DISUSUN OLEH
PEMBIMBING
2019
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik yang berjudul :
“Studi Perbandingan Biaya Pengoperasian Mesin Diesel W20V32 dengan
Menggunakan Bahan Bakar MFO dan HSD’’
Laporan Kerja Praktik ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Mesin Jurusan
Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Illa Rizianiza, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktik.
2. Bapak Faisal Manta, S.T., M.T selaku Koordinator Kerja Praktik
Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknologi Industri dan Proses
ITK.
3. Ibu Illa Rizianiza, S.T., M.T. selaku Koordinator Program Studi
Studi Teknik Mesin Jurusan Teknologi Industri dan Proses ITK.
4. Bapak Hadhimas Dwi Haryono, S.T., M.Eng. , Bapak Alfian Djafar
S.T., M.T , Ibu Diniar Mungil Kurniawati, S.T., M.T. , Bapak Andi
Idhil Ismail, Ph.D. , dan Ibu Diah Arlita Oktaviany, S.Pd selaku
dosen dan tenaga didik Program Studi Teknik Mesin Jurusan
Teknologi Industri dan Proses ITK.
5. Bapak Ismail selaku Manager PT. Cogindo Daya Bersama yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan Kerja Praktik di departemen
tersebut.
6. Bapak Catur Adi Susilo selaku Pembimbing Lapangan penulis yang
selalu mendidik penulis dengan sabar, mengajarkan banyak hal dan
meluangkan waktu bagi penulis.
7. Ibu Ade Mayliana selaku Supervisor Umum yang telah membantu
penulis selama proses Kerja Praktik.
8. Bapak Bambang Rianto selaku Supervisor divisi Operasi yang telah
membantu penyusun selama proses Kerja Praktik.
i
9. Bapak Riyadi A. Nugroho selaku Supervisor divisi Pemeliharaan
yang telah membantu penyusun selama proses Kerja Praktik.
10. Mas Ibrahim dan Pak Johansyah selaku staf bagian Fuel Treatment
House yang telah menjelaskan serta menunjukan cara kerja sistem
FTH serta berbagi pengalaman yang berharga.
11. Mas Ahmad Harjono dan Mas Ramadhan selaku staf bagian Fuel
Treatment House yang telah menjelaskan serta menunjukan cara
kerja sistem FTH serta berbagi pengalaman yang berharga.
12. Mas Guffron dan Mas Tridadi selaku staf bagian Fuel Treatment
House yang telah menjelaskan serta menunjukan cara kerja sistem
FTH serta berbagi pengalaman yang berharga.
13. Mas Adi dan Mas Anjar selaku staf bagian Fuel Treatment House
yang telah menjelaskan serta menunjukan cara kerja sistem FTH
serta berbagi pengalaman yang berharga.
14. Mas Marno dan Mas Dwi selaku staf bagian Control Room yang telah
mengajarkan dan menjelaskan cara kerja proses dalam controlling
system dan mengolah ataupun membuat data harian.
15. Mas Septian dan Mas Arif yang telah mengajarkan dan menjelaskan
cara kerja proses dalam controlling system dan mengolah ataupun
membuat data harian.
16. Mas Eko dan Mas Ahmad Mulyadi selaku staf bagian Engine yang
telah mengajarkan dan menjelaskan cara kerja proses dalam sistem
engine saat bekerja.
17. Keluarga penulis di rumah yang senantiasa mendoakan penulis
sukses dan selamat ketika berlangsungnya Kerja Praktik.
18. Teman seperjuangan Kerja Praktik, Ade Zulkarnaen yang telah
berjuang bersama dan menemani selama kegiatan Kerja Praktik.
19. Teman teman Teknik Mesin angkatan 2016 yang telah membantu
dalam proses pembuatan laporan.
20. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan Kerja
Praktik ini.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Kerja Praktik ini masih jauh
dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih
iii
DAFTAR ISI
iv
c. Breakdown / Recovery / Corrective .................................. 7
g. Troubleshooting................................................................ 7
v
4.2.5 Karakteristik Marine Fuel Oil (MFO)............................... 21
b. Pembahasan .................................................................... 34
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan energi listrik merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat
semakin banyaknya populasi penduduk dunia dan munculnya industri baru. Listrik
merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi kehidupan. Banyak daerah-
daerah terpencil di Indonesia yang belum mendapat pasokan energi listrik untuk
kehidupan sehari-hari. Keterbatasan pasokan listrik ini disebabkan penggunaan
listrik yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di rumah tangga,
perusahaan maupun industri. Dengan tersedianya energi listrik dalam jumlah yang
cukup dan dengan mutu yang baik telah menjadi tolok ukur perkembangan dan
kemajuan bagi suatu negara, bahkan salah satu tolak ukur berkembang dan majunya
suatu negara adalah jumlah energi listrik yang dikonsumsi oleh negara itu sendiri.
Untuk menanggulangi keterbatasan pasokan listrik ini, maka banyak didirikan
pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia, salah satunya adalah Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pembangkit listrik ini (PLTD) biasanya
menggunakan bahan bakar minyak bumi.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover). Prime mover
merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan energi mekanis yang
diperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin diesel sebagai penggerak mula
PLTD berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar
rotor generator.
PT. Cogindo Daya Bersama merupakan salah satu perusahaan pembangkit
listrik dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Bahan
bakar yang di gunakan pada sistem PLTD Batakan, yaitu menggunakan bahan
bakar MFO (Marine fuel Oil) atau HFO (Heavy Fuel Oil). Hal ini dikarenakan
bahan bakar MFO lebih murah dibandingkan bahan bakar HSD.
1
1.2 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Kerja Praktik di PT. Cogindo Daya
Bersama ini adalah :
1. Mewujudkan hubungan yang jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi
dengan dunia kerja.
2. Menciptakan pola pikir serta wawasan bagi mahasiswa dengan dunia kerja.
3. Menambah wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi
ilmu kuliah pada dunia industri.
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan Kerja Praktik di PT. Cogindo Daya
Bersama ini adalah :
1. Mempelajari mengenai sistem kerja pada PLTD Batakan, Balikpapan.
2. Menganalisa semua yang berkaitan dengan proses pada Sistem PLTD Batakan
khususnya mengenai Fuel Treatment House pada PT. Cogindo Daya Bersama.
2
BAB 2
GAMBARAN UMUM PT. COGINDO DAYA BERSAMA
3
(Maintenance, Repair & Overhaul). Aset Cogindo kian bertambah dengan
berdirinya PLTD MFO 10 MW yang awalnya beroperasi di Pesanggaran, Bali. Pada
tahun 2015, Cogindo menambah layanan bisnis baru, yaitu Trading &Stockist.
2.2 Visi
2.3 Misi
4
Tabel 2.1 Struktur organisasi PT. Cogindo Daya Bersama
Jabatan Nama
Plant Manager Ismail
Supervisor Umum Ade Mayliana
Supervisor Operasi Bambang Rianto
Supervisor Pemeliharaan Riyadi.A. Nugroho
Plant Engineer Hendra Arie P
Engineer Rendal Operasi Catur Adi Susilo
Tim Operasi Medi Hendra C
Tim Pemeliharaan Roma Harri H
Tim Umum Hesti Nur Eian
Tim MRO Batakan Gatot Sri Adityo
5
2.6.3 Jasa Support Operasi dan Pemeliharaan
Jasa Operasi dan Pemeliharaan (O&M) merupakan salah satu bidang usaha
yang dibentuk untuk menjawab tantangan dalam percepatan pembangunan
pembangkit listrik. Dengan dilengkapi SDM yang berkualitas seperti insinyur dan
teknisi dengan profesionalisme tinggi, PT. Cogindo Daya Bersama mampu
menyediakan segala perlengkapan dan fasilitas secara cepat, demi meningkatkan
kualitas kerja sebagai pembangkit listrik, mulai dari diesel, turbin gas, turbin uap,
siklus ganda, hingga tenaga air.
