Anda di halaman 1dari 6

Halaman 1

Perancangan Pemisah Sekat untuk Proses Pengendapan


Ahmad Rifandi
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Abstrak
Proses pengendapan dengan alat Pemisah Sekat (Lamella separator) banyak
digunakan dalam pengolahan air dan limbah, pengolahan hasil tambang, pengolahan
buangan industri dan pemisahan minyak/air. Penambahan bidang miring berupa
sekat-sekat merupakan faktor utama dalam upaya mempercepat dan memperluas
bidang pengendapan. Operasi pengendapan umumnya memerlukan suatu lahan yang
luas agar dapat menangani bahan dengan kapasitas yang lebih besar. Dengan
menggunakan pemisah sekat, keperluan lahan yang luas ini dapat dikurangi sehingga
biaya investasi untuk lahan dapat dikurangi.
Pendahuluan
Pemisah sekat adalah alat pengendapan secara gravitasi yang luas permukaan bidang
pengendapannya diperbanyak. Permukaan ini bisa berbentuk bidang horisontal atau
bidang miring, tabung bulat atau segiempat atau bentuk-bentuk beraturan lainnya.
Keuntungan dari pemisah sekat ini adalah waktu pengendapan menjadi lebih singkat
dan luas lahan yang diperlukan untuk tempat pengendapan menjadi lebih kecil karena
digantikan dengan sekat-sekat yang dipasang miring.
KonsepBidangMiring
Kapasitas suatu alat proses
pengendapan adalah proporsional
dengan luas permukaan bidang
horisontalnya. Penambahan luas
permukaan bidang horisontal akan
menambah kapasitas pemisahan.
Ward (1979)
(5)
menjelaskan secara
konseptual manfaat bidang miring
pada proses pengendapan.
Bidang miring, selain memperbesar
luas bidang pengendapan juga
dapat meningkatkan laju
pengendapan partikel. Besarnya
tambahan luas bidang pengendapan
dapat dihitung dengan ilustrasi
seperti pada gambar 1. Bidang
miring ABCD dengan sudut
kemiringan o apabila diproyeksi-kan ke bidang horisontal akan menjadi bidang
AEFD. Luas bidang proyeksi ini akan sama dengan LW cos o dimana L dan W
adalah panjang dan lebar bidang miring ABCD.
Model matematis untuk proses pengendapan partikel pada tabung segiempat miring
dapat dijelaskan sebagaimana terlihat pada gambar 2a dan 2b dibawah ini.
Pada awal pengendapan semua partikel pada permukaan yang digambarkan dengan
garis CAB mengendap dengan laju v selama waktu dt dan mencapai suatu permukaan
hipotetis DFH. Laju pengendapan v pada semua titik permukaan CAB adalah sama.
Oleh sebab itu AF = CD = BH. Dengan mengabaikan volume yang digambarkan
dalam segitiga CDE dan BGH, maka volume cairan yang jernih yang bebas dari
o
gambar 1
Halaman 2
partikel selama waktu dt adalah ABGFEC. Namun demikian, partikel tidak akan
menempati permukaan yang ditunjukkan dengan garis EFG karena perbedaan densitas
dan ketinggian antara suspensi pada bidang FG dan cairan pada titik E.
o
gambar 2a gambar 2b
Secara spontan akan terjadi pengaturan batas cairan jernih dengan suspensi berupa
garis AB seperti ditunjukkan pada gambar 2 b.
Dua volume cairan jernih pada gambar 2a dan gambar 2b sebagaimana ditunjukkan
dengan luas AA BB dan ABGFEC harus memiliki luas yang sama. Apabila tinggi
permukaan awal AB adalah h dan kemudian berubah menjadi h-dh selama waktu dt
maka
o cos 1 (
b
h
vdt dh + = atau |
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
o cos 1
b
h
v
dt
dh
Perbandingan antara laju pengendapan awal pada tabung miring dengan laju
pengendapan pada tabung vertikal adalah:
o cos 1
1
b
ho
dt
dh
v
+ = dimana ho adalah tinggi awal suspensi
Dengan cara yang sama secara teoritis dapat dihitung laju awal pengendapan untuk
tabung silinder miring, yakni:
o
t
cos
4
1
1
b
ho
dt
dh
v
+ = atau o cos 27 , 1 1
1
b
ho
dt
dh
v
+ =
Untuk tabung berbentuk segi empat:
o cos 2 1
1
b
ho
dt
dh
v
+ = atau o cos 414 , 1 1
1
b
ho
dt
dh
v
+ =
Dari uraian tersebut jelas terlihat bahwa tabung silinder miring terutama sekali tabung
segi empat miring memberikan pengaruh besar terhadap laju pengendapan.
Halaman 3
Beberapaacuanpraktisperancangan
Dalam merancang atau memilih suatu lamella separator, Ward (1979) menyarankan
beberapa hal berikut untuk diperhatikan:
1. Secara umum harus diusahakan agar aliran berbentuk laminar dan sesedikit
mungkin turbulen. Hal ini dapat diusahakan dengan mengatur aliran umpan
masuk dan aliran cairan keluar
2. Sudut kemiringan pelat penyekat (lamella) harus cukup baik sehingga padatan
yang menempel dalam dinding pelat dapat dengan mudah dilepaskan. Gaya
yang diperlukan untuk melepaskan padatan yang menempel pada dinding pelat
adalah resultan dari gaya gravitasi dan gaya apung dari cairan yang mengalir
diatas padatan. Dalam praktek, sudut kemiringan 30
o
-40
o
(terhadap horisontal)
adalah kemiringan yang cukup baik untuk proses pengendapan dengan arah
aliran secara co-current, sedangkan untuk arah aliran counter-current
kemiringan yang baik adalah sekitar 55
o
-60
o
PerancanganAlat
Beberapa peneliti telah mengembangkan beberapa teknik rancangan alat pemisah
sekat, diantaranya adalah Nakamura dan Kuroda (1937), Graham dan Lama (1963)
dan Coe dan Clevenger
(1916).
Gambar 3 adalah suatu
model rancangan alat
pemisah sekat dari
PASSAPANT-WERKE
(7)
Suspensi masuk dari
atas ke ruang pengen-
dapan yang diisi oleh
beberapa sekat yang
diletakkan miring
dengan sudut
kemiringan . Pada
ruang antar sekat terjadi
pemisahan antara padat-
an dengan cairannya. Padatan akan turun dan menempel pada dinding sekat dan
kemudian turun ke bagian corong pengumpul endapan, sedangkan cairan bening akan
naik keatas melalui pipa-pipa yang dipasang miring dibawah sekat.
Untuk bak pengendapan dengan lebar b, jumlah sekat n dan diameter hidraulis,
) 2 2 ( / 4 So b So b dh + = maka bilangan Reynold untuk suspensi yang mengalir melalui
ruang pengendapan adalah:
) (
2
Re
So b n
V
F
F F
+
=
q

