UMUM
1. PENDAHULUAN
Proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan (logan atau bukan) dengan
pemanasan, yang dalam industri banyak dilakukan untuk menyambung logam pada
pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan gedung, konstruksi jembatan, konstruksi
bangunan kapal, konstruksi tangki penyimpanan, konstruksi pemipaan, konstruksi ketel
uap dan bejana bertekanan, konstruksi mesin, dsb.
Agar mampu menahan tegangan yang timbul dalam penggunaannya, hasil pengelasan
harus bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu, baik pada pengelasan konstruksi
baru maupun pengelasan dalam pemeliharaan (reparasi).
Dalam pemilihan (penentuan) jenis proses yang tepat (cocok) untuk dipakai pada suatu
pengelasan, dibutuhkan penguasaan akan pengetahuan tentang proses pengelasan.
Demikian halnya para Inspektur Las yang bertugas memastikan tentang kesesuaian
proses pengelasan terhadap spesifikasi prosedur tertentu, tidak akan dapat bekerja
tanpa pengetahuan tentang proses pengelasan.
Jika pada suatu pelaksanaan pengelasan disyaratkan bahwa hasilnya harus meme- nuhi
ketentuan suatu standar, maka setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti
ketentuan yang disyaratkan.
Sebelum pengelasan, yang merupakan persiapan pengelasan, desain harus mengacu
pada ketentuan standar yang ditentukan. Harus disiapkan suatu Spesifikasi Prosedur
Pengelasan (WPS) yang berkualifikasi (PQR).
Pada waktu pengelasan, prosedur harus sesuai dengan WPS yang disahkan
(approved WPS).
Setelah pengelasan, lasan harus diperiksa menurut ketentuan yang berlaku.
Proses pengelasan (welding proscess) ialah suatu proses penyambungan bahan (logam
atau bukan) yang menghasilkan suatu gabungan (coalescence) dari bahan-bahan yang
disambung dengan memanaskan sampai uhu tertentu dengan menggunakan atau tanpa
tekanan atau debgan tekanan saja. Dan dengan atau tanpa apenggunaan bahan
pengisi.
Panas yang dipergunakan dalam proses pengelasan dapat dipeoleh dari berbagai cara,
dan dari mana diperoleh panas dan bagaimana cara memperolehnya dipakai dasar
dalam pengelompokan jenis-jenis proses pengelasan: secara mekanis (misalnya Las
Gesek), proses kimia (misalnya Las Termit), energi listrik (misalnya Las Busur Listrik),
pembakaran bahan bakar (misalnya Las Oksi Asetilin).
Mengelas (welding)
Suatu proses penyambungan benda (bahan) yang dipakai dalam membuat las
(welds)
Las (welds)
Gabungan (coalescence) setempat dari logam-logam atau bukan logam yang
dihasilkan baik dengan memanaskan logam tersebut sampai suhu tertentu dengan
mengunakan tekanan atau tanpa, atau dengan tekanan saja, dan dengan atau tanpa
memakai bahan pengisi.
Las Akar
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
3
Lasan (Weldment)
Suatu rakitan yang bagian-bagian komponennya disambung dengan pengelasan.
Masih banyak lagi cara-cara pengelompokan proses pengelasan ini, misalnya “AWS
master chart of welding and allied processes”
4. PERSIAPAN PENGELASAN
Dalam pekerjaan pengelasan dikelompokkan dalam 3 tahap pekerjaan, sebelum
pengelasan, pada waktu pengelasan dan setelah pengelasan (before, during and after
welding)
Pekerjaan sebelum pengelasan meliputi;
Mempersiapkan desain sambungan (welded Joint design)
Mempersiapkan bahan atau logam induk dan bahan las (Base Material & Consumable)
Mempersiapkan Spesifikasi Prosedur Pengelasan, (WPS & PQR)
Mempersiapkan sisi-sisi alur.
Mempersiapkan juru atau operator las dan peralatan las (mesin las, alat-alat bantu, dll).
Yang perlu / harus dilakukan setelah pengelasan ialah pemeriksaan / pengujian mutu
hasil pengelasan.
4.1.1
Desain Konstruksi
Berdasakan bentuk konstruksi dikenal 5 jenis sambungan berlas sbb.:
Untuk menganalisis tegangan-tegangan yang ada dalam lasan lebih baik lazimnya
dilakukan dengan mengklasifikasi jenis-jenis beban yang bekerja dan dari sini
ditentukan jenis-jenis tegangan dalam konstruksi.
Lima jenis beban pada logam adalah;
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
11
E : Beban Geser
GB.U-7 : JENIS-JENIS BEBAN
4.1.4. Distorsi
Distorsi yang sering terjadi karena adanya pengembangan dan pengerutan akibat
pemanasan dalam proses pengelasan dapat dieliminasi dengan desain sambungan
tertentu
bertekanan, tangki penyimpanan dan sejenisnya, ada standar atau aturan (code)
yang mengatur tentang desain sambungan berlas yang dipakai.
Bahan induk dan bahan las (filler material) harus berkesusaian. Atas ketentuan
standar atau kebutuhan tertentu logam induk lebib dulu ditentukan, logam pengisi
(elektroda) akan disesuaikan.
Dalam hal suatu konstruksi harus memenuhi lebih dari satu fungsi, sering dibuat
dengan mengkombinasi jenis logam induk, misalnya bejana bertekan yang harus
tahan asam, dapat kontruksi dengan baja karbon yang diberi lapisan baja tahan karat
Untuk menjamin bahwa mutu hasil pengelasan memenuhi suatu persyaratan mutu
tertentu pengelasan harus dilaksanakan sesuai dengan suatu prosedur pengelasan
Ada dua kelompok variabel, yaitu variabel yang esensi ( wajib) dan non esensi ( tidak
wajib ) . Yang dimaksud dengan variabel esensi ialah faktor-faktor ysng harus dicatat
dan jika diganti harus diuji lagi dan dikualifikasi ulang. SedangKan variabel yang non
esensi biasanya kurang begitu penting dan boleh diganti dalan batas yang berlaku dan
perosedur tidak perlu dikualifikasi uleng.
Variabel-variabel yang esensi:
Jenis proses pengelasan dan variasinya.
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
15
Berdasarkan desain sambungan las perlu dipersiapkan sisi-sisi permukaan alur yang
akan disambung (dilas) dengan pemotongan.
Dua kelompok cara pemotongan ialah:
Pemotongan dingin:
= prnggergajian
= penyekrapan atau pembubutan, dan
= penggerindaan.
Pemotongan panas ( thermal cutting ) :
Untuk membuat las beralur, berdasarkan ketebalan pelat logam induk atau jenis proses
yangakan dipakai maupun posisi pengelasannya, ada 7 jenis bentuk persiapan alur
pengeasan:
alur segi empat ( square groove),
alur V
alur miring ( bevel )
alur U
alur J
alur V terbuka (flare V ) dan
( Lihat ganbar U – 9 )
5. PELAKSANAAN PENGELASAN
Dalam pelaksanaan pengelasaan ini pembahasan akan meliputi tentang :
Perakitan (assembling or erection )
Energi panas
Posisi pengelaasan
Perlakuan panas ( heat treatment )
5.1 P e r a k i t a n
Sebagai pedoman dalam merakit sambungan las ialah desain yang tercantum
dalam WPS.
Perakitan sambungan las harus dilakukan oleh juru rakit ( fitter ) yang
berpengalaman dan berkualifikasi. Rakitan kiikat dengan las kancing ( tack weld )
7 4
1
3
2
6
5
6
1 2
1. ELA AKAR LAS ; Celah antara bagian yang disambung pada akar sambungan.
2. MUKA AKAR ; Permukaan alur yang berada paada akar sambungan.
3. MUKA ALUR ; Permukaan alur.
4. SUDUT KEMIRINGAN ; sudut kemiringan dari suatu sisi yang akan disambung
terhadap bidang tegak pada permukaan datar.
5. SUDUT ALUR ; Jumlah dari sudut kemiringan.
6. TEBAL PELAT ; Tebal dari pelat yang akan dilas.
Dalan membuat lasan perlu adanya kombinasi antara jenis sambungan dan jenis las.
Dalam membuat sambungan las tidak semua jenis las dapat dikombinasi dengan semua
jenis sambungan.
