Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR B-X, B-Y, B-Z


LAPANGAN BUNYU DENGAN
EVALUASI INTERNAL – DENSITAS PERFORASI DAN GAS LIFT

Optimasi sembur buatan kontinyu pada sumur-sumur Lapangan Bunyu


dimaksudkan untuk menganalisa kembali, apakah sumur-sumur tersebut telah
mencapai laju produksi optimum atau belum. Laju produksi ini dapat diperoleh
dengan melakukan berbagai evaluasi-densits perforasi dan gas lift.
Didalam melakukan optimasi produksi sumur dengan evaluasi interval dan
densitas perforasi-gas lift, dilakukan dengan dua cara pendekatan, pendekatan
pertama dengan melakukan perhitungan ulang terhadap letak interval dan densitas
perforasi sehingga didapatkan laju produksi fluida yang optimum dari formasi
kedasar sumur dilakukan dengan cara menghitung jarak interval perforasi yang
ada dengan metode Craft dan hawkin, menganalisa produktivitas sumur dengan
membuat kurva Inflow Performance Relationship (IPR) dengan metode Petrobas,
menghitung besarnya pressure drop perforasi serta laju produksi yang dihasilkan
terhadap densitas perforasi dengan metode Kermit Brown. Pendekatan kedua
melakukan optimasi gas lift dengan cara menentukan GLR injeksi yang optimum
sehingga menghasilkan laju produksi yang maksimal dari sumur ke permukaan.

4.1. Kinerja Aliran Fluida Dalam Formasi Produktif


Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan kinerja aliran
fluida dalam formasi produktif adalah sebagai berikut :

4.1.1 Menentukan Laju Produksi Minyak Kritis Berdasarkan Internal


Perforasi yang sudah ada.
Untuk mengetahui apakah pada sumur kajian telah mengalami problem
water coning maka perlunya dilakukan peninjauan kembali pada posisi letak
interval yang sudah ada dengan cara menghitung laju alir kritis tanpa water coning
pada sumur pengamatan. Apabila laju produksi aktual lebih besar dari laju
produksi kritis, maka kemungkinan besar water coning dapat terjadi hal ini diikuti
dengan kenaikan kadar air yang cukukp tinggi dan penurunan laju produksi
minyak.
Adapun langkah-langkah dalam penentuan harga laju produksi minyak
kritis untuk sumur-sumur kajian B-X, B-Y dan B-Z dilakukan dengan persamaan
(3-39) yang diberikan oleh Craft dan Hawkin, sebagai berikut :
A. Data Sumur B-X (3471.3-3477.9)
- Tekanan statik (Ps), Psia : 1225
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf), Psia : 1076
- Tebal zona minyak (ho), ft : 16
- Permeabilitas minyak (ko),md :110
- Viscositas minyak (  ), cp : 2.015
- Densitas minyak (  ),gr/cc :0.9
- Densitas air (  ), gr/cc : 1.10
- Faktor folume formasi minyak (  ), bbl/stb :1.13
- Jari-jari pengurasan sumur (re), ft : 951.49
- Jari-jari sumur (rw), ft : 0.58
- Interval perforasi (hp), ft :7
- Deviasi sumur : 90
- Fraksi penetrasi (hp/ho),ft : 0.42
- Laju produksi aktual (qo), bopd : 57
- Jarak perforasi terbawah dengan BMA (  hmaks),ft : 10
Prosedur perhitungan laju produksi minyak maksimum tanpa coning :
 Memperkirakan besarnya productifity ratio :

PR = f 1  7
rw
2 fho

x cos fx o 
 
 
= 0,42 1  7
0.58
2 x 0,42 x16
 
x cos 0,42 x90o   0.96
 

 Menghitung laju produksi kritis formasi :


0,00708xk o xho x Ps  Pwf 
xPR
qoc = 
 0 x o xIn re 

 rw 
0,00708 x110 x16 x(1225  1076)
x0.96  105.74 Bopd
=  951 . 49 
2.015 x1.13xIn
 0,58 

Dari hasil perhitungan laju ktitis tanpa water coning untuk sumur
TGB-X diperoleh (qo critis ) 74 Bopd. Dengan cara yang sama diatas,
tentukan untuk sumur TGB-Z, yang langkah perhitungannya dapat dilihat
pada lampira E, kemudian hasil dapat dilihat pada Tabel IV.1

Tabel IV-1
Perhitungan Laju Produksi Kritis
Berdasarkan Perforasi Yang Sudah Ada Dengan Metode
Craft Dan Hawkins

