva GR yang
dipotong garis hijau.
LANGKAH KERJA 1
• Kolom LLD dan MSFL, isi dengan nilai LLD dan MSFL reservoar
kode kalian. LLD warna merah muda, MSFL warna merah.
LANGKAH KERJA 1
*Cara membaca nilai resistivitas, dengan melihat skala nilai lognya dan
garis2 vertikal yang terdapat di kolom track 2. Pembacaan Kolom warna
merah, setiap garis bernilai 0,1 (0,2 ; 0,3 dst sampai bernilai 1). Kolom
warna kuning, setiap garis bernilai 1 (2 ; 3 dst sampai bernilai 10). Kolom
warna orange bernilai 10 (20, 30 dst sampai 100) dan paling ujung kanan
bernilai 200.
LANGKAH KERJA 1
• Kolom RHOB dan NPHI isi sesuai dengan nilai garis dari masing2
garis titik RHOB dan NPHI yang dipotong garis hijau.
LANGKAH KERJA 2
1. Menyiapkan data log, di antaranya headlog, log Gamma Ray, log
Resistivity (LLD, LLS, MSFL), log densitas, dan log neutron.
Data yang diperlukan dari headlog antara lain:
• Kedalaman
• Temperatur permukaan
• Temperatur maksimal
• Bit size (Drill Hole)
• Mud density
• Diameter Sonde
• Pressure
• Borehole salinity
• Resistivity Mud Filtrate pada temperatur permukaan (Rmf@ts)
LANGKAH KERJA 2
2. Menentukan zona reservoar target yang akan dianalisa.
Reservoar terget diinterpretasi berdasarkan adanya tampalan
(crossover) antara log densitas dan log neutron.

3. Menentukan midpoint dari interval kedalaman pada reservoar


taget yang akan dianalisa (menggunakan kolom TVDSS, bukan
Depth). Pada formasi Shalysand, tentukan midpoint pada zona
lempung untuk dianalisa pengaruhnya terhadap evaluasi zona
reservoar target.

4. Menentukan nilai GR maksimum dan minimum dari log Gr.

5. Menentukan nilai GR log dibaca pada kurva log GR, nilai LLD,
MSFL dibaca dari log resistivitas, dan nilai RHO dan NPHI pada log
porositas dari midpoint yang sudah ditentukan.
LANGKAH KERJA 2
6. Menghitung nilai t dengan persamaan:
t = Wmud/8,345 x [(2,54 x D.Hole/2) – (2,54 x
D.Sonde/2)]

Keterangan:
Wmud : Mud weight
D.Hole : Diameter Drill Hole
D.Sonde : Diameter Sonde

7. Menentukan Correction Factor GammaRay (CFGR) menggunakan


chart GR-1 (Schlumberger, 1985).
LANGKAH KERJA 2
8. Menghitung nilai GammaRay terkoreksi dengan mengalikan CFGR
dengan GR, GRmax, dan GRmin.

9. Menghitung nilai Volume Serpih (Vsh) dengan persamaan:


Vsh = (GRcorr – GRmincorr) / (GRmaxxcorr –
GRmincorr)

Keterangan:
Vsh : Volume serpih
GRcorr : GR log terkoreksi
GRmincorr : GRmin terkoreksi
GRmaxcorr : Grmax terkoreksi
LANGKAH KERJA 2
10. Menghitung porositas densitas ØD dengan menggunakan chart
Por-5 (Schlumberger, 1985) atau dengan persamaan berikut:
ØD = (pma – pb) / (pma – pf)

Untuk formasi lempungan berlaku persamaan:


ØDc = ØD – (ØDsh x Vsh)

Keterangan:
ØD : Porositas log densitas
ØDc : Porositas log densitas terkoreksi
pma : Densitas matriks batuan, dalam hal ini menggunakan nilai
2,65
untuk pasir, batupasir, dan kuarsit
Pf : Densitas cairan lumpur, dalam hal ini menggunakan nilai 1,1
untuk lumpur garam
pb : Densitas bulk formasi
ØDsh : Porositas log densitas zona lempung
Vsh : Volume lempung dalam formasi
LANGKAH KERJA 2

11. Menentukan nilai Correction Factor Neutron (CFNcorr) pada


midpoint zona target dan zona lempung menggunakan chart Por-
14c. Koreksi dilakukan terhadap Neutron dengan beberapa faktor,
yaitu actual borehole size, borehole salinity, borehole temperature,
dan pressure yang dapat diketahui nilainya pada Headlog.
LANGKAH KERJA 2
12. Menghitung nilai Øncorr dengan persamaan:
Øncorr = (NPHI x 100) + CFNcorr

Keterangan:
Øncorr : Porositas Neutron terkoreksi
NPHI : harga neutron dibaca pada log neutron
CFNcorr : Correction Factor Neutron