TABEL U – 1 : HUBUNGAN ANTARA JENIS LAS DAN JENIS SAMBUNGAN.
Lima Jenis Sambungan Dasar Las
Jenis Las ______________________________________________________
Temu Sudut Tee Tumpang Sisi
_________________________________________________________________________
Fillet Khusus x x x x
Plug/Slot - - x x -
Spot/Projection - - Khusus x -
Seam - Khusus Khusus x -
Square Groove x x x - x
Alur V x x - - x
Alur Miring x x x x x
Alur U x x - - x
Alur J x x x x x
Alur V terbuka x x - - -
Alur Miring Terbuka x x x x -
Las Lawan x x x - -
Flange Edge - - - - x
Flange Corner - x - - -
Las Penebalan - - - - -
5.2. E n e r g i P a n a s
Dalam pengelompokan jenis-jenis proses pengelasan telah dibahas tentang 7 jenis
sumber panas yang dipakai dalam proses pengeasan.
Tidak semua energi panas dari jenis proses dapat dihitung/diketahui secara teoritis.
Energi panas yang bersumber dari reaksikimia ( kalori ) dan dari energi listrik yang
diubah menjadi energi panas ( Joule) mudah dihitung secara teoritis.
Dalam praktek, tidak semua energi panas yang timbul dapat dipergunakan
seluruhnya untuk mencairkan logan dalam pengelasan, yang disebabkan adanya
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
22
Setiap proses mempunyai sumber panas yang berbeda. Pada proses pengelasn
yang memakai sumber panas yang bersuhu sangat tinggi, seperti “Electron Beam”,
“Laser Beam” dan Plasma, dapat menaikkan suhu pengelasan cepat sekali; kenaikka
suhu yang cepat ini sangat baik untuk proses pemotongan
5.2.3 Lamanya Waktu Pada Suhu
Panas jenis (specific heat ) ialah panas ( sejumlah kalor ) yang dibutuhkan oleh
suat jenis loga seberat 1 gram untuk menaikkan suhu 1oC. Untuk mencapai suhu
yang sama, dengan masa yang sama, dan intensitas sumber panas yang sama pula,
logam dengan panas jenis lebih tinggi, akan membutuhkan waktu lebih lama
ketimbang logam dengan panas jenis lebih kecil.
Transformation ).
Terdapat banyak dampak yang merugikan akibat dari tingginya pemanasan pada
pengelasan. Beberapa keruan di antaranya ialah:
Tegangan sisa yang besar dari suatu pemanasan setempat menyebabkan tegangan-
tegangan pengerutan yang bermacam-macam, yang dapat menyebabkan
pembengkokan dan distorsi.
Pengurangan kekenyalan atau penurunan kekerasan pada zona terpengaruh panas
( HAZ ) yang dapat menyebabkan retak.
Kemunduran dari keuletan ( toughness ) sambungan, terutama pada HAZ.
Kehilangan dari kekuatan pada HAZ dari pekerjaan yang terkeraskan dan tertuakan
PWHT ).
Dua hal pertama tersebut di atas adalah faktor yang esensi (baku) untuk
mencegah terjadinya retakan pada baja yang mampu keras. Yang terakhir sering
5.4.3 Perlakuan Pana Pasca Pengelasan (PWHT = Post Weld Heat Treatment)
Perlakuan panas juga harus dilakukan pada waktu pasca pengelasan, yang
dimaksudkan untuk pelepasan tegangan, penstabilan ukuran, menahan korosi
tegangan, dan sering juga dimaksudkan untuk memperbaiki kekenyalan dan sifat-
sifat mekanisnya.
Perlakuan panas pasca las yang sangat umum untuk baja adalah agak mengkritisi
tentang pembebasan tegangan, penormalan, penuaan, dan penemperan.
Pembebasan tegangan (stess relieving) adalah perlakuan panas yang paling sering
dipergunakan untuk pengurangi tegangan pengelasan sisa dalam las yang berat,
yang ditahan dan dapat mempengaruhi timbulnya retakan.
Dua metoda perlakuan panas pasca las ialah dengan langsung mengatur suhu sesat
pengelasan selesai tanpa menunggu dingin sampai suhu ruangan, dan yang lain
ialah dengan memanaskan kembali lasan yang sudah dingin, sampai suhu tertentu,
kemudian mendinginkan kembali degan laju pendinginan tertentu, sesuai dengan
ketentuan yang ada.
Pemanasan kembali lasan dalam PWHT ini dapat dilakukan dengan api oksigen gas-
bahan bakar, elemen pemanaas listrik, dan dalam dapur pemanas, tergantung dari
bentuk dan volume benda kerjanya.
5.5.2 P e n y a l a a n dan P e m a d a m a n B u s u r
Pada proses SMAW busur listrik dapat dinyalakan dengan dua cara, dengan
Pada saat tombol ditekan, terlebih dahulu gas pelindung harus mengalir, kemudian
busur baru menyala. Namun pada saatmemadamkan, busur harus terlebih dahulu
padam, baru gas berhenti kemudian. Oleh karena itu juru las harus memposisikan
“torch” sedemikian rupa. Sehingga pada waktu proses berjalan gas harus sudah
ada dan pada saat busur pada dan logam masih relatif panas gas pelindung harus
masih ada.
Pada proses PAW/PAC, busur yang dibangkitkan di dalam nozel dengan yang
timbul di antara elektroda dan logam induk maupun dengan dinding nozel, dibuat
suatu rangkaian pembangkit frekuesi tinggi sesaat, khusus untuk mulai
pengelasan.
(forehand welding), dan yang berjalan berlawanan dengan arah api disebut
kerja (work angle) = 0, sudut dorong (push angle) = 0, dan sudut seret ( drag
angle) = 0.
Jika api diputar dengan sumbu las sebagai sumbu putar, maka terbentuklah sudut
kerja. Sudut dorong dan sudut seret adalah sudut antara garis tegak lurus sumbu las
dengan elektroda pada bidang kerja, yaitu bidang di mana terletak sumbu las dan
elektroda. Sudut dorong terbentuk bila dilakukan pengelasan arah maju dan sudut
Yang dimaksud dengan diskontinuitas pada las atau lasan ialah ketidak sempurnaan
pada hasil pengelasan, Diskontinuitas ini akan disebut cacat (defect) jika ukurannya
telah melebihi batas boleh atau penerimaan.
Diskontinuitas ini dikelompokkan dalam 4 kelompok sbb.:
Persyaratan dimensional atau desain
Persyaratan las (weld)
6.1 D i s k o n t i n u i t a s D i m e n s i o n a l.
Distorsi
Terjadi karena adanya pengembangan dan pengerutan yang tidak merata akibat
adanya pemanasan dan pendinginan kembali.
Ketidak setangkupan. (Misalignment)
Terjadi karena ketidak telitian dalam perakitan waktu persiapan
Overlap :
- kecembungan ( convexity )
- kecekungan ( concvity )
6.2. D e s k o n t i n u i t a s D a l a m L a s
Porositas
- Porositas tersebar tak merata ( unformly scatered porosity )
- Positas linier
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
38
Inklusi
- Inklusi terak ( slag inclusion )
Takikan ( undercut )
Penyebab :
Arah api yang tidak tepat
Masukan panas telalu besar
- Menurut orses terjadinya : retak dingin (cold cracks ), dan retak panas (hot
cracks ).
Penyebab retakan :
Pemanasan dan pendinginan dalam pengelasan yang tidak tepat ( sesuai ) .
I
PROSES PENGELASAN
OKSI-GAS BAHAN BAKAR
1. U M U M
Definisi
Oksi-Gas Bahan Bakar ialah suatu kelompok proses-proses pengelasan yang
menghasilkan sambungan dengan memanaskan logam/bahan dengan api oksi-gas
bahan bakar dengan atau tanpa penekanan dan dengan atau tanpa penggunaan
bahan pengisi.
Api oksi-gas bahan bakar dihasilkan dengan mebakar gas bahan bakar dan
penambahan oksigen sehingga menghasilkan suhu yang tinggi yang cukup untuk
mengelas atau memotong logam.
Proses ini ialah proses yang paling tua dikenal, yang sampai kini masih banyak
digunakan. Proses yang sangat sederhana, lincah dan relatif murah biayanya .
