Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN

INTERNSHIP
PROYEK GEDUNG PARKIR AMSL

Laporan Enrichment Program 3+1

Oleh:

Grace Aprilio 2101696752


I Putu Adi Watra 2101679626

Pembimbing:

Ir. Juliastuti, M.T. D1772

Civil Engineering Program


Civil Engineering Study Program
Faculty of Engineering

BINA NUSANTARA UNIVERSITY


JAKARTA
2020
LAPORAN INTERNSHIP
PROYEK GEDUNG PARKIR AMSL

Laporan Enrichment Program 3+1

diajukan sebagai salah satu syarat


untuk kelulusan matakuliah Enrichment Program

Oleh:

Grace Aprilio 2101696752


I Putu Adi Watra 2101679626

Civil Engineering Program


Civil Engineering Study Program
Faculty of Engineering

BINA NUSANTARA UNIVERSITY


JAKARTA
2020

i
ii
LEMBAR ORISINALITAS
Universitas Bina Nusantara
Pernyataan Laporan Enrichment Program

Internship Track

Pernyataan Penyusunan Laporan Enrichment Program


Saya, Grace Aprilio dan I Putu Adi Watra

dengan ini menyatakan bahwa Laporan Enrichment Program yang berjudul:


LAPORAN INTERNSHIP PROYEK GEDUNG PARKIR AMSL
adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah,
sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain

Grace Aprilio I Putu Adi Watra


2101696752 2101679626

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Universitas, Pembimbing Lapangan, dan Ketua


Program Studi Teknik Sipil.

Ir. Juliastuti, M.T. Ade Sri Raharjo


Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng.


Ketua Program Studi Teknik Sipil

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membimbing kami untuk dapat menyelesaikan studi Internship dan laporan berjudul
“Laporan Internship Proyek Gedung Parkir AMSL” dengan baik selama 4 bulan dan
tepat waktu. Tujuan dari laporan ini adalah sebagai gambaran mengenai pekrjaan-
pekerjaan yang dilaksanakan selama melakukan program internship di proyek ini.
Dalam Penyusunan laporan akhir ini, Kami berterima kasih kepada pihak –
pihak bersangkutan yang telah membimbing kami dan memberikan pembelajaran yang
didapat selama studi Internship dan pengerjaan laporan Internship.
a. Bapak Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
b. Bapak Irpan Hidayat, S.T, M.T, selaku koordinator Enrichment Program
3+1 Internship Program Studi Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
c. Ibu Ir. Juliasuti, M.T selaku Dosen Pembimbing kami;
d. Bapak R. Sutjijono Ranu selaku Project Manager PT. Takenaka Indonesia
yang sudah memberikan izin untuk melakukan kegiatan internshirp di Proyek
Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
e. Bapak Ade Sri Raharjo selaku pembimbing di lapangan pada kegiatan
internship di Proyek Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
f. Seluruh staff dan pekerja PT. Takenaka Indonesia yang tidak dapat disebutkan
satu persatu;
Dalam laporan ini merupakan kumpulan materi – materi yang kami dapatkan
selama bekerja/melakukan kegiatan internship selama 4 bulan dan memberi kebenaran
dari referensi untuk laporan ini.

Jakarta, 3 Juli 2020

I Putu Adi Watra Grace Aprilio

v
vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Riwayat perusahaan 1
1.2 Visi dan Misi Perusahaan 2
1.3 Pengalaman perusahaan 3

BAB 2 INFORMASI PROYEK 7


2.1 Gambaran Umum Proyek 7
2.2 Struktur Organisasi 8
2.3 Kontrak 11
2.4 Metode Pengendalian Proyek 12
Pengendalian Mutu 13
Pengendalian Waktu 14
Pengendalian Biaya 14
2.5 Quality Assurance Dan Safety 16
Quality Assurance 16
Safety 16
2.6 Koordinasi Antar Owner, Konsultan Perencana Dan Kontraktor 18
Owner 18
Konsultan Perencana 19
Kontraktor 19
Koordinasi Antar Owner dan Konsultan Perencana 19
Koordinasi Antar Owner dan Kontraktor 20

BAB 3 AKTIVITAS INTERNSHIP 21


3.1 Pelaksanaan pekerjaan pile cap 21
Latar Belakang 21
Spesifikasi Pile Cap 22
Design Layout 23

vii
Data Pendukung 24
Metode Pekerjaan 24
Perhitungan Volume Pekerjaan 31
3.2 Quality control pelaksanaan pekerjaan pile cap 37
Latar belakang 37
Data dan perlengkapan pendukung 37
Standar spesifikasi pile cap 39
Pelaksanaan inspeksi Quality Control 40
3.3 PDA Test 45
Latar Belakang 45
Data dan Perlengkapan Uji 46
Persiapan dan pelaksanaan Pengujian PDA 47
Hasil PDA Test 49
3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom 53
Latar Belakang 53
Spesifikasi Kolom 54
Design Layout 55
Data Pendukung 55
Metode Pekerjaan 56
Perhitungan Volume Pekerjaan 61
3.5 LOMBA KOMPETESI COVID 19 TERKAIT KONSTRUKSI 63
DAFTAR PUSTAKA xiii

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Mitsui Soko New Warehouse 3


Gambar 1.2 MMKI New Factory 3
Gambar 1.3 MLI New Warehouse 4
Gambar 1.4 Cikarang Hotel Residence Phase 2 4
Gambar 1.5 AEON Mall JGC 5
Gambar 1.6 Yakult Indonesia 5
Gambar 2.1 Layout Zoning Area Pada Proyek Gedung Parkir AMSL 7
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Takenaka Indonesia, Tbk pada Proyek
GedungParkir Mall AEON BSD 8
Gambar 2.3 Balok Dalam Keadaan Kotor 13
Gambar 2.4 Kondisi Setelah Dibersihkan 13
Gambar 2.5 Kurva S pada proyek gedung parkir AMSL 14
Gambar 2.6 Data Surat Jalan Besi Indofab 15
Gambar 2.7 Penerapan prosedur keselamatan kerja 17
Gambar 2.8 Struktur P2K3-L Proyek Gedung parkir AMSL 17
Gambar 2.9 Bagan Koordinasi Pada Proyek Gedung Parkir AMSL 18
Gambar 3.1 Gambar Plan Pile Cap 22
Gambar 3.2 Gambar Design member pile cap tipe F8 23
Gambar 3.3 Diagram alir tahapan metode pekerjaan pile cap 24
Gambar 3.4 SOP pekerjaan galian 25
Gambar 3.5 Pelaksanaan pekerjaan galian di lapangan 25
Gambar 3.6 SOP pekerjaan lantai kerja 26
Gambar 3.7 Pelaksanaan pekerjaan lantai kerja di lapangan 26
Gambar 3.8 SOP pekerjaan pembobokaan tiang pancang 27
Gambar 3.9 Pelaksanaan pekerjaan pembobokan tiang pancang di lapanagan 27
Gambar 3.10 Pelaksanaan pekerjaan pembersihan dilapangan 27
Gambar 3.11 Pelaksanaan dewatering dilapagan| 27
Gambar 3.12 SOP pekerjaan bekisting 28
Gambar 3.13 Pelaksanaan pekerjaan bekisting di lapangan 28
Gambar 3.14 SOP pekerjaan pembesian pile cap bagian bawah 29
Gambar 3.15 SOP pekerjaan pembesian pile cap bagian atas 29
Gambar 3.16 SOP pekerjaan pembesian stek kolom 29

ix
Gambar 3.17 SOP pekerjaan pembsian sengkang kolom 29
Gambar 3.18 Pelaksanaan pekerjaan pembesian di lapangan 29
Gambar 3.19 SOP metode pengecoran 30
Gambar 3.20 Pelaksanaan pengecoran pile cap di lapangan 30
Gambar 3.21 Gambar layout member pile cap tipe F8 37
Gambar 3.22 Form laporan Checklist Quality Control pekerjaan pile cap 38
Gambar 3.23 Standar ukuran angkur 90o pada pile cap 40
Gambar 3.24 Checklist dimensi bekisting pile cap 41
Gambar 3.25 Checklist kedalam pile cap 42
Gambar 3.26 Checklist jarak tulangan dan diameter tulangan 42
Gambar 3.27 Checklist ketinggian tulangan additional 43
Gambar 3.28 Checklist tebal selimut beton 43
Gambar 3.29 Proses pemesanan beton ke supplier 44
Gambar 3.30 Hasil slump test campuran beton 44
Gambar 3.31 Pemsangan alat PDA test 48
Gambar 3.32 Hasil pembacaan pada PDA test 48
Gambar 3.33 Hasil PDA test pada tiang pancang no.8 49
Gambar 3.34 Kerusakan pada taking pancang no. 28 49
Gambar 3.35 Hasil PDA test pada tiang pancang no.186 50
Gambar 3.36 Hasil PDA test pada tiang pancang no.216 50
Gambar 3.37 Hasil PDA test pada tiang pancang no.411 51
Gambar 3.38 Hasil PDA test pada tiang pancang no.496 51
Gambar 3.39 Hasil PDA test pada tiang pancang no.585 52
Gambar 3.40 Hasil PDA test pada tiang pancang no.665 52
Gambar 3.41 Gambar Plan kolom pada proyek Gedung Parkir AMSL 54
Gambar 3.42 Design Layout Tulangan Kolom 55
Gambar 3.43 Diagram Alir Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom 56
Gambar 3.44 Proses pabrikasi tulangan kolom 57
Gambar 3.45 Penempatan sambungan pada tulangan kolom 57
Gambar 3.46 Proses pemasangan tulangan kolom ke stek kolom 58
Gambar 3.47 Perapihan sengkang kolom setelah ereksi 58
Gambar 3.48 Proses fabrikasi bekisting kolom 59
Gambar 3.49 Proses pemasangan bekisting kolom 60
Gambar 3.50 Poster “Hentikan Penyebaran Virus Corona” 65