SUMUR
PARAMETER
B-X B-Y B-Z
1 Ketebalan zona minyak (ho),ft 16 23 25
2 Interval perforasi (hp),ft 7 10 10
3 Laju alir actual (qo), Bopd 57 161 50
4 Produktivity ratio (PR) 0.96 0.88 0.91
5 Laju alir kritis (qo ctitis), Bopd 105.74 272.72 147.66

4.1.2 Pembuatan Kurva IPR dengan Metode Petrobras


Gambaran secara kuantitatif mengenai laju produksi yang mungkin
dihasilkan dari formasi ke sumur dapat diketahui dari perpotongan kurva IPR
dengan tubing intake. Analisa produktivitas sumur-sumur kajian di evaluasi
menggunakan korelasi Petrobas, karena mekanisme aliran fluida dalam sumur
adalah tiga fasa, dengan anggapan bahwa skin sama dengan nol, dan
memperhitungkan water cut. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan
sebagai berikut :
A. Data Sumur B-X
- Tekanan statik : 1225
- Tekanan gelembung (Pb), Psi : 1128
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf), Psi : 1076
- Laju alir total (qt), Bpd : 665
- Fraksi water (Fw) : 0,90
Prosedur pembuatan kurva IPR untuk sumur B-X sebagai berikut :
1. Berdasarkan data hasil uji produksi dan tekanan, dihitung
Productivity Index (J)
Pwftest < Pb :

2
 Pwf   Pwf 
  1  0,2    0,8
 Pb   Pb 
2
1076  1076 
= 1  0,2   0,8 
1128  1128 
= 0,081
qttest
j
  PbxA 
Fo Pr  Pb     Fw Pr  Pwf test 
  1,8 

665
= 0,101200  1103  1128 x0,081   0,901225  1076 
  
  1,8 
= 4,39 Bpd / Psi

2. Berdasarkan harga (J) pada langkah 1, laju produksi minyak pada tekanan
saturasi
qb = J  Pr  Pb 
= 4,49 * 1225  1128   426,12 Bpd

3. Perhitungan laju produksi minyak maksimum (Qo max) :


J .Pb
Qo max = qb  1,8

4,39 x1128
= 426,12  1,8

= 3176,21 Bpd

4. Perhitungan laju produksi total maksimum


 80 0,999qo max qb    qo max 
CD = 0,125Fo Pr  1  81    Fw0.001 
 qo max qb   J 


= 0,125 x0,10 x1200  1  81  80 *  0,999  0,900,001   3176.00 
4,39 

= 1.399
CG = 0,001xQo max
= 0,001 x 3176.00
= 3.176
 Qo max   CG 
Q1max = Qo max  FwPr    CD 
 J

 3176.00   3.176 
= 3176.00  0,901225 
 4,39   1.399 

= 4175,44 Bpd

5. Dengan menggunakan metode dan langkah yang sama seperti diatas dapat
dihitung beberapa harga laju produksi lainnya dengan berbagai harga Pwf
anggapan, seperti tabel dibawah ini :

Pwf Qt Qo
A
(Psia) (Stb/d) (Stb/d)
1128 0.0000 0.00 0.00
1100 0.0411 198,66 132.57
1000 0.1914 825.73 609.51
900 0.3291 1400.13 1046.41
800 0.4541 1921.87 1443.25
700 0.5665 2390.95 1800.03
600 0.6663 2807.37 2116.76
500 0.7534 3171.13 2393.44
400 0.8280 3482.23 2630.06
300 0.8899 3740.66 2826.63
200 0.9392 3946.44 2983.14
100 0.9759 4099.55 3099.60
0 1.000 4200.44 3176.00

6. Plot untuk berbagai harga Pwf didapatkan grafik IPR pada gambar 4.1.

Dengan cara yang sama pembuatan kurva IPR untuk sumur B-Y dan B-Z
dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3. hasil perhitungan ditabulasikan sebagai
berikut :

Tabel IV-3
Hasil Analisa Produktivitas Sumur B-X, B-Y dan B-Z
Pada Lapangan Bunyu
J Qo max Qt max
SUMUR
(Bpd/Psia) (BOPD) (BPD)
B-X 4.39 3176.21 4200.44
B-Y 3.03 2070.01 2757.70
B-Z 3.88 2695.03 4108.89