Untuk pengelasasn dioperasikan secara manual. Untuk pemotongan , selain
secara manual, dapat dikombinasikan dengan peralatan yang semi otomatis
maupun otomatis bahkan dapat diprogram terkomputerisasi.
Salah satu kelemahan dari proses ini ialah lambat dioperasikan.
Aplikasi
Pengelasan berfusi (Fusion Welding )
- pembersihan
- dll.
Pemanasan
- Pemanasan awal (preheating)
- Pemanasan pasca apengelasan (PWHT)
- Pelurusan / perataan.
- Dll.
1.3 Terminologi
OC (OXYGEN CUTTING )
Kelompok pemotongan yang menggunakan reaksi antara oksigen dan logam
induk yang terjadi pada sutu suhu tertentu (ignation temperature ), untuk
mencair dan memisahkan logan cair yang dipotong.
2. GAS
Pada proses ini, selain gas bahan bakar, dipakai oksigen, yang selain dipakai sebagai
campuran gas bahan bakar, juga sebagai unsur reaksi yang menghasilkan kalori yang
Oksigen
Disimbolkan denga O2
Bobot isi 1,43 kg/m3 (0o C, 101,3 kPa )
2.1.1 Sifat-sifat :
tak berwarna, tak berbau, tak berasa, dan tak beracun
1,1 kali lebih berat dari pada udara
tak terbakar tetapi dapat membantu pembakaran
dipasarkan dalam berbagai kemurnian :
- untuk keperluan medis = 99,9%
- untuk pemotongan = 99,0%
- untuk pengelasan = 98.9%
Pengoksidasi tinggi, pereaksi yang kuat terhadap bahan yang mudah terbakar dan
dapat menyebabkab api dan ledakan, oleh karenanya tabung oksigen bertekanan
* Methylacetylene (C3H4)
* Propylene (C3H6)
* Hydrogen (H2)
2.3.1 Sifat-sifat ;
Tidak berwarna dan tidak beracun, mudah terbakar dengan oksigen bercahaya
Dengan perbandingan yang sama dalam campuran dengan oksigen,
mempunyai intensitas panas yang lebih tiggi dari pada dengan gas-gas bahan
bakar lainnya.
Gas asetilin mempunya “range” rawan meledak dalam konsentrasi di udara
yang paling panjang dari pada dengan gas-gas bahan bakar yang lain. (1.2 –
82%)
Penyimpanan
Gas asetilin sangat rawan meledak pada tekanan di atas 2 bar, namun karena
sangat mudah dilarutkan dalam aseton, gas ini disimpan dengan dilarutkan
dalam aseton. Dalam tekanan 1 bar pada 15o C asetilin dapat dilarutkan
sebanyak 25 liter dalam aseton 1 liter.
3. REGULATOR
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
44
Fungsi.
Untuk mengatur agar dapat dikeluarkan sejumlah gas tertentu (volume) selama waktu
tertentu.
Ada dua jenis regulator :
Yang langsung dapat dibaca, berapa volume gas yang dapat dieluarkan selama
durasi waktu tertentu (m3/menit ). Regulator jenis ini dipakai untuk mengatur laju
aliran (flow rate) gas pelindung dalam proses pengelasan berpelindung gas. ( Gas
Jenis
Ada dua jenis kepala bakar :
Kepala bakar untuk menglas (Gb. I – 2 )
Kepala bakar untuk memotong (Gb. ! – 3 )
GAMBAR I – 1 : REGULATOR
karena asetilin mempunyai nilai kalor ( calorific value) yang paling tinggi dari jenis-jenis
gas bahan bakar,
Panas diperoleh dari pembakaran campuran asetilin dengan oksigen, yang intensitas
panasnya tergantung dari nilai kalor campurannya, dan kecepatan alir dalam
pengoperasiannya.
Prinsip Kerja
Pada saat katup asetilin dibuka, diberi api pemantik, tanpa membuka katup oksigen,
maka asetilin hanya mendapat oksigen dalam campuran dari udara. Dengan kecepatan
alir yang hanya kecil saja api berwarna kuning, intensitas panasnya kecil, dan
menghasilkan banyak jelaga.
Setelah katup oksigen dibuka, maka akan terjadi pembakaran gas campuran dengan
oksigen dari botol. Tergantung dari komposisinya campuran antara asetili : oksigen
maka dibedakan tiga jenis nyala api : - api netral ( neutral flme), - api karburasi
Ketika campuran asetilin : oksigen (dari botol) = 1 : 1, api disebut api netral.
Jika asetilin dalam campuran lebih besar jumlahnya dari pada oksigen yang berasal
dari botol, maka akan terjadi api karburasi, dengan tahapan reaksi kimia sbb.:
(ignation temperature), yang untuk setiap jenis logam berbeda-beda tingginya, dan
bisa terjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu lebur logam itu sendiri. Untuk baja
karbon, semakin tinggi kadar karbonnya akan semakin tinggi suhu nyalanya, namun
suhu lebur logamnya akan semakin rendah.
1. Besi 1.535
2. Baja karbon rendah 1.500
3. Baja karbon tinggi 1.300 – 1.400
4. Besi tuang kelabu 1.200
5. FeO 1.370
6. Fe2O3 1.565
7. Fe3O4 1.527
8. Tembaga 1.083
9. Brass 850-900
10. Tin Bronze 850-950
11. CuO 1.236
12. Alumunium 56
13. Al3O3 2.020-2050
14. Zinc 419
15. ZnO 1.800
7.2 Kekurangan
Poleransi ukuran kurang teliti dari pada denganpemesinan.
Proses OFC dibakukan terbatas secara komersial untuk memotong baja dan
besi tuang, walaupun logam-logam oksida lain seperti titanium juga dapat
dipotong.
Api potong dan cairan logam panas yang terjadi dapat menimbulkan api dan
bahaya kebakaran pada lokasi, dan bahaya terhadap operator.
Pembakaran gas dan oksidasi logam membutuhkan pengontrolan gas beracun
yang sesuai dan ventilasi yang cukup.
Baja yang dapat diperkeras membutuhkan panas awal dan perlakuan panas
pasca potong untuk mengontrol struktur metalurginya.
Struktur ini tergantung dari pola/laju pendnginan setelah pemanasan (cooling rate).
Dalam dangkalnya HAZ tergantung dari besar kecilnya masukan panas yang diterima.
Untuk pemotongan logam yang relatif tipis, hanya memerlukan masukan panas yang
kecil saja, sehingga HAZ-nya relatif kecil. ( Tabel I-2)
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
55
Strktur mikro yang terjadi tergantung dari kadar karbon, dan paduan-paduan lainnya, dan
juga laju pendinginannya.
Dengan OFC, terutama pada OFC-A nyala api asetilin yang membebaskan karbon akan
terikat pada sisi potong saat proses terjadi.
Jenis baja, selain kadar karbon unsur-unsur paduan juga mempengaruhi mampu
potongnya. Beberapa unsur paduan ada yanag mempunyai tendensi sukar untuk dipotong
dengan proses OFC atau akan naik kekerasannya pada sisi potong, (Tabel I – 3 )
Pada ASME Boiler and Pressure Vesel Code tidak dibolehkan membuat pesiapan alur
dengan OFC untk baja dengan karbon lebih tinggi dari 0,35% tanpa dimesin.
Karbon Baja smpai 0,25 % karbon dapat dengan mudah dipotong, namun
baja dengan karbon lebih tinggi harus dengan pemanasan awa,
untuk mencegah terjadinya pengerasan atau retakan pada sisi
potong
Mangan Baja dengan kadar 24% mangan dan 1,5% karbon sukar dipotong,
dan agar dapat hasil yang baik perlu pemanasan awal
Silikon Silikon dalam jumlah yang normal tak berpengaruh
Chrom Baja dengan kadar 5% chrom dapat dipotong tanpa kesulitan asal
permukaannya bersih. Baja dengan chrom lebih tinggi misalnya
10% Cr sukar dipotong karena chrom berfungsi sebagai “Oxidation
Resistance Material” dan hasil, potongnya kasar bila dipergunakan
proses OFC-A biasa. Biasanya dipakai api karburasi dan
menggunakan serbuk besi atau flux.
Nikel Baja dengan kadar nikel sampai 3% masih mungkin dipotong
dengan proses OFC biasa. Dengan injeksi flux atau puder besi
dengan kadar nikel sampai 7% masih menghasilkan potongan yang
memuaskan. Juga dapat dipakai untuk memotong stailess steel (18-
8sampai 35-15) masih dapat dihasilkan potongan yang baik.
Molibdin Pengaruhnya seperti chrom. Baja molibdin-tungsten tinggi hanya
dapat dipotong dengan tekdin khusus.
Tungsten Paduan biasa sampai 14% tungsten dapat dipotong degan cepat,
tetapi jika lebih tiggi akan menjadi lebih suit, dengan batas l.k 20%.
Tembaga Dalam jumlah sampai 2%, tembaga tidak berpengaruh.
Alumunium Sampai jumlah relatif besar (10%) tiidak banyak berpengaruh
Posfor Dalam jumlah yang ditolelir dalam baja tidak berpengaruh
Sulfur Dalam jumlah kecil tidak berpengaruh, namun dalam jumlah yang
lebih besar perlu diwaspadai, terutama gas beracun dari
dioksidanya (SO2)
II
PROSES PENGELASAN
BUSUR LISTRIK ELEKTRODA TERBUNGKUS
(SMAW = SHIELDED METAL ARC WELDING ; MNA = MANUAK METAL ARC
WELDING)
1. U M U M
Pada Proses SMAW pabnas diperoleh dari energi listrik yang diubah menjadi energi
panas dengan mebangkitkan busur listrik yang bersuhu tinggi di antara ujung elektroda
dan logam induk. Pada proses ini elektroda selain sebagai pembangkit busur juga
dipakai sebagai logam pengisi (filler metal) , disebut elektroda termupan, yang
terbungkus dengan flux. Logam inti dan flux akan mencair bersama-sama pada kawah
las.
Flux yang terbakar dan terurai menimbulkan gas, yang berfungsi untuk melindungi : -
ujung elektroda, - busur listrik, dan – daerah sekeliling kawah las, terhadap kontaminasi
atmosfer. Perlindungan kawah las ini disermpurnakan oleh flux cair atau terak. Gb.II – 1
2. PRINSIP KERJA
Rangkaian listrik dari proses ini terdiri dari bagian-bagian yang meliputi :
Sumber tenaga listrik atau mesin las (power source).
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
58
TEGANGAN MESIN
TEGANGAN BUSUR
TEGANGAN RUGI (5)
Busur listrik dinyalakan dengan menggores pendek logan induk menggunakan ujung
elektroda atau mengetukkan pelan-pelan ke logam induk, dilanjutkan dengan :
menjaga jarak elektroda ke logam induk, yang akan merupakan panjang busur
pengelasan.
Mengontrol posisi elektro (mengarahkan)
Mengatur kecepatan majunya proses travel speed)
Busur yang timbul di antara elektroda dan logam induk, yang bersuhu di atas 9000 oF
(5000 oC) mencairkan permukaan logam induk setempat dan ujung elektroda yang
kemudian pindah ke kawah las mendilusi logam induk cair, bersama-sama membeku
mebentuk logam las.
(transformer rectifier ), atau motor generator yang menghasilkan langsung arus rata.
Pada mesin las berarus DC dimungkinkan untuk dipergunakan dalam dua jenis polaritas,
yaitu polaritas lurus (DCSP = DCEN ) dan polaritas balik ( DCRP = DCEP ).
Dengan elektroda logam yang telanjang, panas maksimum terjadi pada kutub positif
(anoda).
Oleh karenanya elektroda yang telanjang dioperasikan pada polaritas lurus, DCSP =
DCEN, panas maksimum akan terjadi pada logam induk ( anoda ), agar penetrasinya
cukup.
4.2 Keterbatasan
Logam-logam yanag rendah suhu leburnya seperti timbal, timah dan
seng tidak cocok dilas karena masukan panas cukup tinggi.
5. ELEKTRODA TERBUNGKUS.
Pembahasan tentang elektroda terbungkus, terpisah dari proses ini akan meliputi
bagaimana cara pembuatannya, spesifasinya, bagaimana harus diperlakukan dan
contoh-contoh cara penggunaannya.
III
PROSES PENGELASAN
BUSUR LISTRIK TERENDAM
( SAW = SUBMERGED ARC WELDING )
1. U M U M
Proses ini termasuk proses pengelasan busur api listrik elektroda terumpan, dengan
pelindung serbuk flux.
Proses yang semakin banyak dipakai dalam industri ini selain karena mutu hasil las yang
cukup baik, kecepatan produksinya juga cukup tinggi. Meskipun baru dua posisi
pengelasan yang dapat dilayani dengan proses ini, yaitu datar (1G) dan horizontal (2G),
namun banyak juga dipergunakan dalam ereksi konstruksi-konstruksi kapal dan
pembuatan tangki penyimpan dilapangan.
Dengan menggunakan elektroda yang berbentuk strip (pita logam ),banyak dipergunakan
2. PRINSIP KERJA
Pada proses ini busur listrik yang memanaskan logam induk, flux da ujung elektroda tejadi
di elektroda dan logam induk, di dbawah rendaman flux. Seperti halnya proses-proses
elektroda terumpan lainnya, elektroda selain berfungsi sebagai pembangkit busur listrik
juga akan tercairkan menjadi logam pengisi.
Flux yang terbakar menjadi terak cair yang mengambang di atas kawah las cair, dan
menimbulkan gas. Proses ini dlindungi oleh terak cair, gas dan sisa flux yang tidak
mencair.
Oleh karenanya proses ini tidak dipengaruhi oleh tiupan angin yang mungkin terjadi
dipermukaan.
Pada proses ini pengumpanan elektroda terjadi secara terus menerus, dilakukan secara
mekanis dengan rol-rol pengumpan yang dapat diatur kecepatannya sesuai dengana
majunya proses (travel speed) dapat dilakukan dengan prosesnya yang bergerak maju
atau logam kerjanya yang bergerak.
Variabel-variabel pengoperasian ini diatur pada panel pengatur. (Gb. III – 1)
3.2 Kekurangan/keterbatasan
Proses sedikit rumit, karena selain diperlukan flux dan penahan flux, juga
diperlukan “fixtures” lainnya, dan penahan cairan.
Flux dapat mengkontaminasi, yang dapat menyebabkan terjadinya
ketaksempurnaan.
Untuk dapat menghasilkan lasan yang baik logam induk harus homogen, dan
bebas dari scale maupun kontaminan-kontaminan lainnya.
Untuk pengelasan berlapis banyak, yang memerlukan pembersihan terak yang
baik sering mengalami kesulitan.
Bahan induk dengan ketebalan kurang dari 5 mm sulit dilas dengan proses ini,
walaupun dengan menggunakan backing.
Posisi pengelasan yang dapat dilakukanmasih terbatas pada posisi datar dan
horizontal.
4 MESIN LAS
Jenis mesin las apa yang harus dipilih untuk suatu sistem pada SAW sangat berperan
dalam operasinya proses.
Proses SAW dapat menggunakan mesin las arus rata maupun arus bolak-balik, dengan
kharakteristik tegangan konstan (CC). Proses yang dioperasikan secara kontinyu ini
sensitive system) dengan mesin las arus konstan (CC) dan sistem kecepatan-
Sistem Peka-Tegangan.
Sistem dengan arus konstan ini disediakan untuk pengelasan dengan kawat
diameter besar, dengan kepadatan arus kecil (kurang dari 38.000 A/in2)
Sistem Kecepatan-Konstan.
5 LOGAM INDUK
Tidak semua logam dan paduan cocok dilas dengan proses SAW , oleh karenanya ada
tiga kelompok bahan induk berdasarkan mampu lasnya :
Logam yang sangat cocok
Logam yang kurang cocok
Logam yang tidak cocok
6 “CONSUMABLE” PENGELASAN
6.1. Elektroda
Kawat elektroda pejal untuk SAW diperdagangkan dalam berbagai ukuran dari
diameter 1,5 - 6,0 mm dan berbentuk tubular dengan ukuran diameter dari 2,0 – 3,0
mm.
Elektroda diproduksi dalam berbagai komposisi paduan ferrous, dari baja karbon tak
berpaduan samapi baja paduan tinggi.
Kawat baja karbon tak berpaduan, digulung menjadi “drum”, dalam berbagai berat
tergantung dari pembuatnya.
