TECHNICAL DESIGN
PROYEK GEDUNG PARKIR AMSL
Oleh:
Pembimbing:
Oleh:
i
ii
LEMBAR ORISINALITAS
Universitas Bina Nusantara
Pernyataan Laporan Enrichment Program
Internship Track
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membimbing kami untuk dapat menyelesaikan studi Internship dan laporan berjudul
“Laporan Technical Design Proyek Gedung Parkir AMSL” dengan baik selama 4
bulan dan tepat waktu. Tujuan dari laporan ini adalah sebagai gambaran mengenai
pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan selama melakukan program internship di
proyek in.
Dalam Penyusunan laporan akhir ini, Kami berterima kasih kepada pihak –
pihak bersangkutan yang telah membimbing kami dan memberikan pembelajaran
yang didapat selama studi Internship dan pengerjaan laporan Internship.
a. Bapak Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
b. Bapak Irpan Hidayat, S.T, M.T, selaku koordinator Enrichment Program
3+1 Internship Program Studi Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
c. Ibu Ir. Juliastuti, M.T selaku Dosen Pembimbing kami;
d. Bapak R. Sutjijono Ranu selaku Project Manager PT. Takenaka IndoSnesia
yang sudah memberikan izin untuk melakukan kegiatan internshirp di Proyek
Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
e. Bapak Ade Sri Raharjo selaku pembimbing di lapangan pada kegiatan
internship di Proyek Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
f. Seluruh staff dan pekerja PT. Takenaka Indonesia yang tidak dapat
disebutkan satu persatu;
Dalam laporan ini merupakan kumpulan materi – materi yang kami
dapatkan selama bekerja/melakukan kegiatan internship selama 4 bulan dan
memberi kebenaran dari referensi untuk laporan ini.
v
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR PUSTAKA xv
PENDAHULUAN 1
1.1 Umum 1
1.2 Analisa Biaya Pekerjaan Konstruksi Pile Cap 1
Latar Belakang 1
Identifikasi masalah 1
Tujuan 2
Batasan Penelitian 2
1.3 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 2
Latar Belakang 2
Identifikasi Masalah 3
Tujuan 3
Batasan Masalah 3
1.4 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A 4
Latar Belakang 4
Identifikasi Masalah 4
Tujuan 4
Batasan Penelitian 5
vii
Pondasi 11
Pondasi Tiang Pancang 12
Keunggulan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang 12
Investigasi Tanah 13
Daya Dukung Pondasi 14
Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Uji SPT 16
2.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70 17
Struktur Balok 17
Pembebanan Struktur 18
Faktor Reduksi 24
Analisa Balok 25
BAB 4 ANALISA 39
4.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap 39
Data Pile Cap 39
Data Material 47
Daftar Analisa Harga Bahan dan Upah 47
viii
Perhitungan Analisa Harga Pekerjaan Pile Cap 48
Perhitungan Volume Pekerjaan 49
Perhitungan Kebutuhan Biaya 59
Hasil Analisa 62
4.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 62
Data Tiang Pancang 62
Data Hasil Uji SPT 63
Perhitungan nilai N60 dan 𝑵60 64
Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Mayerhof 65
Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Briaud 68
Hasil Analisa 70
4.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A 72
Desain Layout Tampak Gedung Parkir AMSL 72
Data Material 74
Analisa Beban 74
Pemodelan struktur 78
Hasil Pemodelan ETABS 84
Perhitungan Kebutuhan Tulangan 87
Hasil Analisa 93
BAB 5 KESIMPULAN 95
DAFTAR PUSTAKA xv
ix
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4.27 Hasil Analisa Tulangan Geser Balok 3B70A 86
Gambar 4.28 Nilai Vu pada Balok B70A 91
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4.27 Hasil analisa metode Briaud (1985) 70
Tabel 4.28 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 1 71
Tabel 4.29 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 2 71
Tabel 4.30 Data Material dan Spesifikasi Tulangan Balok 74
Tabel 4.31 Nilai Parameter Tanah 76
Tabel 4.32 Koordinat Respon Spektrum 77
Tabel 4.33 Hasil Analisa tulangan dengan Program ETABS 93
xiv
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada laporan ini akan membahas tiga studi kasus yang berkaitan dengan
bidang struktur, tanah dan manajemen konstruksi. Ketiga studi kasus tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Analisa Biaya Pekerjaan Konstruksi Pile Cap;
b. Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT;
c. Analisa Kebutuhan Tulangan pada Balok Tipe B70A.
Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dalam analisa ini adalah berapa rencana anggaran biaya
pada konstruksi pile cap berdasarkan harga biaya dan upah satuan SNI AHSP
Pekerjaan Umum 2016?
2
Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa biaya pekerjaan konstruksi pile cap ini adalah
untuk menghitung Rencana Anggaran biaya pekerjaan konstruksi pile cap yang
terdiri dari biaya pekerjaan galian, lantai kerja, pembersihan, pembobokan, bekisting,
pembesian dan pengecoran.
Batasan Penelitian
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Harga biaya dan upah menggunakan standar SNI AHSP Pekerjaan Umum
2016;
b. Perhitungan volume pekerjaan pada pekerjaan pile cap berdasarkan shop
drawing;
c. Pada perhitungan volume pekerjaan pembesian data Panjang besi didapat dari
surat jalan besi;
d. Analisa harga satuan pekerjaan hanya menghitung harga pekerjaan galian,
lantai kerja, pembersihan, pembobokan, bekisting, pembesian dan
pengecoran;
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam Analisa ini berupa:
a. Berapa daya dukung ultimit tiang pancang tunggal yang dibutuhkan sesuai
dengan hasil investigasi tanah di lapangan?
b. Bagaimana perbandingan hasil analisa daya dukung ultimit tersebut dengan
daya dukung tiang pancang aktual di lapangan?
Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa daya dukung tiang pancang ini adalah untuk
menghitung daya dukung tiang pancang tunggal berdasarkan data hasil uji SPT dan
membandingkannya dengan daya dukung hasil uji PDA.
Batasan Masalah
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Daya dukung tiang pancang yang dianalisa merupakan daya dukung tiang
tunggal;
b. Analisa daya dukung tiang pancang dilakukan menggunakan metode
Mayerhof (1976) dan Briaud (1985);
c. Tiang pancang yang menjadi sampel anlisa merupakan tiang pancang yang
telah melalui uji PDA, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Tiang Pancang Sebagai bahan analisa
Kedalaman Diameter
No.
(m) (m)
1 10.7 0.6
2 9 0.6
4
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam analisa ini adalah sebagai berikut:
a. Berapa kebutuhan tulangan yang dibutuhkan pada struktur balok tipe B70A
disetiap lantai untuk dapat menahan beban rencana sesuai dengan SNI
1727:2013 dan SNI 03-1726-2012?
b. Bagaimana perbandingan kebutuhan tulangan antara hasil pemodelan
programs ETABS dengan desain shop drawing?
Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa kebutuhan tulangan pada balok tipe B70A ini
adalah untuk menghitung kebutuhan tulangan utama dan geser pada balok tipe B70A
di setiap lantai yang terdiri dari balok B70A, 1B70A, 2B70A dan 3B70A. Kemudian
dibandingkan dengan kebutuhan tulangan actual untuk mengetahui selisih kebutuhan
tulangan.
5
Batasan Penelitian
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Penelitian ini dilakukan pada balok tipe B70A di setiap lantai yang terdiri dari
balok B70A, 1B70A, 2B70A dan 3B70A;
b. Data pembebanan mengacu pada SNI 1727-2013;
c. Hasil ETABS akan digunakan untuk menentukan kebutuhan tulangan pada
balok;
d. Hasil perhitungan jumlah penulangan akan dibandingkan dengan jumlah
penulangan di lapangan.
6
BAB 2
STUDI LITERATUR
kebutuhan real di dalam proyek, sedangkan harga satuan didapat dari analisa harga
satuan di antaranya:
a. Bahan atau material
Dalam harga bahan harus sesuai dengan kondisi lapangan dan harus turut
memperhitungkan fluktuasi harga serta ketersediaan bahan atau materi
tersebut di pasaran. Faktor kehilangan material juga harus turut
diperhitungkan karena hal tersebut akan berpengaruh cukup besar pada biaya
b. Upah tenaga kerja
Penetapan biaya tenaga kerja dipengaruhi beberapa hal seperti, kondisi
tempat kerja, lama waktu, dan keterampilan dalam bekerja.
c. Biaya peralatan
Biaya peralatan diperhitungkan seperti biaya pembelian atau sewa selama
pekerjaan berlangsung dan harus perlu diperhatikan kapasitas produksi dari
peralatan tersebut.
d. Biaya lain-lain
Biaya lain – lain seperti biaya perjalanan, biaya alat kantor, asuransi, biaya
pengujian atau pengetesan dan biaya yang diperlukan selama proyek
berlangsung.
Terdapat beberapa jenis metode estimasi biaya dalam perancangan rencana
anggaran biaya. Berikut ini penjelasan dari masing- masing metode:
a. Estimasi harga pasti (Fixed price)
• Metode lumpsum (Lumpsum estimate)
Metode lumpsum ini pada umumnya dilakukan apabila jenis pekerjaan
dan volume pekerjaannya telah diketahui dengan pasti. Berdasar dari
alasan tersebut maka risiko yang ditanggung oleh kontraktor relatif
kecil. Karena jika terdapat ketidakpastian di lapangan yang
menyebabkan tingkat risiko yang ditanggung oleh kontraktor menjadi
lebih besar. Keuntungan pada pihak pemilik adalah harga konstruksi
diketahui dengan baik sehingga memudahkan pemilik untuk
menentukan anggaran.
9
Harga Satuan
Memperkirakan berapa jumlah biaya yang dihabiskan dalam pelaksanaan
proyek konstruksi sangatlah penting. Dalam memperkarakan biaya tersebut tidak
terlepas dengan Analisa harga satuan pekerjaan. Dengan Analisa harga satuan
pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya
bangunan.
Harga satuan pekerjaan berupa table dengan angka yang menunjukkan jumlah
material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. Harga satuan pekerjaan merupakan
suatu jenis pekerjaan per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen – komponen
tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
Besarnya harga per satuan pekerjaan tersebut tergantung dari besarnya harga satuan
bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan upah tergantung
pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Analisa Bahan
Analisa bahan merupakan salah satu bagian dalam perencanaan pembiayaan
sebuah proyek. Analisa bahan dilaksanakan dengan cara menghitung volume suatu
pekerjaan dan menganalisa bahan yang digunakan di setiap pekerjaan. Dalam
perhitungan volume pekerjaan berbeda – beda sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dihitung. Berikut ini adalah beberapa perhitungan volume pekerjaan yang digunakan
dalam menghitung volume pekerjaan pile cap:
Volume pekerjaan galian (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.1)
Jumlah pembobokan pancang (buah) = unit .....................................(2.2)
Luas pembersihan (m2) = Panjang × lebar ..................(2.3)
Volume lantai kerja (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.4)
Volume pengecoran (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.5)
Analisa Upah
Analisa upah suatu pekerjaan merupakan analisa upah yang telah ditentukan
dan ditetapkan dengan hargai upah borongan oleh kontraktor atau sesuai dengan jenit
pekerjaan baik per m, m2, m3 dan ls harga upah borongan. Harga satuan upah dan
bahan disetiap daerah berbeda – beda. Harga satuan pekerjaan dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Harga satuan pekerjaan = Upah + Bahan ..........................(2.6)
11
Investigasi Tanah
Seluruh beban yang terdapat pada suatu bangunan akan dialirkan dan
ditopang oleh tanah. maka dari itu perlu adanya penyelidikan tanah di lapangan
untuk mengetahui suatu daerah atau lokasi ditinjau dari kestabilan tanah, daya
dukung tanah gaya geser dan lain-lain memenuhi syarat atau tidak untuk didirikan
suatu bangunan. Sedangkan pengujian di laboratorium berguna untuk mengetahui
sifat -sifat fisik dan mekanik tanah. dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih
alternative/ jenis, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi
masih memenuhi persyaratan keamanan. Jadi penyelidikan tanah sangatlah penting
dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui
kondisi daya dukung tanah kita dapat merencanakan suatu struktur yang kokoh.
Penyelidikan tanah yang dilakukan di lapangan pada suatu proyek terdiri atas sondir
dan uji penetrasi test.
a. Penyelidikan Tanah dengan Uji SPT
Standard Penetration Test (SPT) merupakan salah satu investigasi tanah yang
bertujuan untuk mendapatkan nilai N-value sebagai nilai kerapatan relative
dari suatu lapisan tanah yang diuji. Kegunaan dari hasil penyelidikan SPT
adalah untuk menentukan kedalaman dan ketebalan masing - masing lapisan
tanah. Kelebihan penyelidikan SPT ini antara lain test ini dapat dilakukan
dengan cepat dan operasinya relative sederhana dengan biaya relative murah.
Penyelidikan Tanah dengan Uji Sondir
b. Penyelidikan tanah dengan uji sondir atau CPT (Cone Penetration Test)
Uji sondir atau CPT (Cone Penetration Test) bertujuan untuk perlawanan
penetrasi konus dan perlawanan geser tanah. Serta untuk mengetahui
kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya lekat
setiap kedalaman. Uji Sondir dapat digunakan untuk mengetahui profil tanah,
kepadatan relatif (untuk pasir), kuat geser tanah, kekakuan tanah,
permeabilitas tanah atau koefisien konsolidasi, kuat geser selimut tiang, dan
kapasitas daya dukung tanah.
14
Dimana:
K = Koefisien tekanan tanah;
δ = Dusut gesek antara tiang dengan tanah;
σv = Tegangan efektif vertical pada kedalaman yang ditinjau dan
dapat dhitung dengan persamaan:
σv` = Σγ × h ....................................... (2.13)
Dimana:
γ = Berat jenis tanah (kN/m2);
h = Kedalaman lapisan tanah (m);
16
Dimana:
N60 = N-value rata – rata pada 10D diatas dan 5D dibawah ujung tiang
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)
Dan untuk kapasitas daya dukung selimut pada tiang pancang menggunakan
persamaan berikut:
Qs = Σp × ΔL × f ......................................(2.15)
Dengan nilai f,
̅ 60 .................................(2.16)
fsv = 0,02 × pa × 𝑁
Dimana:
̅ 60
𝑁 = N-value rata – rata sepanjang tiang.
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)
b. Menurut Briaud et al. (1985) kapasitas daya dukung ujung tiang pancang
pada tanah granular berdasarkan data uji SPT dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36 ..........................(2.17)
Dimana:
N60 = N-value rata – rata pada 10D diatas dan 4D dibawah ujung tiang
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)
17
Dan untuk kapasitas daya dukung selimut pada tiang pancang menggunakan
persamaan berikut:
Qs = Σp × ΔL × f ...................................... (2.18)
Dengan nilai f,
̅ 60)0.29 ............................. (2.19)
fsv = 0,224 × pa × (𝑁
Dimana:
̅ 60
𝑁 = N-value rata – rata sepanjang tiang tiang.
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)
Pembebanan Struktur
Dalam analisa desain suatu struktur bangunan, diperlukan adanya gambaran
yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal
penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban – beban yang bersifat statis
dan dinamis. Pembebanan pada Gedung parkir diatur sesuai dengan SNI 1727-2013;
dan dibagi menjadi beberapa jenis beban, antara lain:
a. Beban Mati
Beban mati merupakan salah satu bagaikan dari beban statis. Beban mati
adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur
tambahan tetap yang telah menjadi satu kesatuan dengannya. Berikut ini
adalah beban mati yang terdapat pada bangunan struktur :
Tabel 2.1 Berat Bahan Bangunan
Beban
Bahan Bangunan
(kg/m3)
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500
Batu karang (berat tumpuk) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton 2200
Beton bertulang 2400
Kayu (kelas I) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200
Pasangan batu karang 1450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850
Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700
Tanah lempung dan lanau (basah) 2000
Timah hitam (timbel) 11400
Sumber: SNI 1727-2013
19
Beban
Komponen Bangunan
(kg/m2)
Adukan per cm tebal:
Dari semen 21
Dari kapur, semen merah atau tras 17
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm
14
tebal
Dinding pemasangan bata merah:
Satu bata 450
Setengah batu 250
Dinding pemasangan batu berlubang:
Tebal dinding 20 cm (HB20) 200
Tebal dinding 10 cm (HB10) 120
Tanpa lubang:
Tebal dinding 15 cm
300
Tebal dinding 10 cm
200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa
penggantungan langit-langit atau pengaku, terpadu dari:
Semen asbes (eternity dan bahan sejenis), 11
dengan tebal maksmimum 4mm
Kaca, dengan tebal 3-4 mm
10
Penggantungan langit-langit (dari kayu), dengan bentang
40
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk / kaso per m2
50
bidang atap.