4.1.3 Pembuatan Kurva Tubing Intake


A. Data Sumur B-X
- Kedalaman sumur (h), ft = 3478
- Tekanan seperator (Psep), Psia = 31
- Tekanan tubing (Ptub), Psia = 170
- Diameter Tubing, (ID), inc = 2.441
- Gas liquid ratio (GLR), Scf/bbl = 976
- Kadar air (WC), % = 90
Pembuatan kurva tubing intake dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan laju produksi yang dapat dicapai oleh ukuran tubing yang
digunakan.
Prosedur perhitungan :
1. Menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf)
Dengan beberapa qasumsi tadi, berdasarkan tekanan wellhead terhadap
GLR dengan diameter dan kedalaman sumur pada grafik Pressure
tranvers vertikal didapat harga tekanan alir dasar sumur.
2. Hasil pengamatan dari grafik Pressure tranvers di atas didapatkan P wt
terukur dapat ditabulasikan dalam Tabel IV-4.
Tabel IV-4
Pembuatan Kurva Tubing Intake
Q P wellhead Pwf
Anggapan Pwh = 170 Psis Tubing
100 170 524
200 170 493
400 170 546
800 170 634
1000 170 673
1200 170 712
1500 170 772
2000 170 879

3. Memplot qasumsi vs Pwf pada kertas grafik sehingga membentuk kurva


tubing intake pada Gambar 4.4. Titik perpotongan antara kurva tubing
intake dengan kurva IPR merupakan diskripsi laju produksi liquid
yang dapat dicapai dengan ukuran tubing 2 7/8”
4. Menplot setiap rentang jarak antara kurva tubing intake dengan kurva
IPR terhadap garis axis (qo) sehingga terbentuk suatu kurva  P line
yang merupakan pencerminan kurva IPR pada Gambar 4.4 dan untuk
sumur B-Y dan B-Z dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6.

4.1.4 Perhitungan Kehilangan Tekanan Akibat Perforasi


Untuk menentukan besarnya kehilangan tekanan akibat perforasi,
diperlukan evaluasi terhadap densitas perforasi yang diterapkan, dengan
menggunakan metode Carl Gringer dan Kermit Brown.

A. Data Sumur B-X (3471-3478) :


a. Data Reservoir
- Laju produksi test (qt), Bpd = 665
- Viscositas minyak (  o ) = 2.015
- Faktor volume formasi (Bo), bbl/stb = 1.13
- Densitas minyak (  o ), lbm/cuft = 52.69
- Permeabilitas formasi (k), md = 110
b. Data Perforasi Existing
- Interval perforasi (hp), ft = 7 ft
- Diameter perforasi (dp), inch = 0,42
- Panjang penetrasi perforasi, spf = 54.1
- Densitas perforasi, Spf =5
- Diameter casing (ID), inc = 6.538
- Diameter lubang summur, inch = 8,5
- Kondisi = Overbalance
Dari data diatas dapat dihitung pressure drop akibat perforasi dengan
menggunakan persamaan Jones Blonz dan Glaze, sebagai berikut :

Prosedur Perhitungan :
 Hitung zona terkompaksi (kp)
Overbalance, Kp = 0.1 x 110 = 11.0 md
 Hitung koefisien turbulensi (  )
2,33 x1010 2,33 x1010
    1,28 x109 ft 1
Kp1, 201 11,01, 201

 Hitung jari-jari zona terkompaksi (rc)


ap 0.42
rp  2  2  0.0175 ft
12 12
 0.5 
rc  0.0175     0.05917 ft
 12 
 Hitung panjang lubang perforasi dibelakang casing (Lp)
 8.5  6.538 
Lp  (12.1    / 12 ft )  0.93 ft
 2

 Hitung laju produksi perforasi (qp)


qanggapan 665
qp     19 Bpd
densitasperforasixhp 5 x7

 Hitung koefisien aliran turbulensi (a)


2.30e 14 x1.28e 9 x1.2 x  52.69 1
2
 0.0175
1
0.05917

0.93 2
= 46.236
 Koefisien aliran laminer (b)
 rc   0.05917 
 o  o In  2.324 x1.2 In 
 rp   0.0175 
b 
7,08.10 3 LpKp 7.08 x10 3 x 0.93 x11 .2

= 46.236
 Hitung Pressure drop yang terjadi terhadap densitas perforasi
P  Pwfs  Pwf  aq 2  bq
2
 q angg   q 
= 0.1050    46.236 angg 
 hpxspf   hpxspf 

hasil perhitungan dalam bentuk Tabel IV-5 sedangkan untuk interval 7ft dan
densitas perforasi 12 SPF dapat dilihat pada tabel IV-6, B-Y untuk interval 10
ft dan B-Z untuk interval 10 ft dapat dilihat pada lampiran H. Sedangkan
analisa presurre drop untuk masing-masing sumur B-X, B-Y dan B-Z dapat
dilihat pada Tabel IV-7, IV-8 dan IV-9.
 Plot antara harga qangg dengan  line yang merupakan kurva kelakuan
densitas perforasi, pada Gambar 4. 7, 4. 8, 4. 9 dan 4. 10.

