Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI PT. INDONESIA POWER

PLTU BANTEN 1 SURALAYA OPERATION AND MAINTENANCE SERVICES UNIT


(BSLA OMU)

Jl. Raya Merak, Desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten
42439, Indonesia

ANALISIS KERUSAKAN CRUSHER PADA COAL HANDLING SYSTEM DI PLTU


BANTEN 1 SURALAYA

Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan

OLEH :

RHOVAN ARI SANDI


1701012013
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI PADANG
JURUSAN TEKNIK MESIN
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

LAPORAN PRKATIK KERJA LAPANGAN

PLTU BANTEN 1 SURALAYA OPERATION AND MAINTENANCE SERVICES


UNIT (BSLA OMU)

ANALISIS KERUSAKAN CRUSHER PADA COAL HANDLING SYSTEM DI PLTU


BANTEN 1 SURALAYA

OLEH :

RHOVAN ARI SANDI

1701012013

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Mengetahui,

SP Pemeliharaan Mekanik Energi


Primer dan Abu
Menyetujui,
PLTU Banten 1 Suralaya Operation and
Maintenance Services Unit (BSLA SPS Pemeliharaan Energi Primer dan
OMU) Abu

PLTU Banten 1 Suralaya Operation and


Maintenance Services Unit (BSLA
OMU)

Fajar Awit Subagyo

Nugroho Prasetyo Rubiyanto

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRKATIK KERJA LAPANGAN

ii
PLTU BANTEN 1 SURALAYA OPERATION AND MAINTENANCE SERVICES
UNIT (BSLA OMU)

ANALISIS KERUSAKAN CRUSHER PADA COAL HANDLING SYSTEM DI PLTU


BANTEN 1 SURALAYA

OLEH :

RHOVAN ARI SANDI

1701012013

Ka. Prodi Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Rakiman ST., MT. Nusyirwan, ST., MT.


196505021990031002 196611151990031003

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Ka. Jurusan Teknik Mesin

Dr. Junaidi, ST., MP.

198112132005011001

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Analisis Kerusakan Crusher pada Coal
Handling System PLTU BANTEN 1 SURALAYA” dapat diselesaikan. Laporan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk nilai kelulusan di Politeknik Negeri Padang dan juga

iii
sebagai salah satu bahan pertanggungjawaban penulis selama mengikuti Praktik Kerja
Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2020 s.d. 5 April 2020.

Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, yaitu:

1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
2. Nusyirwan, ST., MT. selaku pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Politeknik
Negeri Padang, yang memberikan nasehat dan arahan dalam penyelesaian laporan.
3. Bapak Nugroho Prasetyo Rubiyanto selaku SPS Pemeliharaan Energi Primer dan Abu,
yang telah mengawasi dan member izin selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).
4. Bapak Fajar Awit Subagyo selaku SP Pemeliharaan Energi Primer dan Abu, yang
telah membimbing dan mengarahkan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).
5. Rekan Mekanik Pemeliharaan Energi Primer dan Abu, yang telah memberikan arahan
dan pengetahuan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).
6. Rekan PKL untuk kebersamaan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Indonesia Power.
7. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun demi sempurnanya laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini kedepannya.

Cilegon, 1 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iv
iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Bab I Pendahuluan 1
1.1. Latar belakang PKL 1
1.2 .Tujuan .2
1.3. Manfaat 2
1.4. Batasan Masalah 2
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan 3
2.1 Sejarah PT. Indonesia Power 3
2.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Paradigma PT. Indonesia Power 4
2.1.1. Visi Perusahaan ...................................................................................................4
2.1.2. Misi Perusahaan ...................................................................................................4
2.1.3. Paradigma Perusahaan .........................................................................................4
2.1.4. Motto Perusahaan ................................................................................................4
2.1.5. Tujuan ..................................................................................................................5
2.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power 5
2.4 Struktur Grup Perusahaan 6
2.5 Lokasi PLTU Banten 1 Suralaya 6
2.6 Proses Produksi PLTU Banten 1 Suralaya 7
2.7 Coal Handling System dan area PLTU Banten 1 Suralaya 8
2.8 Peralatan Mekanik Utama Coal Handling PLTU Banten 1 Suralaya 9
Bab III Analisis Kerusakan Crusher pada PLTU Banten 1 Suralaya 15
2.1 Crusher 15
2.2 Bagian-Bagian Crusher 16
2.3 Spesfikasi Crusher PLTU Banten 1 Suralaya 18
2.4 Analisa Bentuk Kerusakan pada Crusher 19
2.5 Pemecahan Masalah 21
Bab IV Penutup 22
4.1. Kesimpulan 22
4.2. Saran 22

Daftar Pustaka 23
Lampiran
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kerja Indonesia Power 3

Gambar 2. Visi, Misi, Kompetensi Inti 4

Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan 5


v
Gambar 4. Struktur Grup Perusahaan 6

Gambar 5. Lokasi PLTU Banten 1 Suralaya 6

Gambar 6. Proses Produksi PLTU Banten 1 Suralaya 7

Gambar 7. Coal Handling system dan area PLTU Banten 1 Suralaya 9

Gambar 8. Belt Conveyor 10

Gambar 9. Belt Feeder 10

Gambar 10. ST/RE 10

Gambar 11. Ship Unloader 11

Gambar 12. Telesopic Chute 11

Gambar 13. Junction House 12

Gambar 14. Diverter Gate 12

Gambar 15. Hopper 12

Gambar 16. Tripper 13

Gambar 17. Bunker 13

Gambar 18. Vibrating Feeder 13

Gambar 19. Crusher 14

Gambar 20. Flow Diagram Crusher 15

Gambar 21. Prinsip Operasi Ring Type Coal Pennsylvania Crusher 16

Gambar 22. Konstruksi Ring Crusher 16

Gambar 23. Hyraulic rear quadrant opener 16

Gambar 24. Bearing 17

Gambar 25. Ring Hammer 18

Gambar 26. Kerusakan Ring Hammer 20

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tipe Ring Hammer Crusher 15

Tabel 2 Coal Analysist 16

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang 

     Jurusan Teknik Mesin mengharuskan mahasiswanya untuk melakukan praktik


kerja lapangan yang sesuai dengan program studi yang dipilih oleh mahasiswa, dimana
diharapkan menjadi wadah memperoleh pengalaman serta sebagai persiapan sebelum
memasuki dunia kerja nyata.

PT Indonesia Power PLTU Banten 1 Suralaya merupakan perusahaan pembangkit


listrik dimana energi listriknya dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap
yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan air yang dipanaskan oleh bahan
bakar di dalam ruang bakar (boiler). Dalam hal ini bahan bakar utama yang digunakan
adalah batu bara. Dan High Speed Diesel (HSD) sebagai bahan bakar Ignitor atau
pemantik pada penyalaan awal dengan bantuan udara panas bertekanan.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jawa – bali, PT Indonesia Power


PLTU Banten 1 Suralaya harus memiliki keandalan, ketersediaan, kemampuan dan unjuk
kerja agar kondisi sistem kelistrikan dapat dipertahankan dengan baik dan tidak terjadi
pemadaman. Karena kerusakan mesin akan menimbulkan kerugian ekonomis yang besar,
baik kerugian karena perbaikan maupun kerugian karena produksi yang terhenti.

Crusher adalah salah satu peralatan yang digunakan pada Coal handling system
untuk menghancurkan batu bara sebelum masuk ke pulverizer. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis kondisi peralatan akibat dari berbagai gangguan sebagai acuan untuk
melakukan upaya perawatan, perbaikan dan juga pencegahan baik terhadap
pengoperasian maupun pemeliharaan dari Crusher tersebut.

Gangguan yang sering terjadi misalnya adalah masuknya benda – benda asing ke
dalam ruang crusher yang dapat menggangu kinerja crusher. Adapun kerusakan yang
terjadi seperti ausnya ring hammer, rusaknya bantalan serta suspension bar.

1
Pada tugas PKL yang berjudul “Analisis Kerusakan Crusher pada Coal
Handling System PLTU Banten 1 Suralaya” penulis mencoba melakukan analisis
penyebab terjadinya kerusakan, dampak yang terjadi dan memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan yang ada dan diharapkan dapat memenuhi sasaran pemeliharaan.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa belajar menerapkan ilmu pengetahuan di lingkungan industri.
2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul di industri serta mencari
solusi permasalahan.
3. Mahasiswa belajar mengembangkan interpersonal skill (human relation)
4. Mahasiswa belajar / mengenal suasana kerja di lingkungan industri (jasa /
manufaktur).
5. Untuk Mengetahui proses kerja dari Crusher Sehingga dapat memaksimalkan
peralatan untuk mendukung ketersediaan peralatan coal handling.

1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui dan menganalisis
permasalahan khususnya pada kerusakan peralatan crusher sehingga meminimalkan
kegagalan yang terjadi selama proses berlangsung.

1.4. Batasan Masalah


1. Melakukan analisa penyebab terjadinya kerusakan crusher.
2. Memberi solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan crusher.
3. Melakukan perbaikan yang ada pada crusher.

2
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT. Indonesia Power

Indonesia Power merupakan salah satu anak Perusahaan PT PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN Pembangkitan Jawa Bali I
(PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, PT PJB I berganti nama menjadi Indonesia
Power sebagai penegasan atas tujuan Perusahaan untuk menjadi Perusahaan pembangkit
tenaga listrik independen yang berorientasi bisnis murni (Indonesia Power,2017).

Indonesia Power melakukan pengembangan bisnis jasa operasi di seluruh


Indonesia, baik melalui pengelolaan sendiri, anak perusahaan, maupun usaha patungan.
Saat ini PT Indonesia Power mengelola 4 Unit Pembangkitan (UP), 3 Unit Pembangkitan
dan Jasa Pembangkitan (UPJP), 12 Unit Jasa Pembangkitan (UJP), dan 1 Unit Jasa
Pemeliharaan (UJH). Selain mengelola unit pembangkitan, PT Indonesia Power memiliki
5 anak perusahaan, 2 perusahaan patungan (Joint Venture Company), 1 perusahaan
asosiasi dan 3 cucu perusahaan (afiliasi dari anak perusahaan) untuk mendukung strategi
dan proses bisnis perusahaan (Indonesia Power,2017).

Berikut adalah pembangkitan PT Indonesia Power:

Gambar 1. Peta Kerja PT Indonesia Power


(Sumber: Indonesia Power. (2017). Peta Lokasi Kerja PT. Indonesia Power. In Company Profil
Indonesia Power (p. 22 & 23). Indonesia Power.

3
2.2. Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Paradigma PT Indonesia Power

Dalam menjalankan roda perusahaannya, PT Indonesia Power melaksanakan


konsolidasi internal baik secara sistem maupun infrastruktur lainnya.Seluruh visi, misi,
tujuan, motto, dan nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Visi, Mis, Kompetensi Inti

2.2.1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan energi terbaik yang tumbuh berkelanjutan.

2.2.2. Misi Perusahaan

Menyediakan solusi energy yang handal, inovatif, dan ramah lingkungan


melampaui harapan pelanggan.

2.2.3. Kompetensi Inti

Energi dan pemeliharaa pembangkit, serta pengembangan bisnis solusi


energi.

2.2.4. MottoPerusahaan

“Energy of things”

4
2.2.5. Tujuan

• Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam


penggunaan sumber daya perusahaan.
• Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
• Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
• Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun
kelestarian lingkungan.
• Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai
antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi
dan profesionalisme.

2.3. Struktur Organisasi PT. Indonesia Power

Gambar 3. Struktur Organisasi perusahaan


5
2.4. Struktur Grup Perusahaan

Berikut adalah struktur grup Indonesia Power yang terdiri dari 5 Anak Perusahaan,
2 Perusahaan Patungan (Joint Venture Company), 1 Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu
Perusahaan (Afiliasi dari Anak Peruasahaan) , sebagaimana tergambar dalam struktur
dibawah ini :

Gambar 4. Struktur Grup Perusahaan

2.5. Lokasi PLTU Banten 1 Suralaya

6
Gambar 5. Lokasi PLTU Banten 1 Suralaya

2.6. Proses Produksi PLTU Banten 1 Suralaya

Gambar 6. Proses produksi PLTU Banten 1 Suralaya

Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty atau Movable Hopper kemudian
dikeruk dengan menggunakan Stecker Reclaimer dan selanjutnya diangkut dengan
conveyor menuju penyimpanan sementara (Temporary Stock) melalui Telescopic Chute
untuk kemudian dikirim ke boiler. Selanjutnya, batubara tersebut ditransfer melalui
Junction House  ke Scrapper Conveyor atau tripper lalu ke Coal Bunker, diteruskan ke
Coal feeder yang berfungsi mengatur aliran ke Pulverizer dimana batubara digiling sesuai
kebutuhan menjadi serbuk yang sangat halus seperti tepung. Serbuk batubara ini
dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan dan dibawa ke Coal Burner  yang

7
menghembuskan batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan
terbakar seperti gas untuk merobah air menjadi uap.

Udara panas yang digunakan oleh Primary Air Fan dipasok dari Force Draft Fan
yang menekan udara panas setelah dilewatkan melalui Air Heater . Force Draft Fan  juga
memasok udara ke Coal Burner untuk mendukung proses pembakaran. Pembakaran yang
terjadi menghasilkan limbah berupa abu dengan perbandingan 14 : 1. Abu yang jatuh ke
bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan disimpan. Gas hasil pembakaran
dihisap ke luar dari boiler oleh I.D. Fan dan dilewatkan melalui  Electrical Presipitator
yang menyerap 99,5 % dari abu terbang dan debu dengan sistem elektroda yang
dihembuskan ke cerobong asap atau Stack Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan
diambil dengan plat Pneumatic Gravity Conveyor yang digunakan sebagai material untuk
bahan pembuatan jalan, semen dan bahan bangunan (con block).

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar diserap oleh pipa - pipa
penguap atau Waterwalls menjadi uap jenuh/uap basah yang selanjutnya dipanaskan
dengan Superheater . Kemudian uap tersebut dialirkan ke turbin tekanan tinggi H.P .
Turbine , dimana uap tersebut ditekan melalui nozzle ke sudu - sudu turbin. Tenaga dari
uap menghantam sudu - sudu turbin membuat turbin berputar. Setelah melalui H.P.
Turbine, uap dikembalikan ke boiler dipanaskan ulang di Reheater  sebelum uap tersebut
digunakan di I.P. Turbine dan L.P. Turbine . Sementara itu, uap bekas dikembalikan
menjadi air di Condensor dengan media pendingin air laut atau Sea Water   yang dipasok
oleh C.W. pump. Air kondensasi akan digunakan kembali di boiler.