Tahap ini dapat berjalan setelah adanya kontrak kinerja yang disepakati
antara Pemilik Aset dengan Penggerak Aset. Perjanjian ini menerapkan reward dan
punishment atas aspek kinerja O&M terhadap kinerja pembangkit.
2.6.6 Jasa MRO
6
umum, pemeliharaan, prediktif, preventif, corrective dan periodik yang tersedia
dalam satu paket selama jangka waktu yang ditentukan.
g. Troubleshooting
Penyelesaian gangguan di berbagai bidang pembangkit yang dilakukan oleh
para tenaga ahli profesional, baik masalah individu maupun keseluruhan dalam
skala pengawasan, instrumentasi, analisa vibrasi, hingga balancing.
7
2.7 Peta Bisnis
8
2.9 Tata Kelola Lingkungan dan K3
3. Pendidikan
Alat pelindung diri yang dapat disebut APD merupakan suatu alat yang
memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja dan
memperkecil akibat yang timbul dari bahaya tersebut. APD merupakan
pengendalian terakhir jika pengendalian lain tidak mungkin dilakukan atau masih
kurang efektif. Beberapa persyaratan APD adalah:
1. Harus dapat memberikan perlindungan yang memadai dari bahaya di tempat
kerja
9
2. Beratnya harus seringan mungkin dan nyaman dipakai
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel, tidak mungkin rusak
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Tidak menimbulkan bahaya tambahan dan tidak menganggu gerak si pengguna
6. Harus memenuhi ketentuan standar yang ada
APD yang wajib digunakan oleh karyawan PT. Cogindo Daya Bersama
ketika memasuki area main plant terdiri dari: safety helmet, safety glasses, and
safety shoes. Ketiga jenis APD ini wajib digunakan oleh siapa saja baik itu
karyawan, kontraktor, dan tamu yang akan memasuki area main plant.
Beberapa jenis APD yang dapat digunakan untuk melindungi bagian tubuh
adalah sebagai berikut.
1. Kepala : safety helmet, penutup rambut, topi dari berbagai bahan.
2. Mata : safety glasses
3. Muka : perisai muka
4. Tangan & jari : gloves, mitten, handpad, sleeve, cotton gloves
5. Kaki : safety shoes
6. Alat pernafasan : respirator, masker khusus
7. Telinga : earplug, earmuff
10
BAB 3
DESKRIPSI DEPARTEMEN FUEL TREATMENT HOUSE (FTH) PT.
COGINDO DAYA BERSAMA
Merupakan salah satu plant dimana bahan bakar MFO (Marine fuel Oil)
akan diproses. Bahan bakar MFO yang dipergunakan oleh PLTD disuplai dan
diproses di provinsi Jawa maupun di Sumatera. Setelah diolah, bahan bakar
kemudian distribusikan ke perusahaan-perusahaan ataupun industry yang
menggunakan bahan bakar MFO di daerah Balikpapan. Bahan bakar MFO
(Marine Fuel Oil) pertama kali ditampung pada tangki Storage tank dengan
kapasitas sebesar 1000m³ dan 2500m³. Bahan bakar yang telah ditampung
kemudian diproses oleh Homogenizer. Homogenizer berfungsi sebagai penghalus
atau pemecah partikel bahan bakar agar menjadi butiran-butiran. Setelah melalui
Homogenizer, bahan bakar kemudin masuk ke seperator yang berfungsi sebagai
pemisah antara bahan bakar MFO dengan kotoran. Setelah melalui seperator
bahan bakar tersebut kemudian ditransfer ke Day tank sebelum kemudian
dipompa untuk masuk ke Engine. Kemudian kotoran yang telah terpisah dari
bahan bakar masuk ke tangki sludge. Kemudian bahan bakar dialirkan menuju
sistem bahan bakar di engine dari day tank oleh feeder pump dan di saring di filter