13. Menentukan porositas Neutron menggunakan Por-13b


(Schlumberger, 1985).
LANGKAH KERJA 2
14. Menghitung nilai porositas neutron yang dikoreksi dengan zona lempung
menggunakan persamaan:
ØNc = (ØN – (ØNsh x Vsh)) / 100

Keterangan:
ØNc : Porositas Neutron terkoreksi zona lempung
ØN : Porositas Neutron
ØNsh : Porositas Neutron zona lempung
Vsh : Volume serpih

15. Menghitung porositas efektif (Øe) dengan persamaan Dewan (1983):


(Untuk kandungan minyak)
Øe = (ØDc + ØNc) / 2

Keterangan:
Øe : Porositas efektif
ØDc : Porositas log densitas terkoreksi
ØNc : Porositas log neutron terkoreksi

16. Menentukan LLDcorr menggunakan diagram Rcor-2b (Schlumberger,


1985).
LANGKAH KERJA 2
17. Menentukan nilai Rt dan Rxo. Nilai Rt sama dengan nilai
LLDcorr dan nilai Rxo sama dengan nilai MSFL (dibaca dari interval
midpoint zona target pada log resistivitas).

18. Menghitung Gradien Termal (GT) dengan persamaan:


GT = (Tmax – Tsurface) / Dmax

Keterangan:
GT : Gradien Termal (oC/meter atau oF/meter)
Tmax : Temperatur maksimal pada kedalaman maksimal
Tsurface : Temperatur di permukaan
Dmax : Kedalaman maksimal

19. Menentukan kedalaman interval midpoint zona jenuh air


kemudian baca nilai Rt, LLD, dan tentukan LLDcorr-nya pada data
log.
LANGKAH KERJA 2
20. Menghitung nilai temperatur formasi pada interval midpoint zona jenuh
air dan zona target dengan persamaan:
Tf = (GT x depth) + Tsurface

Keterangan:
Tf : Temperatur formasi
GT : Gradien temperatur
Depth : Kedalaman pada interval midpoint (kolom TVDSS)
Tsurface : Temperatur permukaan

21. Menghitung nilai resistivity mudfiltrate yang dipengaruhi oleh kondisi


temperatur formasi (Rmf@Tf) pada interval midpoint zona jenuh air dan
zona target dengan persamaan:
Rmf@Tf = Rmf@Ts x [(Tsurface + 6,67) / (Tf + 6,67)]

Keterangan:
Rmf@Tf : Resistivitas lumpur pemboran pada temperatur formasi di interval
midpoint
Rmf@Ts : Resistivitas lumpur pemboran pada temperatur permukaan
(dibaca pada headlog)
LANGKAH KERJA 2
22. Menghitung resistivitas zona jenuh air (Rw) dengan persamaan:
Rw = (Rmf@Tf x Rtw) / Rxo

Keterangan :
Rw : Resistivitas air
Rmf@Tf : Resistivitas lumpur pemboran pada temperatur
formasi di
interval midpoint
Rxo : Resistivitas zona terusir (dibaca pada log MSFL)
Rtw : Resistivitas formasi pada zona jenuh air (dibaca pada log
LLD)

23. Menentukan nilai Rti interval zona target menggunakan metode


pickettplot dengan porositas efektif.
LANGKAH KERJA 2
24. Menghitung nilai resistivitas air pada interval midpoint zona
target dengan persamaan Archie (1942):
Rwi = (Rti x Øem) / a

Keterangan:
Rwi : Resistivitas air pada interval zona target (ohm-m)
Rti : Resistivitas formasi pada interval zona target (ohm-m)
Øe : Porositas efektif
m : faktor sementasi
m = 2 (consolidated)
m > 2 (unconsolidated)
a : faktor perbandingan
a = 0,81 (batupasir)
a = 1 (batugamping)
LANGKAH KERJA 2

 
25. Menghitung nilai saturasi air (Sw) dengan Persamaan Indonesia
(1971):

Keterangan:
Vsh : Volume lempung dalam formasi
Rsh : Tahanan jenis lempung
Øe : Porositas efektif
Rt : Tahanan jenis formasi (dibaca dari LLDcorr)
LANGKAH KERJA 2
 
26. Menghitung nilai saturasi air zona terusir/invasi (Sxo) dengan
persamaan:

Keterangan:
Sxo : Kejenuhan air zona terusir
Rxo : Tahanan jenis air zona terusir
Øe : Porositas efektif
Rmf : Tahanan jenis cairan lumpur
a : Faktor pembanding, nilai 1 untuk batugamping, nilai 0,81 untuk
batupasir
terkonsolidasi

27. Menghitung nilai Saturasi hidrokarbon (Sh) dengan persamaan:


Sh = 1 – Sw

Keterangan:
Sh : Saturasi hidrokarbon
Sw : Saturasi air
LANGKAH KERJA 2
28. Menghitung nilai Saturasi hidrokarbon reside dengan
persamaan:
Shr = 1 – Sxo

Keterangan:
Shr : Saturasi hidrokarbon residu
Sxo : Saturasi air zona terusir

29. Menghitung Index Movement Hydrocarbons (IMH) degan


persamaan:
IMH = Sw / Sxo

30. Membuat kesimpulan hasil evaluasi data log dengan metode


kuantitatif.

