Anda di halaman 1dari 5

MENENTUKAN MATERIAL PIPA YANG DIALIRI GAS ALAM DAN MINYAK

TUGAS :

MATERIAL TEKNIK

Nama NRP

: :

HADI SUPRIADI 12.2005.053

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2011

Untuk menentukan material pipa, terutama untuk industri, faktor yang paling penting adalah fluida apa yang mengalir didalamnya. Selain itu, kondisi luar dari pipa juga mempengaruhi. Dan terakhir, tentu saja sisi ekonomi juga menjadi dasar pemilihan material. Pipa dapat dibagi menjadi 2 bagian besar. Pipa dari logam dan non-logam. Logam terdiri dari carbon steel, stainless steel, aluminium, nickel dan lainnya. Berikut ini adalah contoh dalam desain pipa untuk pabrik industri gas alam, minyak, atau pabrik kimia lainnya. Pertama, proses harus menghitung apa dan berapa banyak macam kandungan yang akan melewati pipa. Pada dasarnya, semua pipa untuk proses biasanya harus memakai pipa logam dan dimulai dari material carbon steel yang paling murah. Akibat aliran fluida, bagian dalam pipa mengalami korosi, dan salah satu cara untuk menetapkan kecepatan korosi adalah memakai grafik de Waard Milliams nomograph. Grafik ini membantu untuk menentukan berapa kecepatan korosi (mm/tahun) yang disebabkan adanya kandungan CO2 dalam fluida. CO2 menyebabkan korosi pada baja karbon yang parah, sering kali korosi pada baja karbon menyebabkan bentuk lubang tajam pada pipa. Hal ini kadang disebut mesa korosi. Tabel Nomogram di bawah ini untuk memprediksi tingkat korosi pada baja karbon menurut persamaan deWaard-Milliams. Sebagai contoh kasus yang dapat di lihat dari Nomogram ini adalah pengaruh pH dan kecepatan cair pada laju korosi CO2 yang saling berhubungan dalam cara yang agak rumit.

Problem yang disebabkan korosi dapat diatasi dengan menambah ketebalan pipa sebesar kecepatan korosi dikali tahun lamanya pipa di desain. Tetapi jika total ketebalan yang dibutuhkan untuk mengatasi korosi terlalu tebal, pipa akan menjadi sangat tebal dan tidak efektif dalam pembangunannya. H2S juga dapat menyebabkan korosi pada beberapa paduan baja. Dalam beberapa kasus sebuah lapisan sulfide terbentuk pada pipa akibat H2S, titik-titik lemah pada lapisan ini dapat menyebabkan peningkatan korosi. Dengan baja Feritik, H2S terlarut dapat menyebabkan H-atom berdifusi ke logam, karena Sulfida mengganggu reaksi H-atom, berasal dari reaksi karat, molekul H2. Hal ini menyebabkan logam menjadi rapuh. Ada 2 jenis kerusakan yang disebabkan oleh H2S yaitu sulphide stress corrosion cracking (SSCC) dan Hydrogen Introduce Cracking (HIC). HIC

disebabkan oleh tekanan tinggi gelembung gas H2 yang tumbuh pada kotoran

intermetalik. HIC dikendalikan dengan menetapkan baja belerang rendah. Untuk SSCC dapat dikendalikan dengan menjaga kekerasan baja dibawah 22 Rockwell. Selain korosi, suhu fluida juga menentukan material pipa. Semakin rendah suhu, logam akan menjadi mudah mengalami retakan. Ini karena sifat brittle (getas) logam bertambah pada suhu rendah . Stainless steel merupakan salah satu yang tahan akan suhu rendah. Karena itu, untuk cryogenic service (fluida dengan suhu operasi dibawah 196 degC) stainless steel adalah material yang cocok dibandingkan dengan carbon steel. Stainless steel sering disebut juga corrosion resistance alloy (campuran logam tahan korosi) dan tentunya lebih mahal dibandingkan carbon steel. Stainless steel bisa dibagi menjadi beberapa jenis, contohnya austenitic, feritic, martenistic, duplex dan high alloy stainless steel (campuran tinggi logam stainless steel). Sayangnya, stainless steel tidak tahan terhadap semua jenis korosi, terutama korosi yang disebabkan oleh klorida, sulfida serta fluida asam (sour fluid) lainnya. Untuk sistem pipa yang mengalirkan fluida asam (piping system for sour service) biasanya di desain berdasarkan standar NACE (National Association of Corrosion Engineers) MR0175. Mulai tahun 2003, standar NACE MR0175 bersatu dengan ISO 15156 dan yang memiliki syarat desain yang sulit dibandingkan edisi tahun sebelumnya. Berdasarkan NACE MR0175/ISO 15156, penggunaan austenitic stainless steel dibatasi oleh kombinasi dari kadar khlorida, H2S (hydrogen sulfide) dan suhu fluida. Jika austenitic stainless steel tidak dapat digunakan, maka penggunaan duplex atau high alloy stainless steel merupakan pilihan selanjutnya. Jika duplex atau high alloy

stainless steel juga tidak dapat digunakan, maka pilihan selanjutnya adalah menggunakan logam campuran nikel seperti incoloy dan inconel. Semakin tahan terhadap berbagai korosi, semakin mahal harga material tersebut. Untuk mengurangi biaya, pengaplikasian cladding atau overlay merupakan salah satu alternatif. Misalnya menggunakan pipa dari carbon steel dengan dilapisi logam mahal pada bagian dalamnya saja yang bersentuhan langsung dengan fluida sumber korosi akan bisa menekan biaya tanpa mengurangi ketahanan terhadap korosi.

Anda mungkin juga menyukai