TABEL IV-5
Pengaruh Densitas Perforasi Terhadap Pressure Drop
Untuk Interval 7 Ft dan Densitas Perforasi 5 SPF

 P=aq^2+b
HP Densitas qt angg qt perforasi A q^2 bq
q
Ft Spf STB/D STB/D Psia
7 5 75 2 0.4819 99.08 100
7 5 100 3 0.8568 132.10 133
7 5 200 6 3.4272 264.21 268
7 5 400 11 13.7087 528.42 542
7 5 665 19 36.6463 863.96 901
7 5 700 20 41.9828 924.73 967
7 5 800 23 54.8346 1056.83 1112
TABEL IV-6
Pengaruh Densitas Perforasi Terhadap Pressure Drop
Untuk Interval 7 Ft dan Densitas Perforasi 12 SPF

 P=aq^2+b
HP Densitas qt angg qt perforasi A q^2 bq
q
Ft Spf STB/D STB/D Psia
7 12 75 1 0.106 45.75 46
7 12 200 2 0.751 122.00 123
7 12 400 5 3.004 243.99 247
7 12 665 8 8.031 398.92 407
7 12 800 10 12.017 487.98 500
7 12 1000 12 18.776 609.98 625
7 12 1200 14 27.037 731.97 759

TABEL IV-7
Analisa Pressure Drop Sumur B-X
Pada Berbagai Harga Densitas Perforasi Untuk Interval 7 ft

Densitas Interval : 7 ft
(SPF) Qt (Bpd) Qo (Bopd)  P=(Psi)  P (%)
5 420 50 600 77
12 1100 90 475 59

TABEL IV-8
Analisa Pressure Drop Sumur B-Y
Pada Berbagai Harga Densitas Perforasi Untuk Interval 10 ft

Densitas Interval : 10 ft
(SPF) Qt (Bpd) Qo (Bopd)  P=(Psi)  P (%)
5 860 103 295 38
12 950 114 288 30

TABEL IV-9
Analisa Pressure Drop Sumur B-Z
Pada Berbagai Harga Densitas Perforasi Untuk Interval 10 ft

Densitas Interval : 10 ft
(SPF) Qt (Bpd) Qo (Bopd)  P=(Psi)  P (%)
5 400 18 250 59
12 450 20 220 55

4.2. Evaluasi Optimasi Sumur Continous Gas Lift Lapangan Bunyu


Prosedur perhitungan yang digunakan untuk melakukan optimasi laju
produksi minyak sumur continuous gas lift lapangan Bunyu adalah sebagai
berikut :
4.2.1. Penentuan Kedalaman Titik Injeksi
Penentuan kedalaman titik injeksi untuk sumur B-X, B-Y dan B-Z adalah
sebagai berikut :
Tabel IV – 10
Data Untuk Perhitungan Kedalaman Titik Injeksi

SUMUR
DATA
B-X B-Y B-Z
Kedalaman sumur,ft 3633 2946 3670
Tekanan statik (Ps), Psia 1225 1182 1195
Tekanan alir (Pwf), Psia 625 894 975
Laju alir tes (qtest), Bpd 665 1202 1055
Water cut, %’’ 90 88 94
0
API 36.5 37.8 40.7
SG Gas 0.86 0.86 0.86
Pwh, Psia 170 171 195
Tekanan kick-off (Pko), Psia 680 680 680
Tekanan operasi di permukaan, Psia 625 625 625
Temperatur di permukaan,0 F 169 140 132
Temparatur dasar sumur, 0F 205 210 206

Prosedur Pengerjaan untuk Sumur B-X, sebagai berikut :


1. Plot kedalaman (0-4000 ft) pada sumbu vertikal.
2. Plot skala tekanan pada sumbu horizontal (0-1300) Psia.
3. Tentukan BHP static (= 1225 psig) pada kedalaman 3636 ft.
4. Tentukan titik Pwf pada kedalaman 3478 ft .
5. Dari titik Pws buat garis gradien static hingga memotong sumbu kedalaman
 Spesific gravity minyak :

141.5
SGoil 
131.5  API
141.5
  0.844
131.5  36.2
 SG sir formasi = 1.015

 Rs.g (0.0764) 
  o (62.4)   1    WOR  
  62.4   1  WOR  
   5.614  
 Bo  1  WOR    

 

 275 0.86 0.0764 


 0.844 62.4    1    7.605 
 5.614
   1.015 62.4   
 1 .13  1  7.605    1  7.605 

 