otomatis, bahan bakar berlebih setelah proses injeksi terjadi akan dialirkan
menuju clean fuel leak tank dan kemudian diturunkan temperaturnya di heat
exchanger sebelum kembali memasuki mixing tank. Kemudian siklus bahan bakar
pada booster unit berulang. Fuel Treatment House (FTH) PT. Cogindo Daya
Bersama juga didalam nya terdapat beberapa plant lain nya yaitu Water Tank
Container (WTC), Heat Recovery Container (HRC), dan Fire Fighting Container
(FFC). Selain sebagai tempat memproses Bahan Bakar MFO, FTH juga sebagai
tempat penyimpanan bahan bakar mentah, bahan bakar yang telah di proses, Oli
bersih, dan limbah, dimana total nya terdapat 11 (sebelas) unit tangki. Adapun
tangki yang terdapat pada plant FTH yaitu :
11
Tabel 3. 1 Tangki PT. Cogindo Daya Bersama
Tangki Kapasitas
Solar (PLN) 1000m³
Day tank 200m³
Buffer 55m³
Slugde 55m³
Clean Oil 20m³
Servise Oil 13m³
FWT (Fire Water Tank) 250m³
Bunner 10m³
Used Oil 5m³
Storage Tank 1 1000m³
Storage Tank 2 2500 m³
12
Gambar 3. 1 Tampak Luar Water Tank Container (WTC)
13
Biasanya sistem auto akan digunakan setelah 10 menit memakai sistem partial
load.
14
Fire Fighting Container mempunyai 1 buah tanki penyimpanan (Fire Water Tank)
berkapasitas 250m³.
15
BAB 4
GAMBARAN UMUM TUGAS KHUSUS
16
4.2 Tinjauan Pustaka Tugas Khusus
4.2.1 Engine diesel
Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel,
yang menerima paten pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin
untuk dapat digunakan dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu
bara. Dia mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia)
tahun 1900 dengan menggunakan minyak kacang. Kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering.
Motor pembakaran dalam didefinisikan sebagai mesin kalor yang berfungsi
mengkonversikan energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi
mekanis dan prosesnya terjadi di dalam suatu ruang bakar yang tertutup. Energi
kimia dalam bahan bakar terlebih dahulu diubah menjadi energi termal melalui
proses pembakaran. Energi termal yang diproduksi akan menaikkan tekanan yang
kemudian menggerakkan mekanisme pada mesin seperti torak, batang torak, dan
poros engkol. Siklus Kerja mesin Diesel 4 langkah, pada prinsipnya hampir sama
dengan mesin Otto, dimana piston bergerak secara translasi dari Titik Mati Atas
(TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB) dan sebaliknya berulang-ulang sebanyak 4
kali dalam satu siklus, seperti pada Gambar 4.1. Urutan Siklusnya sebagau berikut.
1. Langkah Hisap (Intake)
Katup hisap terbuka dan piston bergerak dari TMA ke TMB, menghisap udara
pada tekanan mendekati atmosfir yang menjadikan rung bakar terisi udara.
2. Langkah Kompresi (Compression)
Semua katup tertutup dan piston bergerak dari TMB ke TMA, mengkompresi
udara sehingga menaikan suhu dan tekanan. Injeksi bahan bakar terjadi persis
sebelum TMA dan segera sesudahnya terjadi pembakaran yang menyebaban
kenaikan suhu dan tekanan cukup tinggi.
3. Langkah Ekspansi (Power)
Semua katup tertutup dan piston bergerak dari TMA ke TMB, mengekspansi
ruang bakar sehingga mengurangi suhu dan tekanannya.
4. Langkah Buang (Exhaust)
Katup buang terbuka dan piston bergerak dari TMB ke TMA, membuang semua
hasil pembakaran dan menyelesaikan siklus.