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk / kaso, per m2
40
bidang atap
Penutup atap seng gelombang (BWG24) tanpa gording 10
Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan beton,
24
tanpa adukan, per cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11
Sumber: SNI 1727-2013
20
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban
gempa dan pengaruh – pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan, penurunan pondasi, susut, dan pengaruh – pengaruh khusus
lainnya. Meskipun dapat berpindah – pindah, beban hidup masih dapat
dikatakan bekerja perlahan - lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan
berdasarkan perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada
pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban
hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan
fluktuasi beban hidup bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Berikut ini
adalah beberapa contoh dari beban hidup pada suatu bangunan berdasarkan
SNI 1727-2013:
Tabel 2.3 Beban Hidup pada Lantai Gedung
Beban
Lantai Gedung
(kg/m2)
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
200
dalam no.2
Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan Gudang-gudang
125
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
250
restaurant, hotel, asrama dan rumah sakit
Lantai ruang olah raga 400
Lantai dansa 500
Lantia dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang
lain dari yang disebut dalam no 1 s/d 5, seperti masjid, gereja,
ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop, panggung 400
penonton dengan tempat duduk tetap
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau
500
berdiri
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut no.3 300
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut no 4, 5,
500
6, dan 7
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam no 3, 4, 5,
250
6, dan 7
Sumber: SNI 1727-2013
21
c. Beban Gempa
Semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal.
Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah
vertikal nya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada
gempa vertikal. Berikut ini adalah kategori risiko dan factor keutamaan gempa sesuai
dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
Dan Non Gedung (SNI-1726:2012):
Tabel 2.5 Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan Gempa
Faktor
Kategori
Jenis Pemanfaatan Keutamaan
Risiko
Gempa
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain:
• Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, I 1,00
dan perikanan
• Fasilitas sementara
• Gudang penyimpanan
• Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk: II 1,00
• Perumahan
22
• Bangunan-bangunan monumental
• Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
• Rumah sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
• Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
• Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin, badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
• Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat darurat.
• Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung Dan Non Gedung (SNI-1726:2012
d. Kombinasi Beban
Kombinasi dan factor beban yang digunakan dalam perencanaan struktur
bangunan dapat mengacu pada tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan Gedung (SNI-1726:2012). Berikut ini beberapa kombinasi beban
yang ditinjau dalam perencanaan bangunan:
• Kombinasi 1 = 1,4 D .....................................................................(2.20)
• Kombinasi 2 = 1,2 D + 1,6 L ........................................................ (2.21)
• Kombinasi 3 = 0,9 D + 1,0 E ........................................................ (2.22)
• Kombinasi 4 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ............................................(2.23)
• Kombinasi 5 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,3 W ..........................................(2.24)
• Kombinasi 6 = 0,9 D + 1,3 W ....................................................... (2.25)
24
Dimana:
D = Beban mati (dead load);
L = Beban hidup (live load);
E = Beban gempa (earthquake load).
W = Beban angin (wind load)
Faktor Reduksi
Dalam menentukan kuat rencana suatu struktur, kuat minimal nya harus
direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang bekerja.
SKSNI T-15-1991-01 menetapkan berbagai nilai reduksi kekuatan (ɸ) untuk
berbagai jenis besaran gaya dalam perhitungan struktur.
Penampang terkendali tarik : 0,90
Penampang terkendali tekan
a. Komponen struktur dengan tulangan spiral : 0,75
b. Komponen struktur bertulang lainnya : 0,65
Geser dan torsi : 0,75
Tumpuan pada beton kecuali daerah angkur : 0,65
Daerah angkur pasca tarik : 0,85
Model strat dan pengikat (Lampiran A), dan strat, pengikat, daerah
: 0,75
pertemuan (nodal), dan daerah tumpuan dalam model tersebut
Penampang lentur dalam komponen struktur pra tarik
a. Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer : 0,75
b. Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang penyaluran boleh : 0,75
ditingkatkan secara linier - 0,9
25
Analisa Balok
a. Analisa Tulangan Momen Balok
Berikut ini adalah tahapan dalam menentukan kebutuhan tulangan balok
dengan tulangan ganda berdasarkan SNI 2847-2013:
• Menentukan nilai β1
Untuk nilai β1 pada beton dengan mutu F’c ≤ 30 Mpa adalah:
β1 = 0,85 .....................................(2.30)
Untuk nilai β1 pada beton dengan mutu F’c ≥ 30 Mpa adalah:
0,05 (F'c - 30)
β1 = 0,85 - ........................(2.31)
7
Dimana:
F’c = Mutu Beton (Mpa)
Dimana:
Fy = Mutu Tulangan (Mpa)
Dari hasil kedua persamaan tersebut nilai ρ min yang digunakan adalah
nilai maksimum:
ρ min = Max (ρ min 1, ρ min 1) ..........................(2.33)
Dan untuk menghitung kebutuhan luas tulangan minimum adalah:
As min = ρ min × b × d ............................(2.34)
Dimana:
b = Lebar balok (mm)
d = Tinggi balok (mm)
Dimana:
x = Garis netral (mm)
b = lebar balok (mm)
ES = Modulus elastisitas tulangan baja (MPa)
A' s = Luas tulangan baja tekan (mm2)
As = Luas tulangan baja tarik (mm2)
s = Selimut beton (mm)
𝑓 ′𝑐 = Mutu beton (MPa)
Jika,
Vu ≤ 0.75 Vc ...........................................................(2.26)
29
√𝑓 ′ 𝑐
Vs ≤ (2 ) . 𝑏𝑤 . 𝑑, ................................. (2.27)
3
Dimana:
As = Luas tulangan baja (mm2)
fy = Mutu tulangan (MPa)
d = Tinggi efektif (mm)
Vs = Gaya geser (Mpa)
30
BAB 3
METODE ANALISA
Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pengertian dan tahapan dalam perhitungan rencana
anggaran biaya.
32
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Detail spesifikasi dan tipe struktur pile cap ini bersumber dari list member
yang ada pada proyek meliputi:
• Dimensi Pile Cap;
• Spesifikasi tulangan;
b. Data daftar harga bahan dan upah menggunakan daftar harga yang digunakan
pada daerah DKI Jakarta;
Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian estimasi biaya pada pekerjaan pile cap pada area proyek. Pada penelitian
ini diharuskan mempelajari list gambar detail dari bentuk pilecap, susunan uraian
pekerjaan atau barang dan bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan gambar detail. Berikut merupakan susunan Analisa estimasi biaya
pada pekerjaan pile cap:
a. Mempelajari gambar layout pekerjaan pile cap untuk menentukan tipe dan
jumlah pile cap.
b. Mempelajari spesifikasi pile cap baik itu dimensi maupun penulangan yang
digunakan.
c. Melakukan Work Breakdown Structure pada pengerjaan pile cap, yang
dimana memecahkan proses pekerjaan pondasi tersebut menjadi lebih detail
seperti galian, lantai kerja, pembobokan, pembersihan, bekisting, pembesian
dan pengecoran.
d. Menghitung nilai volume atau luas pekerjaan untuk seluruh tahapan pekerjaan
konstruksi pile cap yang terdiri dari pekerjaan galian, lantai kerja,
pembobokan, pembersihan, bekisting, pembesian dan pengecoran.
e. Menghitung Analisa Harga Satuan Pekerjaan pada detail pekerjaan pondasi,
menurut Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2016 dengan harga biaya upah
daerah DKI Jakarta.
33
Gambar 3.2 Diagram Alir Analisa Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Uji
SPT
34
Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pengertian pondasi tiang pancang dan tahapan dalam
perhitungan daya dukung tiang pancang.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Data spesifikasi tiang pancang yang bersumber dari hasil observasi selama
internship di Gedung Parkir AMSL.
b. Data hasil uji SPT dan PDA berasal dari detail laporan di proyek Gedung
Parkir AMSL
Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian daya dukung ujung, selimut dan ultimit dari tiang pancang yang
digunakan. Analisa penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode Mayerhof
dan Briaud. Untuk dapat menganalisa daya dukung ini diperlukan kemampuan dalam
membaca diagram hasil Analisa uji SPT, untuk dapat menentukan N-Value. Selain
itu juga harus memahami teori setiap metode agar dapat menganalisa dengan baik
dan benar. Berikut merupakan susunan analisa yang dilakukan;
1. Mempelajari data SPT dan PDA test yang didapat dari laporan proyek.
2. Mempelajari 2 metode yang digunakan dalam analisis, yaitu metode
Mayerhof dan Briaud.
3. Menghitung daya dukung ujung pancang, selimut, ultimit dan factor
keselamatan (Qp, Qs, Qult, Qall) menggunakan 2 metode yang digunakan yaitu
Mayerhof dan Briaud.
4. Membandingkan hasil analisa daya dukung metode Mayerhof dan Briaud
dengan hasil PDA test.
35
Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pemahaman dalam analisa pemodelan struktur dengan
program ETABS serta tahapan perhitungan kebutuhan tulangan balok..
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Data list member tipe spesifikasi balok yang didapat dari data proyek;
b. Gambar layout shop drawing zona area balok Gedung Parkir AMSL yang
didapat dari data proyek;
c. Data pembebanan berdasarkan SNI 1727-2013.
Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian. Tentang perhitungan struktur balok dengan pemodelan struktur
menggunakan aplikasi ETABS. Berikut merupakan metode analisa yang dilakukan:
a. Mempelajari desain layout Gedung Parkir AMSL.
b. Mempelajari data material yang dipakai seperti mutu beton dan besi pada
struktur balok yang dipakai.
c. Menganalisa pembebanan seperti beban hidup, mati dan gempa. Pada beban
hidup dan beban mati pada pembebanan gedung menggunakan nilai SNI
1727 - 2013, dan pada beban gempa menggunakan nilai SNI 1726-2012
untuk rumah dan gedung.
d. Menganalisa hasil zona wilayah gempa untuk daerah Tangerang sumber
www.puskid.pu.go.id
e. Menganalisa pemodelan struktur menggunakan program ETABS 2017
dengan jurnal “DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG
BERDASARKAN ACI 318-2002 DAN SNI 03-2847-2002 DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS” (Hermanto, 2017) sebagai
referensi dalam analisa struktur pada program ETABS
37
Tabel 4.1 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap
Dimensi Pile Cap Jumlah Jumlah
No. Tipe
Panjang Lebar Tinggi Pancang Pondasi
1 F4 3.3 3.3 1.2 4 6
2 F4A 3.3 4.1 1.2 4 7
3 F5 4.1 4.1 1.2 5 9
4 F5B 3.95 4.1 1.2 5 2
5 F6 3.3 5.1 1.2 6 22
6 F8 5.1 4.7 1.2 8 34
7 F8A 5.1 4.7 1.2 8 5
8 F8B 5.1 4.7 1.2 8 7
9 F10 3.3 8.7 1.2 10 2
10 F5C 3.7 3.7 1.2 5 2
11 F5D 3.65 4.1 1.2 5 1
12 F6A 3.3 4.5 1.2 6 1
13 F6B 3.3 5.1 1.2 6 1
14 F6C 3 5.1 1.2 6 1
15 F8D 4.7 5.1 1.2 8 1
40
Tabel 4.2 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.4 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.5 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.6 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.7 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.8 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Tabel 4.9 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)
Data Material
Pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD, mutu yang digunakan untuk
pengecoran pile cap pada proyek adalah mutu beton ready mix f’c 20 Mpa.
Dan untuk tulangan besi, standar berat jenis yang digunakan adalah berat
Jenis Besi = 7830 kg/m3 yang akan digunakan sebagai faktor konversi satuan panjang
besi menjadi satuan berat
Total
Volume
No. Tipe Jml pondasi Volume
Galian
Galian
8 F8B 7 1.44 11
9 F10 2 1.73 4
10 F5C 2 0.87 2
11 F5D 1 0.95 1
12 F6A 1 0.94 1
13 F6B 1 1.06 2
14 F6C 1 0.97 1
15 F8D 1 1.44 2
16 F8E 1 1.13 2
17 F8F 1 1.11 2
18 F8G 1 1.13 2
19 F9A 1 1.24 2
20 F10A 1 1.84 2
21 F11A 1 2.16 3
22 F12 1 2.06 3
23 F13 1 2.67 3
24 F14 1 2.57 3
25 F16 1 2.50 3
26 F18 1 3.13 4
27 F17A 1 3.18 4
28 F21 1 3.78 4
29 F81 1 1.70 2
30 F82 1 1.70 2
31 F18A 1 3.58 4
32 F17 1 3.89 4
Total 180
Dari perhitungan diatas didapatkan hasil total volume pekerjaan lantai kerja
pile cap pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 180 m3. Dengan harga
satuan pekerjaan lantai kerja senilai Rp. 54.000/m3. Sehingga biaya lantai kerja total
adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Total Lantai Kerja = Total Lantai Kerja Pile cap × Harga
satuan
= 180 m3 × 54.000/m3
= Rp. 9.720.000,00-
Hasil Analisa
Dari analisa kebutuhan biaya pekerjaan pile cap berdasarkan harga upah dan
biaya SNI AHSP Pekerjaan Umum 2016 dengan metode analisa harga satuan
pekerjaan. Berikut ini hasil analisa volume pekerjaan dan analisa biaya pekerjaan pile
cap:
Tabel 4.23 Hasil Analisa Volume dan Biaya Pekerjaan Pile Cap
Volume Harga Satuan Biaya
No. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan pekerjaan
1 Galian 3,891 m3 Rp. 151,000/m3 Rp. 587.541.000
2 Lantai Kerja 172 m3 Rp. 54.000/m3 Rp. 9.720.000
3 Pembersihan 3.271 m2 Rp. 29.500/m2 Rp. 96.494.500
4 Pembobokan 310 buah Rp. 489.000/buah Rp. 151.590.000
5 Bekisting 2.679 m2 Rp. 224.500/m2 Rp. 601.435.500
6 Pembesian 294.634 kg Rp. 14.500/Kg Rp. 4.272.193.000
7 Pengecoran 3.308 m3 Rp. 1.465.000/m3 Rp. 4.846.220.000
Total Biaya Pekerjaan Pile Cap Rp. 10.565.649.000
Gambar 4.4 Data Hasil Uji SPT Pada Proyek Gedung Parkir AMSL
(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
64
̅ 60
Perhitungan nilai N60 dan 𝑵
Berdasarkan data kedalaman tiang pancang dan N-value hasil uji spt maka
̅ 60 dapat ditentukan untuk setiap pancang. Berikut ini cara perhitungan
nilai N60 dan 𝑵
̅ 60:
N60 dan 𝑵
Dalam perhitungan N60 diambil nilai rata – rata dari n-value pada kedalaman
10D diatas dan 5D dibawah ujung tiang.
𝑁0 + 𝑁𝑖
a. N60 (1) = 𝑛
6 + 6+5+4+3+ 3+8+6+9+13+10+20+31+21+30+17
= 16
= 12
𝑁0 + 𝑁𝑖
b. N60 (2) = 𝑛
3+ 6 + 6+5+4+3+ 3+8+6+9+13+10+20+31+21
= 15
= 9,9 ≈ 10
65
c. ̅ 60 (1) = 𝑁0 + 𝑁𝑖
𝑵 𝑛
6 + 3 + 7 + 3 + 6 + 6 + 5 + 4 + 3 + 3 + 8 + 6 + 9 + 13 + 10
= 15
= 6.13 ≈ 7
d. ̅ 60 (2) = 𝑁0 + 𝑁𝑖
𝑵 𝑛
6+3+7+3+6+6+5+4+3+3+8+6
= 12
=5
𝐿
Qp = Ap × 0.4 × pa × N60(1) × 𝐷
10.7
= 0.28 × 0.4 × 100 × 12 × 0.6
= 2.397 kN
= 239,7 ton
Qp (max) = Ap × 4 × pa × N60(1)
= 0.28 × 4 × 100 × 12
= 1344 kN
= 134,4 ton
66
𝐿
Karena persyaratan nilai Qp = Ap × 0.4 × pa × N60 × ≤ Ap × 4 × pa × N60
𝐷
tidak terpenuhi maka nilai daya dukung ujung tiang yang digunakan adalah 134,4
ton.
fsv ̅ 60(1)
= 0,02 × pa × 𝑁
= 0,02 × 100 × 7
= 14 kN/m2
Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 10,7 × 14
= 284,62 kN
= 28,5 ton
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 134,4 + 28,5
= 162,9 ton
𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
162,9
= 2,4
= 67,875 ton
67
𝐿
Qp = Ap × 0.4 × pa × N60(2) × 𝐷
9
= 0.28 × 0.4 × 100 × 10 × 0.6
= 1.680 kN
= 168 ton
Qp (max) = Ap × 4 × pa × N60(1)
= 0.28 × 4 × 100 × 10
= 1.120kN
= 112 ton
𝐿
Karena persyaratan nilai Qp = 0.4 × pa × N60 × ≤ 4 × pa × N60 tidak
𝐷
terpenuhi maka nilai daya dukung ujung tiang yang digunakan adalah 112 ton.
fsv ̅ 60(1)
= 0,02 × pa × 𝑁
= 0,02 × 100 × 5
= 10 kN/m2
Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 9 × 10
= 171 kN
= 17,1 ton
68
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 112 + 17,1
= 129,1 ton
𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
129,1
= 2,4
= 53,79 ton
Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36
= 0,28 × 19,7 × 100 × 120,36
= 1.349,4 kN
= 135 ton
• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang
Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m
fsv ̅ 60(1)0,29
= 0,224 × pa × 𝑁
= 0,224 × 100 × 70,29
= 39,38 kN/m2
69
Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 10,7 × 39,38
= 800 kN
= 80 ton
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 135 + 80
= 215 ton
𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
215
= 2,4
= 89,58 ton
b. Perhitungan Daya Dukung tiang uji no. 2:
• Perhitungan daya dukung ujung pada tiang
Ap = 3,14 × 0,25 × D2
= 3,14 × 0,25 × 0,62
= 0,28 m2
Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36
= 0,28 × 19,7 × 100 × 100,36
= 1.264 kN
= 126,4 ton
• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang
Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m
fsv ̅ 60(1)0,29
= 0,224 × pa × 𝑁
= 0,224 × 100 × 50,29
= 35,72 kN/m2
70
Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 9 × 35,72
= 611 kN
= 61,1 ton
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 126,4 + 61,1
= 187,5 ton
𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
187,5
= 2,4
= 78,125 ton
Hasil Analisa
Berikut ini adalah rangkuman hasil perhitungan daya dukung tiang pancang
berdasarkan hasil data pengujian SPT dengan menggunakan metode mayerhof (1976)
dan Briaud:
Dari kedua hasil analisa daya dukung tanah dengan metode Mayerhof (1978)
dan Briaud (1985) dibandingkan dengan daya dukung tanah yang didapat dari hasil
uji PDA, sebagai berikut:
Tabel 4.28 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 1
Keterangan Metode Mayerhof Metode Briaud PDA Test
Qp (ton) 134,4 135 45,8
Qs (ton) 28,5 80 159,7
Qult (ton) 162,9 215 205,5
Qall (ton) 67,875 89,58 85,63
Tabel 4.29 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 2
Keterangan Metode Mayerhof Metode Nriaud PDA Test
Qp (ton) 112 126,4 37,9
Qs (ton) 17,1 61,1 152,1
Qult (ton) 129,1 187,5 190
Qall (ton) 53,79 78,125 79,17
72
Data Material
Berikut ini adalah data material yang diperlukan dalam Analisa penulangan
balok tipe B70A di setiap lantai menggunakan program ETABS:
Tabel 4.30 Data Material dan Spesifikasi Tulangan Balok
Mutu Beton
Balok dan Pelat Lantai F’c = 30 Mpa
Mutu Besi
BJTD 40, Fy = 400 Mpa
BJTP 20, Fy = 240 Mpa
Tipe Balok B70A 1B70A 2B70A 3B70A
Tinggi 700
Dimensi Lebar 400
Panjang 7300 ~ 8100
Tekan 5 - D25 5 - D25 4 - D25 3 - D25
Tepi
Tulangan Tarik 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Utama Tekan 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Lapangan
Tarik 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Tulangan Tepi D13 @ 150
Geser Lapangan D13 @ 250
Tebal Selimut 50
Analisa Beban
a. Beban Hidup dan Beban Mati
Beban hidup pada bangunan Gedung parkir berdasarkan SNI 1727 - 2013:
Beban mati tambahan pada pelat lantai sesuai dengan SNI 1727 - 2013:
Mechanical/Electrical = 15 kg/m2
Plumbing = 10 kg/m2
Total Beban Mati Tambahan = 25 kg/m2
75
Beban mati tambahan pada balok sesuai dengan SNI 1727 - 2013:
b. Beban Gempa
Pada Analisa struktur untuk menahan beban gempa berdasarkan standar
perencanaan SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Beban gempa yang dianalisis
dilakukan dengan metode analisa spektrum melalui website www.puskim.pu.go.id,
sehingga didapatkan nilai variabel gempa. Berikut ini data perencanaan beban gempa
dan analisa spektrum gempa pada Proyek Gedung Parkir AMSL:
c. Kombinasi Beban
Kombinasi yang digunakan pada analisa struktur balok berdasarkan SNI-
1727-2013 pasal 2.3.2 dengan pembebanan yang ada adalah sebagai berikut:
• Kombinasi 1 = 1,4 D
• Kombinasi 2 = 1,2 D + 1,6 L
• Kombinasi 3 = 0,9 D + 1,0 E
• Kombinasi 4 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
• Kombinasi 5 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,3 W
• Kombinasi 6 = 0,9 D + 1,3 W
Pemodelan struktur
Spesifikasi Desain
Spesifikasi desain yang digunakan berdasarkan standar SNI berikut:
• SNI 2847-2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung;
• SNI 1727-2013 Beban minimum perancangan bangunan dan struktur lain;
• SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan
struktur gedung dan non gedung.