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Dimensi Pile cap 22


Tabel 3.2 Spesifikasi Dimensi Pile cap lanjutan 23
Tabel 3.3 data dimensi tulangan pile cap tipe F8 34
Tabel 3.4 Hasil perhitungan kebutuhan besi pada pile cep tipe F8 35
Tabel 3.5 standar tebal selimut 39
Tabel 3.6 Data tiang uji 46
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji PDA dengan Analisa CAWAP 53
Tabel 3.8 Spesifikasi Ukuran kolom 54
Tabel 3.9 Panjang sambungan pada tulangan kolom 58
Tabel 3.10 Data tilangan kolom C60 61
Tabel 3.11 Hasil perhitungan kebutuhan besi pada kolom C60 61

xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Riwayat perusahaan


PT Takenaka Indonesia merupakan region perusahaan dari Takenaka
Corporation yang berpusat di Osaka, Jepang merupakan salah satu perusahaan
arsitektur, teknik, dan konstruksi terbesar di jepang. Takenaka berkantor pusat di
Chuo, Osaka, Jepang sedangkan untuk regional Indonesia berkantor pusat di Jakarta,
Indonesia.
PT. Takenaka Indonesia didirikan pada tanggal 25 Mei 1974 sebagai
perusahaan patungan dengan investasi yang disumbangkan oleh PT. Hutama Karya
Indonesia dan Takenaka Coorporation Jepang. Pada awalnya, perusahaan terdaftar
dengan nama PT. Hutama Takenaka Coorporation Indonesia. Pada tahun 1999,
Takenaka Coorporation menjadi pemegang saham utama dan nama perusahaan diubah
menjadi PT Takenaka Indonesia.
PT. Takenaka Indonesia adalah kontraktor umum yang menawarkan layanan
bangunan dan desain bangunan terintegrasi kepada klien, yang menggabungkan studi
kelayakan, perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan, yang diyakini sebagai
solusi optimal untuk memberikan jaminan kualitas dalam bisnis konstruksi. Di bawah
skema desain-dan-bangun ini dan dengan pengalaman yang dikumpulkan selama
bertahun-tahun bekerja di Indonesia,
PT. Takenaka Indonesia mampu melaksanakan dan menyelesaikan proyek-
proyek berkualitas tinggi yang sesuai dengan kondisi topografi, geologi dan iklim di
Indonesia, dalam waktu sesingkat mungkin pembangunan, dengan harga yang sangat
kompetitif dan pertimbangan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja dalam
pikiran.
2

1.2 Visi dan Misi Perusahaan


1.2.1 VISI
Dalam menjalankan perusahaan PT. Takenaka Indonesia berpegang teguh
kepada visi yang dimilikinya agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Berikut adalah
visi yang dimiliki oleh PT Takenaka:

“Menjadi salah satu kontraktor rancang-bangun terpadu yang unggul di


Indonesia yang secara konsisten memberikan kontribusi nyata bagi terwujudnya
kemakmuran masyarakat melalui layanan yang mengutamakan mutu dan
berorientasi pelanggan”

1.2.2 MISI
Misi PT. Takenaka Indonesia yang dijadikan sebagai acuan bagi strategi
operasional organisasi dan mencakus aspek Q-C-D-S-E (Quality, Cost, Delivery,
Safety, Environment) adalah sebagai berikut:

“Selalu memberikan layanan rancang-bangun terpadu yang unggul sesuai


persyaratan pelanggan dan para pemangku kepentingan yang akan mendorong
terciptanya akuisisi, kepuasan, prefensi, rekomendasi dan loyalitas pelanggan,
serta kepercayaan masyarakat yang berkelanjutan sehingga konsisten bisa
menghasilkan kinerja finansial yang memuaskan”
3

1.3 Pengalaman perusahaan


PT. Takenaka Indonesia telah mengerjakan beberapa proyek Gedung atau
bangunan lain seperti berikut:
a. MITSUI SOKO NEW WAREHOUSE

Gambar 1.1 Mitsui Soko New Warehouse


(Sumber: Takenaka.asia)
Klien : PT. Mitsui Soko Indonesia
Lokasi : GIIC, Cikarang, Jawa Barat
Tahun : 2015

b. MMKI NEW FACTORY

Gambar 1.2 MMKI New Factory


(Sumber: Takenaka.asia)
Klien : PT. Mitshubishi Motors Krama Yudha Indonesia
Lokasi : GIIC, Cikarang, Jawa Barat
Tahun : 2015
4

c. MLI NEW WAREHOUSE

Gambar 1.3 MLI New Warehouse


(Sumber: Takenaka.asia)
Klien : PT. Mitsubishi Logistics Indonesia
Lokasi : MM2100, Cibinong, Jawa Barat
Tahun : 2017

d. CIKARANG HOTEL RESIDENCE PHASE 2

Gambar 1.4 Cikarang Hotel Residence Phase 2


(Sumber: Takenaka.asia)
Klien : PT. TTL Residence
Lokasi : Lippo Cikarang, Jawa Barat
Tahun : 2016
5

e. AEON MALL JGC PROJECT

Gambar 1.5 AEON Mall JGC


(Sumber: Takernaka.asia)
Klien : PT. AEON Mall Indonesia
Lokasi : Garden City Boulevard, Cakung, Jakarta Timur
Tahun : 2017

f. YAKULT INDONESIA

Gambar 1.6 Yakult Indonesia


(Sumber: Takenaka.asia)
Klien : PT. Yakult Indonesia
Lokasi : Mojokerto, Jawa Timur
Tahun : 2013
6
BAB 2
INFORMASI PROYEK

Dalam dunia pekerjaan ada informasi tentang proyek yang kita harus pahami
dan yang akan mahasiswa kembangkan atau pelajari pada praktik magang. Agar kita
tau jenis proyek apa yang akan kita kerjakan.

2.1 Gambaran Umum Proyek


Proyek gedung parkir mobil di AEON MALL BSD CITY merupakan proyek
pengalih fungsikan gedung parkir motor 2 lantai menjadi gedung parkir mobil 6 lantai
yang dikerjakan oleh PT. Takenaka Indonesia. Proyek ini direncanakan selesai dalam
jangka waktu 14 bulan, yang dimulai dari 15 september 2019 sampai dengan 31
oktober 2019. Gedung parkir enam lantai ini memiliki tinggi hingga 18,6 meter untuk
tinggi keseluruhan dan 3, 1 meter untuk tinggi setiap lantai. Luas dari proyek ini adalah
52.731 m2 untuk total keseluruhan luasan proyek, sedangkan 38.357 m2 untuk luas
bangunan atau lantai. Di bulan februari 2020 proyek ini telah memiliki progress
sebesar 30 %.

Gambar 2.1 Layout Zoning Area Pada Proyek Gedung Parkir AMSL
(Sumber: Proyek Gedung Parkir AMSL)
2.2 Struktur Organisasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Takenaka Indonesia, Tbk pada Proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD
(Sumber: Proyek Gedung Parkir AMSL)
Sesuai dengan began struktur organisasi pada gambar 2.2, Berikut merupakan
peranan dari bagian – bagian dalam struktur organisasi PT. Takenaka Indonesia, Tbk
proyek Gedung Parkir AMSL:

a. Project Manager
Project Manager atau manajer proyek merupakan seseorang yang ditetapkan
untuk bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pelaksanaan pada suatu proyek konstruksi.
Manajer proyek juga didefinisikan sebagai seseorang dengan tanggung jawab
terhadap pelaksanaan suatu proyek dimulai dari tahapan desain, penawaran dan hingga
pembangun konstruksi proyek selesai. Selain itu manajer proyek juga bertanggung
jawab terhadap perusahaan dan seluruh tim yang bekerja dalam proyek. Manajer
proyek menjadi peran penting dalam pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan sumber daya, jadwal dan biaya suatu proyek.

b. Engineering/Shop Drawing
Pada bagian ini dipimpin oleh Chief Engineering yang merupakan kepala
bagian untuk divisi seperti:
• Quantitty Surveyor (QS)
Quantity Surveyor (QS) merupakan profesi dengan keahlian dalam
menganalisa pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan penilaian
pekerjaan, administrasi kontrak. Quantity Surveyor bertanggung jawab
dalam administrasi kontrak hingga suatu pekerjaan dapat diperkirakan,
direncanakan, dianalisis, dikendalikan dan dipercayakan. Selain itu
seorang Quantity Surveyor juga memiliki kemampuan dalam Analisa
komponen biaya pekerjaan konstruksi proyek dengan metode-metode
terkait sehingga dapat menerapkan hasil analisa dalam mengatasi
permasalahan yang terdapat pada setiap proyek
• Quality Control (QC)
Quality Control (QC) atau pengendali mutu menurut Feightboum adalah
suatu sistem yang efektif dalam mengintegrasikan kegiatan – kegiatan
pengawasan dan pengembangan mutu dalam suatu organisasi sehingga
memperoleh hasil produksi dan pelayanan dengan tingkat yang paling
ekonomis dan dapat memuaskan konsumen.
10

Quality Control adalah Teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar
dapat mencapai mutu yang diinginkan. Aktivitasnya mencangkup
pengawasan, meminimalisir munculnya suatu masalah, mengurangi
penyimpangan maupun perubahan yang tidak perlu serta usaha- usaha
untuk mencapai efektivitas waktu dan biaya. Pada bidang konstruksi
quality control memiliki peranan yang sangat penting, karena bertanggung
jawab atas kualitas dari hasil pekerjaan. Maka pengawasan terhadap mutu
pekerjaan membutuhkan perhatian yang sangat tinggi. Pengawasan mutu
tersebut dapat dilaksanakan dengan cara inspeksi sesuai dengan design
gambar yang tertera pada form checklist. Selain untuk pengawasan mutu
inspeksi berdasarkan design gambar pada form checklist juga bertujuan
untuk mencegah kesalahan pekerjaan yang dapat menyebabkan pekerjaan
tambahan serta kerugian dalam efisiensi waktu dan biaya.
• Drafter
Drafter adalah orang yang bertugas dalam pembuatan shop drawing yang
merupakan gambar rencana suatu elemen konstruksi yang disertai dimensi
dan spesifikasi detail sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di
lapangan. selain itu drafter juga membuat as-built drawing yang terdiri
dari gambaran elemen yang telah dibangun. Fungsi dari as-built drawing
adalah sebagai pembanding hasil pembangunan di lapangan dengan
gambar rencana.
• Logistic
Logistic merupakan sebuah profesi dalam rangkaian struktur organisasi
proyek dengan tanggung jawab dalam pendataan, penyimpanan dan
pengadaan seluruh alat dan sumber daya pada suatu proyek.
11

c. Operational/Site Engineer
Site engineer merupakan suatu profesi yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan teknis dan material konstruksi bersama manajer proyek, termasuk
menyediakan seluruh shop drawing dan membuat perhitungan konstruksi yang
diperlukan serta menentukan spesifikasi data teknis bahan dan volume pekerjaan
konstruksi.
• Chief Engineer
Merupakan kepala bagian Engineer yang membantu tugas manager proyek
dalam hal konstruksi bangunan.

d. Safety Officer
Safety officer adalah sebuah profesi yang tujuan utamanya adalah memastikan
bahwa para pekerja berada dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Selain itu
adalah mengidentifikasi dan meminimalkan risiko bahaya (Hazard) yang mungkin
timbul di dalam lingkungan pekerjaan. Dengan membawa pedoman K3 safety officer
dapat memberikan induksi tentang keselamatan kepada para pekerja dan staff tentang
bahaya pada proyek konstruksi bangunan.

e. Mechanical Electrical (M & E)


Mechanical Electrical atau sering disebut ME merupakan salah satu bagian
dari kontraktor yang bertugas dan bertanggung jawab dengan bidang mekanika
electrical yang terdapat pada suatu proyek konstruksi. Adapun pekerjaan ME yang
berkaitan dengan konstruksi bangunan diantaranya adalah melakukan instalasi listrik,
pipa – pipa dll. ME merupakan bagian yang sangat berkaitan dengan bidang sipil
dalam proses konstruksi. Maka dari itu penting untuk adanya kerja sama yang baik
antara pihak ME dengan pihak sipil dalam menentukan desain dan mengatasi masalah
yang terkait dengan kedua bidang tersebut.

2.3 Kontrak
Kontrak yang berlaku pada proyek ini adalah kontrak Lumpsum. Sesuai dengan
Perpres No. 54 Tahun 2010 pasal 51 ayat (1), kontrak Lumpsum merupakan kontrak
pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan:
12

a. Jumlah harga pasti dan tetap, serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang atau jasa;
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/ keluaran yang dihasilkan sesuai
isi kontrak;
d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
e. Total harga penawaran bersifat mengikat
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/ kurang.
Berdasarkan penjelasan dan ketentuan pada kontrak Lumpsum. Berikut ini
adalah keuntungan dari pemberlakuan kontrak ini:
a. Risiko pemilik proyek sangat kecil;
b. Meminimalisir terjadinya pekerjaan tambah/ kurang;
c. Pembayaran tidak perlu dilakukan secara sekaligus;
d. Pengendalian proyek yang lebih terjamin;
e. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor menjadi lebih baik.

2.4 Metode Pengendalian Proyek


Proyek adalah unit yang paling baik untuk pelaksanaan perencanaan
operasional dari aktivitas investasi dengan kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai suatu hasil tujuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu. (Tjokroamijojo,
1971).
Seiring pelaksanaan konstruksi proyek juga dilaksanakan pengendalian yang
bertujuan untuk menjaga mutu dari setiap pekerjaan. Pengendalian proyek
dilaksanakan untuk menjaga agar proyek dapat memenuhi batas waktu, biaya dan mutu
yang ditetapkan dalam rencana. Pengendalian proyek terdiri atas kegiatan pengawasan
(Monitoring) suatu pekerjaan agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan
didapatkan hasil yang berkualitas serta sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Umumnya pengendalian tersebut menggunakan media seperti jaringan
kerja, Master Schedule, dan Kurva-S
Berikut pengendalian proyek yang dilaksanakan pada proyek Gedung Parkir
AMSL secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pengendalian Mutu;
b. Pengendalian Waktu;
c. Pengendalian Biaya.
13

Pengendalian Mutu
Mutu seringkali digunakan dalam memberikan penilaian yang terbaik pada
suatu produk pada kehidupan sehari- hari. Mutu adalah tingkat dimana satu set
karakteristik yang melekat memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan
umumnya tersirat atau wajib.
Pengendalian mutu (Quality Control) adalah bagian dari manajemen mutu
difokuskan pada pemenuhan persyaratan seperti monitoring, mengurangi
permasalahan dan penyimpangan yang teridentifikasi. Pelaksanaan pengendalian mutu
ini selain dilaksanakan oleh pihak Quality Control di lapangan juga dilaksanakan oleh
pihak Head Office untuk memastikan jika segala pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai
dengan standar perusahaan. Dalam pelaksanaan pengendalian mutu pada proyek ini
dilaksanakan uji laboratorium dalam mengendalikan mutu material beton dan besi dan
inspeksi untuk mengawasi mutu pekerjaan yang dilaksanakan. Sebagai contoh
pengendalian mutu material besi/baja tulangan dilaksanakan beberapa pengujian yang
diatur pada SNI 07 – 2052 - 2002 sebagai berikut: uji sifat tampak; uji ukuran, berat
dan bentuk: Uji sifat mekanis yang terdiri dari uji tarik dan lengkung. Berikut ini
adalah contoh pengendalian mutu dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan:

Gambar 2.3 Balok Dalam Keadaan Gambar 2.4 Kondisi Setelah


Kotor Dibersihkan
(Sumber: Proyek Gedung parkir (Sumber: Proyek Gedung parkir
AMSL) AMSL)
14

Pengendalian Waktu
Dalam pengendalian waktu proyek dikenal metode Kurva S yang merupakan
sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang di sajikan dalam bentuk grafis yang dapat
memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan pada sumbu tegak dikaitkan
dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kurva S ini dikenal salah satu perencanan
waktu yang dapat dibuat oleh kontraktor sebagai alat bantu jadwal pelaksanaan proyek.
Keterlambatan kerja merupakan masalah yang paling sering dihadapi dalam
pengendalian mutu. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan tenaga kerja dan shift kerja (Anggraeni, 2017). Berikut ini adalah kurva
S weekly progress minggu ketiga pada bulan mei pada proyek gedung parkir AMSL:

Gambar 2.5 Kurva S pada proyek gedung parkir AMSL


(Sumber: Proyek Gedung parkir AMSL)

Pengendalian Biaya
Biaya – biaya konstruksi proyek perlu dikelompokkan agar dalam analisa
perhitungan Rencana Anggaran Biaya. Biaya konstruksi memiliki unsur utama dan
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian (Asiyanto, 2005).
Pada proyek gedung parkir AMSL ini pengendalian biaya diawasi langsung oleh
Quantity Surveyor (QS). Disini wewenang Quantity Surveyor adalah memastikan
segala pengeluaran biaya untuk pengadaan item atau material pekerjaan sesuai dengan
persetujuan awal oleh supplier dan tidak ada pembengkakan biaya yang disebabkan
oleh unsur disengaja maupun tidak disengaja. Salah satu contoh kasus pengendalian
15

biaya material beton saat pengecoran zone 1 lantai +3100. Permasalahan yang dihadapi
adalah terjadinya ketidak sesuaian volume pengecoran beton aktual dan rencana.
Setelah diteliti ketidaksukaan tersebut diakibatkan oleh kerusakan pompa saat
pengecoran dan menyebabkan terbuangnya campuran beton tersebut. Dalam
penyelesaian masalah tersebut pihak Quality Control membicarakannya dengan pihak
penyedia pompa beton dan ditemukannya solusi pihak penyedia pompa akan
bertanggung jawab atas volume beton yang terbuang. Dalam pengendalian biaya
material metode yang digunakan oleh pihak Quantity Surveyor adalah
membandingkan volume rencana dengan volume aktual, data volume aktual didapat
dari data surat jalan material. Berikut ini adalah contoh surat jalan besi yang telah
disusun oleh pihak logistic di lapangan yang akan diserahkan ke pihak Quantity
Surveyor:

Gambar 2.6 Data Surat Jalan Besi Indofab


(Sumber: Proyek Gedung parkir AMSL)
16

2.5 Quality Assurance Dan Safety


Quality Assurance
Tanggung jawab dari seseorang QA secara umum adalah memastikan bahwa
produk material atau jasa yang digunakan pada konstruksi telah memenuhi standar
kualitas umum lainnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pada proyek gedung
parkir ini pelaksanaan quality assurance dilakukan dengan Pengecekan gambar as-
built drawing yang bertujuan untuk mengecek jika tidak terjadi kesalahan atau
kekurangan komponen dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut. Selain itu pengecekan
gambar as-built drawing juga bertujuan untuk membandingkan biaya pekerjaan aktual
dan rencana.

Safety
Penerapan K3 di proyek Gedung parkir AMSl diawasi oleh safety officer.
standar kelengkapan APD yang ditentukan oleh PT. Takenaka terdiri atas penggunaan
safety helmet lengkap dengan tali dagu, safety belt atau body harness untuk pekerjaan
tinggi, safety glove dan safety shoes atau safety boot tergantung pada kondisi cuaca di
proyek. setiap pekerja baru akan diberikan briefing mengenai prosedur keselamatan
kerja yang berlaku pada proyek tersebut dalam safety induction. Seluruh pekerjaan di
proyek ini diatur oleh 10 program keselamatan kerja yang selalu dibacakan setiap
koordinasi pagi. Selain keselamatan saat bekerja disini para bekerja juga menjaga
Kesehatan tubuh mereka dengan melakukan senam setiap pagi sebelum memulai
pekerjaan. Safety officer juga melakukan safety patrol setiap harinya untuk mengawasi
ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur keselamatan kerja.
Peralatan dan perlengkapan di proyek juga selalu diperiksa setiap minggunya. berikut
merupakan salah satu pekerjaan yang telah memenuhi prosedur keselamatan kerja:
17

Gambar 2.7 Penerapan prosedur keselamatan kerja


Pada Proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD, PT. Takenaka Indonesia
mempunyai susunan struktur organisasi divisi safety. Sebagai berikut:

Gambar 2.8 Struktur P2K3-L Proyek Gedung parkir AMSL


Struktur P2K3-L diatas memiliki beberapa tanggung jawab umum seperti berikut:
• Membantu kepala proyek/departemen dan P2K3L Pusat mengendalikan
penerapan sistem manajemen lingkungan di lingkungan kerjanya.
• Melakukan identifikasi bahaya/risiko kerja dan aspek/dampak
• lingkungan penting untuk kegiatan operasional spesifik di lingkungan
kerjanya.
• Turut serta membuat Site Construction Plan.
• Turut serta mengomunikasikan Site Construction Plan ke seluruh personil
proyek.
18

2.6 Koordinasi Antar Owner, Konsultan Perencana Dan Kontraktor

Gambar 2.9 Bagan Koordinasi Pada Proyek Gedung Parkir AMSL


Owner
Pemilik proyek (owner) merupakan seseorang atau instansi yang memiliki
proyek dan memberikan kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai
dengan kontrak kerja untuk merealisasikan proyek. Peran dari pemilik proyek yaitu
sebagai berikut:
a. Menyediakan biaya pekerjaan proyek;
b. Memberikan tugas kepada pihak yang mengerjakan proyek;
c. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau konsultan
perencana;
d. Membuat dan memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pihak
pelaksana;
e. Mengesahkan atau menolak perubahan perihal pelaksanaan proyek;
f. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaannya sesuai denga isi surat perjanjian kontrak
19

Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk oleh pemilik sebagai
pelaksana pekerjaan perencanaan dan dapat berupa badan usaha baik swasta maupun
pemerintah. Peran konsultan perencana dalam pelaksanaan proyek konstruksi yaitu
sebagai berikut:
a. Membuat gambar kerja pelaksanaan;
b. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan seusai kehendak pemilik;
c. Membuat rencana anggaran biaya bangunan;
d. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan;
e. Melakukan perubahan desain bila terdapat pekerjaan yang tidak
memungkinkan dilaksanakan di lapangan.