Permukaan elektroda harus cukup halus dan rata, agar tidak terjadi kemacetan dalam
pengumpanan. Untuk baja karbon rendah yang bukan paduan dilindungi dalam
pengimpanannya dengan berlapiskan tembaga tipis.
6.2 Flux
Flux yang dipakai pada proses SAW ini berbentuk puder yang berbutir-butir dengan
gradasi tertentu, terdiri dari bahan-bahan mineral yang dapat terbakar , berisi oksida-
oksida mangan, silikon, titanium, alumunium, kalsium, zirkonium, magnesium, dan
senyawa-senyawa lainnya sepert kalsium florida. Mereka akan terbakar oleh busur api
listrik dan dalam keadaan cair melindungi logam las cair terhadap pengaruh atmosfere.
Flux diklasifikasi dalam AWS sebagai dasar persyaratan mekanis dari deposit las.
Flux yang berbentuk butiran-butiran harus dapat mengalir dengan bebas melalui
saluran pengumpan flux, dengan keran penutup dan nozel yang berukuran tertentu.
Ada standar yang mengatur tentang ukuran flux ini, namun jika dikehendaki antara
pemakai dan pembuat dapat diadakan kesepakatan tentang gradasinya.
Gradasi flux ini antara 8x48 mesh sampai 6x325 mesh, yang artinya sbb. :
angka 8 menunjukkan bahwa flux yang diayak dengan pengayak yang mempunyai
lubang sebanyak 8 buah dalam ukuran panjang 1” hanya 90 – 95 % saja yang boleh
lolos, dan angka 48 dan 325 menyatakn bahwa flux kemudian diayak dengan
pengayak yang mempunyai lubang sebangak 48 atau 325 buah untuk ukuran panjang
1”, hanya 2 – 5% saja yang boleh lolos. Bobot Jenis maupun suhu cair flux harus lebih
rendah dari bobot jenis dan suhu cair logam induknya.
7 VARIABEL PENGOPERASIAN
Jika ditentukan bahwa las harus bermutu baik dan laju produksi tinggi, maka variabel-
variabel yang baku harus diikuti ialah :
Arus listrik (Ampere )
Jenis flux dan elektroda
Tegangan pengelasan (busur)
Kecepatan pengelasan
Ukuran elektroda
“Extension” elektroda dan
Lebar dan tebal lapisan flux.
mengubah kepadatan arus (arc density), yang juga mengubah tekanan busur.
Dengan elektroda yang lebih kecil penetrasi akan lebih dalam dan lebar las semakin
kecil. (Gb. III – 6 )
GAMBAR iii – 7 : DAMPAK DARI KETEBALAN LAPISAN FLUX PADA PENETRASI DAN
BENTUK LAS
8 PROSEDUR PENGELASAN
Dengan proses ini, pada awal dan akhir pekerjaan sering terjadi diskontinuitas pada
hasil pengelasan. Untuk menghindari hal tersebut, pengelasan dimulai dan diakhiri di
luar pekerjaan, yang berarti dibuat/dipasangkan tambahan yang dipersiapkan sesuai
dengan pekerjaannya.
Pada proses ini, karena adanya masukan panas yang cukup tinggi dan cairan logam
yang cukup banyak, maka sering terjadi kebocoran cairan ke bawah las. Untuk
mengatasi kebocoran itu dipergunakan penyangga cairan (backing), yang jenis dan
bentuknya bermacam-macam,tergantung dari kepentingannya.
Macam-macam penyangga :
Penyangga yang tidaka mencair ( non fusible backing)
Penyangga dari flux.
Penyangga dengan las akar ( root pass backing )
IV
PROSES PENGELASASN
BUSUR LOGAM GAS
GMAW = GAS METAL ARC WELDING
1. U M U M
Proses GMAW ialah salah satu jenis proses pengelasan yang menggunakan busur api
listrik sebagai sumber panas untuk mencairkan logan dan gas sebagai pelindung proses.
Selain untuk membangkitkan busur elektroda juga berfungsi sebagai bahan pengisi
(umpan) oleh karenanya termasuk las busur listrik elektroda terumpan.
Jika gas pelindung yang dipakai adalah gas mulia (inert gas ) , argon misalnya, proses
sering disebut MIG. Pada proses yang menggunakan gas campuran, batas sebutan MIG
ialah pada penggunaan gas mulia 85% atau lebih. Proses ini dapat dimodifikasi dengan
penambahan flux pada elektrodanya, yaitu flux yang magnetis (magnetized flux) atau
flux yang diberikan sebagai inti elektroda ( (flux cored wire), dan proses disebut FCAW
Kekurangan/keterbatasan.
Peralatan lebih rumit dan lebih mahal biayanya (SMAW lebih murah)
2. PRINSIP KERJA
Pada proses GMAW seperti pada proses-proses las busur listrik lainnya, Busur listrik
yang terjadi di antara elektroda dan logam intuk akan mecairkan logam induk setempat
dan ujung elektroda, bercampur membentuk logam las cair. (Gb.IV – 1)
Untuk melindungi logam las cair terhadap pengaruh atmosfer dipergunajkan gas
pelindung yang disemburkan melalui nozel yang terdapat pada ujung torch, yang diatur
laju alirnya (flow rate) sesuai dengan ketentuan kebutuhan tertentu. Sebagai gas
pelindung dipergunakan gas argon, CO2, atau campuran argon + CO2.
Pengumpanan dilaksanakan secara terus menerus (kontinyu), yang dilakukan dengan
suatu mekanisme pengumpan yang dapat diatur kecepatannya.
Posisi pengelasan
GMAW dapat dioperasikan pada semua posisi seperti pada SMAW ( SAW hanya datar
dan horizontal)
Polaritas listrik
GMAW banyak dioperasikan dengan arus rata polaritas balik ( DCRP = DCEP ), karena
dengan polaritas ini akan dihasilkan busur yang stabil, perpindahan logam yang halus,
rendah percikan, permukaan las yang rata dan penetrasi yang dalam.
Berdasarkan besar kecilnya arus dan jenis gas yang dipakai, maka terjadilahn
perbedaan cara perpindahan logam cair dari elektroda ke logam induk, yang dibedakan
sbb. :
Perpindahan secara “spray arc”
“Globular Metal Transfer “ dan
“Short Circuiting Metal Transfer “
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
83
____________
Note:
ASM, METALS HANDBOOK Ninth Edition - GAS METAL ARC WELDING - hal 153-154.
Polarity. Most GMAW applications require the use of direct current eltctrode
positive (DCRP), which also reffered to as reverse polarity. This type of
electrical connection provide a stable arc, smooth metal transfer, relatively
low spatter loss, and good weld-bead charachteristic for the entire
range of welding current used.
. Hal ini akan merupakan kesulitan untuk mengelas posisi selain posisi datar. Untuk
memungkinkan agar bola-bola logam cair ini pindah ke arah lain selain hanya
menetes, maka ditambahkan arus pulsa (Ip) selain arus dasar (Io), yang
frekwensinya antara 50 – 100 Hz, sebagai pendorong bola-bola logam cair. Dengan
adanya arus pulsa dan arus dasar dibawah arus transisi ini akan dimungkinkan untuk
pegelasan logam tipis maun tebal pada posisi selain datar.
3. VARIABEL-VARIABEL PROSES
Vaiabel-variabel yang baku harus di atur dalam setiap pelakansanaan proses ialah :
Arus pengelasan ( selalu diatur bersama kecepatan pengumpanan)
Polaritas listrik.
Tegangan busur (berkaitan dengan panjang busur)
Kecepatan pengelasan
“extension of electrode “
Orientasi elektroda
Diameter elektroda
Komposisi gas dan laju alirnya.
Jika elektroda yang keluar ini semakin panjang, maka akan menaikkan resistansi
listrik dan suhunya. Oleh karena itu untuk mencairkan elektroda pada laju kecepatan
yang diberikan panas busur akan lebih sedikit.
Elektroda keluar yang terlalu panjang akan menyebabkan logam las dideposit
dengan panas busur yang lebih rendah. Ini akan menghasilkan bentuk manik las
yang kurang baik.
Elektroda keluar yang terlalu panjang akan mebuat busur kurang stabil, namun
dengan elektroda keluar yang lebih panjang akan menaikkan laju pendepositan.