k
, dimana
Agar aliran didalam sekat-sekat bersifat laminar, secara praktis
(7)
nilai bilangan
Reynold ditetapkan 1000.
Apabila k adalah perbandingan antara lebar bak pengendapan terhadap jarak antar
sekat, yakni: So b / = k

gambar 3
V
F
= laju aliran volumetric suspensi didalam sekat-sekat

F
= densitas suspensi

F
= viskositas suspensi
Halaman 4
Maka jarak antar sekat, So dapat dihitung dengan rumus:
k
k q

Re ) 1 (
2
+
=
F
F F
n
V
So
Sedangkan waktu tinggal padatan (waktu pengendapan) dalam satu ruang dengan
jarak So adalah:
) cos /( w So t =
dan panjang bak penampung Lo dihitung dengan:
cos
o
F
w b n
V
Lo= dimana
Laju pengendapan butiran(padatan) dihitung menggunakan hukum Stoke
(1)
.
Apabila padatan mengendap secara free settling, maka w
o
dihitung dengan rumus:
F
p F p
o
d g
w
q

18
) (
2

= dimana
sedangkan apabila padatan mengendap secara hindered settling, w
o
dihitung:
b
p b p
o
d g
w
q

18
) (
2

= dimana
PembuatandanUji CobaAlat PemisahSekat SkalaPilot
Pembuatan alat pemisah sekat skala pilot dilakukan di laboratorium pencegahan dan
pencemaran lingkungan di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. Alat ini
diuji cobakan untuk memisahkan kotoran padat dari air buangan reklamasi cucian
kendaraan bermotor oleh David
2
.
gambar 4
W
o
= laju pengendapan butiran padat.