= 61.387 lb/cuft = 0.426 psi/ft


Jadi gradien static = 0.426
 Untuk kedalaman 2000 ft, berarti panjang kolom cairan (3632 - 2000) =
1632 ft, tekanan statiknya adalah :
1632 x 0,426 = 695.726 psi
pada kedalaman 2000 ft mempunyai tekanan static sebesar :
= 1225 – 695.726 = 527.27 psi.
 Plot titik ini (527.27 psi) pada kedalaman 200 ft, kemudian dari SBHP
tarik garis melalui titik ini hingga sumbu ordinat.
6. Dari titik Pwf (625 psi) tarik atau buat garis gradien aliran sejajar dengan garis
gradien tekanan statik.
7. Plot titik tekanan (Pko-50) dan data tekanan surface operating kurang 100
psig. Dalam hal ini :
 Pko – 50 = 680 – 50 = 630 psig.
 Tekanan operasi di permukaan – 100 = 630 – 100 = 530 = Pso.
Kedua titik ini diplot pada kedalaman nol.
8. Buat garis gradien tekanan (ke bawah ) dari titik Pko-50 dan Pso dengan
menggunakan gambar pada Lampiran H-1.
 Untuk Pko-50 pada kedalaman 4.000 ft didapatkan tekanan sebesar 690
psi.
 Plot garis melalui titik Pko-50 pada kedalaman nol dan 690 psi pada
kedalaman 4000 ft.
 Untuk Pso pada kedalaman 4000 ft didapatkan tekanan sebesar 580 psi.
 Plot garis melalui titik Pso pada kedalaman nol dan 580 psi pada
kedalaman 4000 ft.
9. Potongan garis – garis yang dibuat pada langkah 6 dan 8 diatas. Perpotongan
garis operating casing pressure dan garis tekanan aliran (langkah 6)
merupakan “titik keseimbangan”.
10. Tekanan pada titik keseimbangan dikurangi 100 psi (580-100=480 psi). Garis
480 Psi ini akan berpotongan dengan garis gradien aliran dan perpotongan ini
disebut “Point of Injection” atau titik injeksi gas. Didapatkan bahwa titik
injeksi gas terletak pada kedalaman 3150 ft.
Dengan cara yang sama untuk Sumur B-Y dan B-Z didapatkan kedalaman titik
injeksi :
- Untuk sumur B-Y, titik injeksi pada kedalaman 1800 ft.
- Untuk sumur B-Z, titik injeksi pada kedalaman 2650 ft.

4.2.2. Analisa Kehilangan Tekanan dalam Pipa Vertikal


Untuk menentukan kehilangan tekanan aliran fluida didalam pipa vertikal
digunakan metode Hagedorn and Brown. Data – data yang diperlukan dalam
perhitungan dapat dilihat pada Tabel IV-10.

Tabel IV – 11
Data untuk Perhitungan Kehilangan Tekanan di Tubing

SUMUR
DATA
B-X B-Y B-Z
Diameter tubing (ID), in 2.441 2.441 2.441
Tekanan tubing (Ptubing),Psi 170 171 195
Tekanan alir dasar sumur (Pwf),Psi 625 895 975
Temperatur kepala sumur (Twh),0F. 165 140 132
Temperatur dasar sumur (Tbh), 0F. 209 208 206
Spesific gravity gas (yg). 0.85 0.85 0.85
Spesific gravity Water (Yw) 1.017 1.019 1.022
Densitas oil (  O ) API 36.5 36.9 41.7
Viscositas gas (  g ), cp 0.0149 0.015 0.015

Laju produksi total (Qt), BFPD 665 1202 1055

Laju produksi Oil (Qo), BOPD 57 161 50

Laju produksi air (Qw), BPD 578 1064 1031

 o , asumsi standar (dynes/cm) 30 30 30

 w , asumsi standar (dynes/cm)


70 70 70
979 273 285
GLRf, Scf/stb

Prosedur Perhitungan Sumur B-X:


1. Spesific gravity minyak :
141.5
o 
131.5  API
141.5
  0.844
131.5  36.5
2. Perhitungan massa cairan dalam satu STBL adalah :
 1   WOR 
m  o(350)    W (350)   (0.0764)(GLR )(g )
1  WOR  1  WOR 

 1   7.605 
 0.844(350)    1.015(350)   (0.0764)(976)(0.86)
1  7.605  1  7.605 
= 412,4 lbm/stk bbl liquid.
3. Perhitungan massa laju aliran cairan :
W =qm
= (665)*(412.4)
= 26971653 lbm/day
4. Perhitungan Tekanan rata – rata :
P1  P2
P  14.7
2
170  624
  14.7  411.7 psia
2
5. Temperatur rata – rata :
P1  P2
P
2
165  209
  187 0 F
2
Z = 0,907 (dari Gambar H.2).
6. Perhitungan rata – rata densitas fasa gas :
 P  520  1 
g  g (0,0764) 
  