Elektroda keluar yang baik l.k 6 – 12 mm untuk Short Circuit Metal Transfer, dan
sistem yang lain l.k 12 – 25 mm.
Kedalaman penetrasi
Bentuk manik las
Laju pendepositan yang diinginkan
Posisi pengelasan dan
Biaya.
4. PERLENGKAPAN
Proses GMAW dioperasikan baik sacara Semiotomatis (manual ) maupun secara
otomatis (mesinal). Peralan dasar untuk setiap proses GMAW adalah sbb. :
MesIn Las
Pegangan elektroda (Torch/Gun)
Unit Pengumpan Elektroda
Pengalir gas dan Regulator
Kabel-kabel dan Selang ( udara/air)
Sistem sirkulasi air/udara
Penggulung elektroda.
5. ELEKTRODA
Elektroda pada umumnya berupa kawat yang dikemas dalam gulungan, dengan
diameter 0.9 – 1,6 mm, namun sering juga dipakai ukuran 0,5 dan 3,2 mm. Kecepatan
pengumpanan pada umumnya antara 4 – 34 cm/detik dan kadang-kadang jika
diperlukan sampai 59cm/detik.
6. GAS PELINDUNG
Tujuan utama penggunaan gas pelindung pada proses GMAW ialah untuk melindungi
logam las cair dan zona terpengaruh panas (HAZ) terhadap oksidasi dan kontaminasi
lain dari atmosfer. Logam yang reaktif seperti titanium memerlukan perlindungan pada
permukaan logam induk yang lebih luas .
Semula gas yang dipakai untuk pelindung ini ialah gas mulia, argon dan helium, dan dari
penggunaan gas mulia inilah timbul nama MIG (Metal Inert Gas), tetapi sekarang CO2
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
96
dapat dipakai secara luas , dan juga campuran antara oksigen dan CO2 dengan gas
mulia. Oleh karenanya selain sebutan MIG lebih luas dengan sebutan GMAW bahkan
ada juga yang menggunakan sebutan Proses Las Busur CO2.
Penggunaan gas pelindung dalam laju alir tertentu akan membawa pengaruh pada :
Kharakteristik busur
Bentuk perpindahan logam
Penetrasi dan bentuk manik las
Kecepatan pengelasan
Tendensi terjadinya takik
Pembersihan (Cleaning action )
Sifat mekanis logam las.
Keuntungan dari penggunaan suatu jenis gas atau campuran gas pada suatu jenis
logam induk dengan sistem perpindahan logam tertentu dapat dilihat pada tabel IV – 3
dan IV – 4.
TABEL IV–3 : GAS PELINDUNG GMAW UNTUK SISTEM “SHORT CIRCUIT METAL
TRANSFER”
Walaupun gas-gas mulia murni mampu melindungi logam pada setiap suhu, mereka
tidak semua baik untuk penggunaan dalam semua proses pengelasan. Dengan
mengontrol jumlah gas yang reaktive, dan dengan mencampurkan gas mulia murni,
aktivitas busur akan lebih baik, dan perpindahan logam dapat ditentukan tanpa
menurunkan derajat efektifitas gas pelindung.
Penambahan oksigen atau karbon doksida pada gas-gas mulia membantu
menstabilkan busur, menaikkan pemindahan logam lebih baik, dan membatasi
terjadinya percikan logam las. Percikan las dapat dibatasi dengan menjaga busur
pendek yang seragam panjangnya.
V
PROSES PENGELASA
BUSUR BERINTI FLUX
(Flux Cored Arc Welding = FCAW )
1. U M U M
Proses ini termasuk dalam kelompok pengelasan busur api listrik elektroda terumpan.
Sebagai pelindung proses dipergunakan flux yang terbakar seperti pada proses SMAW
dan SAW, namun berbeda dengan SMAW karena flux tidak membungkus elektroda
tetapi sebagai inti lektroda; seperti SAW dan GMAW karena pengupanan elektroda
dilakukan secara terus menerus, dan untuk jenis elektroda dan kepentingan tertentu
masih dipergunakan juga gas pelindung tambahan.
Proses peleburan logam terjadi karena adanya busur api listrik yang terjadi di antara
elektroda dan logam induk. Flux yang merupakan inti dari elektroda yang berbentuk
tubular, terbakar menjadi gas dan terak cair (slag), akan melindungi proses terhadap
kontaminasi dari atmosfer.
Proses yang menggunakan gas pelindung tambahan dioperasikan seperti pada proses
GMAW dengan mesin las seperti yang dipakai untuk GMAW hanya berbeda pada
mekanisme pengumpanan elektroda, karena elektroda yang berbentuk tubular dengan
flux sebagai inti akan menjadi rusak jika dijepit oleh rol-rol pengumpan GMAW yang
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
100
elektrodanya dari logam pejal, oleh sebab itu rol-rol pendorong pada FCAW dibuat
beralur. (Gb. V – 4 )
Kecepatan pengelasan untuk menghasilkan logam las, akan lebih tinggi dibandngkan
dengan SMAW, namun dengan GMAW dan SAW dapat dikatakan sama.
2. VARIABEL-VARIABEL PENGOPERASIAN
Keperluan peralatan-peralatan yang baku untuk proses ini sama dengan peralatan-
peralatan pada proses GMAW :
Mesin Las
Kotak Pengatur /pengontrol Sistem
Unit Pengumpan Elektroda
Pemegang Elektroda.
Kabel-kabel Penghubung
Sistem pengatur aliran gas (untuk yang menggunakan gas )
perata arus (rectifier), motor generator, atau “engine-driven generator”, dan biasanya
menggunakan polaritas balik (DCEP) dan polaritas lurus (DCEN) hanya dipergunakan
untuk keperluan tertentu/terbatas.
Dua jenis kharakteristik sumber tenaga yang dikeluarkan mesin las, yaitu jenis arus
konsntan (biasa dipakai pada SMAW ) dan jenis tegangan konstan (biasa dipakai pada
GMAW) dapat dipakai pada proses FCAW , tergantung dari keperluannya.
Jika jenis arus konstan dipakai pada proses ini, perlu diimbangi dengan suatu “Arc
voltage-sensing”pada sistem pengumpanan kawat elektroda.
Mesin las tegangan konstan ialah jenis yang sangat sering dipakai pada proses ini,
dipakai hanya untuk proses-proses busur perinti flux umpan kontinyu.
Kawat elektroda yang diumpankan dengan arus pada laju tertentu, akan secara
otomatis mendorong sejumlah arus dari mesin las tegangan konstan yang diperlukan
yang dibutuhkan untuk menjaga tegangan busur yang semula diset (ditetapkan).
Jika laju pengumpan elektroda dinaikkan, arus akan naik dan oleh karenanya laju
pendepositan akan naik juga. Gb. V – 2 menunjukkan korelasi anatara laju
pengumpan elektroda dan arus pengelasan untuk empat ukuran elektroda berinti flux.
Pada sistem pengumpan elektroda jenis dorong, lektroda yang ditarik dari gulungan
didorong melalui saluran elektoda yang fleksibel, ke pemegang elektroda dan
kemudian ke busur. Laju pengmpananyang konstan sangat disarankan untuk sistem
tegangan-konstan namun laju pengumpanan ini harus mampu diatur untuk
menentukan arus pengelasan yang diperlukan.
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
102
Pemegang Elektroda
Pemegang el;ektroda untuk pengelasaan dengan gas pelindung tambahan sama
dengan yang dipakai dalam proses pengelasan busur logam gas (GMAW). Untuk
metoda yang tidak menggunakan gas tambahan sebagai pelindung digunakan
dengan jenis yang digunakan dengan gas pelindung tambahan, dengan tanpa
menghubungakan saluran gasnya (Gb. V – 5).
GAMBAR V – 3 : GAMBAR V – 4 :
PENGUMPAN BERODA EMPAT BEBERAPA JENIS RO0L BERALUR
CO2 2CO + O2
Oksigen yang bebas tersebuat akan mengoksidasi unsur logam. Besi yang cair
akaan bereaksi dengan CO2 mmembentuk oksida besi dan Co sbb. :
Fe + CO2 FeO + CO
Laju alir CO2 sebagai gas pelindung pada proses FCAW untuk semua pengelasan
tidak kurang dari 30 Cu.ft per jam.
