Anda di halaman 1dari 8

Isolasi Mekanik Cahyo Hardo Kira-kira lima tahun yang lalu, ketika saya masih bekerja di Kalimantan Timur,

pada suatu hari, saya tiba-tiba dipanggil oleh orang Construction karena secara jujur saja, Departemen Produksi menolak konsep tie-in yang diusulkan orang Contruction. Ketika saya tiba di ruang rapat yang terlihat panas (maklum, sekitar jam 11 siang, sudah dekat waktu makan siang, cuaca sangat terik sekali), ternyata mereka berdebat tentang konsep tie-in yang aman tanpa mengganggu operasi ataupun mengorbankan safety. Saya masih ingat betapa statement yang dikeluarkan Production Superintendent sangat jelas, unless you can prove me you can do this tie-in safely, I will not allow you to continue your activities. Well, ..dan saya kemudian menanyakan duduk persoalannyaKemudian diceritakan..dan..bla..bla..bla.akhirnya, double block and bleed (DBB). Posisi tie-in point yang dibicarakan memang jelas, karena konfigurasi perpipaan fuel gas system yang berbentuk cincin itu, memang tidak diperlengkapi dengan fasilitas DBB. Jika posisi tie-in akan dipindah ke area X, maka ada implikasi safety (overpressure protection) ataupun lokasinya sempit, atau malah akan memutuskan seluruh jaringan fuel gas system (=memutuskan sesaat laju pemasukan uang = siapa berani?). Pokoke, cuma tie-in point di situ satu-satunya yang dapat dilakukan. Wait a second, kenapa kita mesti ngotot untuk menggoalkan tie-in menggunakan konsep DBB wong kalau kita melakukan pemutusan fisik, semuanya akan selesai. Dan lalu mereka berdiskusi da..bla..bla..but,..bla..why..bla..dan. Oke, kita setuju pake pemutusan fisik wong di sana bisa diisolasi meski dengan single block valve tetapi dipasang slip blind. Saya merasa, ada underlying cause yang tidak ditangkap di sini, yaitu konsep isolasi mekanik. Bayangkan, DBB sejatinya tidak disukai dari sisi safety jika ada jenis isolasi lain yang lebih aman. Belum lagi salah satu pengertian bahwa kelemahan sejati dari DBB adalah dia butuh regular monitoring serta tidak disarankan untuk isolasi waktu jangka panjang. Saya mulai melupakan peristiwa tersebut karena saya pikir, case tersebut di atas hanyalah spot problem dan tidak bisa mewakili kekhawatiran saya terhadap pemahanan tentang isolasi mekanik. Sampai pada suatu saat, ketika saya pindah ke Natuna offshore, saya menjumpai hal yang sama, meski sedikit complicated. Tulisan di bawah sama sekali bukan petunjuk praktis atau sesuatu yang absolute benar. Bisa jadi, anda-anda yang sudah kenyang makan asam garam di dunia migas punya cara yang lebih mumpuni dari contoh yang akan saya jelaskan di bawah. This is just sharing of experience.