 14.7  T  Z 

 411 .7  520  1 
 0.86(0.0764)     1.631 lbm / cuft
 14.7  647  0.907 
7. Perhitungan densitas cairan :
 Rs.g (0.0764) 
 o(62,4)   1    WOR  
l   5.614   W (64.4) 
 

 Bo  1  WOR   1  WOR 


 

 275(0.86)(0.0764) 
 0.844(62,4)  5.614  1    7.605  
l    
 1.02(64.4)  
 1.13   1  7.605   1  7.605  

 

= 61.66 15/cuft
Dimana :
Rs = 275
Bo = 1.13

8. Dari Gambar (H.3) didapatkan Rs :


Rs pada P dan T = 275 scf/bbl.
Rs pada P1,TI = 285 scf/bbl.
Rs pada P2, T2 = 250 scf/bbl.

9. Perhitungan viskositas minyak rata – rata lihat Gambar (H.5) sampai gambar
(H.6) :
Dari gambar (J.5) o 1 = 2,8 cp o 2 = 2,6 cp
Perkiraan viscositas rata – rata dari Gambar (J.6) :
o = 0,16 cp o 2 = 0,14 cp

o = 0.16  0.143  0.15 Cp


2
10. Viskositas rata – rata dari Gambar (H.7) :
w 1 = 0.37 cp w 2 = 0,28 cp
0.37  0.28
wv   0.325 Cp
2

11. Penentuan viskositas campura cairan :


 1   WOR 
l  o   w 
 1  WOR   1  WOR 
 1   7.605 
 0.15   0.325   0.305 Cp
 1  7.605   1  7.605 
12. Penentuan tegangan antar muka cairan :
 1   WOR 
l  o   w 
 1  WOR   1  WOR 

 1   7.605 
 30   70   65.352 dynez / c
 1  7.605   1  7.605 
13. Penentuan liquid viscosity number :
1
 1  4
Nl = 0.15726 l   
 l  l
3

1
 1  4
= 0.15726(0.305)   = 0.0007]
 61.66  ( 65.352) 3 

14. Fungsi liquid viscosity number dari Gambar (H.8) :


CNL=0.002
15. Perhitungan luas tubing :
l 2
Ap 
4
3.14( 2.441) 2
  0.0325 sq ft
(144) 4

16. Penentuan FVF minyak rata – rata dari Gambar (H.4)


Bo = 1.272
17. Perhitungan Vsl :
(5.61)ql   1   WOR 
Vsl   Bo   Bw 
86400 Ap   1  WOR   1  WOR 

(5.61)(654)   1   7.605 
Vsl  1.272   1.0 
86400(0,0325)   1  7.605   1  7.605 
= 1.3377 ft/sec.
18. Perhitungan liquid velocity number (Nlv) :
1
l 
Nlv = 1.938 (Vsl ) 
4

 l 
1

Nlv = 1.938 (1.3377 ) 


61.66  4
 = 2.555
 65.352 
19. Perhitungan superficial gas velocity :
  1 
ql GLR  Rs 
  1  WOR   14.7  T  Z 
Vsg   
86.400 Ap  P  520  1 

  1 
654976  275 
  1  7.605   14.7  647  0.907 
Vsg     
86.400 (0.0325)  411 .7  520  1 
= 8.864 ft/sec.
20. Penentuan gas velocity number (Ngv) :
1
l
Ngv = 1.938 Vsg  
4

 l 
1

= 1.938 (8.864) 
61.66  4
 = 16.93
 63.352 

21. Penentuan jenis aliran :


 0.2218(Vsl  Vsg ) 2 
A = 1.701 -  
 2 

 0.2218(1.3377  8.864) 2 
= 1.071 -    114 .36
 0 .2 

Vsl = 1.3377 ft/sec dari langkah 17.