Air dipompakan dari condensor dengan menggunakan Condensate Extraction


Pump , dipanaskan kembali oleh L.P. Heater , dinaikkan ke Dearerator . Tangki pemanas
kemudian dipompa oleh Boiler Feed Pump melalui H.P. Heater , dimana air tersebut
dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk ke boiler pada Economizer, kemudian air masuk
Steam Drum. Poros turbin tekanan rendah dikopel dengan Rotor Generator. Rotor dalam
elektromagnet berbentuk silinder ukuran ikut berputar apabila turbin berputar. Generator
dibungkus dalam Stator Generator . Stator ini digulung dengan menggunakan batangan
tembaga. Listrik dihasilkan dalam batangan tembaga pada stator oleh elektromagnet rotor
melalui perputaran dari medan magnet. Tegangan listrik 23 kV kemudian dinaikkan
menjadi 500 kV dengan Generator Transformer .

8
2.7. Coal Handling System dan area pada PLTU Banten 1 Suralaya
Coal handling system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran batubara dari
kapal / tongkang (unloading area), penimbunan atau penyimpanan di stock area atapun
pengisian ke bunker (power plant). yang digunakan untuk pembakaran di Boiler. Alat
transportasinya menggunakan system conveyor.

Gambar 7. Coal Handling System dan area pada PLTU Banten 1 Suralaya

Coal handling area terdiri dari :


1. Unloading Area
Unloading area merupakan dermaga atau tempat merapatnya kapal laut
pengangkut batubara. Pada PLTU Banten 1 Suralaya Operation and Maintenance
Service Unit (BSLA OMU) terdapat 2 unit dermaga, yaitu SPOJ (Semi Permanent
Oil Jety) yang berkapasitas 1200 T/H dan D2 Extension yang berkapasitas 3500
T/H.
2. Coal Stock Area (stock pile)
Stock pile adalah tempat penimbunan batubara sementara yang dikirim dari
unloading area sebelum dilanjutkan ke power plant. Stock pile biasanya dilengkapi
dengan Stacker Reclaimer, Telescopic Chute dan Reclaim Hopper.
3. Coal Bunker
Coal bunker merupakan tempat penyimpanan akhir batubara yang ditampung
dalam bunker (silo) sebelum digunakan sebagai bahan bakar PLTU.

2.8. Peralatan Mekanik Utama Coal Handling PLTU Banten 1 Suralaya


1. Belt Conveyor (BC)

9
Belt Conveyor di dalam Coal handling sistem merupakan peralatan yang sangat
vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari unloading area (Intake
Hopper) sampai Coal Bunker (power plant). Bagian – bagian dari belt conveyor
yaitu motor, reducer, idler, pulley, counter weight dan cleaning device.

Gambar 8. Belt Conveyor


2. Belt Feeder
Belt feeder berfungsi untuk mengalirkan batu bara yang berasal dari suatu
hopper ke belt conveyor melalui chute untuk dikirim ke tempat yang dikehendaki.
Belt feeder ini mempunyai jarak penghantaran yang relatif pendek. Kapasitas
maksimum belt feeder tergantung dari kapasitas belt conveyor yang mengikutinya
dan kecepatannya dapat diatur sesuai dengan aliran batubara yang dibutuhkan.

Gambar 9. Belt Feeder


3. Stacker / Reclaimer (ST/RE)
Peralatan ini digunakan untuk penimbunan (stacking) dan pengerukan (reclaiming)
batubara di stock area tertentu.

10
Gambar 10. ST/RE

4. Ship Unloader (S/U) Ship


Suatu peralatan yang digunakan untuk pembongkaran batubara dari kapal yang
tidak mempunyai peralatan bongkar sendiri (non self  Unloading) yang  dilengkapi
dengan Grab (bucket).

Gambar 11. Ship Unloader

5. Telescopic Chute
Merupakan tempat pembongkaran batu bara dalam keadaan darurat.
Dilengkapi dengan corong untuk mencegah abu batu bara beterbangan saat
pembongkaran. Peralatan ini bisa naik secara otomatis jika level batu bara di
bawahnya sudah mempunyai jarak sesuai setting tertentu.

11
Gambar 12. Telescopic Chute

6. Junction House
Pengaturan arah aliran batu bara dilakukan di suatu bangunan yang memuat
alat pemindah arah aliran yang pengendaliannya dapat dikendalikan dari Control
Room Coal handling (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi
dari Diverter Gate / Isolating Shutle yang terdapat pada peralatan pemindah aliran.
Bangunan ini dikenal dengan nama Junction House.

Gambar 13. Junction House


7. Diverter Gate (DG)
Diverter Gate / DG adalah suatu alat yang berfungsi untuk merubah arah curah
batubara pada chute yang berbeda di conveyor tertentu.