17
Gambar 4. 1 Langkah Kerja Engine Diesel 4 Tak (Britamnica,2019)
Dengan membandingkan keluaran tenaga yang sama, ukuran mesin diesel
lebih besar daripada mesin bensin karena konstruksi yang besar diperlukan agar
dapat bertahan ketika menerima tekanan tinggi pada saat proses pembakaran atau
penyalaan. Penambahan turbocharger atau supercharger ke mesin bertujuan
meningkatkan jumlah udara yang masuk dalam ruang bakar. Dengan demikian,
pada saat proses kompresi akan menghasilkan tekanan yang tinggi sehingga pada
saat penyalaan atau pembakaran akan menghasilkan tenaga yang besar. (Sebayang,
2015)
18
tersebut terdapat banyak piringan piringan (discs) yang berguna sebagai pengikat
larutan agar mudah diputar seluruhnya. Piringan piringan itu berfungsi
memperbesar gesekan antara permukaan piringan dengan campuran larutan.
Marine Fuel Oil merupakan bahan bakar minyak, yang digunakan untuk
pembakaran langsung di dapur-dapur industri dan pemakaian lainnya. MFO
merupakan bahan bakar minyak yang bukan termasuk jenis distilate, tetapi
termasuk jenis residu yang lebih kental pada suhu kamar serta berwarna hitam
19
pekat. Mutu MFO yang baik harus memenuhi batasan sifat-sifat yang tercantum
pada spesifikasi dalam segala cuaca. Karena secara umum bahan bakar MFO hanya
dapat dipompa dan diatomisasikan setelah melalui pemanasan terlebih dahulu.
Beberapa batasan sifat–sifat bahan bakar MFO, baik sifat fisika maupun sifat kimia
yang harus dipenuhi di dalam penggunaannya adalah :
1. Sifat kestabilan
2. Sifat kekentalan
3. Sifat korosifitas
4. Sifat kebersihan
5. Sifat keselamatan
Adapun Kegunaan Marine Fuel Oil :
1. Industri Boiler (ketel uap), Heating (pemanas), Drying (pengering), Furnace
(dapur/tungku industri).
2. Industri pertanian pemanas (untuk pemanas ruangan, pada negara musim
dingin), pemanas tembakau (Tobacco heating)
3. Industri konstruksi mesin
4. Mesin konstruksi, pemanas pabrik aspal (asphalt plant heating)
5. Transportasi laut mesin generator listrik
6. Perikanan laut, bahan bakar kapal
Industri lain pemanas gedung untuk negara beriklim dingin, transportasi
darat seperti Bulldozer (Purwono, 2001).
20
1. Sistem batch, dimana komponen solar yang akan dicampur dimasukan dalam
suatu tempat (tangki) dengan perbandingan tertentu kemudian di aduk hingga
merata.
2. Sistem in line blend, sistem dimana komponen solar yang akan dicampur
dialirkan melalui pipa khusus secara bersamaan dengan perbandingan tertentu,
sehingga diharapkan sesampainya di tempat penampung (tangki) campuran
tersebut sudah homogen (Purwono, 2001).
21
3. Sifat Korosifitas
Sifat korosivitas erat hubungannya pada saat pembakaran, karena kandungan
sulfur yang ada diubah menjadi oksidanya, dan dengan adanya air akan
mengembun menjadi asam. Dan asam yang terbentuk tersebut akan dapat
menyebabkan korosif pada mesin pembakaran. Pengaruh kandungan sulfur
dalam bahan bakar menyebabkan pencemaran udara (gas sulfur dioksida adalah
gas yang berbau rangsang) dan korosif yang mengakibatkan kerusakan peralatan
pada dapur pembakaran (furnace). Pengujian sifat korosivitas dilakukan dengan
pengujian kandungan sulfur berdasar ASTM D1552.