Isolasi Mekanik adalah bagian dari isolasi energi yang dilakukan sehubungan untuk memutus sementara aliran proses atau energi. Karena sifat unit sistim pemroses yang secara safety adalah berbahaya, maka perlu dilakukan suatu peng-isolasian yang aman. Syahdan, katanya, kegagalan pengisolasian mekanik merupakan salah satu sebab utama terjadinya kecelakaan besar. Piper Alpha adalah contoh klasiknya. Tempat lain di Indonesia? You know better than me Karena sifatnya yang khusus dan butuh perhatian tersendiri, maka beberapa tulisan tentang isolasi ini mudah didapatkan di mana-mana. Yang tidak mudah di dapatkan di mana-mana, justru adalah aplikasinya. Selama menjadi supervisor produksi, saya melihat bahwa kegagalan dalam melakukan pengisolasian mekanik, salah satu sebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang mungkin timbul jika suatu alat proses diisolasi, terutama dari segi what-if-nya. Seperti rekan-rekan ketahui, bahwa isolasi mekanik tentunya punya beragam tipe dan tingkatan. Tentunya aplikasinya diserahan ke masing-masing operator pabrik. Mau yang safe atau sedang-sedang sajais up to you friend! Pertanyaan paling mendasar berkaitan dengan tulisan ini adalah, Pekerjaan apa yang membutuhkan isolasi mekanik? Jawabannya mungkin adalah: pembukaan bagian tertentu dari fasilitas atau peralatan yang merupakan bagian dari sistim hidrokarbon serta zat/fluida yang mudah terbakar, bahanbahan berbahaya, beracun atau material yang bertekanan. Lalu, seperti apa sih jenis-jenis isolasi mekanik itu? Katanya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemutusan dan penutupan secara fisik Line rated Spades dan Spectacle Blinds Katup ganda dua sisi dengan vent (double valve isolation dengan vent, atau double block and bleed= DBB) Katup tunggal dan spade Katup isolasi kembar Katup tunggal yang terbukti bisa menahan tekanan Katup tunggal.

Yang tersebut di atas melulu bercerita tentang perpipaan dan per-bejanaa-an, bagaimana dengan permesinan? Katanya lagi, isolasi permesinan itu bisa dilakukan dengan pemutusan dari sumber tenaganya (listrik, pneumatik, hidrolik). Bila mungkin, mesin harus juga dibuat tidak bisa bergerak secara fisik (misalnya menggunakan anti-rotation lock pada shaft) dan sumber energi potensial (yang tersimpan) harus dipertimbangkan (seperti spring atau reservoir yang bertekanan).

Kembali ke isolasi mekanik, dari tujuh daftar yang ada di atas, yang didaftar secara urutan hirarki safety, biasanya, yang paling sering terjadi untuk pekerjaan maintenance sehari-hari adalah yang nomor 3, DBB-type. Unik-nya adalah, karena sudah menjadi urutan ketiga, tentunya secara nalar pasti lebih jelek kualitasnya dari urutan kedua atau pertama, maka perhatian yang diberikan terhadap pekerjaan isolasi yang menganut jenis ini, haruslah lebih besar atau lebih fokus jika dibandingkan dengan yang nomor 2 atau 3. Karena merasa pekerjaan isolasi mekanik di tempat kami sering berhubungan dengan konsep DBB, dan juga saya pernah punya pengalaman akan ketidaksempurnaan pemahanan tentang konsep-nya, maka saya melakukan revisi dari soal ujian Competency Based Training assessment (CBTA) untuk subyek Isolasi Mekanik. Berikut adalah cuplikan revisi soal ujian CBTA isolasi mekanik di tempat kami, tentang point nomor 3. Soal nomor xx: Silakan buka P&ID-xxx. Jika anda akan mengisolasi HP compressor karena akan dilakukan inspeksi di sistem gas compressor-nya, sementara upstream process-nya dipertahankan bertekanan, maka salah satu tindakan yang dilakukan adalah menutup valve XV-2674, SDV-2671 dan SDV-2672 pada pipa masukan ke compressor. SDV-2671 dan 2672 akan tertutup secara otomatis jika compressor shutdown. a) b) c) d) e) Apa yang harus anda lakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada kebocoran di valve-valve tersebut? Berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya, seberapa seringkah anda melakukannya? Apa yang harus dilakukan untuk menjaga supaya SDV-2671/2672 tidak bisa dibuka secara tidak sengaja? Darimanakah anda tahu bahwa ada kebocoran/passing di valve XV2674? Jika hal tersebut terjadi, apakah yang harus anda lakukan? Jika diketahui XV-2674 tidak passing tetapi SDV-2671 atau SDV2672 passing, apakah diperbolehkan meneruskan pekerjaan di kompresor? Mengapa? Jika ketiga valve tersebut sudah diperiksa dan ternyata tidak passing tetapi tekanan di downstream valve tersebut masih tinggi, kira-kira dari manakah kebocoran itu berasal?