b
= densitas bulk (tumpukan butiran)

b
= viskositas bulk

p
= densitas padatan

F
= densitas cairan
dp = diameter butiran
g = percepatan gravitasi
Halaman 5
Rancangan yang dibuat adalah suatu pilot pemisah sekat dengan kapasitas
pengendapan suspensi sekitar 200 ml/s dengan diameter butiran padat rata-rata 0,112
mm. Alat yang dibuat menyerupai rancangan PASSAPART-WERKE. Skema alat
sebagaimana terlihat pada gambar 4, dengan dimensi alat sebagai berikut:
Volume bak pengendapan lebih kurang 15 liter, sudut kemiringan 45
o
, jumlah sekat 9
buah, jarak antar sekat 2,5 cm, dan bahannya terbuat dari polymethylmetacrylat (flexi
glass).
Secara teoritis, alat tersebut
dapat mengendapkan butiran
padat dalam waktu sekitar 75
detik, untuk butiran dengan
diameter lebih besar atau
sama dengan 0,112 mm,
yaitu merupakan 91,3 %
fraksi kumulatif dari
pengotor padat, air bekas
cucian kendaraan bermotor,
berupa pasir. Pengotor padat
ini dianggap mengalami
pengendapan secara free
settling dengan kecepatan pengendapan sekitar 0,452 mm/s. Suspensi dengan
konsentrasi padatan 42,9 g/l dialirkan dari atas bak pemisah sekat kearah dasar ruang
pengumpul padatan. Pengendapan terjadi di dalam ruang antara sekat, dengan
demikian proses pengendapan berlangsung secara co-current.
Hasil pengujian alat untuk berbagai laju alir, dapat dilihat pada gambar 5. Laju
pengendapan yang baik adalah pada laju alir umpan antara 100 ml/s 200 ml/s. Pada
laju alir ini, waktu tinggal suspensi didalam bak pengendapan antara 75 detik hingga
150 detik. Dari hasil pengujian tersebut terlihat bahwa apabila waktu tinggal suspensi
didalam bak pengendapan kurang dari 75 detik, maka konsentrasi padatan pada cairan
jernih keluar (overflow) menjadi tinggi.
Menurut Ward
(5)
, hasil penelitian oleh Graham dan Lama (1963) menggunakan
CaCO
3
sebagai suspensi, dengan konsentrasi antara 15,1 sampai dengan 54,2 g/l
menunjukkan bahwa terdapat penyimpangan antara kecepatan aliran umpan teoritis
dengan hasil pengukuran praktis sampai dengan 46 %. Untuk rancangan praktis,
Graham dan Lama menambahkan suatu koefisien, f terhadap teknik rancangan yang
dikemukakan oleh Coe dan Clevenger (1916).
Hasil uji coba terhadap rancangan David, menunjukkan bahwa terdapat
penyimpangan antara kecepatan aliran umpan teoritis (200 ml/s) dengan hasil
pengukuran praktis (sekitar 150 ml/s), atau penyimpangan sekitar 25%. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Graham dan Lama.
Penutup
Penambahan sekat-sekat miring pada alat pengendap horisontal dapat mempercepat
waktu pengendapan dan mengurangi penggunaan lahan. Pemisah sekat dapat
digunakan secara luas untuk tujuan pemisahan cair-padat dengan cara pengendapan.
Salah satu contoh penggunaan, misalnya untuk pemisahan air-tepung tapioka pada
proses pembuatan tapioka secara tradisional. Pada cara tradisional, untuk
pengendapan diperlukan bak-bak pengendapan yang luas dan waktu pengendapannya
cukup lama. Dengan penambahan sekat-sekat miring, maka waktu pengendapan dan
gambar 5
Halaman 6
luas lahan pengendapan dapat dikurangi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kapasitas produksi.
Daftar Pustaka
1. Brown, G., George.: Unit Operations, Modern Asia Edition, 1950,
2. Coullson & Richardson: Chemical Engineering, volume two, third edition,
Pergamon Press, 1987.
3. Pramudya, David: Studi Awal Pembuatan Alat Reklamasi Cucian Kendaraan
Bermotor Dengan Menggunakan Lamella Separator, Politeknik ITB, 2001.
4. Perry,H.Robert & Chilton, H. Cecil: Chemical Engineers Handbook, Intenational
Student Edition, McGraw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo, 1973
5. Ward, A.S.: Filtration & Separation, September/October 1979, 477-482, Lamella
Separators, theory and practice.
6. Werner Hemming: Verfahrenstechnik, Vogel-Buchverlag, Wuerzburg, 1984
7. Zogg, M.: Einfuhrung in die Mechanische Verfahrenstechnik, B.G.Teubner
Stuttgart, 1987.

Anda mungkin juga menyukai