4. Sifat Kebersihan
Sering kali pada saat proses pengolahan suatu bahan bakar dapat terjadi
kontaminasi dari suatu zat lain. Kontaminasi fuel oil dengan zat lain tersebut
yang terjadi akan mempengaruhi mutu dari fuel oil. Kontaminasi tersebut dapat
berasal dari kadar karbon dan juga air. Pengaruh dari tingginya kadar
kontaminasi arang/karbon dan sediment mengakibatkan terbentuknya kerak
arang pada nozzle burner, menyebabkan penyumbatan atau kurang lancarnya
proses pembakaran. Kontaminasi air dapat menyebabkan pembakaran
hidrokarbon akan berkurang, karena pada saat pembakaran air diubah menjadi
uap air sehingga panas yang terjadi dari tidak maksimal dalam proses
pembakaran. Pengujian sifat kebersihan dilakukan dengan pengujian water
content, ASTM D 95.
5. Sifat Keselamatan
Sifat keselamatan bahan bakar MFO meliputi keselamatan di dalam
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan. Bahan bakar harus memiliki
salah satu sifat keselamatan yaitu bahwa bahan bakar tidak terbakar akibat
terjadi loncatan api. Pengujian sifat keselamatan dilakukan dengan melakukan
pengujian flash point berdasarkan ASTM D 93 (Purwono, 2001).
4.2.6 Homogenizer
Dalam proses pengolahan bahan bakar MFO, terdapat partikel-partikel
yang besar dikarenakan masih banyaknya kandungan aspal yang tidak ikut
terbakar dan mengakibatkan deposit serta permasalahan pada sistem bahan
bakar. Pembakaran yang tidak sempurna akibat permasalahan pada sistem
22
bahan bakar dapat mengakibatkan rendahnya keandalan sistem pembangkit.
Sistem MFO juga menghasilkan banyak limbah karena kandungan aspal dan
endapan lain tidak bercampur merata, sehingga terbuang saat melewati
separator.
Karena masalah-masalah yang terjadi tersebut, maka diperlukan proses
homogenisasi bahan bakar HFO. Homogenisasi dilakukan menggunakan
homogenizer yang dipasang pada sistem bahan bakar. Homogenizer yang umum
digunakan pada bahan bakar MFO adalah jenis rotor dan stator.
23
Homogenizer difungsikan agar bahan bakar dapat dihaluskan hingga
mencapai 5 µm. Pada MFO biasanya masalah ukuran tetesan ini terutama
disebabkan oleh besarnya kandungan aspal yang ukurannya bisa mencapai 120 µm.
Dengan memasang homogenizer sebelum separator, maka limbah yang
dihasilkan oleh separator akan lebih sedikit. Hal ini disebabkan aspal dan
kandungan air yang tadinya memiliki berat jenis berbeda dan biasanya akan
terpisah saat melalui separator, menjadi menyatu dengan bahan bakar dan dapat
ikut habis terbakar nantinya di ruang bakar mesin. Oleh karena itu jumlah bahan
bakar yang dapat digunakan menjadi lebih maksimal, sehingga selain limbah dari
separator menjadi lebih sedikit, dapat diperoleh penghematan juga akibat
pemaksimalan penggunaan bahan bakar secara kuantitatif. Manfaat lain adalah
kerja separator yang lebih ringan dibandingkan saat belum pemasangan
homogenizer (Burak,2012).
24
Pressure savety valve mempunyai tiga bagian utama yaitu inlet, outlet dan spring
set. Fluida bertekanan berada pada inlet PSV. PSV posisi menutup selama tekanan
fluida lebih kecil dibandingkan tekanan spring pada spring set. Sebaliknya jika
tekanan fluida lebih tinggi dibandingkan tekanan spring set maka spring set akan
bergerak naik dan membuka katup yang akan membuang tekanan melalui outlet
sampai tekanan fluida maksimal sama dengan tekanan spring set. (Sebayang, 2015)
25
ke silinder sesuai dengan urutan waktu penyalaan atau pembakaran (firing order).