Untuk pengelasan di luar yang tiupan anginnya cukup mengganggu pelindung gas,
harus diusahakan penghalang angin dan laju alirnya dinaikkan sampai 50 Cu.ft per
jam.
Kemurnian CO2
sebesar 0,0066% atau 66 part per million ( 66ppm). Untuk keperluan pengelasan
FCAW ini diperlukan gas CO2 mutu pengelasan. Kemurnian gas CO2 ini diukur dari
prosen kebasahannya, yang ditentukan pada suhu 40 oF (-40 oC)
Yaitu
Laju Pendepositan
Sebegaimana halnya pada proses-proses pengelasanyang lain, laju pendepositan
pada proses pengelasan berinti flux juga tergantung pada arus pengelasan dan
diameter elektrodanya. Pada gambar V – 7 dapat dilihat hubungan antara besar
kecilnya arus dan laju pendepositan dari 4 jenis ukuran elektroda yang berbeda-
beda.
Tegangan Busur
Pengaruh dari perubahan-perubahan tegangan busur ialah :
takik-takik
Kenaikkan tegangan busur akan lebih meratakan muka las dan melebarkan
manik las
Penurunan tegangan busur akan menyebabkan manik las menjadi cembung
berbentuk seperti tali
Tegangan yang sangat rendah akan menyebabkan elektroda tidak meleleh
pada loga. Tegangan busur yang kelebihan akan menghasilkan ”spatter”,
porositas berat. Elektroda akan menyelam dalam cairan las dan menumbur
logan induk yang tidak mencair di dasar kawah las.
Dengan arus dan tegangan yang lebih tinggi dapat dipakai tanpa menyebabkan
porositas. Menggunakan tegangan setinggi mungkin (dengan tanpa
menyebabkan porositas) akan menhasilkan suatu bentuk las yang sangat
memuaskan untuk semua pemakaian.
Arus Pengelasan
Variasi arus pengelasan akan mempunyai pengaruh sebagai yang diuraikan di
bawah apabila tegangan busur, kecepataan pengelasan dan pengumpanan serta
elektroda keluar tetap :
Arus & kecepatan pengumpanan yang kelebihan akan menghasilkan manik las
yang cembung (pemborosan elektroda), dan bentuk lasnya kurang baik
Kenaikan arus & kecepatan pengumpanan akan menaikkan laju pendepositan,
laju peleburan dan penetrasi lebih dalam.
Dengan arus & kecepatan pengunpanan yang terlalu rendah perpindahan
logam akan menetes akan menyulitkan dalam menjaga manik las yang
seragam.
Kenaikan arus yang diimbangi dengan kenaikan tegangan maksimum dapat
dipakai tanpa menyebabkan porositas.
Kecepatan Pengelasan
Variasi kecepatan pengelasan mempunyai pengaruh yang besar terhadap hal-hal
seperti diuraikan di bawah, apabila tegangan busur, arus pengelasan & kecepatan
pengumpanan, dan elektroda keluar tetap :
Pencekyungan manik las, bibir las tyang tidak rata, penetrasi yang dangkal
dihasilkan dari kecepataan pengelasan yang terlalu tinggi.
Kecepatana pengelasan yang terlalu rendah akan menghasilkan inklusi terak dan
manik las tidak rata.
VI
PROSES PENGELASAN
BUSUR TUNGSTEN GAS
GAS TUNGSTEN ARC WELDING = GTAW
1. U M U M
GTAW atau TIG adalah proses pengelasan busur api listrik elektroda tidak terumpan,
dentanmenggunakan gaas mulia sebagai pelindung proses.
Pada proses inji sering tidak diperlukan penambahan lodgam pengisi, yaitu bila pada
sambungan sudah cukup dengan meleburkan dua bagian logam induknya saja. Bila
diperlukan logam pengisi, logam pengisi ditanbahkan berupa batangan (rod) yang dilebur
pada busur bersama dengan logam induk.
Karena elektroda hanya berfungsi sebagai pembangkit busur, akan semakin baik jika
elektroda lebih tahan terhadap suhu, oleh sebab itu di sini dipilih wolfram sebagai bahan
elektroda, karena suhu leburnya yang cukup tinggi.
Proses pengelasan ini sangat lincah untuk dioperasikan pada semua posisi, dan dapat
dipakai untuk pelat-pelat yang tipis, (0,13 mm ). Dengana menggunakan proses ini dapat
dilas banyak jenis logam dan paduan-paduannya, meliputi baja karbon dan Stainless Steel
, paduan tahan panas (refractory metals), paduan alumunium, paduan berilium, paduan
2.2 Keterbatasannya
Kecepataan pengelasan rendah.
Laju pendepositan renndah.
Adanya kemungkinankontaminasi dari elektroda.
Perlu pelindung busur dari tiupan terhadap gas pelindung.
Dll.
3. PRINSIP KERJA
Pada proses GTAW peleburan logam terjadi karena panas yang dihasilkan oleh busur
listrik antara elektroda dan logam induk.
Busur listrik dhasilkan denga menggunakan elektroda wolfram atau paduan wolfram
pada rangkaian arus searah maupun bolak-balik dan arus bolak-balik yang dilengkapi
dengan pembangkit frekwensi tinggi. Untuk melindungim pengaruh atmosfer pada
daerah las yang dipanaskan, logam cair dan elektroda, dipergunakan gas mulia sebagai
pelindung yang dialirkan melalui nozel.
Proses GTAW dapat dioperasikan secara manual atau secara otomatis.
Dalam polaritas lurus, elektron dari elektroda yang menuju logan induk akan
menumbur logam induk dengan kecepatan yang tinggi, akan menyebabkan logam
induk menjadi lebih panas dari pada elektrodanya.
Pada polaritas balik, aliran elektron akan menuju ke elektroda, sehingga
elektrodanya akan menjadi terlalu panas, yang menyebabkan penetrasi menjadi
kurang dalam dari pada polaritas lurus. (Gb. VI – 2 )
4. PERALATAN PENGELASAN
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
113
4.1 TORCH
Torch adalah satu peralatan yang penting pada proses GTAW, berfungsi sebagai
pemegang elektroda, menghubungkan elektroda ke rangkaian listrik, dan
mengarahkan aliran gas pelindung ke sasarannya. Karena torch ini akan menjadi
panas dalam pemakaiannya, maka dibuatkan konstruksi pendingin, dapat
berpendingin air atau gas.
Jenis-jenis Nozel
Beberapa jenis nozel yang dipakai pada proses GTAW dibuat dari keramik, logam
(didinginkan dengan radiasi dan gas pelindung , atau berpendingin air), kwarsa
lumer, nozel berpelindung ganda.
Pabrik pembuat nozel membuat nomor ukuran dengan angka 4, 5, 6, 7, 8 dan
seterusnya yang menyatakan per-16-an inchi ( ../16” ) besarnya diameter lubang
dalam; nozel No.6 mempunyai diameter lubang dalam 6/16” (9,6 mm).
Pemilihan ukuran nozel berdasarkan ukuran diameter elektroda yang dipakai, yaitu
4 – 6 kali diameter elektroda.
4.2 Elektroda
Bahan yang dipakai untuk elektroda ini ialah tungsten atau peduan tungsten,
karena logam ini mempunyai sushu lebur tinggi (3410 oC atau 6170 oF.
Ukuran & toleransi, komposisikimia, identifikasi dan klasifikasi elektroda diatur
dalam AWS Spec A5.12.
TABEL VI – 3 : SPESIFIKSI AWS UNTUK LOGAM PENGISI YANG BAIK PADA GTAW
6. PENGELASAN
6.1 Penyalaan dan Pemadaman Busur
Ada dua cara penyalaan busur, ialah pada ACHF dan pada peggunaan arus DC.
Dengan ACHF dilakukan hanya dengan mendekatkan elektroda ke logam induk, busur
akan menyala tanpa menyinggungkan elektroda ke blogam induk.
Umtuk proses yang menggunakan arus DC penyalaan dilakukan dengan menyinggungkan
ujung elektroda ke logam induk, kemudian menariknya sampai jarak tertentu sehingga
timbul busur.
VII
PROSES PENGELASAN
BUSUR PLASMA
PLASMA ARC WELDING = PAW
1. UMUM
Proses peengelasan busur plasma termasuk jenis proses pengelasan elektroda tidak
terumpan. Busur sebagai sumber panas dibangkitkan di antara elektroda dan logam
induk atau elektroda dan dinding nozel. Sebagai pelindung proses pada pengelasan ini
ialah gas yang dialirkan melalui nozel. Selain sebagai pelindung, gas juga berperan
dalam proses timbulnya panas yang dipakai untuk mencairkan logam.
Busur api listrik yang terarah (constricted arc), yang terjadi di antara ujung elektroda dan
logam induk atau dinding nozel, berada pada lingkungan gas. Busur ini menguraikan gas
menjadi elektro-elektron bebas, ion-ion bermuatan positif dan atom-atom netral, yang
disebut plasma bersuhu tinggi. Oleh sebab itu, sesungguhnya plasma ini juga terjadi
pada proses-proses lain yang menggunakan gas pelindung, seperti GTAW. Perbedaan
plasma dengan proses GTAW ialah bahwa pada proses PAW/PAC plasma yang terjadi
diarahkan melalui lubang “orifice”, sehingga diperoleh suhu yang tinggi. Tergantung dari
bentuknya nozel, busur plasma dipakai selain untuk mengelas juga untuk memotong.
2. PRINSIP KERJA
Busur plasma yang dibangkitkan dengan dua cara pada proses ini dibedakan dalam dua
sistem yaitu sistem “Transferred Arc” dan “Non-transferred Arc”. (Gb.VII – 2 )
Teknologi Pengelasan oleh : AC. Suhardi
Proses
118
Dipakai pada proses ini ialah gas argon dan elektrodanya seperti yang dipakai pada
GTAW (tungsten). Busur yang terjadi dan gas yang terurai terkonsentrasi, keluar
melalui lubang yang sempit, dan terbentuklah kolom busur yang bersuhu tinggi.
Jika panas ini akan dipakai untuk mengelas, sebagai pelindung dialirkan gas lain
melalui lubang di luar kolom busur sebagaimana pada proses berpelindung gas
lainnya.
Proses PAW ini dapat dioperasikan dengan arus kecil, lebih rendah dari pada proses
GTAW, dengan kestabilanusur yang masih baik, namun dapat juga dipakai dengan
arus yang tinggi.
Mesin las busur plasma dibuat dengan batas arus antara 0,1 – 500 Amp.
3.2 Elektroda
Sebagai elektroda tidak terumpan, untukpengelasan usur plasma ini
elektroda dibuat dari bahan tungsten dengan kemurnian 99,5%
dengan paduan dengan thorium atau zirconium.
Ukuran diameter elektroda antara 0,01 - ¼ inch dengan panjang
antara 3 – 4 inch.
3.3 Torch
Torch untuk pengelasan ini lebih rumit darri pada torch unjtuk
pengelasan GTAW, Gambar VII – 4 menunjukkan desain torch heat
GTAW . yang dpakai secara manual. Pada torch tersebut dapat
dilihat dua saluran gas yang berbeda yaitu gas untuk palsma dan
gas sebagai pelindung.
3.5 Aplikasi
Proses peengelasa busur plasma ini dapat dioperasikan secara
manual maupun secara otomatis, Logam-logm yang dapat dilas
dengan proses ini ialah baja karbon, baja paduan, baja tahan karat,
baja paduan tahan suhu tinggi, paduan tembaga, paduan nikel dan
paduan titanium.
Logam yang tidak dapat dilas dengan proses inialah : logam yang
mempunyai titik cair relatif rendah,seperti alumunium dan
sebagainya.
Proses ini banyak dpakai untuk logam-logam tipis, kkarena
kestabilan busur yang masih baik pada arus yang rendah.
VIII
PROSES PENGELASAN
RESISTANSI LISTRIK
ELECTRIC RESISTANCE WELDING = ERW
1. U M U M
Semua jenis proses pengelasan resistansi listrik berdasarkan pada prinsip bahwa bila arus
listrik dialirkan melalui logam, tahanan logam terhadap aliran listrik ini akan memanaskan
logam. Dengan menggunakan arus yang tinggi akan menghasiklkan suhu yang tinggi pula,
dan karena suhu tinggi ini maka menyebabkan logam berfusi dan terjadilah pengelasan.
Berdasarkan beberapa keperluan yang dibutuhkan dengan proses ini maka banyak istilah-
istilah yangdipakai untukmenamai proses ini :
Spot welding
Shot welding
Gun welding
Flash welding
Stud welding
Spike welding
Upet welding
Press welding
Dll
Proses ini mempuyai beberapa kelebihan antara lain ialah cepat dapat dilaksanakan ,
pembengkokan kecil. Poses dapat dikontrol dengan teliti, dan lasan bisa seragam.
2. PRINSIP KERJA.
Bila arus listrik dilewatkan melalui dua keping logam dengan disinggungkan, tahan listrik
yang cukup tinggi setempat akan membangkitkan atau meghasilkan suhu yang tiggi. Jika
arus yang dipergunakan cukup tinggi maka logam akan menjadi plastis, kemudian akan
mencair. Kedua permukaan logam yang menjadi plastis atau cair tersebut ditekan satu sama
lain, sehingga kepingan-kepingan tersebut akan berfusi menjadi satu.
Mesin las resistansi ini bekerja berdasarkan pengoperasian transformator listrik arus bolak-
balik. Dalam rangkaian ini dperlukan arus yang tinggi, dengan tegangan yang kecil saja, oleh
karenanya kumparan primer pada transformator akan banyak sekali, sedangkan kumparan
sekundernya cukup satu saja.
Arus Listrik
Untuk mendapatkan arus yang cukup dapat memanaskan logam hingga palstis atau cair
( biasanya cukup plastis saja) perlu adanya peralaatannyang dapat untuk mengatur besar
kecilnya arus pada mesin las proses ini.
Ukuran logam lasan ditentukan oleh luasnya permukaan elektroda yang bersinggungan
dengan benda kerja.
Elektroda dibuat dari logam yang donduktifitas listriknya tinggi dan tahan aus, misalnya tembaga dan
paduan berilium. Ukuran elektroda ini dipertinbangkan menurut ukuran loga yang kan dilas (tebalnya),
arus yang kana dipakai, waktu dan tekanan yang disarankan.
dengan pemanasan sampai suhu tertentu dan dengan menggunakan logam pengisi
0
yang mempunyai suhu cair di atas 450 C dan di bawah suhu pengerasan logam
induk. Logam pengisi akan tersebar di antara kedua permukaan sambungan yang
sempit secara kapiler. Apabila suhu cair logam pengisinya di bawah 450 0 C, menurut
AWS disebut soldering (penyolderan/pematrian atau me-nyolder/mematri).
L0GAM PENGISI
(SOLDER)
LOGAM INDUK
Braze welding : adalah proses pembrazingan yang peletakan logan pengisinya tidak
denngan peristiwa kapiler.
Brazer :ialah orang yang melakukan pembrazingan secara manual atau semi-otomatis.
Solder : ialah logam pengisi yang dipakai dalam proses penyolderan. Jika dalam proses
pembrazingan disebut Brazing filer metal.
Brazing Operator: ialah operator yang melakukan pembrazingan secara otomatis atau
dengan mesin.
1.2 Kegunaan/manfaat
Logam dari paduan yang berbeda dapat disambung dengan baik
Dapat dipergunakan untuk menyambung logam yang tidak boleh berubah ukuran
maupun struktur mikronya oleh karena pemanasan.
Karena penggunaan suhu yang relatif tidak tinggi dapat mencegah terjadinya deformasi.
Permukaan sambungan tidak perlu pengerjaan kemudian, karena logam pengisi masuk
diantara kedua permukaan yanag disambung.
Semua logam dapat disambung, termasuk tembaga dan alumunium.
TUMPANG TERBUKA
BERTINGKAT TERBUKA
PEMBRAZINGAN DEPOSIT
PENGELASAN BRAZE
2. PROSEDUR PEMBRAZINGAN
NO WETTING WETTING
X PENGELASAN THERMIT
Pengelasan Thermit ialah suatu proses yang menghasilkan gabungan (sammbungan ) logam
dengan memanaskannya dengan logam cair yang panas sekali yang berasal dari suatu reaksi
”aluminothermic’ antara suatu oksida logam dengan aluminium dengan atau tanpa tekanan.
MeO + R Me + RO
Metal Oxide + Aluminum Aluminum Oxide + Metal + Heat