Gambar 14. Diverter Gate


8. Hopper
Peralatan yang berfungsi untuk menampung batubara sementara dengan
kapasitas tertentu pada sistem  conveyor.

12
Gambar 15. Hopper

9. Tripper (TR)
Tripper adalah suatu peralatan untuk mengarahkan curahan batubara dari Plant
Distribute Hopper ke bunker melalui belt conveyor.

Gambar 16. Tripper


10. Coal Bunker
Tempat penampungan batubara terakhir sebelum digunakan untuk pembakaran
di boiler.

Gambar 17. Coal Bunker


11. Vibrating Feeder
Vibrating feeder merupakan alat yang digunakan untuk mengatur dan
mengontrol aliran material dari hopper. Kapasitas yang bisa diatur mencapai
13
1200 T/H. Getaran yang diterjadi merupakan getaran bolak-balik yang
menimbulkan efek gerak memantul pada batubara yang diproses.

Gambar 18. Vibrating Feeder

12. Crusher
Crusher  adalah peralatan yang berfungsi menggiling batu bara agar tidak
menggumpal sebelum masuk ke bunker sehingga pulverizer mudah
menghaluskan batu bara.

Gambar 19. Crusher

14
BAB III

ANALISIS KERUSAKAN CRUSHER PADA COAL HANDLING SYSTEM

3.1. Crusher

Crusher  adalah peralatan yang berfungsi menggiling batu bara agar tidak
menggumpal sebelum masuk ke bunker sehingga pulverizer mudah menghaluskan batu
bara. Peralatan ini dirancang hanya untuk menghancurkan batu bara, bukan untuk batu
atau material lain. Karena peralatan ini menggunakan motor dengan daya yang sangat
tinggi (1000 kW), maka peralatan ini juga dilengkapi dengan beberapa alat pengaman.

Gambar 20. Flow diagram crusher

Crusher ini adalah crusher  yang mempunyai rotor dengan ring palu atau ring


hammer di dalamnya. Setelah memasuki crusher, batu bara akan diputar oleh heavy disc
dengan kecepatan tinggi hingga hancur. Tetapi batu bara ini belum berukuran sesuai yang
diinginkan sehingga batu bara diputar lagi oleh ring hammer dan dihancurkan sampai
berukuran kecil. Apabila batu bara telah berukuran kecil maka batu bara akan jatuh ke
bawah melalui screen plate yang telah disesuaikan dengan ukuran batu bara yang
diinginkan. Sedangkan batubara yang tersisa dibersihkan secara berkala karena dapat
menyebabkan kekotoran di dalam crusher. Jika batu bara mempunyai kualitas yang baik
serta ukuran yang telah memenuhi syarat, maka batu bara akan langsung masuk melewati
bypass chute. Proses penggilingannya dapat dilihat pada gambar 9.

15
Gambar 21. Prinsip Operasi Ring Type Coal Pennsylvania Crusher

3.2. Bagian-Bagian Crusher

Gambar 22. Konstruksi Ring Crusher

a.    Hydraulic Rear Quadrant Opener


Sebuat alat yang digunakan untuk memudahkan pembukaan cover crusher pada saat
maintenance. Dengan menggunakan alat ini, proses pembukaan dapat dilakukan
lebih cepat dibandingkan secara manual. Hanya membutuhkan waktu sekitar 2 – 3
menit. Sedangkan jika dibuka secara manual dapat memakan waktu 5 – 10 menit.

Gambar 23. Hyraulic rear quadrant opener


16
b.    Spherical roller bearing housings 
Bearing merupakan komponen mesin yang mendukung beban rotor dan
memposisikan rotor serta menjamin berputarnya rotor dengan gesekan yang
sesedikit mungkin. Kurang berfungsinya bearing dengan baik akan menimbulkan
vibrasi, pasokan daya yang berlebihan dan bahkan overheating sehingga operasi
harus dihentikan secara total.
Bearing memerankan peranan dalam mendukung keandalan dan performa crusher.
Terdapat hubungan yang sangat dekat antara pengembangan mesin dan performa
bearing. Selain itu, kerusakan mesin biasanya dihubungkan dengan kerusakan
bearing. Bearing berfungsi sebagai bantalan, sehingga dapat memperhalus putaran,
memperkecil gesekan dan mengurangi keausan.

Gambar 24. Bearing

Jenis yang digunakan pada crusher ialah spherical roller bearing untuk
memudahkan dalam pelumasan. Bearing ini sangat baik untuk beban radial berat.

c.    Forged alloy steel shaft


Poros crusher yang menumpu heavy disc dan ring hammer. Poros ini tahan
terhadap panas pada kekuatan maksimum.

d.    Screen plate yields


Lubang tempat jatuhnya batu bara yang telah digiling. Screen plate ini memiliki
kapasitas yang besar dan mampu menahan batu bara basah atau lengket

e.    Frame
Merupakan dinding yang menutup bagian – bagian komponen crusher.

f.     Bypass chute


Sebagai tempat masuk batu bara yang telah halus. Namun, biasanya batu bara
dialirkan melalui bypass chute apabila sedang dilakukan perbaikan ataupun saat
sedang overhaul.

g.    Ring hammer


Berfungsi untuk memecah batu bara. Palu berupa ring yang dipasang pada rotor dan
terbuat dari paduan baja tempa paduan.