 
CONTOH STUDI KASUS
CONTOH STUDI KASUS
CONTOH STUDI KASUS
HASIL
 Interpretasi Litologi

Berdasarkan analisis kulaitatif log pada sumur GMB-RM


Lapangan Puluhdadi, diketahui interpretasi litologi yang terdapat
pada sumur ini adalah batupasir dan serpih. Litologi batupasir
terdapat setempat pada kedalaman 410-412,5m, 440-445m, 480-
482,5m, 512,5-515m, 532,5-535m, 567,5-570m, dan 612,5-615m,
617,5-620m, 622,5-625m, 637,5-640m, 642,5-645m, 660-662,5m,
685-687,5m, 692,5-697,5m, 702,5-705m, 715-720m, 765-767,5m,
770-772,5m, 777,5-812,5m, 785-787,5m, 790-792,5m, selain pada
interval tersebut merupakan litologi shale.

 Interpretasi Kandungan Fluida

Pada log ini terdapat kandungan fluida berupa air, minyak dan
gas. Fluida terdapat pada reservoar dengan interval kedalaman
440-445m yang berupa gas dan interval kedalaman 612,5-615m,
617,5-620m, 685-687,5m, 685-697,5m, 702,5-707,5m, 710-
712,5m, 760-762,5m, 785-790m yang berupa minyak.
HASIL
 Porositas

Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume


batuan yang tidak terisi oleh padatan terhadap volume batuan
secara keseluruhan. Porositas efektif adalah porositas yang saling
berhubungan sehingga fluida dapat tertampung dan bergerak. Dari
perhitungan analisis kuantitatif, diketahui bahwa nilai porositas
efektif (Øe) rata-rata pada reservoar tersebut adalah 0,153. Nilai
porositas ini cukup tinggi bagi reservoar untuk mampu menampung
fluida dalam jumlah yang cukup besar.
HASIL
HASIL
 Petrofisik Reservoar

Petrofisik reservoar diketahui berdasarkan perhitungan nilai


dari parameter-parameter pada log. Ada beberapa parameter,
yaitu:
• Pada kedalaman 607 memiliki nilai porositas efektif sebesar
0,165, dengan nilai saturasi air sebesar 0,45, dengan nilai
saturasi hidrokarbon 0,109, dan dengan nilai IMH sebesar 1,74
dinyatakan hidrokarbon tidak dapat bergerak.
• Pada kedalaman 612 memiliki nilai porositas efektif sebesar
0,125, dengan nilai saturasi air sebesar 0,38, dengan nilai
saturasi hidrokarbon 0,271, dan dengan nilai IMH sebesar 1,68,
dinyatakan hidrokarbon tidak dapat bergerak di dalam reservoir.
• Pada kedalaman 617 memiliki nilai porositas efektif sebesar
0,170, dengan nilai saturasi air sebesar 0,35, dengan nilai
saturasi hidrokarbon 0.021, dan dengan nilai IMH sebesar 1.45
dan dapat dinyatakan hidrokarbon tidak dapat bergerak.
 
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa kualitatif pada sumur GMB-RM dengan
interval kedalaman 610 hingga 625 diketahui litologinya adalah
berupa batupasir dan batuserpih (shale). Dengan kandungan fluida
berupa minyak. Secara keseluruhan didapatkan fluida gas, minyak
dan air dari kedalaman 400-795m.
Berdasarkan analisa kuantitatif dengan serangkaian proses
perhitungan, didapatkan nilai IMH pada kedalaman 607 sebesar
1,74, pada kedalaman 612 sebesar 1,68, dan pada kedalaman 617
sebesar 1,45. Hidrokarbon yang terdapat pada reservoar ini
dinyatakan tidak bergerak karena memiliki nilai IMH (Index
Movement Hydrocarbon)>1.
 
 
REFERENSI

 Harsono A. 1997. Pengantar Evaluasi Log. Kuningan : Sclumberger Data


Services.
 Koesoemadinata R. P. 1980. Geologi Minyak Dan Gasbumi. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
 Schlumberger. 1986. Log Interpretation Charts. Schlumberger Well
Service. Jakarta.
 Tim Dosen. 2018. Buku Panduan Praktikum Geologi Minyak dan Gas
Bumi. Yogyakarta: UPNVY.

Anda mungkin juga menyukai