(Maleev,1945)
Dimana :
SFC = konsumsi bahan bakar sfesifik (kg/kWh)
P = daya mesin (kW)
𝑚𝑓 = penggunaan bahan bakar per jam pada kondisi tertentu
(Maleev,1945)
26
4.3 Metodologi
Mulai
Pengambilan data
Pengerjaan Laporan
Selesai
27
4.4 Pembahasan Hasil Keja Praktik
4.4.1 Proses Pengolahan Bahan Bakar MFO
28
Gambar 4. 8 Pompa Unloading
Sebelum running pompa unloading, terlebih dahulu mengubah valve yang
ada di pipa dari close ke open agar bahan bakar MFO dapat masuk ke storage tank
pada gambar 4.8 saat pompa di running.
29
tangki tersebut terdapat section coil dan heating coil yang berfungsi untuk
memanaskan bahan bakar MFO dengan media oil thermal agar bahan bakar MFO
tidak kental yang mana oil thermal tersebut dipanaskan oleh uap yang dihasilkan
dari exhaust ketika mesin running atau ketika mesin stand by maka oil thermal
dipanaskan oleh burner. Bahan bakar MFO harus selalu dalam keadaan
temperature yang panas agar tidak kental, sehingga dalam pemakaian bahan bakar
untuk mesin dapat berjalan dengan baik.
Gambar 4. 10 Homogenizer
Setelah itu bahan bakar MFO tersebut menuju ke separator yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.11, yang mana separator berfungsi untuk
membersihkan bahan bakar dengan memisahkan zat pengotor yang lebih berat,
partikel-partikel pengotor, serta kandungan air dari bahan bakar.
30
Gambar 4. 11 Separator di FTH
Sesuai pada Gambar 4.11 Cara kerja separator yaitu dengan prinsip gaya
centrifugal yang mana kotoran yang telah terpisah masuk kedalam penampungan
yang ada dibawah separator dan bahan bakar MFO murni masuk ke day tank.
Setiap separator dilengkapi oleh pompa dan juga pemanas. Pompa pada separator
ini bekerja untuk mengalirkan bahan bakar secara konstan. Pemanas dan three-
way valve bekerja bersama-sama untuk memastikan bahwa bahan bakar yang
akan masuk ke separator berada pada temperatur yang tepat. Unit separator ini
terhubung dengan udara bertekanan dan juga jalur air dari Water Tank Container
untuk membersihkan separator. Sebelum memasuki separator ini, bahan bakar
dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 100o C oleh sistem heat
exchanger untuk meningkatkan efisiensi kerja dari separator tersebut karena
semakin kental bahan bakar maka kapasitas separasi nya juga berkurang. Terdapat
three way valve yang dikontrol secara pneumatik yang terletak diantara pemanas
dan separator yang mengarahkan bahan bakar kembali ke storage tank jika
temperatur yang tepat belum tercapai. Adapun bahan bakar MFO murni yang
dihasilkan oleh separator mencapai 10 m3/jam.
MFO murni yang telah dihasilkan oleh separator kemudian MFO
tersebut masuk ke Day Tank, yang berarti Day Tank ini berfungsi untuk
menyimpan bahan bakar yang sudah di treatment dan sudah siap pakai. Sebelum
dipompakan ke fuel system di engine melalui feeder pump. Sama dengan storage
tank, day tank ini juga dilengkapi peralatan untuk memantau level dan temperatur,
serta terdapat pemanas yang menjaga temperatur MFO sehingga viskositasnya
31
terjaga. Pada tangki ini juga terdapat saluran drain untuk menguras air yang ada
pada dasar tangki. Bahan bakar MFO kemudian dialirkan menuju sistem bahan
bakar di engine dari day tank oleh feeder pump dan di saring di filter otomatis,
ditunjukkan oleh Gambar 4.12.