17
Gambar 25. Ring hammer

h.    Tramp iron pocket


Sebagai tempat penyimpanan benda-benda asing yang dapat merusak crusher.
Benda asing selain batu bara akan terlempar dengan sendirinya ke dalam tramp
iron pocket akibat gaya sentrifugal ring hammer.

i.      Synchronous cage adjustment (optional)


Berfungsi untuk mengatur kerenggangan antara screen plate dan ring hammer.
Sehingga tidak bersentuhan atau bergesekan.

j.      Hinged rear quadrant


Merupakan bagian dari design khusus konstruksi crusher untuk memudahkan akses
menuju ke peralatan.

k.    Heavy discs


Bekerja dengan momentum maksimum, tidak perlu menggunakan flywheel.

l.      Access doors


Pintu untuk membersihkan atau mengambil benda asing yang berada di dalam
Tramp Iron Pocket

3.3. Spesifkasi crusher PLTU Banten 1 Suralaya


Table 1. Tipe Ring Hammer Crusher

18
3.4. Bentuk kerusakan pada crusher

3.4.1. Batu Bara Tidak sesuai dengan Spesifikasi Crusher


Berdasarkan data teknik, crusher hanya dapat memecah batu bara dengan kekerasan 61,8
HGI sedangkan kekerasan batu bara berkisar 45 – 57 HGI. Semakin rendah nilai HGI
maka semakin sulit batu bara untuk digiling. Berikut proximate analysis  batu bara PLTU
Suralaya.

Tabel 2. Coal Analysis


BUKIT ADAR
SIFAT FISIK BERAU
ASAM O
Volatile Matter 32.06 36.8 36.4
Fixed Carbon 34.91 36.6 36.4
Moisture Content 27.65 24.2 -
Inherent Moisture 12.88 16.6 16.3
Ash Content 5.48 0.9 3.0
Sulphur Content 0.26 0.09 0.72
HGI 57 45 49
Relative Density 1.36 1.31 -
Heating value (kcal/kg) 5.025 5.220 5.237

Dapat disimpulkan bahwa material kurang memenuhi syarat sehingga  komponen crusher
terutama ring hammer lebih cepat mengalami keausan. Padahal, bukan hanya batu bara
yang masuk ke dalam crusher  tapi juga material lain seperti besi dan batu yang
kekerasannya lebih tinggi daripada batu bara.

3.4.2. Timbulnya Gaya Gesek Kinetis


Berdasarkan teori gaya gesek, gaya gesek kinetis dapat timbul akibat dua benda padat
berputar yang saling bersentuhan atau bergesekan.
Gaya gesek ini diperkirakan timbul akibat gesekan antara benda asing yang ditemukan
pada crusher dengan ring hammer yang dibawa oleh belt conveyor melalui hopper dan
belt feeder.
Meskipun benda asing akan terlempar ke tramp iron pocket, akan tetapi benda asing yang
berukuran relatif besar akan menyebabkan Impact force dan gaya sentrifugal dari ring
hammer tidak stabil karena ring hammer bekerja keras untuk memukul benda asing
maupun batu bara. Sehingga akan muncul gaya gesek kinetis antara benda asing yang
berupa plat dengan ring hammer. Gaya gesek ini dapat merusak komponen- komponen
yang ada di dalam crusher.

19
Gambar 26. Gesekan pada ring hammer

3.4.3. Thermocouple tidak bekerja


Thermocouple berfungsi  untuk mendeteksi kenaikan temperatur dengan menggunakan
sensor.
Pada saat crusher sedang beroperasi, benda asing yang masuk ke dalam crusher
bergesekan dengan ring hammer sehingga menimbulkan panas. Akibatnya, terjadi
perpindahan panas secara konduksi melalui ring hammer, heavy discs, poros dan
kemudian sampai ke bearing. Panas yang muncul tidak dideteksi oleh thermocouple
sehingga kerusakan tidak dapat dihindari. Hal ini lah pemicu munculnya kerusakan secara
menyeluruh.