Untuk membuat pemodelan baru pada ETABS 2017 dapat dilakukan dengan
tahapan berikut ini, klik File > New Model > Use Built-in Settings, gunakan satuan
internasional dan spesifikasi sesuai dengan acuan standar di atas.
a. Geometri Bangunan
Dalam pemodelan Geometri bangunan pada program ETABS. Terlebih
dahulu membuat desian bentuk struktur sesuai dengan shop drawing pada program
AutoCad.
b. Menentukan Material
Tentukan jenis material beton dan besi yang digunakan pada permodelan,
dengan tahapan berikut define > Material Properties >Add New Material> pada
region klik user dan pilih material. Berikut ini proses input data material pada
program ETABS:
c. Menentukan Penampang
Tentukan jenis penampang yang digunakan pada program ETABS dengan
tahapan berikut, Define > Section Properties > Frame Sections > Add New
Property > pilih bentuk dan tipe material yang akan digunakan. Untuk menentukan
tipe kolom atau balok klik Modify/Show Rebars pada bagian kanan bawah. Berikut
ini proses input data penampang balok tipe B70A pada Program ETABS:
81
f. Kombinasi Pembebanan
Penentuan kombinasi pembebanan pada ETABS dapat dilakukan dengan
tahapan berikut, klik Define > Load Combination > Add New Combo, dan masukkan
skala faktor serta beban yang akan di definisi. Kombinasi yang digunakan
berdasarkan SNI-1727-2013 pasal 2.3.2 dengan pembebanan yang ada adalah
sebagai berikut:
• U = 1,4 DL;
• U = 1,2 DL + 1,6 LL;
• U = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E
1. Balok B70A
Gambar 4.20 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.21 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok B70A Geser Balok B70A
2. Balok 1B70A
Gambar 4.22 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.23 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 1B70A Geser Balok 1B70A
86
3. Balok 2B70A
Gambar 4.24 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.25 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 2B70A Geser Balok 2B70A
4. Balok 1B70A
Gambar 4.26 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.27 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 3B70A Geser Balok 3B70A
87
• Balok 1B70A
Menghitung luas tulangan besi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;
• Balok 2B70A
Menghitung luas tulangan besi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;
• Balok 2B70A
Menghitung luas tulangan bedi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;
Vu = 288.419,1 N
1
Vc = × √F'c × b × d’
6
1
= × √30 × 450 × 650
6
= 267.014,75 N
Vs = Vu - ɸs × Vc
= 288.419 – 0,75 × 267.014,75
= 88.158,04 N
92
2
Vs max = × √F'c × b × d’
3
2
= × √30 × 450 × 650
3
= 1.068.058,99 N
Dari hasil perhitungan Vs dan Vs max dapat disimpulkan bahwa nilai Vs
lebih kecil dari Vs max, maka rasio tulangan geser dapat dihitung.
Av Vs
=
S1 ɸs × fy × d
88.158,04
=
0,75 × 240 × 650
= 0,307
Av 1 bw
= ×
Smin 3 fy
1 450
= ×
3 240
= 0,625
Av Av Av
= max ( , )
S S1 Smin
= 0,625
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 132
4
= 132,665 mm2;
Av
S = Av
⁄s
132,665
=
0,625
= 212,264 mm
93
• 8db = 8 × 25 = 200 mm
• 24dbs = 24 × 13 = 312 mm
Smax = 350 mm
Maka Sperlu yang digunakan pada tulangan geser ini adalah sebagai berikut:
S perlu = min (S, Smax)
= 212,264 ≈ 250 mm
Hasil Analisa
Berikut ini hasil yang didapat dari Analisa struktur balok tipe B70A
menggunakan program ETABS:
Dari hasil Analisa diatas dapat disimpulkan bahwa hasil Analisa gaya dukung
tiang pancang dengan metode Mayerhof (1976) dan Briaud (1985) memiliki nilai
yang cukup berbeda. Dari kedua hasil tersebut nilai daya dukung dari metode Briaud
(1985) lebih mendekati dengan nilai daya dukung tiang dari hasil uji PDA.
xv
Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum . (2013).
Kementrian Pekerjaan Umum.
Astutik , Y. S. (n.d.). Analsia Struktur Balok Dengan Metode Momen (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Grand Mall Batam). Jurnal UJMC Volume 4 No. 2 , 53
- 56.
Ilham, M. N. (2011). Anlisa Strtuktur Gedung Dengan Software ETABS V9.2.0.
Karmidi , & Bowono , H. K. (2017). Studi Analisa Balok Dan Kolom Langsing
Akibat Perubahan Pelaksanaan Pada Pembangunan Terminal Keberangkatan
Di Daerah Depok. Jurnal Konstruksi Volume 8 No. 2 , 37 - 44.
Saprudin , A., & Chayati, N. (2013). Perbandingan Perancangan Jumlah Dan Luasan
Tulangan Balok Dengan Cara Aci Dan Menggunakan Program STAAD2004.
Jurnal Rekaya Sipil Vol. 2 No. 1 .
Sunarya, C. (2014). Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Material Beton Bertulang
Dengan Anmalisa Harga Satuan Modern . Jurnal UPI .
Tutorial ETABS. (2014, Januari 21). Retrieved from ilmutekniksipil.com:
https://www.ilmutekniksipil.com/software-teknik-sipil-2/tutorial-etabs
Hermanto, J. (2017). DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG
BERDASARKAN ACI 318-2002 DAN SNI 03-2847-2002 DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS. SAINS Vol. XIII No. 7, 17.
xvi