32
membuang gas berlebih pada bahan bakar serta memungkinkan transisi bahan bakar
secara halus dari MFO ke solar dan sebaliknya dengan melewati three-way valve
untuk menentukan bahan bakar yang akan digunakan apakah solar atau MFO. Solar
hanya dipakai sewaktu-waktu saja untuk keperluan flushing, setelah itu ada safety
valve yang berfungsi untuk ketika terjadi emergency pada mesin maka otomatis
menutup jalur bahan bakar sehingga tidak ada pemasukan bahan bakar pada engine
yaitu pada Gambar 4.14, kemudian ada flowmeter pada jalur setelah safety valve,
dimana untuk mengetahui seberapa banyak bahan bakar MFO yang masuk ke
engine. Bahan bakar MFO tersebut dipompa oleh booster pump ke mixing tank
menuju engine dengan melewati filter duplex yang berfungsi menyaring
kontaminan halus yang masih terdapat pada bahan bakar agar meminimalisir
terjadinya keausan pada jalur-jalur di sistem bahan bakar, kemudian bahan bakar
MFO masuk ke engine.
Gambar 4. 14 Control System dari sistem bahan bakar Engine Booster Unit
Bahan bakar berlebih setelah proses injeksi terjadi akan dialirkan menuju
clean fuel leak tank dengan diturunkan temperaturnya di heat exchanger sebelum
kembali memasuki mixing tank dan siklus bahan bakar pada booster unit
berulang.
33
4.4.2 Perbandingan biaya bahan bakar MFO dengan HSD
b. Pembahasan
PT. Cogindo Daya Bersama tidak selalu menghasilkan jumlah kWh yang
sama, itu dikarenakan menyesuaikan dengan permintaan oleh PLN. PT. Cogindo
Daya Bersama memakai bahan bakar MFO sejak berdiri pada tahun 2009 di
Balikpapan. Bahan bakar MFO lebih murah dibandingkan dengan HSD. Walaupun
murah bahan bakar MFO tidak langsung bisa dipakai pada mesin engine maka
diperlukan tahapan-tahapan treatment pada bahan bakar MFO, sehingga proses
untuk mentreatment MFO tersebut sangat mahal harganya, dan PT. Cogindo Daya
34
Bersama harus selalu menjaga temperatur pada MFO tersebut pada batas tertentu
agar bahan bakar MFO tidak mengental. Namun lebih baik harganya mahal dalam
pengolahan bahan bakar MFO tersebut, dibandingkan memakai bahan bakar HSD
pada saat mesin engine dirunning dikarenakan harga bahan bakar HSD yang mahal,
walaupun memang jika menggunakan bahan bakar HSD tidak memerlukan
treatment apapun, apabila dalam pengoperasian engine memakai HSD maka
biayanya lebih mahal lagi. Sehingga menggunakan bahan bakar MFO lebih efisien
dibandingkan menggunakan bahan bakar HSD dari sisi ekonomi nya.
4.5 Kesimpulan
35
4.6 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Cogindo Daya
Bersama dalam hal ini, yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya dalam pengambilan sampel MFO tidak hanya dilakukan pada feeder
pump namun juga pada truk tangki yang melakukan unloading yang bertujuan
untuk menjadi perbandingan pada hasil sampel, sehingga dapat diketahui
dengan pengolahan bahan bakar MFO telah menghasilkan bahan bakar yang
baik untuk digunakan mesin engine.
2. Selalu dilakukan pengecekan berkala pada setiap mesin yang digunakan untuk
pengolahan bahan bakar, agar dapat memprediksi kemungkinan kerusakan
mesin yang terjadi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alfa Laval Company. (2004), “SA 866 Separation System”. Tumba, Sweden
:Alfa Laval Tumba AB
Purwono, Suryo. (2001), “Proses Pengolahan Minyak Bumi”. Yogyakarta :
Penerbit UGM
PT. Cogindo Daya Bersama. (2019), Profil PT. Cogindo Daya Bersama. [online]
tersedia di : https://www.cogindo.co.id/revamp (diakses terakhir kali
tanggal 1 Januari 2019
37
Lampiran A
38
Lampiran B
39
40