3.4.4. Rusaknya Bantalan (Bearing)


Kerusakan bearing disebabkan oleh beberapa hal, yakni :

3.4.4.1. Overheating
Perpindahan panas yang terjadi akibat gesekan yang sangat kuat antara benda asing dan
ring hammer menyebabkan extreme temperature pada bearing. Secara teoritis, jika
bantalan bekerja pada extreme temperature yaitu pada suhu 300OC maka bantalan akan
hancur  karena  terbakar.  Range temperature  yang  diizinkan  adalah  -28OC sampai
43OC. Jika bantalan poros berada di atas temperature yang diizinkan, maka alarm
thermocouple akan berbunyi yaitu pada 71OC. Akibat rusaknya thermocouple,
overheating tidak dapat dideteksi sehingga operator tidak sempat mentripkan crusher.

3.4.4.2. Pelumasan
Kerusakan bantalan juga dapat disebabkan oleh kondisi pelumasan yaitu:
·      Pemakaian pelumas yang terlalu lama
·      Viskositas pelumas tidak layak
·       Tidak sesuainya kuantitas pelumas
·       Pelumas terkontaminasi zat lain

3.4.5. MS (Magnetic Separator) tidak optimal


Magnetic separator bekerja melalui sinyal yang dikirim oleh metal detector. Magnetic
separator memisahkan logam dari batu bara yang dipasang sebelum memasuki crusher.

20
3.4.6. Gaya bentur (Impact Force) yang berlebihan
Kerusakan pada ring hammer dan suspension bar disebabkan oleh benturan yang keras
atau impact force antara benda asing dan ring hammer yang berlebihan. Sehingga secara 
ring hammer menjadi aus. Begitu pula dengan suspension bar yang bergesekan dengan
ring hammer pada putaran di atas 496 rpm.

3.5. Penanganan Masalah

Karena bantalan memiliki batas temperatur maksimum yang ditentukan oleh fitur
standar yang ada pada unit bantalan maka pengecekan terhadap thermocouple harus
sering dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan komponen – komponen crusher.
Karena akar dari kerusakan ini adalah kurang berfungsinya thermocouple.

Bantalan bisa beroperasi dalam jangka waktu yang lama apabila temperatur saat
operasi tidak melebihi temperatur sekitar dan tidak terlalu panas untuk ukuran manusia.
Dengan menggunakan peralatan yang pemasangan yang baik, pemilihan jenis bantalan
yang tepat, jadwal pemberian dan pemilihan pelumas yang tepat serta tingkat perawatan
yang cukup, mampu memberikan umur operasi bearing sesuai dengan yang diharapkan.
Sehingga crusher pun tidak cepat rusak atau trip. Apabila terjadi kenaikan temperatur
yang melebihi batas aman maka stop crusher secepat mungkin dan biarkan bearing
dingin sampai mencapai 48OC. Kemudian restart granulator dan amati perubahan suhu
yang bekerja dengan teliti. Ulangi proses jika bearing overheat lagi.

Berikut adalah cara mengatasi kerusakan pada bearing.


1. Melakukan penggantian bearing sesuai dengan klasifikasi crusher
2. Melakukan pemasangan bearing dengan hati – hati sesuai standar yang telah
ditentukan atau berdasarkan manual book.
3. Melakukan alignment pada poros crusher dan motor serta coupling.
4. Adapun solusi untuk kerusakan yang telah terjadi sekarang adalah dengan
pengadaan ring hammer, suspension  bar, heavy discs, shaft, dan bearing.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1.    Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebabkan kerusakan pada crusher. Salah
satu penyebabnya ialah rusaknya thermocouple. Selain itu, tidak optimalnya magnetic
separator menyebabkan lolosnya benda - benda asing berupa logam dan spesifikasi
crusher yang digunakan tidak sesuai dengan batu bara jenis Subbituminous.
2.    Dampak yang dapat terjadi terhadap komponen crusher yakni terlepasnya screen
plate dan misalignment pada kopling. Selain itu, rusaknya crusher mengakibatkan tidak
ada lagi crusher yang standby.
3.    Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada crusher B perlu dilakukan
penggantian beberapa komponen yakni ring hammer, suspension  bar, heavy discs, shaft,
dan bearing.

5.2. Saran
1.    Pengawasan dan pemeriksaan terhadap thermocouple, pelumasan, benda asing dan
komponen crusher sebaiknya dilakukan dengan lebih intensif lagi.
2.    Menambah/mengganti jenis magnetic separator agar benda asing berupa logam
dapat ditangkap secara maksimal sebelum memasuki crusher karena magnetic separator
yang sekarang kurang dapat menangkap semua logam yang ikut mausk bersama batu bara
ke dalam crusher.
3.    Crusher yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan jenis batu bara yang telah
ditentukan (subbituminous) sehingga crusher dapat beroperasi dalam jangka waktu yang
lebih lama.

22
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim, 2016.Coal Handling IP, PT. Indonesia Power.

[2] Hetharia M, Lewerissa Yplanda J. Analisis Energi pada Perencanaan


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan Cycle Tempo. Voering.
2018:3(1).

[3] Kurniawan AA, Mursadin Aqli. Analisis Efisiensi Boiler Unit 2 dan 4 Di PT.
PLN (Persero) Wil. Kalselteng Sektor PLTU Asam-Asam. SJME Kinematika.
2019:4(1).

[4] Setiawan E, Windarto, Djoko. 2014. Coal Handling System PLTU Rembang.
Semarang: Universitas Diponegoro.

[5] Syahar, A. B. 2011. Analisa Kerusakan Crusher B pada Coal Handling System
Unit 5-7 PLTU Suralaya. Skripsi. STT-PLN.

23
LAMPIRAN

24
Lampiran : I

JOB DESCRIPTION

1. Preventive Maintenance ( PM )

2. Condition Directed (CD)

3. Corrective Maintenance ( CM )

25
Lampiran : II

DIAGRAM S RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

120

100

80

60
Plan
Real

40

20

0
1 4 7 10 1 3 16 1 9 22 2 5 2 8 31 3 4 37 40 4 3 46 4 9 52 55 5 8 61

26
Lampiran : III

JURNAL KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

05 Februari s.d 05 April 2020

NO HARI TANGGAL JENIS KEGIATAN


1 Rabu, 5 Februari 2020  Pengambilan APD

 Safety Induction

 Pengenalan Diri
2 Kamis, 6 Februari  Pengenalan lingkungan PLTU

2020
3 Jum’at, 7 Februari  Pengenalan EPA

2020  CM Underground
4 Senin, 10 Februari  PM Submerged Scraper Conveyor Unit

2020 Monthly
5 Selasa, 11 Februari  PM Belt Conveyor Monthly

2020
6 Rabu, 12 Februari  PM Belt Conveyor Monthly

2020
7 Kamis,, 13 Februari  Materi Pengenalan PLTU

2020
8 Jum’at, 14 Februari  Materi Pengenalan PLTU

2020
9 Senin, 17 Februari  Materi Pengenalan PLTU

2020
10 Selasa, 18 Februari  Presentasi Materi Pengenalan PLTU

2020
11 Rabu, 19 Februari  Materi Siklus Rankine

2020
12 Kamis, 20 Februari  PM Vibrating Feeder Monthly

2020
13 Jum’at, 21 Februari  Review PLTU

27
2020  Materi Coal Handling dan Ash Handling
14 Senin, 24 Februari  PM Belt Conveyor BC Monthly

2020  Materi Siklus Rankine


15 Selasa, 25 Februari  Materi Siklus Rankine

2020  Materi Coal Handling dan Ash Handling


16 Rabu, 26 Februari  Materi Siklus Rankine

2020  Materi Coal Handling dan Ash Handling


17 Kamis, 27 Februari  Materi Coal Handling dan Ash Handling

2020  Memotong Rubber Skirt


18 Jum’at, 28 Februari  PM Belt Conveyor BC Monthly

2020  PM Vibrating Feeder Monthly


19 Senin, 2 Maret 2020  Memberbaiki kedudukan Themocouple
20 Selasa, 3 Maret 2020  Presentasi Materi Coal Handling dan Ash

Handling
21 Rabu, 4 Maret 2020  PM ST/RE

 Materi Peralatan Mekanik


22 Kamis, 5 Maret 2020  Menyusun Kerangka Laporan
23 Jum’at, 6 Maret 2020  Ke CHCR dan mempelajari control Coal

Handling
24 Senin, 9 Maret 2020  Materi Peralatan Mekanik
25 Selasa, 10 Maret 2020  Materi Peralatan Mekanik
26 Rabu, 11 Maret 2020  Materi Inventory Batu Bara PLTU
27 Kamis,, 12 Maret  PM Transfer Conveyor di SPOJ

2020  Presentasi Peralatan Mekanik


28 Jum’at, 13 Maret  Daily Meeting

2020  Dokumentasi Peralatan PLTU

 Diskusi pemilihan judul dengan pembimbing


29 Senin, 16 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL
30 Selasa, 17 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL

 PM Belt Conveyor Monthly


31 Rabu, 18 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL

 Pembuatan Rundown 2 Bulan


32 Kamis, 19 Maret 2020  PM Belt Conveyor Monthly

 Pembuatan Laporan PKL


28
33 Jum’at, 20 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)
34 Senin, 23 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)
35 Selasa, 24 Maret  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)

2020
36 Rabu, 25 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)
37 Kamis, 26 Maret 2020  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)
38 Jum’at, 27 Maret  Pembuatan Laporan PKL (PKL From Home)

2020
39 Senin, 30 Maret 2020  Revisi
40 Selasa, 31 Maret 2020  Revisi
41 Rabu, 1 April 2020  Revisi
42 Kamis, 2 April 2020  Revisi
43 Jum’at, 3 April 2020  Penutupan

29
Lampiran : IV

DOKUMENTASI KEGIATAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

CM Underground

PM SSC

PM Bellt Conveyor

30
PM Vibrating Feeder

Perbaikan Kedudukan Thermocouple

Presentasi

31
PM Transfer Coveyor

PM ST/RE

32

Anda mungkin juga menyukai