Kontraktor
Kontraktor merupakan badan hukum atau perorangan yang ditugaskan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan proyek dan merupakan pihak yang penawarannya telah
diterima dan telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian
pemborongan kerja dengan pemilik proyek. Kontraktor bertanggung Jawab secara
langsung kepada pihak pemilik. Pihak kontraktor dapat berkonsultasi secara langsung
dengan tim pengawas menyangkut masalah yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab sebagai pihak kontraktor yaitu sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai peraturan dan spesifikasi yang telah
direncanakan dan ditetapkan di dalam kontrak perjanjian;
b. Membuat dam melaporkan laporan bulanan yang berupa kemajuan progress
proyek kepada pihak owner;
c. Bertanggung jawab atas kegiatan konstruksi dan metode pelaksanaan
pekerjaan di lapangan;

Koordinasi Antar Owner dan Konsultan Perencana


Konsultan perencana mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan
pekerjaan sesuai dengan keinginan pemberi tugas atau pemilik. Dalam proses
perencanaan ini pemilik berhak untuk melakukan perubahan dan pihak konsultan harus
mengikuti perintah tersebut. Pemberi tugas atau pemilik bertanggung jawab untuk
memberikan imbalan atas jasa perancangan yang dilakukan oleh konsultan perencana.
20

Koordinasi Antar Owner dan Kontraktor


Pemilik Proyek atau Owner akan menunjuk kontraktor sebagai untuk
melaksanakan kegiatan konstruksi proyek setelah dilakukannya tender. Kontraktor
menerima data, desain, teknis dan AHSP dari konsultan sebagai dasar penawaran saat
tender berlangsung kepada owner. Pada tahap awal konstruksi kontraktor
berkomunikasi atau berhubungan dengan owner tentang progress pekerjaan yang telah
atau sedang berlangsung serta menerima masukan atau keinginan dari owner sendiri
tentang perubahan pekerjaan proyek yang awalnya telah disetujui. Agar proyek
konstruksi tepat waktu dan tidak over budget kontraktor dan owner harus
berkoordinasi dengan benar selama pelaksanaan berlangsung.
BAB 3
AKTIVITAS INTERNSHIP

Berdasarkan hasil dari kegiatan internship yang dijalani Ada beberapa aktivitas
didapat oleh peserta selama internship pada proyek Gedung Parkir AMSL BSD
Serpong Berikut merupakan aktivitas yang akan dibahas oleh penulis:
1. Pelaksanaan pekerjaan pile cap;
2. Quality control pelaksanaan pekerjaan pile cap;
3. PDA Test;
4. Pelaksanaan pekerjaan kolom;
5. Lomba kompetensi COVID-19

3.1 Pelaksanaan pekerjaan pile cap


Latar Belakang
Pile cap merupakan elemen penting yang termasuk bagian struktur bawah. Pile
cap berperan penting dalam pendistribusian beban struktur ke tiang pancang untuk
kemudian diteruskan ke dalam tanah. Pile cap digunakan sebagai struktur pengikat
tiang pancang dan menghubunkan tiang pancang dengan struktur kolom yang berada
diatasinya. Tujuan dari penggunaan pile cap adalah untuk menjaga lokasi kolom benar
– benar berada di titik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang
dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala
kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada.
22

Spesifikasi Pile Cap


Berikut adalah gambar plan lokasi pile cap pada proyek ini:

Gambar 3.1 Gambar Plan Pile cap pada proyek Gedung parkir AMSL BSD Serpong
(Sumber: Proyek Gedung parkir AMSL)

Pada proyek ini terdapat 32 tipe pile cap berdasarkan jumlah pancang dan
ukurannya dan berikut ini terlampir spesifikasi ukuran dan jumlah pancang pada setiap
pile cap:
Tabel 3.1 Spesifikasi Dimensi Pile cap
Dimensi Pondasi
No. Tipe Jumlah Pancang
Panjang Lebar Tinggi
1 F4 3.30 3.30 1.20 4.00
2 F4A 3.30 4.10 1.20 4.00
3 F5 4.10 4.10 1.20 5.00
4 F5B 3.95 4.10 1.20 5.00
5 F6 3.30 5.10 1.20 6.00
6 F8 5.10 4.70 1.20 8.00
7 F8A 5.10 4.70 1.20 8.00
8 F8B 5.10 4.70 1.20 8.00
9 F10 3.30 8.70 1.20 10.00
10 F5C 3.70 3.70 1.20 5.00
11 F5D 3.65 4.10 1.20 5.00
12 F6A 3.30 4.50 1.20 6.00
13 F6B 3.30 5.10 1.20 6.00
14 F6C 3.00 5.10 1.20 6.00
23

Tabel 3.2 Spesifikasi Dimensi Pile cap ( lanjutan)


Dimensi Pondasi
No. Tipe Jumlah Pancang
Panjang Lebar Tinggi
15 F8D 4.70 5.10 1.20 8.00
16 F8E 3.00 6.00 1.20 8.00
17 F8F 18.11 1.20 8.00
18 F8G 3.00 6.00 1.20 8.00
19 F9A 4.50 4.50 1.20 9.00
20 F10A 6.90 4.50 1.20 10.00
21 F11A 36.02 1.20 11.00
22 F12 6.90 5.10 1.20 12.00
23 F13 45.59 1.20 13.00
24 F14 43.48 1.20 14.00
25 F16 45.25 1.20 16.00
26 F18 7.40 7.50 1.20 18.00
27 F17A 56.22 1.20 17.00
28 F21 67.43 1.20 21.00
29 F81 4.70 6.10 1.20 8.00
30 F82 5.60 5.10 1.20 8.00
31 F18A 62.64 1.20 18.00
32 F17 68.61 1.20 17.00

Design Layout
Berikut adalah spesfikasi ukuran dan member tulangan pada pile cap tipe F8
yang digunakan sebagai sampel perhitungan:

Gambar 3.2 Gambar Design member pile cap tipe F8


(Sumber: Proyek Gedung parkir AMSL)
24

Data Pendukung
Data – data pendukung dalam perhitungan kebutuhan pekerjaan pile cap, yaitu:
a. Gambar rencana design pile cap;
b. Pengukuran aktual di lapangan;
c. Gambar as built drawing.

Metode Pekerjaan
Berikut ini adalah diagram alir mengenai tahapan pekerjaan pile cap secara
berurutan dari pekerjaan galian area pile cap hingga pekerjaan pengecoran:

Gambar 3.3 Diagram alir tahapan metode pekerjaan pile cap


(Sumber: Proyek Gedung parkir AMSL)
25

Berikut ini penjelasan mengenai setiap tahapan metode pelaksanaan pekerjaan


pile cap sesuai dengan SOP yang berlaku pada proyek Gedung parkir AMSL BSD
Serpong:
a. Pekerjaan galian
Pekerjaan galian dimulai dengan pengukuran area galian oleh surveyor sesuai
dengan design gambar dengan pelebaran sebesar ± 500 mm dengan kemiringan
45o seperti gambar 3.4 untuk memudahkan pekerjaan forming dan mencegah
terjadinya longsor.

Gambar 3.5 Pelaksanaan


Gambar 3.4 SOP pekerjaan
galian pekerjaan galian di lapangan
(sumber: training metode kerja
(sumber: proyek Gedung parkir
pile cap proyek Gedung parkir
AMSL) AMSL)

Sebagai contoh untuk pile cap tipe F8 dengan ukuran 5100 x 4700 mm2 maka
ukuran galian yang dibuat adalah 5600 x 5200 mm2. Sedangkan untuk
kedalaman galian ditambahkan ± 50 mm sebagai ruang untuk lantai kerja.
Pekerjaan galian ini dikerjakan menggunakan alat excavator.

b. Pekerjaan pembuatan lantai kerja


Setelah pekerjaan galian seharusnya dilanjutkan dengan pengerjaan
pembobokan tiang pancang namun dikarenakan kondisi lapangan yang tidak
mendukung maka setelah pekerjaan galian dilanjutkan dengan pekerjaan lantai
kerja untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan lantai
kerja ini menggunakan material beton dengan tebal pengecoran 50 mm dan
26

lebar menyesuaikan tipe pondasi dengan pelebaran sebesar ± 300 mm, maka
untuk pondasi tipe F8 lebar pekerjaan lantai kerja menjadi 5400 x 5000 mm2.
Pelebaran lantai kerja ini dimaksudkan sebagai dasar untuk pemasangan
sebagai forming pile cap.

Gambar 3.6 SOP pekerjaan lantai Gambar 3.7 Pelaksanaan


kerja pekerjaan lantai kerja di lapangan
(sumber: training metode kerja (sumber: proyek Gedung parkir
pile cap proyek Gedung parkir AMSL)
AMSL)

c. Pekerjaan pembersihan
Pekerjaan pembersihan terdiri dari beberapa bagian yaitu; pembobokan tiang
pancang dan pembersihan material tanah pada lantai kerja. Pada pekerjaan
pembobokan tiang pancang dipotong dengan menyisakan tiang pancang
setinggi 100 mm dari dasar lantai kerja sesuai dengan standar yang digunakan.
Sedangkan untuk pembersihan material lainnya, dilakukan agar saat
pengecoran tidak ada material lain yang tercampur dengan beton yang dapat
berakibat menurunkan kekuatan beton itu sendiri. Pekerjaan dewatering juga
dilaksanakan pada galian dengan kondisi tergenang yang disebabkan oleh
hujan.
27

Gambar 3.8 SOP pekerjaan Gambar 3.9 Pelaksanaan


pembobokaan tiang pancang pekerjaan pembobokan tiang
(sumber: training metode kerja pancang di lapangan
pile cap proyek Gedung parkir (sumber: proyek Gedung parkir
AMSL) AMSL)

Gambar 3.10 Pelaksanaan Gambar 3.11 Pelaksanaan


pekerjaan pembersihan di dewatering di lapagan|
lapangan (sumber: proyek Gedung parkir
(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
AMSL)

d. Pekerjaan forming/ pemasangan bekisting


Pada pekerjaan forming di proyek ini menggunakan hebel sebagai material
pengganti plywood berdasarkan perhitungan biaya yang lebih efisien. Sebelum
memulai pemasangan hebel pihak surveyor akan membuat garis panduan
menggunakan benang sesuai dengan design pile cap. Setelah pemasangan
hebel selesai pihak surveyor akan mengecek Kembali ukuran dari bekisting
tersebut. Kemudian galian pada tepi luar hebel akan diurug degan tinggi
setengah dari tinggi pile cap yang akan berfungsi sebagai penyangga bekisting.
28