Vsg= 8.864 ft/sec dari langkah 19
d = 2.441 in = 0.2 ft.
Vsg
B
Vsl  Vsg

8.864
=  0.869
1.3377  8.864
Jika B-A lebih besar atau sama dengan nol, maka digunakan Metoda
Hagedom and Brown, sebaliknya digunakan Metoda Griffith aliran gelembung
gas.
22. Diameter pipe number :
l
Nd = 120.872d
l

61.66
= 120.872 (0,2)  23,48
65.352
23. Penentuan parameter korelasi hold – up pertama :
Nlv  P 
0.10
CNI 
  
Ngv  14.7   Nd 

2.555  411 .7   0.002 


  0.10 
16.93  14.7   23.48 
= 6e-5.
24. Faktor korelasi hold – up pertama, dari Gambar (H.9) :
Hl

= 0,28

25. Penentuan parameter korelasi hol – up kedua :


Ngv.Nl 0.380

nd 2.14
16.93(0.0007) 0.380
  0.00128
( 23.48) 2.14

26. Faktor korelasi hold – up kedua, dari Gambar (H.10) :


 1

27. Penentuan harga hold – up :


Hl
Hl   0.28

28. Reynold number untuk fluida dua fasa :

( Nre ) TP 
 2.2 x10  w
2

d ( l ) HL ( g ) (1 HL )

=
 2.2 x10 264876
2

0.2(0.305) 0.28 (0.0149) (1 0.28)


= 839985
(0.00015)(12)
29. gld =  0.000737
2.441
30. Faktor gesekan diperoleh dari Gambar (H.11). atau dengan formala :
2
  21.25 
f  1.14  2 Log   l d  
  Nre 0.9 
2
  21.25 
f  1.14  2 Log  0.000737   = 0.0188
  (839985) 0.9 
31. m  l Hl  g (1  Hl )
= (61.66)(0.28)+(1.631)(0.72)
= 18.439 lbm/cuft
32. Seperti cara sebelumnya dicari :
Tl = 165 Tl = 209
Zl = 0.968 Zl = 0.855
Bol = 1.13 Bol = 1.28
Rsl = 285 Rsl = 250
Vall = 1.347 Vall = 1.348
Vagl = 22.16 Vagl = 3.691
33. Hitung harga Vm1 dan Vm2, dengan persamaan :
Vm1 = Vsl 1 + Vsg1 = 23.51
Vm2 = Vs2 1 + Vsg2 = 5.04
34. Hitung harga  (Vm)2. dengan persamaan :
 (Vm)2 = (Vm1)2 – (Vm2)2.
= 527.4
35. Hitung harga  h, dengan persamaan :
 Vm 2 
144  m 
 2 gc 
h 
fw 2
m 
2.9652 x1011 d 5 m

 527.4 
144(452)  (18.439) 
h   64.4 
(0.018)(264876) 2
18.439 
2.9652 x1011 (0.2) 5 (18.439)
= 3383.76 ft
36. Besarnya  P /  h untuk dibawah titik injeksi :
P (625  170)

h 3383.76
= 0.1336 psi/ft

37. Dengan cara yang sama, untuk perhitungan di atas titik injeksi ( GLR injeksi
= 140 scf / stb ) diperoleh harga  P /  h = 0.0786 psi/ft.
38. Besarnya tekanan air ( Pwf)
Pwf = Pwh + Gfa x L + Gfb x ( D – L )
= 170 + (0.0786 x 3100 ) + 0.1336 x (3475 – 3100 )
= 465 psi
Dengan cara yang sama untuk asumsi berbagai Qt dan berbagai Laju Injeksi gas
(GLR injeksi ) di tabulasikan pada Tabel IV – 12, sebagai berikut :

Tabel IV – 12
Perhitungan Kehilangan Tekanan Pada berbagai asumsi
Harga Q total dan Asumsi GLR injeksi Sumur B – X

Qt Pwf pada GLR injeksi ( GLRi), Scf/Stb


( Bfpd ) 140 272 538 801 1323 1581 1974 2375 2649
100 465 100 465 100 465 100 465 100 465
200 505 200 505 200 505 200 505 200 505
300 533 300 533 300 533 300 533 300 533
400 558 400 558 400 558 400 558 400 558
500 576 500 576 500 576 500 576 500 576
600 598 600 598 600 598 600 598 600 598
700 618 700 618 700 618 700 618 700 618
800 638 800 638 800 638 800 638 800 638
900 657 900 657 900 657 900 657 900 657
1000 676 1000 676 1000 676 1000 676 1000 676
Dengan cara yang sama untuk perhitungan kehilangan distribusi tekanan
sepanjang tubing sumur B-Y dan B-Z ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel IV – 13
Perhitungan kehilangan tekanan Pada berbagai asumsi
Harga Q total dan Asumsi GLR injeksi Sumur B – Y

Qt Pwf pada GLR injeksi ( GLRi), Scf/Stb


(Bfpd) 85 95 105 137 267 394 645 897 1152 1284 1616
200 566 559 531 525 509 499 481 468 459 457 457
400 605 599 585 575 551 539 528 526 526 526 528
600 646 640 627 617 590 576 562 556 556 557 562
800 679 674 663 653 627 611 595 589 587 588 593
1000 710 704 694 685 660 645 628 621 620 621 626
1200 736 732 723 714 692 677 661 654 653 655 660
1500 772 769 762 856 736 724 710 704 703 705 711
2000 834 832 827 822 808 798 788 785 787 789 797
2500 898 898 893 889 879 873 868 868 876 875 887