f)

Jawaban soal nomor xx adalah: a) Setelah Ijin disetujui oleh yang berwenang dan tekanan sistem telah dikempeskan, maka dilakukan monitoring tekanan di PIT-2671/2672 di DCS pada downstream valve-valve tersebut. Jika pressure gauge dibutuhkan untuk hal tersebut, maka pressure gauge tsb harus

diyakinkan bekerja dengan benar, sesuai dengan spesifikasi tekanan serta rentang ukur yang bersesuaian dan sudah dikalibrasi. b) Sesering mungkin untuk memastikan tidak adanya kebocoran. Sebelum pekerjaan inspeksi kompresor dimulai, selama pekerjaan berlangsung atau pada waktu pekerjaan akan dilanjutkan kembali. (masa kritis di sini adalah jika terjadi pergantian shift, coffee time break, atau pada waktu istirahat). Dengan mengisolasi motive power untuk SDVSDV tersebut, yaitu dengan melepas tubing yang mengalirkan udara instrumentasi ke SDV. Kebocoran valve atau passing di XV-2674 : ditandai adanya pengembunan uap air di pipa downstream valve tersebut. Jika sistim akan di bleed ke atmosfir untuk pembuktian valve passing atau tidak, detektor gas digunakan untuk memverifikasinya. (khusus untuk hal ini, diasumsikan bahwa anda sudah mempurging spool pipe sectionnya dengan gas inert, seperti N2. Sebab, jika belum di purging, detector gas pasti akan mendeteteksi sisa gas yang masih ada di spool pipe tsb). Pressure gauge harus dipasang untuk mengetahui seberapa besar kebocorannya. (catatan: pressure gauge harus diyakinkan bekerja dengan benar, sesuai dengan spesifikasi tekanan serta rentang ukur yang bersesuaian dan sudah dikalibrasi).

c) d)

Jika terjadi passing di valve ini, maka dilakukan tindakan untuk menghentikannya, misalnya dengan men-grease valve tersebut dan kemudian dilakukan exercise buka tutup valve tersebut. Hubungkan segmen pipa antara XV-2674 dan kedua SDV tersebut dengan sistim HP flare melalui pipa atau tubing. Pastikan tidak akan terjadi penyumbatan pada pipa atau tubing tersebut. (input dari operation engineer untuk mengecek possibility hydrate formation may help you!). Untuk memastikan hal ini, perlu dipasang pressure gauge yang akan di cek sesering mungkin. e) Tidak boleh. Karena sesuai dengan filosofi isolasi mekanik, maka untuk tekanan kerja di sistim HP compressor membutuhkan isolasi minimum double block and bleed. Dari downstream. Kemungkinan besar, check valve di downstream aftercooler passing dan valve di keluaran kompresor ada yang passing.

f)

Soal nomor yy: Silakan buka P&ID-yyy1 dan yyy2. Jika anda akan melakukan pengisolasian HP Gas Cooler E-XX20/XX30/XX40 karena cooler tersebut akan dilepas dari sistem untuk diinspeksi, sementara upstream pressure dipertahankan, maka salah satu tindakan yang dilakukan adalah menutup dua valve di inlet dan dua valve di outlet cooler. a) Apa yang harus anda lakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada kebocoran di valve-valve tersebut? b) Berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya, seberapa seringkah anda melakukannya? c) Bagaimana meyakinkan bahwa valve yang terletak di upstream cooler (dekat TI-2021) passing atau tidak? d) Bagaimana pula meyakinkan terhadap dua valve di keluaran cooler, apakah valve yang letaknya paling dekat dengan check valve bocor atau tidak? e) Setelah pekerjaan selesai dan sistim akan dinormalkan kembali, apakah perbedaan mendasar dari re-instatement antara dua valve di inlet dan dua valve di outlet? Kenapa?

Jawaban soal nomor yy: a) Setelah Ijin disetujui oleh yang berwenang dan sistem telah terdepressurasi, amati tekanan di downstream valve tersebut melalui pressure gauge PI-2021. (catatan: pastikan PI-2021 bekerja dengan benar dan sudah dikalibrasi) b) Sesering mungkin untuk memastikan tidak adanya kebocoran. Sebelum pekerjaan dimulai, selama pekerjaan berlangsung atau pada waktu pekerjaan akan dilanjutkan kembali. c) Kebocoran valve atau passing :

ditandai adanya pengembunan uap air di pipa downstream valve tersebut. Jika sistim akan di bleed ke atmosfir untuk pembuktian valve passing atau tidak, detektor gas digunakan untuk memverifikasinya. (khusus untuk hal ini, diasumsikan bahwa anda sudah mempurging spool pipe sectionnya dengan gas inert, seperti N2. Sebab, jika belum di purging, detector gas pasti akan mendeteteksi sisa gas yang masih ada di spool pipe tsb).. Pressure gauge harus dipasang pada vent valve di dekat valve tersebut untuk mengetahui seberapa besar kebocorannya. (catatan: pressure gauge harus diyakinkan bekerja dengan benar, sesuai dengan spesifikasi tekanan serta rentang ukur yang bersesuaian dan sudah dikalibrasi).

Jika terjadi passing di valve ini, maka dilakukan tindakan untuk menghentikannya, misalnya dengan men-grease valve tersebut dan kemudian dilakukan exercise buka tutup valve tersebut. Pasang tubing dan hubungkan dengan vent valve yang terletak di antara dua valve tersebut, dan hubungkan tubing dengan pipa yang menuju ke sistim HP Flare. Pastikan tidak akan terjadi penyumbatan pada pipa atau tubing tersebut. Gunakan pressure gauge untuk memonitornya. d) Lakukan tindakan yang serupa seperti jawaban nomor c.

e) Perbedaan mendasarnya adalah, bahwa dua valve di outlet HP gas Cooler harus dikembalikan ke posisinya sebagai lock open (LO) (ditulis di P&ID). Sementara, dua valve di inlet tidak harus di lock open. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan desain-nya, di mana tidak ada perlindungan tersendiri bagi HP Gas Cooler dari bahaya kelebihan tekanan serta untuk keperluan blowdown. Perlindungan kelebihan tekanan disediakan oleh PSV-D yang terletak di downstream dari Gas Cooler, yaitu di HP Gas Cooler Separator. BDV-Z di vessel ini juga dimaksudkan untuk mem-blowdown gas dari HP Gas Cooler. Gambar berikut menjelaskan sistem yang lebih luas yang berisi alur alir di sekitar Gas Cooler tersebut.

Dari uraian di atas, adalah jelas bahwa attention to detail serta knowledge dari part yang akan diisolasi serta di de-isolasi adalah mutlak. Kita bisa

mendeteksi dini via perangkat2 seperti JSA atau PTW, dan juga pengetahuan tentang desain dari unit proses terkait, sebab JSA atau PTW saja, bisa-bisa meloloskan hal ini. Kegunaan checklist di dalam kasus ini sangatlah vital mengingat ternyata relatif banyak yang harus diperhatikan. Dan jangan lupa rule of thumb yang lain, yaitu ketika memasuki tahap de-isolasi, maka PSV harus diutamakan untuk sesegera mungkin dibuka, jika memang pada tahap isolasi ada PSV yang ditutup. Pesan moral dari tulisan ini adalah: Isolasi mekanik adalah tidak sesederhana yang kita kira, jadi jangan mainmain dengannya! Salus Populi Est Lex Suprema Peoples Safety is the Highest Law

Anda mungkin juga menyukai