Gambar 3.12 SOP pekerjaan Gambar 3.13Pelaksanaan


bekisting pekerjaan bekisting di lapangan
(sumber: training metode kerja (sumber: proyek Gedung parkir
pile cap proyek Gedung parkir AMSL)
AMSL)

e. Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pemasangan tulangan pile cap dilaksanakan dengan beberapa tahap;
pertama pemasangan tulangan bagian bawah yang menggunakan besi ukuran
D25 dengan jumlah tulangan memanjang sebanyak 25 buah dan tulangan
tumpuan sebanyak 31 buah dengan penyangga beton decking sesuai dengan
tebal selimut beton yaitu 130 mm dari lantai kerja untuk bagian bawah dan
700 mm dari bekisting untuk bagian samping lalu dilanjutkan dengan tulangan
atas yang menggunakan besi ukuran D13 dengan jumlah yang sama seperti
pada tulangan bawah dan diberikan jarak 70 mm dari stop cor atas sebagai
selimut beton. Kemudian pemasangan tulangan samping berupa 4 buah
tulangan dengan ukuran D13 di setiap sisinya. Setelah tulangan utama pile cap
terpasang dilanjutkan dengan pemasangan besi additional pada tiang pancang
dengan menggunakan besi D19 dan panjang 1700 mm sebanyak 5 buah di
setiap lubang pancang yang bertujuan untuk memberikan perkuatan pada
sambungan tiang pancang ke pile cap. Terakhir pemasangan tulangan kolom
sebanyak 18 buah besi ukuran D29 dengan Sengkang D13 masing – masing
berjarak 150 mm dan 50 mm dari stop cor atas untuk Sengkang atas pertama.
Setelah seluruh pemasangan tulangan selesai akan dilakukan pengecekan oleh
quality control untuk memastikan bahwa pekerjaan ini sudah siap untuk dicor.
29

Gambar 3.14 SOP pekerjaan Gambar 3.15 SOP pekerjaan


pembesian pile cap bagian bawah pembesian pile cap bagian atas
(sumber: training metode kerja pile (sumber: training metode kerja pile
cap proyek Gedung parkir AMSL) cap proyek Gedung parkir AMSL)

Gambar 3.16 SOP pekerjaan Gambar 3.17 SOP pekerjaan


pembesian stek kolom pembesian sengkang kolom
(sumber: training metode kerja pile (sumber: training metode kerja pile
cap proyek Gedung parkir AMSL) cap proyek Gedung parkir AMSL)

Gambar 3.18 Pelaksanaan pekerjaan pembesian di


lapangan
(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
30

f. Pekerjaan pengecoran
Terdapat dua metode yang digunakan pada proses pengecoran pile cap.
Pemilihan metode yang dipergunakan berdasarkan letak dan akses dari pile cap
yang akan dicor. Jika truk mixture memiliki akses yang cukup untuk talang truk
mixture mencapai daerah pengecoran maka pengecoran akan dilakukan secara
manual sedangkan jika truk mixture tidak memiliki akses maka pengecoran
akan dilaksanakan menggunakan tower crane.

Gambar 3.19 SOP metode pengecoran


(sumber: training metode kerja pile cap proyek Gedung parkir AMSL)

Gambar 3.20 Pelaksanaan


pengecoran pile cap di lapangan
(sumber: proyek Gedung parkir
AMSL)

Kedua metode tersebut memiliki keunggulan dan kekurangannya masing –


masing seperti pada pengecoran metode manual memiliki kelebihan dalam
efisiensi waktu karena campuran beton tinggal dituangkan langsung ke pile cap
tidak seperti tower crane yang harus mengisi ulang beton mixture secara
berkala. Namun untuk metode pengecoran manual penyebaran beton tidak
merata karena pengecoran dilakukan pada satu titik dan memerlukan tenaga
31

kerja lebih untuk meratakan penyebaran beton sedangkan metode tower crane
dapat melakukan pengecoran di beberapa titik jadi dapat menghasilkan
pengecoran yang lebih merata. Persiapan awal yang dilaksanakan sebelum
memulai pengecoran adalah menutup tulangan besi kolom dengan plastik cor
yang bertujuan untuk mencegah tulangan kolom kotor karena terkena beton.
Selanjutnya pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan dan saat pengecoran
beton vibrator ditusuk - tusukan ke campuran beton untuk menghilangkan
rongga – rongga udara pada campuran beton. Setelah pengecoran selesai
dilaksanakan finishing untuk meratakan permukaan beton lalu ditutup dengan
plastik cor dan disiram air agar proses curing dapat berlangsung. Proses curing
pada pengecoran pile cap ini berlangsung selama 24 jam. Setelah proses curing
selesai maka dapat dilanjutkan dengan pengerjaan kolom dan sloef.

Perhitungan Volume Pekerjaan


Berikut ini adalah perhitungan volume pekerjaan pada setiap tahapan pada
pekerjaan pile cap tipe F8:
a. Volume pekerjaan galian
Data Pekerjaan Galian
Panjang galian : 5700 mm
Lebar galian : 5300 mm
Kedalaman galian : 1250 mm
Diameter pancang : 600 mm
Jumlah pancang : 8 buah

Perhitungan Volume pekerjaan galian


Volume galian = Panjang × Lebar × tinggi
= 5,6 × 5,2 × 1,25
= 34,94 m3

Volume pancang = 8 × (π × 0,32 × 1,25)


= 0, 28 m3
32

Volume tanah galian = Volume galian – Volume pancang


= 34,94 – 0,28
= 34,66 m3

Dengan menggunakan excavator komatsu PC50 dengan spesifikasi serta


asumsi faktor alat, faktor efisiensi dan waktu siklus sebagai berikut:
Kapasitas bucket : 0,10 m3
Factor bucket : 0,8
Faktor efisiensi : 0.6
Waktu gali : 10 detik
Waktu swing : 10 detik
Waktu buang : 5 detik

Berdasarkan data sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan galian


diatas dapat dihitung sebagai berikut:
Kapasitas alat (q) = kapasitas bucket × faktor bucket × faktor efisiensi
= 0,10 × 0,8 × 0,6
= 0.048 m3

Kapasitas alat × 3600


Produktivitas alat (Q) = waktu siklus
0.048 ×,3600
= 10 + 10 + 5

= 6.912 m3/jam

Volume galian tanah


Waktu galian = produktivitas alat
34,66
= 6,912

= 5 jam

Jadi, untuk pekerjaan galian pile cap tipe F8 volume galian tanah yang
dikerjakan adalah sebesar 34,66 m3 dan dapat diselesaikan dengan waktu 5 jam
menggunakan excavator tipe PC50.
33

b. Volume pekerjaan lantai kerja


Data pekerjaan lantai kerja:
Panjang lantai kerja : 5400 mm
Lebar lantai kerja : 5000 mm
Tebal lantai kerja : 50 mm
Diameter pancang : 600 mm
Jumlah pancang :8
Material lantai kerja : Beton

Perhitungan volume lantai kerja


Volume daerah pancang = 8 × 3,14 × r2 × t
= 8 × 3,14 × 0,32 × 0,05
= 0,008 m3

Volume lantai kerja = Panjang × lebar × tebal – V. daerah pancang


= 5,6 × 5,2 × 0,05 – 0,008
= 1,44 m3

c. Volume pekerjaan forming


Data pekerjaan forming
Panjang bekisting : 5100 mm
Lebar bekisting : 4700 mm
Tinggi bekisting : 1200 mm

Data material forming


Material : Hebel
Tinggi material : 200 mm
Lebar material : 75 mm
Panjang material : 600 mm
34

Menghitung kebutuhan hebel


1
Kebutuhan hebel per 1 m2 = panjang hebel × tinggi hebel
1
= 0,6 × 0,2

= 8,3 buah per m2

1
Kebutuhan hebel per 1 m3 = panjang hebel × lebar hebel × tinggi hebel
1
= 0,6 × 0,075 × 0,2

= 111 buah per m3

Luas bekisting = tinggi bekisting × 2(Panjang bekisting +


lebar bekisting)
= 1,2 × 2(5,1 + 4,7)
= 23,52 m2

Kebutuhan hebel = Luas bekisting × Kebuthan hebel per 1 m3


= 23,52 × 8,3
= 195,2 buah ≈ 196 buah
196
= 111

= 1,77 kubik
d. Volume pekerjaan besi
Berikut ini adalah penjabaran data besi tulangan yang terdapat pada pile cap
tipe F8 berdasarkan gambar member:
Tabel 3.3 Data dimensi tulangan pile cap tipe F8
Diameter Besi Jumlah Panjang Luas Penampang Berat
(mm) (n) (m) (m2) Jenis
(kg/m3)
25 31 5.56 0.00049
25 28 5.96 0.00049
13 31 6.88 0,00013
13 28 7.304 0,00013
13 8 6 0,00013
7850
13 8 4.64 0,00013
19 24 1.925 0,00028
19 64 1.93 0,00028
8 8 12 0,00005
8 8 4 0,00005
35

Perhitungan volume pekerjaan besi:


Berat tulangan atas melintang = 31 × 5.56 × 0,00049 × 7850
= 662,98 kg

Berat tulangan atas memanjang = 28 × 5.96 × 0,00049 × 7850


= 641.9 kg

Total tulangan atas = 662,98 + 641.9


= 1305 kg
= 1.31 ton

Tabel 3.4 Hasil perhitungan kebutuhan besi pada pile cep tipe F8
Diameter Jumlah Panjang Luas Berat Berat Berat
Besi (n) (m) Penampang Jenis (kg) total
(mm) (m2) (kg/m3) (ton)

31 5.56 0.00049 662.98


25 1.31
28 5.96 0.00049 641.9
31 6.88 0,00013 222.24
28 7.304 0,00013 213.10
13 0.52
8 6 0,00013 50.02
7850
8 4.64 0,00013 38.68
24 1.925 0,00028 102.84
19 0.38
64 1.93 0,00028 274.96
8 12 0,00005 37.92
8 0.05
8 4 0,00005 12.64

e. Volume pekerjaan pengecoran


Pada perhitungan volume pengecoran dilakukan dua perhitungan yaitu
perhitungan sesuai design rencana dan sesuai ukuran aktual, sebagai berikut:
Data design pile cap:
Panjang pile cap : 5100 mm
Lebar pile cap : 4700 mm
Tinggi pile cap : 1200 mm
Diameter pancang : 400 mm
Kedalaman pancang : 850 mm
Jumlah pancang :8
36

Data aktual pile cap


Panjang pile cap : 5110 mm
Lebar pile cap : 4720 mm
Tinggi pile cap : 1210 mm
Diameter lubang pancang : 400 mm
Kedalaman pancang : 850 mm
Jumlah pancang :8

Perhitungan volume pekerjaan pengecoran:


Volume pengecoran pancang = 8 × 3,14 × r2 × t
= 8 × 3,14 × 0,22 × 0,85
= 0,85 m3

Volume pengecoran rencana = Panjang × lebar × tinggi +


V. pengecoran pancang
= 5,1 × 4,7 × 1,2 + 0,85
= 29,62 m3

Volume pengecoran aktual = Panjang × lebar × tinggi +


V. pengecoran pancang
= 5,11 × 4,72 × 1,21 + 0,85
= 30,03 m3
37

3.2 Quality control pelaksanaan pekerjaan pile cap


Latar belakang
Pengendalian mutu (Quality control) adalah aktivitas operasi yang digunakan
dalam pengendalian mutu tertentu agar dapat mencapai rencana yang dihendaki.
Aktivitas pengendalian mutu mencangkup pengawasan, meminimalisir munculnya
suatu masalah dan mengurangi penyimpangan maupun perubahan yang tidak perlu
serta usaha- usaha untuk mencapai efektivitas waktu dan biaya. Pada bidang konstruksi
quality control memiliki peranan yang sangat penting, karena bertanggung jawab atas
kualitas dari hasil pekerjaan. Maka pengawasan terhadap mutu pekerjaan
membutuhkan perhatian yang sangat tinggi. Pengawasan mutu tersebut dapat
dilaksanakan dengan cara inspeksi sesuai dengan design gambar yang tertera pada
form checklist. Selain untuk pengawasan mutu inspeksi berdasarkan design gambar
pada form checklist juga bertujuan untuk mencegah kesalahan pekerjaan yang dapat
menyebabkan pekerjaan tambahan serta kerugian dalam efisiensi waktu dan biaya.

Data dan perlengkapan pendukung


Berikut adalah spesifikasi design gambar pile cap tipe F8 pada form checklist:

Gambar 3.21 Gambar layout member pile cap tipe F8


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
38

Gambar 3.22 Form laporan Checklist Quality Control pekerjaan pile cap
(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
39

Standar spesifikasi pile cap


Spesifikasi design gambar dibuat berdasarkan standar SNI- 2847:2013. Berikut
adalah beberapa standar yang digunakan sebagai acuan dalam spesifikasi gambar
design pekerjaan pile cap:
a. Tebal selimut pile cap sesuai dengan standar SNI 2847:2013 klausa 7.7.1
seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.5 standar tebal selimut
Tebal
Bagian selimut
(mm)
Di dalam 30
Pelat Lantai
Diluar 40
Di dalam 40
Bagian tidak Kolom balok
Diluar 50
bersentuhan
Di dalam 30
dengan tanah Tembok
Diluar 40
Bagian dalam stacks 60
Retaining walls 50
Bagian Kolom, balok, tembok, dan pelat
50
bersentuhan lantai
dengan tanah Pondasi dan retaining wall 70

b. Ukuran angkur pada tulangan tulangan atas dan bawah diatur pada standa SNI
2847 :2013 klause 15.6.3 seperti pada gambar 3.24. Pada tulangan bagian
bawah panjang angkur yang diperlukan sepanjang 20d atau lebih. Sedangkan
untuk angkur pada tulangan atas sepanjang 12d.
40

Gambar 3.23 Standar ukuran angkur 90o pada pile cap


(sumber: spesifikasi pile cap proyek Gedung parkir AMSL)

Pelaksanaan inspeksi Quality Control


Inspeksi dilaksanakan di setiap tahapan pekerjaan pile cap yang dimulai
dengan pekerjaan galian hingga pekerjaan pengecoran. Berikut adalah penjabaran item
Quality control yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan pile cap:
a. Pekerjaan Galian
− Pengecekan pemasangan patok dan boplang sudah sesuai dengan gambar
design dan selalu mengacu pada BM.
− Selalu mengecek elevasi dan tidak terpaku pada satu pinjaman elevasi dan
posisi.
− Memperhatikan kemiringan galian agar tidak lebih dari 45o.
− Mengecek besarnya pelebaran galian agar sesuai dengan rencana yaitu
500mm.
41

b. Pekerjaan lantai kerja


− Memastikan tanah dasar sudah rata dan memiliki elevasi yang talah sesuai
dengan rencana.
− Memastikan ukuran lantai kerja sudah diperlebar uang bertujuan sebagai
dasar penempatan hebel nanti.
− Setelah melaksanakan pengecoran lantai kerja dilaksanakan kembali
pengukuran elevasi untuk memastikan ketebalan pelat sudah sesuai
dengan design.

c. Pekerjaan pembersihan dan pembobokan pancang


− Memastikan marking bobokan sudah sesuai dengan rencana yaitu setinggi
100 mm diatas permukaan lantai kerja.
− Memastikan potongan sisa pancang sudah rata.
− Memastikan ukuran potongan sisa pancang sudah sesuai design.
− Memastikan sisa tulangan pancang sudah sesuai standar yaitu ¾ dari tinggi
pile cap.
− Memastikan sudah tidak ada tanah ataupun genangan air pada pile cap.

d. Pekerjaan Bekisting
− Memastikan ukuran bekisting sudah sesuai dengan design.

Gambar 3.24 Checklist dimensi bekisting pile cap


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
42

− Memastikan marking stop cor atas pada bekisting sudah sesuai dengan
ukuran design dan terlihat jelas.

Gambar 3.25 Checklist kedalam pile cap


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

e. Pekerjaan Pembesian
− Memastikan jumlah dan diameter besi tulangan pile cap telah sesuai
dengan design member.
− Memastikan jarak antar tulangan sudah seragam dan ikatan tulangan
dikerjakan secara diagonal.

Gambar 3.26 Checklist jarak tulangan dan diameter tulangan


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
43

− Memastikan ukuran tulangan additional pada lubang pancang sudah sesuai


dengan rencana.

Gambar 3.27 Checklist ketinggian tulangan additional


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

− Memastikan ukuran hook tulangan bawah sudah sesuai standar 20d yaitu
500 mm.
− Memastikan pemasangan beton decking sudah rapi dan tepat sesuai design
yaitu 70 mm untuk selimut atas dan samping dan 130mm untuk selimut
bawah.

Gambar 3.28 Checklist tebal selimut beton


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

f. Pekerjaan Pengecoran
− Memastikan kebersihan pile cap sudah bersih dan tidak ada material lain
di lantai kerja.
− Memastikan tulangan kolom diatas pile cap sudah ditutupi plastic cor.
− Menghitung volume pengecoran aktual Bersama supplier beton.
44

− Memesan beton ke penyuplai sesuai dengan kebutuhan volume


pengecoran.

Gambar 3.29 Proses pemesanan beton ke supplier


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

− Mengecek workability campuran beton dengan melakukan slump test dan


menyiapkan sampel pengujian beton.

Gambar 3.30 Hasil slump test campuran beton


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

− Memastikan waktu curing yang sudah sesuai dengan standar mutu.


45

3.3 PDA Test


Latar Belakang
Pile Driving analyzer (PDA) merupakan sistem yang terdiri dari suatu
perangkat elektronik computer dan dilengkapi dengan sensor accelerometer dan strain
transducer, (Yusa, 2007). Sistem pengujian PDA ini merupakan sistem yang paling
banyak digunakan dalam pengujian beban secara dinamik dan pengawasan
pemancangan. Pengujian terhadap tiang pancang ini bertujuan untuk mengevaluasi
keutuhan tiang dan menyelidiki tegangan serta energi palu berdasarkan analisis data
hasil rekaman getaran gelombang yang terjadi pada waktu tiang dipukul dengan palu
pancang. Program PDA menganalisa hasil dari sinyal kecepatan dan gaya yang
diperoleh accelerometers dan strain transduser yang telah terpasang pada tiang uji.
Prosedur pengujian dilakukan sesuai ASTM D 4945-96. Kondisi tiang pancang yang
akan diuji sudah dalam keadaan terpancang, pengujian dilaksanakan dengan metode
restrike atau redrive. Restrike dihentikan setelah diperoleh kualitas rekaman yang
cukup baik dan energi pukulan relative yang cukup tinggi. Analisis lanjutan dengan
menggunakan CAPWAP. Program CAPWAP ® sangat penting untuk menganalisa
data PDA, program ini menyediakan distribusi tanah sepanjang tahanan pondasi dan
mensimulasikan test beban statis. Korelasi antara simulasi program CAPWAP dan
aktual test beban statis telah membuktikan keandalan dari metode ini dalam
menemukan kapasitas tiang.
46

Data dan Perlengkapan Uji


Pada umumnya sampel data uji tiang berjumlah 1% dari seluruh tiang pancang
yang ada. Data tiang uji yang diambil ada 8 tiang dan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Data tiang uji
Dimensi
No. Kedalaman
No. Tiang
Pancang Penetrasi
Pancang
1 08 Ø600 10,1
2 28 Ø600 7,3
3 186 Ø600 10,5
4 216 Ø600 10,5
5 411 Ø600 10,7
6 496 Ø600 10,5
7 585 Ø600 9,0
8 665 Ø600 10,4

Data material tiang pancang:


a. Material : Beton
b. Dimensi : Ø600
c. Jenis Pancang : Pre-stressed

Data PAX yang digunakan pada PDA test:


a. Modulus elastis (EM) : 354 ton/cm2
b. Specific Weight (SW) : 2,4 ton/m3
c. Wave Speed (WS) : 3800 m/s
d. Calculated Wave Speed (WC) : 3793,1 m/s
e. Case Damping Condtant (JC) : 0,7

Data Acceleration Trancuders:


ACCELERATION TRANSDUCER CHANNEL A1
a. Serial number acceleration transducer channel A1: K3560
b. Faktor kalibrasi acceleration transducer channel A1: 355 mV/5000 g's

ACCELERATION TRANSDUCER CHANNEL A4


a. Serial number acceleration transducer channel A4: K3182
b. Faktor kalibrasi acceleration transducer channel A4: 338 mV/5000 g's
47

Data Strain Transducers:


STRAIN TRANSDUCER CHANNEL F2
a. Serial number strain transducer channel F2: R521
b. Faktor kalibrasi strain transducer channel F2: 93.8 με/V
c. PDA Cal Faktor (0.5V)

STRAIN TRANSDUCER CHANNEL F3


a. Serial number strain transducer channel F3: R528
b. Faktor kalibrasi strain transducer channel F3: 95.6 με/V
c. PDA Cal Faktor (0.5V)

Persiapan dan pelaksanaan Pengujian PDA


Berikut ini adalah beberapa persiapan yang diperlukan dalam pengujian Pile
Driving Analyzer:
a. Menggali tanah sekeliling kepala tiang jika kondisi kepala tiang rata dengan
permukaan tanah;
b. Perapian kepala tiang agar rata, simetris dan tegak lurus;
c. Pengeboran pada sisi tiang pancang dan saling tegak lurus dengan jarak
minimal 1,5D dan maksimal 3 D dari kepala tiang yang bertujuan untuk
pemasangan instrument strain transducer dan accelerometer;
d. Lalu sambungkan strain transducer dan accelerometer dengan PDA-PAX
menggunakan kabel transmisi, dan sambungkan alat PDA – PAX ke sumber
listrik dengan arus AC daya 220V, 60 Hz dan 30 Amp;
e. Persiapkan hammer yang telah terpasang pada crane dan cushion pada kepala
tiang;
f. Masukan nilai kalibrasi strain transducer dan accelerometer kemudian periksa
konektivitas peralatan pengujian secara keseluruhan;
g. Input data tiang dan hammer pada PDA-PAX. Data tiang berupa nomor
identifikasi tiang, tanggal pemancangan tiang, luas penampang tiang, Panjang
tiang yang digunakan seta Panjang tiang yang tertanam. Sedangkan data
hammer berupa berat hammer tersebut;
h. Lakukan pengecekan ulang untuk memastikan pengujian siap dilaksanakan.
48

Gambar 3.31 Pemasangan alat PDA Gambar 3.32 Hasil pembacaan pada
test PDA test
(sumber: handover document proyek (sumber: proyek Gedung parkir
Gedung Parkir AMSL) AMSL)

Berikut merupakan tahapan pelaksanaan pengujian yang meliputi:


a. Palu diangkat setinggi 1,5 sampai 2 meter dengan menggunakan alat crane lalu
dijatuhkan ke kepala tiang. Pastikan posisi palu saat dijatuhkan sudah tegak
lurus agar beban dapat diberikan secara maksimum;
b. Setelah palu dijatuhkan ke kepala tiang, didapat output hasil dari pengujian
tiang PDA sebagai berikut; Jumlah Pukulan (BN); Daya dukung tiang (RSU);
Gaya tekan maksimum (FMX); Energi maksimum yang ditransfer (EMX);
Nilai keruntuhan (BTA); Jumlah pukulan per menit (BPM);
c. Setelah pengujian dilaksanakan, dilakukan analisa lebih lanjut dengan metode
Case Pile Wave Analysis Program (CAPWAP) untuk memperoleh data yang
meliputi Daya dukung (Ru); Gaya ujung (Rb); Gaya gesek (Rs); dan
Displacement (DMX).
49

Hasil PDA Test


Berikut ini adalah hasil dari PDA test yang didapat dari Analisa CAPWAP:

a. Hasil PDA Test pada tiang no. 8


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no. 8
adalah 225-ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.33 Hasil PDA test pada tiang pancang no.8

b. Hasil PDA Test pada tiang no. 28


Pada tiang pancang no. 28 tidak dapat dianalisa karena terdapat kerusakan
pada bagian atas tiang.

Gambar 3.34 Kerusakan pada taking pancang no. 28


50

c. Hasil PDA Test pada tiang no. 186


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
186 adalah 230-ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.35 Hasil PDA test pada tiang pancang no.186

d. Hasil PDA Test pada tiang no. 216


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
216 adalah 193- ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.36 Hasil PDA test pada tiang pancang no.216


51

e. Hasil PDA Test pada tiang no. 411


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
411 adalah 205,5- ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.37 Hasil PDA test pada tiang pancang no.411

f. Hasil PDA Test pada tiang no. 496


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
496 adalah 213,2- ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.38 Hasil PDA test pada tiang pancang no.496


52

g. Hasil PDA Test pada tiang no. 585


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
585 adalah 190- ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.39 Hasil PDA test pada tiang pancang no.585

h. Hasil PDA Test pada tiang no. 665


Dari hasil Analisa CAPWAP didapat daya dukung batas tiang pancang no.
665 adalah 238- ton dengan diagram load-settlement dibawah.

Gambar 3.40 Hasil PDA test pada tiang pancang no.665


53

Rangkuman seluruh hasil PDA test pada delapan sampel tiang pancang dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji PDA dengan Analisa CAWAP
Analisa CAPWAP
Daya Daya Daya
No. tiang Penurunan Peresentase
No. Dukung Dukung Dukung
Pancang Tanah Keutuhan
Selimut Ujung Batas
(mm)
(ton) (ton) (ton)
1 08 145.6 79.4 225.9 10.0 100 %
2 28 - - - - -
3 186 129.5 100.5 230.0 16.0 100 %
4 216 156.9 36.1 193.0 9.4 85 %
5 411 159.7 45.8 205.5 7.9 100 %
6 496 157.4 55.7 213.2 6.0 100 %
7 585 152.1 37.9 190.0 9.3 100 %
8 665 207.7 30.3 238.0 6.6 100 %

3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


Latar Belakang
Kolom merupakan struktur vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom adalah suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
menyebabkan runtuhnya/collapse lantai bangunan dan juga dapat mengakibatkan
runtuh total/total collapse seluruh struktur bangunan.
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertical dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil.
Fungsi dari kolom merupakan sebagai pendistribusi beban dari seluruh
bangunan ke pondasi yang berfungsi penting agar bangunan tidak mudah roboh.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dari kolom terbuat dari beton bertulang yang merupakan dari tulangan besi
dan beton cor. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan akan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan tersebut.
54

Spesifikasi Kolom
Berikut adalah gambar plan lokasi kolom pada proyek ini:

Gambar.41 Gambar Plan kolom pada proyek Gedung Parkir AMSL


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Pada proyek ini terdapat 7 tipe jenis berdasarkan ukuran dan jumlah
tulangannya. Berikut ini terlampir spesifikasi dimensi pada setiap kolom:
Tabel 3.8 Spesifikasi Ukuran kolom
Dimensi
No. Tipe
P L
1 C50 0.50 0.60
2 C60 0.60 0.80
3 C60A 0.60 0.60
4 C60B 0.60 1.00
5 C60C 0.60 1.20
6 C80 0.80 1.00
7 C80A 0.80 1.50
55

Design Layout
Berikut adalah spesfikasi ukuran dan tulangan pada desain kolom tipe C60
yang digunakan sebagai sampel perhitungan:

Gambar 3.42 Design Layout Tulangan Kolom


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Data Pendukung
Data – data pendukung dalam perhitungan kebutuhan pekerjaan kolom, yaitu:
a. Gambar rencana design kolom;
b. Pengukuran aktual di lapangan;
c. Gambar as built drawing.
56

Metode Pekerjaan
Pekerjaan kolom dilakukan pengukuran di lapangan bersamaan dengan
persiapan bekisting dan persiapan tulangan dari pabrikasi. Berikut adalah diagram alir
tahapan pekerjaan kolom:

Gambar 3.43 Diagram Alir Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


Berikut ini adalah penjelasan mengenai proses pelaksanaan disetiap tahapan
pekerjaan kolom:
a. Pekerjaan Pembesian
Dimulai dari pabrikasi tulangan kolom dikerjakan oleh subcont PT. Sanjaya.
Sesuai dengan design gambar tulangan kolom C60 yang terdiri dari 18 buah
yang terbagi atas 5 buah tulang pada sisi pendek dan 6 buah tulangan pada sisi
panjang tulangan diameter 29 mm. Dengan jarak antar setiap sengkangnya
adalah 10 cm yang terbuat dari tulangan diameter 13mm.
57

Gambar 3.44 Proses pabrikasi tulangan kolom


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Setelah pabrikasi tulangan kolom selesai kemudian tulangan kolom


dipindahkan menggunakan Tower Crane ke titik yang telah ditentukan. Pada
titik ereksi kolom disiapkan perancah di kedua sisi kolom setinggi 2 tingkat
yang digunakan sebagai support saat proses ereksi kolom dan pemasangan
bekisting kolom. Dan dilaksanakan proses ereksi ke stek kolom yang telah
tersedia dengan panjang overlap 1720 mm yang ditentukan berdasarkan
standar SNI 2847 – 2013 klausa 12.15 dan 12.16 sebagai berikut:

Gambar 3.45 Penempatan sambungan pada tulangan kolom


(sumber: spesifikasi konstruksi kolom proyek Gedung parkir AMSL)
58

Tabel 3.9 Panjang sambungan pada tulangan kolom

Diameter Panjang Sambungan (Ld3) (mm)


Tulangan
Fc -20 Fc -25 Fc -30 Fc -35 Fc -40 Fc -45 Fc -50 Fc -55
(mm)
D10 590 520 480 440 420 390 370 360
D13 760 680 620 580 540 510 480 460
D16 940 840 760 710 660 630 590 570
D19 1110 990 910 840 790 740 700 670
D22 1680 1420 1300 1200 1120 1060 1000 960
D25 1800 1610 1470 1360 1270 1200 1140 1090
D29 2090 1870 1720 1580 1480 1390 1320 1260
D32 2300 2060 1880 1740 1630 1540 1460 1390

Gambar 3.46 Proses Gambar 3.47 Perapihan


pemasangan tulangan kolom ke sengkang kolom setelah ereksi
stek kolom (sumber: proyek Gedung parkir
(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
AMSL)

kemudian pemasangan besi peminggang di dalam tulangan kolom dan beton


decking di setiap sisi kolom. Ukuran beton decking yang digunakan
disesuaikan dengan tebal selimut dari kolom yaitu 50 mm yang ditentukan dari
standar SNI 1847:2013 klausa 7.7.1 pada table 3.5. Setelah proses ereksi selesai
pihak quality control akan melaksanakan inspeksi terhadap pekerjaan
pemasangan tulangan kolom tersebut. Item yang paling sering dikoreksi adalah
bagian Sengkang karena sering terjadi penggeseran saat proses ereksi kolom
59

dan kebersihan dasar kolom bagian dalam yang banyak terdapat kawat. Jika
sudah lolos tahapan quality control makan tulangan kolom siap untuk
dibekisting

b. Pekerjaan Bekisting
Dimulai dari marking area kolom oleh surveyor sesuai dengan dimensi kolom
tipe C60 yaitu 800 × 600 mm2 menggunakan sipatan. Kemudian Pemasangan
Sepatuan pada kolom sesuai dengan marking yang ada berfungsi sebagai
patokan saat pemasangan bekisting. Pemasangan sepatuan menggunakan pelat
besi dan las ke besi support yang telah diatur sedemikian rupa. Saat proses
pengelasan bagian tulangan utama tidak boleh sampai ikut terlas karena dapat
mengurangi kekuatan tulangan tersebut. Bekisting yang digunakan terbuat dari
plywood dengan tebal 12 mm dan menggunakan besi hollow sebagai rangka.
Fabrikasi bekisting kolom dikerjakan oleh PT. saluyu. Sebelum proses
pemasangan bekisting bagian dalam belkisting dilapisi dengan solar terlebih
dahulu agar campuran beton tidak menempel dengan bekisting saat mengering.

Gambar 3.48 Proses fabrikasi bekisting kolom


(sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
Kemudian menyiapkan angkur untuk memasang support bekisting yang
terdapat di setiap sisi kolom. Proses pemasangan bekisting kolom dilaksanakan
menggunakan tower crane. Bekisting dipasang dari atas tulangan kolon dan
diturunkan hingga terpasang di sepatuan kolom. Bekisting kolom dilonggarkan
agar saat proses pemasangan bekisting tidak merusak struktur tulangan kolom
dan kemudian dikunci menggunakan tie rod serta disambungkan dengan
60

support agar bekisting tetap stabil saat pengecoran. Setelah bekisting terpasang
pihak surveyor akan mengecek Kembali dimensi kolom tersebut.

Gambar 3.49 Proses pemasangan bekisting kolom

c. Pekerjaan Pengecoran dan Curing


Pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan jika kolom sudah memenuhi semua
syarat inspeksi quality control. Mutu beton yang digunakan pada pengecoran
kolom ini adalah 30 MPa. Prosedur pengecoran kolom dimulai dari
menghitung kebutuhan volume pengecoran kolom tersebut. Kemudian pihak
quality control memesan beton ke-supplier yang bersangkutan. Pada
pengecoran kolom metode yang digunakan dalam pengecoran menggunakan
tower crane. tower crane yang telah dipasangi bucket mengalirkan campuran
beton melalui sunny hose kedalam kolom. Selama proses penuangan campuran
beton para pekerja memukul bekisting kolom menggunakan batu karet untuk
meratakan penyebaran campuran beton dan mengurangi rongga udara. Setelah
seluruh campuran beton tertuang kemudian campuran beton dipadatkan
Kembali menggunakan concrete vibrator. Bekisting kolom dapat dilepaskan
24 jam setelah proses pengecoran selesai. Kemudian kolom ditutupi dengan
plastik cor dan disirami dengan air untuk memulai proses curing selama 28
hari.
61

Perhitungan Volume Pekerjaan


Berikut ini adalah perhitungan volume pekerjaan pada setiap tahapan pada
pekerjaan kolom tipe C60:
a. Volume pekerjaan pembesian
Berikut ini adalah data ukuran tulangan pada tulangan kolom tipe C60:
Tabel 3.10 Data tulangan kolom C60
Diameter Besi Jumlah Panjang Berat/ 1 meter besi
(mm) (n) (m) (kg/m)
29 18 4.82 5.185
13 31 2.64 1.042
13 62 0.74 1.042
13 31 0.94 1.042

Perhitungan volume pekerjaan besi:


Berat besi D29 = 18 × 4.82 × 5.185
= 449,85 kg
Berat besi D13 = (31 × 2.64 × 1.042) + (31 × 2.64 × 1.042) +
(31 × 2.64 × 1.042)
= 85,28 + 47,81 + 30,36
= 163,45 kg

Total Berat besi = 449,85 + 163,45


= 613,3 kg

Tabel 3.11 Hasil perhitungan kebutuhan besi pada kolom C60


Diameter Besi Jumlah Panjang Berat/ 1 meter besi Berat Berat total
(mm) (n) (m) (kg/m) (kg) (tg)
29 18 4.82 5.185 449,85
13 31 2.64 1.042
613,3
13 62 0.74 1.042 163,45
13 31 0.94 1.042
62

b. Volume pekerjaan forming


Data pekerjaan forming
Panjang bekisting : 800mm
Lebar bekisting : 600 mm
Tinggi bekisting : 2400 mm

Data material forming


Material : plywood
tebal material : 12 mm
Lebar material : 1220 mm
Panjang material : 2440 mm

Menghitung kebutuhan plywood


1
Kebutuhan plywood per 1 m2 = panjang plywood × lebar plywood
1
= 2,44 × 1,22

= 0,336 lembar per m2

Luas bekisting = tinggi bekisting × 4(Panjang bekisting +


lebar bekisting)
= 2,4 × 2(0,8 + 0,6)
= 6.72 m2

Kebutuhan plywood = Luas bekisting × kebutuhan plywood per 1 m2


= 6.72 × 0,336
= 2,3 buah ≈ 3 buah
63

c. Volume pekerjaan pengecoran


Berikut adalah perhitungan volume pengecoran kolom tipe C60:
Data dimensi kolom:
Panjang kolom : 800 mm
Lebar kolom : 600 mm
Tinggi kolom : 2400 mm

Volume pengecoran kolom = Panjang × lebar × tinggi


= 0,8 × 0,6 × 2,4
= 1,152 m3

3.5 LOMBA KOMPETESI COVID 19 TERKAIT KONSTRUKSI


3.5.1 Latar Belakang
Covid – 19 (Corona Virus Disease 19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan
penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di wuhan, Tiongkok,
bulan Desember 2019. (WHO, 2020)
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit
bagian respirasi pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran napas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang
lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus merupakan virus jenis baru yang
ditemukan menyebabkan penyakit yang serius bahkan hingga tahap kematian.
Coronavirus pada saat ini sudah menjadi level pandemic di seluruh dunia dan
Indonesia menerapkan kondisi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang
dimana semua orang harus membatasi jarak antar manusia dengan tidak bepergian atau
tetap di rumah dengan begitu kecil kemungkinan akan terpapar coronavirus.

3.5.2 Opini Tentang Covid – 19 Terkait Konstruksi


Ini merupakan opini tentang Covid – 19 pada dunia konstruksi atau pada lokasi
proyek. Yang berjudul:
64

“UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA PROYEK GEDUNG


PARKIR AMSL OLEH PT. TAKENAK INDONESIA”

Pada proyek Gedung Parkir AMSL (Aeon Mall Sinarmas Land) yang
dilaksanakan oleh kontraktor PT. TAKENAK INDONESIA sudah melaksanakan
beberapa pencegahan penyebaran COVID – 19 di proyek yang dipimpin langsung oleh
PM dan Safety officer sebagai kepala pelaksana di lapangan dengan seluruh staff dan
pekerja sebagai pelaksana di lapangan. Upaya pencegahan ini dilaksanakan dimulai
dari tanggal 16 maret lalu yang berupa pemberian susu ‘Bear Brand’ selama 14 hari
ke depan kepada seluruh staff yang melaksanakan lembur di proyek sebagai tahapan
awal untuk menjaga ketahanan antibody tubuh.
Upaya pencegahan yang telah terlaksana di proyek sampai per tanggal 3 april, sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan pengecekan suhu tubuh seluruh staff dan pekerja sebelum
memasuki lingkungan proyek yang dilaksanakan di pagi hari dimulai dari
pukul 07.00 dan untuk pekerja yang memiliki suhu diatas 37. 4 oc akan
dipulangkan serta dicatat dan dipantau perkembangannya selama beberapa hari
ke depan, jika panas tidak turun selama tiga hari pihak kontraktor yang bekerja
sama dengan mandor akan merujuk ke puskesmas untuk pengecekan.
b. Setelah pengecekan suhu para staff dan pekerja akan melewati disinfektan
chamber untuk menetralisasi pakaian. Penyemprotan disinfektan dilakukan
secara manual untuk mencegah terkena ke bagian kulit maupun wajah.
c. Melaksanakan physical distancing pada segala kegiatan di proyek seperti pada
kegiatan senam pagi, meeting, dan saat kerja di lapangan. Jadi jarak per orang
pada barisan minimal 1-meter dan saat koordinasi pekerjaan di lapangan akan
diselingi dengan penyuluhan mengenai cara pencegahan penyebaran COVID-
19 selama bekerja di lapangan, menjaga jarak dan tidak berkumpul saat
bekerja, rutin mencuci tangan dengan sabun, menjaga Kesehatan selama
dengan istirahat yang cukup, jangan pulang kampung dan beberapa hal penting
lainnya.
d. Menyediakan fasilitas tempat cuci tangan di beberapa titik seperti rest area
pekerja dan di dekat akses keluar masuk proyek.
e. Mewajibkan penggunaan masker bagi seluruh pekerja dan staff selama berada
di proyek.
65

f. Safety officer melaksanakan penyemprotan disinfektan di sekitar daerah kerja.


g. Pembatasan jam kerja hingga jam 10.00 malam.

Menurut kami upaya pencegahan yang telah dilaksanakan di lapangan sudah


cukup baik untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lapangan. Namun ada baiknya
pihak kontraktor bekerja sama dengan mandor untuk memantau dan menghimbau
seluruh pekerja agar mentaati seluruh prosedur pencegahan COVID-19 tersebut.
Referensi: Upaya nyata pada Proyek Gedung Parkir AMSL oleh PT. Takenaka
Indonesia

3.5.3 Poster Campaign Tentang Covid – 19 Terkait Konstruksi


Ini merupakan poster kampanye Covid -19 yang berjudul “HENTIKAN
PENYEBARAN VIRUS CORONA”.

Gambar 3.50 Poster “Hentikan Penyebaran Virus Corona”


Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
66

Pada isi poster tersebut merupakan upaya untuk memberantas penyebaran


virus corona yang ada di konstruksi.
Berikut isi dari poster tersebut:
• Cuci Tangan Secara Berkala
Imbauan ini dimaksud untuk segera mencuci tangan secara berkala
menggunakan air mengalir dan sabun sehabis bersentuhan dengan
apapun karena kuman dan virus akan mati terkena sabun dan air
mengalir.
• Menjaga Jarak Fisik
Ini dimaksud untuk menjaga jarak kontak fisik 1 meter yang juga dapat
menurunkan tingkat risiko terkena virus.
• Hindari Menyentuh Bagian Wajah (Mata, Hidung, dan Mulut)
Imbauan ini dibuat karena tangan merupakan kontak fisik pertama
untuk menyentuh benda – benda sekitar dan bisa mentransfer ke area
bagian muka.
• Etika Bersin dan Batuk
Imbauan ini dimaksud untuk jangan menggunakan tangan untuk
menutup batuk dan bersin, tetapi gunakanlah lengan bagian siku untuk
menutupinya, dan selalu menggunakan masker saat beraktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, V. (2018). Estimasi Biaya Proyek Konstruksi Gedung Oleh Quantity Surveyor
. Pekerjaan Struktur Atas Proyek Apartement The Accent Jakarta.
Bantul, D. (n.d.). Kolom Bangunan Pengertian, Jenis, dan Fungsinya. Retrieved from
Dpupkp.bantulkab.go.id: https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/96-kolom-
bangunan-pengertian-jenis-dan-fungsinya
Batu, A. L. (2018). Hubungan Sumber Daya Manusia (SDM) Dengan Menejemen
mutu. 9.
Kumaseh, F. (n.d.). Pengaruh Jarak Sengkang Terhadap Kapasitas Beban Aksial
Maksimum Kolom Beton Berpenampang Lingkaran Dan Segi Empat.
Retrieved from Neliti.com:
https://www.neliti.com/id/publications/140832/pengaruh-jarak-sengkang-
terhadap-kapasitas-beban-aksial-maksimum-kolom-beton-ber
Messah, Y. A., Paula, L. H., & Sina, D. A. (2013). Pengendalian Waktu Dan Biaya
Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak dari Perubahan Desain. Studi Kasus
Embung Irigasi Oenaem, Kecamatan Biboki Selatan,, 12.
Pekerjaan Kontraktor ME dan Sipil Arsitektur Dalam Proyek. (n.d.). PT DInamika
Nusa Mandiri.
Anggraeni, E. R. (2017). Analisis Percepatan Proyek menggunakan Metode Crashing
Dengan Penambahan tenaga Kerja Dan Shift Kerja. Jurnal Online Jurusan
Teknik Sipil UNS Surakarta.

xiii
xiv

Anda mungkin juga menyukai