Tabel IV – 14
Perhitungan kehilangan tekkanan pada berbagai asumsi
Harga Q total dan asumsi GLR injeksi Sumur B – Z

Qt Pwf pada GLR injeksi ( GLRi), Scf/Stb


( Bfpd ) 150 356 672 985 1305 1636 1989
100 758 689 644 626 622.0 625 634
300 738 658 635 626 621.0 618 619
500 810 721 687 676 674.0 677 684
800 887 804 764 749 744.0 645 753
1000 929 853 813 796 791.0 792 800
1200 965 898 860 843 838.0 840 847
1500 1017 960 927 912 908.0 910 918
1800 1067 1018 990 978 976.0 980 988
2000 1100 1056 1031 1021 1020.0 1025 1035

4.2.3 Penentuan GLR Optimum


Untuk menentukan harga laju injeksi gas, dibuat dengan cara membuat
perpotongan antara kurva IPR pada perhitungan sebelumnya dengan kurva
vertical lift performance untuk berbagai GLR injeksi ( dari Tabel IV – 12 ).
Perpotongan kurva IPR dengan kerva vertical lift performance ( kurva tubing
intake ), untuk sumur B – X, B – Y dan B – Z di ilustrasikian pada gambar 4.14,
4.15 dan 4.16 dan hasil dari perpotongan kurva tersebut di tabulasikan pada tabel
IV – 15

Tabel IV-15
Perpotongan antara Kurva IPR dengan Kurva Vertical Lift Performance
Sumur B-X

GLRi(Scf/Stb) Qt (Bfpd)
140 725
272 735
538 743
801 749
1323 756
1581 759
1974 760
2375 758
2649 755

Sedangkan perpotongan dari perpotongan antara kurva IPR dengan kurva vertical
Lift performance untuk sumur B-Y dan B-Z dilihat pada tabel IV-16 dan Tabel IV-
17 sebagai berikut :

Tabel IV-16
Perpotongan antara Kurva Vertical Lift Performance
Sumur B-Y

GLRi(Scf/Stb) Qt (Bfpd)
85 1420
95 1432
105 1440
137 1460
267 1500
394 1532
645 1550
897 1560
1152 1562
1284 1558
1616 1547
Tabel IV-17
Perpotongan antara Kurva IPR dengan Vertical Lift Performance
Sumur B-Z

GLRi(Scf/Stb) Qt(Bpd)
150 1250
356 1404
672 1488
985 1523
1305 1532
1636 1528
1989 1508
Untuk menentukan harga optimum GLR injeksi sumur kajian dibuat
hubungan antara GLR injeksi dengan laju produksi total yang dihasilkan tanpa
melebihi laju alir kritis minyak. Ploting kedua parameter tersebut merupakan
prilaku sumur sembur buatan (kurva gas lift performance) dapat dilihat pada
Gambar 4. untuk sumur B-X dan Gambar 4. dan 4.. untuk B-Y dan B-Z
Dari kurva gas Lift Performance tersebut (Gambar 4.6 untuk B-X) dapat
diperoleh besarnya GLR optimum yang menghasilkan laju produksi maksimum
pada laju injeksi tertentu. Begitu juga sumur B-Y dan B-Z, dan hasil dari optimasi
sumur continuous Gas Lift dapat dilihat pada Tabel IV-17 sebagai berikut:

Tabel IV-17
Hasil Evaluasi Optimasi Continuous Gas Lift
Sumur B-X, B-Y danB-Z

SEBELUM SESUDAH
KETERANGAN OPTIMASI OPTIMASI
B-X B-Y B-Z B-X B-Y B-Z
Titik Injeksi 2400 2350 3455 3150 1800 2600
Rate Injeksi 1450 420 1376 1500 170 2000
GLRi, (Scf/Stb) 428 340 344 1974 104 1300
Rate Produksi (Bbl/D) 665 1200 1055 760 1445 1552
Produksi Oil (Bopd) 57 161 50 94 200 76
% Kenaikan Rate Produksi - - - 12,5 16,9 32
% Kenaikan Produksi Oil 37,3 19,5 34,2

Dari evaluasi optimasi sumur continuous gas lift yang dilakukan di


Lapangan Bunyu untuk sumur B-Y dan B-Z rate produksi yang diperoleh dapat
ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai