Anda di halaman 1dari 7

Layer of Protection Analysis (LOPA) of Refinery Reactor

disusun dalam rangka memenuhi tugas analisis resiko industri

Disusun oleh:
Cyrilla Oktaviananda
14/376450/PTK/10153

MAGISTER TEKNIK PENGENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

I. Layer of Protection Analysis (LOPA) dari Reaktor Kilang Minyak

Kilang minyak bumi berfungsi untuk mengubah crude (minyak mentah) menjadi produk
jadi, seperti Liquid Petroleum Gas/LPG, gasoline, kerosene, diesel, fuel oil, dan lain-lain.
Intensi atau fungsi dari reaktor pada kilang minyak adalah untuk pembakaran minyak
mentah dengan aliran dan suhu tertentu untuk memisahkan atau memfraksinasi minyak mentah
sesuai dengan peruntukannya berdasarkan titik didihnya.
Reaktor pada kilang minyak ini didesain sedemikian rupa sehingga proses fraksinasi
dapat berlangsung dengan aman, baik secara safety, lingkungan, dan kesehatan. Untuk itu,
reaktor ini dilengkapi dengan suatu instrument atau sistem pengamanan yang disebut dengan
BPCS (Basic Process Control System).
BPCS adalah suatu sistem yang bertanggungjawab pada operasi normal pada sebuah
industri khususnya industri kimia. Sistem ini pada umumnya digunakan sebagai lapisan pertama
perlindungan terhadap kondisi yang tidak aman. Pada kondisi yang normal, apabila BPCS gagal
untuk menjalankan kontrolnya, alarm akan berbunyi dan memberikan tanda peringatan kepada
operator yang kemudian intervensi manusia diperlukan untuk menstabilkan kembali variabel
kontrol tersebut. Jika kemudian operator juga mengalami kegagalan maka protection layer yang
lain seperti pressure safety valves, design pengaman proses yang melekat, atau SIS (Safety
Instrumented System) dibutuhkan untuk tetap pada posisinya untuk mengembalikan proses pada
kondisi yang aman dan mengurangi bahaya-bahaya yang akan terjadi.

Gambar 1.
Existing
P&ID
Refinery
Reactor
II. Outcome Interest
Kebakaran dan kehancuran total dari sistem pemanas
III.

BPCS (Basic Process Control System)


BPCS (Basic Process Control System) pada reaktor hidolisa ini adalah sebagai berikut:
1. Flow Indicator Controller (FC)
2. Katup bahan bakar XV-102, dan
3. Flow Transmitter, FT-101

Kegagalan salah satu variabel control pada BPCS akan mendorong terjadinya initiating event
berdasarkan skenario kegagalan BPCS dibawah ini:

IV.

Skenario
Skenario dari terjadinya kegagalan proses pada reaktor ini berdasarkan analisis LOPA adalah
sebagai berikut:
1. Tempat isolasi (insulation bag) di sekitar aliran pemancar FT-101 berpindah tempat dan
gagal untuk memberikan isolasi yang tepat. Kejadian ini dinyatakan sebagai initiating
event.
2. Arus transmitter pada valve FT-101 membeku menyebabkan pembekuan pada variabel
proses.
3. Flow Indicator Control FIC-101 diturunkan.
4. FIC-101 menutup FV-101 dalam upaya untuk menurunkan variabel proses
5. FT-101 dan FSLL-101 gagal mendeteksi kondisi aliran rendah karena variabel proses
mengalami pembekuan ditempat, dan pada gilirannya gagal untuk menutup katup bahan
bakar gas XV-102
6. Heater-101 kelebihan panas kemudian pecah dan menyebabkan kebakaran besar serta
kehancuran total dari sistem pemanas

V. IPL (Independent Protecting Layer)


IPL (Independent Protecting Layer) dari sistem refinery reactor adalah

Gambar 2. Penggambaran IPL

Berdasarkan kejadian yang telah terjadi (realisasi hazard), maka diharapkan protection layer
yang telah terpasang pada sistem bekerja secara optimal. Adapun IPL tersebut adalah sebagai
berikut:
IPL 1 : Safety Instrument System, salah satunya meliputi alarms otomatis yang dipasang pada
sistem. Operator intervention, dimana operator wajib bekerja sesuai dengan SOP
untuk mengendalikan sistem pengamanan apabila sistem mengalami kegagalan. Pada
saat initiating event terjadi pada realisasi hazard diatas seorang operator pada saat
mendengar bunyi alarm kegagalan proses pada flow transmitter dengan sigap akan
menutup katup dari bahan bakar XV-102 sehingga aliran bahan bakar tetap akan
terkontrol dengan baik dan tidak menyebabkan kegagalan proses pada reaktor.
IPL 2: Emergency Shutdown, shutdown otomatis sistem akan terjadi apabila seorang
operator sebagai IPL 1 gagal menjalankan kewajibannya.
IPL 3 : Emergency Responses, apabila IPL 1 dan IPL 2 gagal, maka segera dilakukan respon
tanggap darurat seperti mendatangkan pemadam kebakaran atau mengkomando
seluruh pekerja untuk keluar dari lokasi pabrik kemudian berkumpul pada titik
berkumpul assembly point demi keamanan dan keselamatan pribadi.
Tabel 1. Risk Criteria

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan atau yang terdapat di
dalam refinery reactor adalah crude oil, sehingga termasuk kedalam Category 5.

Safety Function
Identifier
Failure on
demand

Operator bekerja
sesuai SOP
B

Emergency
Shutdown
C

Emergency
Responses
D

0,1

0,1

0,1
continue
operation
0,81
shutdown
0,081

0,9
0,09
initiating event
A
1

shutdown
0,009
shutdown
0,09
shutdown
0,009

0,1
0,01

kebakaran
0,001

Gambar 3. Perhitungan frequency of consequence (per year) dari kejadian kebakaran pada
refinery reaktor
Berdasarkan perhitungan frequency of consequence yang dilakukan diketahui bahwa frekuensi
terjadinya kejadian (top accident) adalah sebesar 10-4. Kategori dari bahan serta frekuensi
terjadinya kejadian (top accident) kemudian di plot kedalam Tabel 2 untuk mengetahui tingkat
resiko yang akan terjadi akibat kejadian (top accident).

Tabel 2. Tabel Tingkat Resiko dari Kejadian

Hasil penilaian berdasarkan tabel tingkat resiko kejadian didapatkan hasil bahwa tingkat
resiko yang terjadi tergolong not tolerable dan diperlukan tindakan untuk mencegah terjadinya
kejadian pada saat masih ada kesempatan. Tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah
dengan menambahkan independent protection layer (IPL) pada sistem refinery reactor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai