Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN

TECHNICAL DESIGN
PROYEK GEDUNG PARKIR AMSL

Laporan Enrichment Program 3+1

Oleh:

Grace Aprilio 2101696752


I Putu Adi Watra 2101679626

Pembimbing:

Ir. Juliastuti, M.T. D1772

Civil Engineering Program


Civil Engineering Study Program
Faculty of Engineering

BINA NUSANTARA UNIVERSITY


JAKARTA
2020
LAPORAN
TECHNICAL DESIGN

Laporan Enrichment Program 3+1

diajukan sebagai salah satu syarat


untuk kelulusan matakuliah Enrichment Program

Oleh:

Grace Aprilio 2101696752


I Putu Adi Watra 2101679626

Civil Engineering Program


Civil Engineering Study Program
Faculty of Engineering

BINA NUSANTARA UNIVERSITY


JAKARTA
2020

i
ii
LEMBAR ORISINALITAS
Universitas Bina Nusantara
Pernyataan Laporan Enrichment Program

Internship Track

Pernyataan Penyusunan Laporan Enrichment Program


Kami, Grace Aprilio dan I Putu Adi Watra

dengan ini menyatakan bahwa Laporan Enrichment Program yang berjudul:


LAPORAN TECHNICAL DESIGN PROYEK GEDUNG PARKIR
AMSL
adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah,
sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain

Grace Aprilio I Putu Adi Watra


2101696752 2101679626

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Universitas, Pembimbing Lapangan, dan Ketua


Program Studi Teknik Sipil.

Ir. Juliastuti, M.T. Ade Sri Raharjo


Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng.


Ketua Program Studi Teknik Sipil

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membimbing kami untuk dapat menyelesaikan studi Internship dan laporan berjudul
“Laporan Technical Design Proyek Gedung Parkir AMSL” dengan baik selama 4
bulan dan tepat waktu. Tujuan dari laporan ini adalah sebagai gambaran mengenai
pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan selama melakukan program internship di
proyek in.
Dalam Penyusunan laporan akhir ini, Kami berterima kasih kepada pihak –
pihak bersangkutan yang telah membimbing kami dan memberikan pembelajaran
yang didapat selama studi Internship dan pengerjaan laporan Internship.
a. Bapak Dr. Ir. Oki Setyandito, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
b. Bapak Irpan Hidayat, S.T, M.T, selaku koordinator Enrichment Program
3+1 Internship Program Studi Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara;
c. Ibu Ir. Juliastuti, M.T selaku Dosen Pembimbing kami;
d. Bapak R. Sutjijono Ranu selaku Project Manager PT. Takenaka IndoSnesia
yang sudah memberikan izin untuk melakukan kegiatan internshirp di Proyek
Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
e. Bapak Ade Sri Raharjo selaku pembimbing di lapangan pada kegiatan
internship di Proyek Gedung Parkir AEON Mall BSD Serpong;
f. Seluruh staff dan pekerja PT. Takenaka Indonesia yang tidak dapat
disebutkan satu persatu;
Dalam laporan ini merupakan kumpulan materi – materi yang kami
dapatkan selama bekerja/melakukan kegiatan internship selama 4 bulan dan
memberi kebenaran dari referensi untuk laporan ini.

Jakarta, 3 Juli 2020

I Putu Adi Watra Grace Aprilio

v
vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR PUSTAKA xv

PENDAHULUAN 1
1.1 Umum 1
1.2 Analisa Biaya Pekerjaan Konstruksi Pile Cap 1
Latar Belakang 1
Identifikasi masalah 1
Tujuan 2
Batasan Penelitian 2
1.3 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 2
Latar Belakang 2
Identifikasi Masalah 3
Tujuan 3
Batasan Masalah 3
1.4 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A 4
Latar Belakang 4
Identifikasi Masalah 4
Tujuan 4
Batasan Penelitian 5

BAB 2 STUDI LITERATUR 7


2.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pondasi 7
Pile Cap 7
RAB (Rencana Anggaran Biaya) 7
Harga Satuan 10
Analisa Bahan 10
Analisa Upah 10
2.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 11

vii
Pondasi 11
Pondasi Tiang Pancang 12
Keunggulan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang 12
Investigasi Tanah 13
Daya Dukung Pondasi 14
Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Uji SPT 16
2.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70 17
Struktur Balok 17
Pembebanan Struktur 18
Faktor Reduksi 24
Analisa Balok 25

BAB 3 METODE ANALISA 31


3.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap 31
Diagram Alir 31
Studi Literatur 31
Pengumpulan Data 32
Analisa Data 32
3.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 33
Diagram Alir 33
Studi Literatur 34
Pengumpulan Data 34
Analisa Data 34
3.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A 35
Diagram Alir 35
Studi Literatur 36
Pengumpulan Data 36
Analisa Data 36

BAB 4 ANALISA 39
4.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap 39
Data Pile Cap 39
Data Material 47
Daftar Analisa Harga Bahan dan Upah 47

viii
Perhitungan Analisa Harga Pekerjaan Pile Cap 48
Perhitungan Volume Pekerjaan 49
Perhitungan Kebutuhan Biaya 59
Hasil Analisa 62
4.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT 62
Data Tiang Pancang 62
Data Hasil Uji SPT 63
Perhitungan nilai N60 dan 𝑵60 64
Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Mayerhof 65
Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Briaud 68
Hasil Analisa 70
4.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A 72
Desain Layout Tampak Gedung Parkir AMSL 72
Data Material 74
Analisa Beban 74
Pemodelan struktur 78
Hasil Pemodelan ETABS 84
Perhitungan Kebutuhan Tulangan 87
Hasil Analisa 93

BAB 5 KESIMPULAN 95

DAFTAR PUSTAKA xv

ix
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Regangan dan Tegangan pada Balok 25


Gambar 3.1 Diagram Alir Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap 31
Gambar 3.2 Diagram Alir Analisa Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Uji
SPT 33
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisa Kebutuhan Tulangan Balok 35
Gambar 4.1 Gambar Plan Pile cap 39
Gambar 4.2 Penampang Tulangan Atas Pile Cap 55
Gambar 4.3 Penampang Tulangan Bawah Pile Cap 56
Gambar 4.4 Data Hasil Uji SPT Pada Proyek Gdung Parkir AMSL 63
Gambar 4.5 Penampang Balok Tampak Atas 72
Gambar 4.6 Penampang Balok Center Line P32 – P34 72
Gambar 4.7 Penampang Balok Center Line P26 – P28 73
Gambar 4.8 Panampang Balok Center Line PZA – PZH 73
Gambar 4.9 Hasil Analisa Spektrum Gempa 76
Gambar 4.10 Penentuan Standar Pada Program ETABS 78
Gambar 4.11 Design Struktu pada program AutoCad 79
Gambar 4.12 Design Struktu pada program ETABS 79
Gambar 4.13 Penetuan Material pada program ETABS 80
Gambar 4.14 Input Data Penampang pada Program ETABS 81
Gambar 4.15 Input Data Pembebanan pada Program ETABS 81
Gambar 4.16 Input Data Spektrum Gempa pada Program ETABS 82
Gambar 4.17 Input Kombinasi Beban pada Program ETABS 83
Gambar 4.18 Design Layout Balok 84
Gambar 4.19 Balok B70A pada CL. PR/P29 – P30 84
Gambar 4.20 Hasil Analisa Tulangan Utama Balok B70A 85
Gambar 4.21 Hasil Analisa Tulangan Geser Balok B70A 85
Gambar 4.22 Hasil Analisa Tulangan Utama Balok 1B70A 85
Gambar 4.23 Hasil Analisa Tulangan Geser Balok 1B70A 85
Gambar 4.24 Hasil Analisa Tulangan Utama Balok 2B70A 86
Gambar 4.25 Hasil Analisa Tulangan Geser Balok 2B70A 86
Gambar 4.26 Hasil Analisa Tulangan Utama Balok 3B70A 86

xi
Gambar 4.27 Hasil Analisa Tulangan Geser Balok 3B70A 86
Gambar 4.28 Nilai Vu pada Balok B70A 91

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Tiang Pancang Sebagai bahan analisa 3


Tabel 2.1 Berat Bahan Bangunan 18
Tabel 2.2 Berat Komponen Bangunan 19
Tabel 2.3 Beban Hidup pada Lantai Gedung 20
Tabel 2.4 Beban Hidup pada Lantai Gedung (Lanjutan) 21
Tabel 2.5 Kategori Resiko dan Faktor Keutamaan Gempa 21
Tabel 4.1 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap 39
Tabel 4.2 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 40
Tabel 4.3 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap 40
Tabel 4.4 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 41
Tabel 4.5 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 42
Tabel 4.6 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 43
Tabel 4.7 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 44
Tabel 4.8 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 45
Tabel 4.9 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan) 46
Tabel 4.10 Daftar Harga Upah dan Biaya 47
Tabel 4.11 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pile Cap 48
Tabel 4.12 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pile Cap 49
Tabel 4.13 Volume Pekerjaan Galian 50
Tabel 4.14 Volume Pekerjaan Lantai Kerja 51
Tabel 4.15 Volume Pekerjaan Lantai Kerja 52
Tabel 4.16 Volume Pekerjaan Pembersihan 53
Tabel 4.17 Volume Pekerjaan Bekisting 54
Tabel 4.18 Volume Pekerjaan Bekisting (Lanjutan) 55
Tabel 4.19 Data Detail Tulangan Pile Cap tipe F5 55
Tabel 4.20 Volume Pekerjaan Pembesian 57
Tabel 4.21 Volume Pekerjaan Pengecoran 58
Tabel 4.22 Volume Pekerjaan Pengecoran (Lanjutan) 59
Tabel 4.23 Hasil Analisa Volume dan Biaya Pekerjaan Pile Cap 62
Tabel 4.24 Data Tiang Pancang 62
Tabel 4.25 Data N-Value berdasrkan Hasil Uji SPT 64
Tabel 4.26 Hasil analisa metode mayerhof (1976) 70

xiii
Tabel 4.27 Hasil analisa metode Briaud (1985) 70
Tabel 4.28 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 1 71
Tabel 4.29 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 2 71
Tabel 4.30 Data Material dan Spesifikasi Tulangan Balok 74
Tabel 4.31 Nilai Parameter Tanah 76
Tabel 4.32 Koordinat Respon Spektrum 77
Tabel 4.33 Hasil Analisa tulangan dengan Program ETABS 93

xiv
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Pada laporan ini akan membahas tiga studi kasus yang berkaitan dengan
bidang struktur, tanah dan manajemen konstruksi. Ketiga studi kasus tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Analisa Biaya Pekerjaan Konstruksi Pile Cap;
b. Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT;
c. Analisa Kebutuhan Tulangan pada Balok Tipe B70A.

1.2 Analisa Biaya Pekerjaan Konstruksi Pile Cap


Latar Belakang
RAB atau Rencana Anggaran Biaya adalah rencana biaya yang harus
dikeluarkan dari awal pekerjaan dimulai hingga pekerjaan tersebut selesai dikerjakan
yang berfungsi sebagai dasar dalam pembuatan penawaran pembiayaan. Rencana
biaya harus mencakup dari keseluruhan kebutuhan pekerjaan tersebut baik dari biaya
material atau bahan yang diperlukan, biaya alat (Sewa atau beli), upah pekerja, dan
biaya lainnya yang diperlukan.
Dalam proses pembuatan suatu bangunan perencanaan mengenai biaya –
biaya pembangunan diatur secara rinci dalam RAB. Dalam penyusunan RAB
diperlukan data harga material dan upah pekerja sesuai dengan wilayah suatu proyek
atau standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta volume pekerjaan sesuai
dengan jenis pekerjaan. Berdasarkan data harga material dan upah pekerja tersebut
disesuaikan dengan jenis pekerjaan untuk menghitung analisa harga satuan
pekerjaan. Rencana anggaran biaya dapat direncanakan dari hasil analisa harga
satuan pekerjaan dan volume pekerjaan tersebut.

Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dalam analisa ini adalah berapa rencana anggaran biaya
pada konstruksi pile cap berdasarkan harga biaya dan upah satuan SNI AHSP
Pekerjaan Umum 2016?
2

Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa biaya pekerjaan konstruksi pile cap ini adalah
untuk menghitung Rencana Anggaran biaya pekerjaan konstruksi pile cap yang
terdiri dari biaya pekerjaan galian, lantai kerja, pembersihan, pembobokan, bekisting,
pembesian dan pengecoran.

Batasan Penelitian
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Harga biaya dan upah menggunakan standar SNI AHSP Pekerjaan Umum
2016;
b. Perhitungan volume pekerjaan pada pekerjaan pile cap berdasarkan shop
drawing;
c. Pada perhitungan volume pekerjaan pembesian data Panjang besi didapat dari
surat jalan besi;
d. Analisa harga satuan pekerjaan hanya menghitung harga pekerjaan galian,
lantai kerja, pembersihan, pembobokan, bekisting, pembesian dan
pengecoran;

1.3 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT


Latar Belakang
Struktur bawah adalah bagian struktur bangunan yang terdapat dibawah
permukaan tanah layaknya seperti pondasi. Dalam dunia konstruksi perencanaan
struktur bangunan sangat diperhatikan agar dapat memenuhi standar kekuatan,
kenyamanan, keselamatan, dan umur rencana bangun.
Seluruh beban yang bekerja ataupun dimiliki struktur atas bangunan akan
dialirkan menuju tanah melalui pondasi yang merupakan struktur bawah. Maka dari
itu perencanaan pondasi yang baik sangatlah vital dengan tujuan dapat menopang
dan mengalirkan beban yang diterimanya ke tanah. Dalam proses pekerjaan pondasi
harus selalu diawali dengan penyelidikan tanah untuk mengetahui apakah tanah
tersebut sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Dari hasil penyelidikan tanah
tersebut dapat menentukan pondasi dengan daya dukung yang sesuai untuk kondisi
tanah di lapangan.
3

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam Analisa ini berupa:
a. Berapa daya dukung ultimit tiang pancang tunggal yang dibutuhkan sesuai
dengan hasil investigasi tanah di lapangan?
b. Bagaimana perbandingan hasil analisa daya dukung ultimit tersebut dengan
daya dukung tiang pancang aktual di lapangan?

Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa daya dukung tiang pancang ini adalah untuk
menghitung daya dukung tiang pancang tunggal berdasarkan data hasil uji SPT dan
membandingkannya dengan daya dukung hasil uji PDA.

Batasan Masalah
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Daya dukung tiang pancang yang dianalisa merupakan daya dukung tiang
tunggal;
b. Analisa daya dukung tiang pancang dilakukan menggunakan metode
Mayerhof (1976) dan Briaud (1985);
c. Tiang pancang yang menjadi sampel anlisa merupakan tiang pancang yang
telah melalui uji PDA, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Tiang Pancang Sebagai bahan analisa
Kedalaman Diameter
No.
(m) (m)
1 10.7 0.6
2 9 0.6
4

1.4 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A


Latar Belakang
Dalam suatu bangunan memiliki bagian struktur yang berfungsi untuk
menahan beban yang bekerja pada bangunan tersebut. Struktur ini terdiri dari struktur
bawah dan struktur atas. Struktur atas adalah struktur yang terletak diatas permukaan
tanah seperti kolom, balok, dan slab. Setiap elemen memiliki bentuk dan ukuran
yang berbeda – beda tergantung pada beban rencana yang akan bekerja diatasnya. di
setiap elemen struktur biasanya diperkuat oleh talangan baja dengan ukuran dan
jumlah yang berbeda – beda. Untuk dapat mengetahui komponen yang tepat dalam
pembuatan suatu elemen struktur dilaksanakan perencana struktur.
Perencanaan struktur bangunan gedung terdiri dari penentuan beban rencana
dan penentuan dimensi elemen struktur. Dengan dilaksanakannya perencanaan
struktur bangunan ini diharapkan seluruh elemen struktur dapat menahan beban yang
bekerja dan menghindari keruntuhan struktur.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam analisa ini adalah sebagai berikut:
a. Berapa kebutuhan tulangan yang dibutuhkan pada struktur balok tipe B70A
disetiap lantai untuk dapat menahan beban rencana sesuai dengan SNI
1727:2013 dan SNI 03-1726-2012?
b. Bagaimana perbandingan kebutuhan tulangan antara hasil pemodelan
programs ETABS dengan desain shop drawing?

Tujuan
Tujuan dari studi kasus Analisa kebutuhan tulangan pada balok tipe B70A ini
adalah untuk menghitung kebutuhan tulangan utama dan geser pada balok tipe B70A
di setiap lantai yang terdiri dari balok B70A, 1B70A, 2B70A dan 3B70A. Kemudian
dibandingkan dengan kebutuhan tulangan actual untuk mengetahui selisih kebutuhan
tulangan.
5

Batasan Penelitian
Berikut ini adalah batasan – batasan pada analisa ini:
a. Penelitian ini dilakukan pada balok tipe B70A di setiap lantai yang terdiri dari
balok B70A, 1B70A, 2B70A dan 3B70A;
b. Data pembebanan mengacu pada SNI 1727-2013;
c. Hasil ETABS akan digunakan untuk menentukan kebutuhan tulangan pada
balok;
d. Hasil perhitungan jumlah penulangan akan dibandingkan dengan jumlah
penulangan di lapangan.
6
BAB 2
STUDI LITERATUR

2.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pondasi


Pile Cap
Pile cap merupakan salah satu elemen penting dari suatu struktur dikarenakan
pile cap memiliki peranan penting dalam pendistribusian beban struktur ke tiang
pancang untuk kemudian diteruskan kedalam tanah.
Tujuan dari pembuatan pile cap agar lokasi kolom benar – benar berada
dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat
menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala
kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang
ada. Pada pengerjaan pondasi pile cap terdapat pekerjaan lebih detail lagi yaitu
pekerjaan galian, lantai kerja, pembersihan, pembobokan tiang pancang, bekisting,
pembesian, dan pengecoran dengan membagi pekerjaan pondasi lebih detail maka
dapat dicari harga satuan untuk jenis – jenis pekerjaan nya masing – masing
menggunakan Analisis Harga Satuan Pekerjaan atau AHSP.

RAB (Rencana Anggaran Biaya)


Membuat rencana anggaran biaya artinya membuat perkiraan biaya yang
akan dikeluarkan untuk melaksanakan proyek. Dalam sebuah tender pengadaan
barang/jasa. RAB salah satu bagian dari dokumen yang harus dipersiapkan. Nantinya
RAB tersebut dijadikan sebagai daras bagaimana kontraktor memberikan nilai
penawarannya.
Rencana Anggaran Biaya proyek merupakan perkiraan biaya yang diperlukan
untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya
total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Rencana Anggaran Biaya merupakan estimasi biaya dalam proyek konstruksi
yang ditunjukkan untuk menaksirkan/memperkirakan nilai pembiayaan pada suatu
proyek dalam proses konstruksi, RAB sendiri dibuat oleh berbagai pihak sesuai
kepentingan masing- masing.
Secara garis besar RAB terdiri dari 2 komponen utama yaitu, volume
pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Volume pekerjaan dapat diperoleh dengan
cara melakukan perhitungan dari gambar rencana yang tersedia atau berdasarkan
8

kebutuhan real di dalam proyek, sedangkan harga satuan didapat dari analisa harga
satuan di antaranya:
a. Bahan atau material
Dalam harga bahan harus sesuai dengan kondisi lapangan dan harus turut
memperhitungkan fluktuasi harga serta ketersediaan bahan atau materi
tersebut di pasaran. Faktor kehilangan material juga harus turut
diperhitungkan karena hal tersebut akan berpengaruh cukup besar pada biaya
b. Upah tenaga kerja
Penetapan biaya tenaga kerja dipengaruhi beberapa hal seperti, kondisi
tempat kerja, lama waktu, dan keterampilan dalam bekerja.
c. Biaya peralatan
Biaya peralatan diperhitungkan seperti biaya pembelian atau sewa selama
pekerjaan berlangsung dan harus perlu diperhatikan kapasitas produksi dari
peralatan tersebut.
d. Biaya lain-lain
Biaya lain – lain seperti biaya perjalanan, biaya alat kantor, asuransi, biaya
pengujian atau pengetesan dan biaya yang diperlukan selama proyek
berlangsung.
Terdapat beberapa jenis metode estimasi biaya dalam perancangan rencana
anggaran biaya. Berikut ini penjelasan dari masing- masing metode:
a. Estimasi harga pasti (Fixed price)
• Metode lumpsum (Lumpsum estimate)
Metode lumpsum ini pada umumnya dilakukan apabila jenis pekerjaan
dan volume pekerjaannya telah diketahui dengan pasti. Berdasar dari
alasan tersebut maka risiko yang ditanggung oleh kontraktor relatif
kecil. Karena jika terdapat ketidakpastian di lapangan yang
menyebabkan tingkat risiko yang ditanggung oleh kontraktor menjadi
lebih besar. Keuntungan pada pihak pemilik adalah harga konstruksi
diketahui dengan baik sehingga memudahkan pemilik untuk
menentukan anggaran.
9

• Metode harga satuan sangat teliti (unit-price estimate)


Metode harga satuan pada umumnya mengacu pada harga satuan
setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan estimasi biaya
setiap jenis pekerjaan yang didapat dari total biaya volume pekerjaan
berdasarkan gambar rencana arsitektur yang belum terjamin
keakuratannya dengan hasil konstruksi di lapangan. Biaya total proyek
dihitung meliputi tenaga kerja, material, peralatan, sub-kontraktor,
overhead, mark-up dan sebagainya.
b. Estimasi harga perkiraan taksiran kasar (Approximate Estimate)
Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari pengalaman proyek
sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa metode yang termasuk dalam
kategori ini:
• Harga per fungsi, metode ini merupakan metode estimasi biaya
berdasarkan estimasi biaya setiap jenis penggunaan;
• Harga luas, metode ini merupakan metode estimasi biaya berdasarkan
harga per luas lantai;
• Harga volume kubik, merupakan metode estimasi biaya berdasarkan
pada volume bangunan;
• Modular take-off, merupakan metode yang mengacu pada konsep
modul dan kemudian digunakan sebagai dasar perhitungan biaya
untuk seluruh proyek;
• Partial take off, merupakan metode yang terdiri dari gabungan jenis-
jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan;
• Harga satuan panel, merupakan metode yang dilakukan dengan
mengasumsikan harga satuan per luas item pekerjaan seperti per luas
lantai, dinding, atap dan sebagainya;
• Harga Parameter, merupakan metode yang menggunakan harga satuan
dari komponen bangunan yang berbeda seperti pondasi, lantai, dinding
dan sebagainya.
10

Harga Satuan
Memperkirakan berapa jumlah biaya yang dihabiskan dalam pelaksanaan
proyek konstruksi sangatlah penting. Dalam memperkarakan biaya tersebut tidak
terlepas dengan Analisa harga satuan pekerjaan. Dengan Analisa harga satuan
pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya
bangunan.
Harga satuan pekerjaan berupa table dengan angka yang menunjukkan jumlah
material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. Harga satuan pekerjaan merupakan
suatu jenis pekerjaan per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen – komponen
tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
Besarnya harga per satuan pekerjaan tersebut tergantung dari besarnya harga satuan
bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan upah tergantung
pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

Analisa Bahan
Analisa bahan merupakan salah satu bagian dalam perencanaan pembiayaan
sebuah proyek. Analisa bahan dilaksanakan dengan cara menghitung volume suatu
pekerjaan dan menganalisa bahan yang digunakan di setiap pekerjaan. Dalam
perhitungan volume pekerjaan berbeda – beda sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dihitung. Berikut ini adalah beberapa perhitungan volume pekerjaan yang digunakan
dalam menghitung volume pekerjaan pile cap:
Volume pekerjaan galian (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.1)
Jumlah pembobokan pancang (buah) = unit .....................................(2.2)
Luas pembersihan (m2) = Panjang × lebar ..................(2.3)
Volume lantai kerja (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.4)
Volume pengecoran (m3) = Panjang × lebar × tinggi ....(2.5)

Analisa Upah
Analisa upah suatu pekerjaan merupakan analisa upah yang telah ditentukan
dan ditetapkan dengan hargai upah borongan oleh kontraktor atau sesuai dengan jenit
pekerjaan baik per m, m2, m3 dan ls harga upah borongan. Harga satuan upah dan
bahan disetiap daerah berbeda – beda. Harga satuan pekerjaan dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Harga satuan pekerjaan = Upah + Bahan ..........................(2.6)
11

2.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT


Pondasi
Pondasi merupakan struktur bawah dari suatu bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban yang disalurkan
dari struktur atas menuju lapisan tanah pendukung di bawahnya. Dalam sebuah
struktur, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat item struktur ataupun
beban rencana yang bekerja disalurkan kedalam suatu lapisan pendukung yaitu tanah
yang ada dibawah struktur.
Perencanaan pemilihan penggunaan jenis pondasi berdasarkan beberapa
factor seperti beban rencana, jenis lapisan tanah, daya dukung tanah dan factor
efisiensi biaya dan waktu konstruksi. Faktor tanah juga berpengaruh dengan
penentuan pondasi yang digunakan. Bagi tanah yang stabil dan memiliki daya
dukung baik, maka dapat menggunakan pondasi yang sederhana. Jika kondisi
tanahnya berlapis dan memiliki daya dukung tanah buruk, maka menggunakan
pondasi yang lebih kompleks. Dalam mendesain pondasi harus mempertimbangkan
penurunan dan daya dukung tanah. Dalam memperhitungkan penurunan tanah yang
terjadi biasanya terdiri dari penurunan total dan penurunan diferensial yang dapat
menimbulkan masalah bagi struktur yang didukung. Sifat – sifat dan karakter tanah
tergantung dari kondisi topografi dan geologi yang membentuk tanah tersebut. Sifat
– sifat fisik tanah banyak tergantung dari factor ukuran bentuk dan komposisi kimia
butiran (Dharmayasa, 2014)
Secara umum pondasi terdiri atas pondasi dangkal dan pondasi dalam.
pondasi dangkal merupakan pondasi yang digunakan pada kondisi lapisan tanah yang
tebal dengan kualitas yang baik. Pondasi dangkal didesain dengan kedalaman
pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B).
kekuatan pondasi dangkal berasal dari luasan alasnya yang menyebarkan aliran
beban ke tanah lebih merata. Sedangkan Pondasi dalam merupakan jenis pondasi
yang dipakai pada kedalaman lebih dari 6 meter dari permukaan tanah atau
kedalaman pondasi dari muka tanah adalah sama atau lebih besar dari lima kali lebar
pondasi (D ≥ 5B), dasar pondasi ini terletak cukup dalam dari permukaan tanah,
dasar pondasi ini terletak cukup dalam dari permukaan tanah atas.
12

Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang banyak digunakan sebagai pondasi pada bangunan
dengan beban yang relatif berat. Selain berdasarkan beban yang diterima cukup berat
kondisi tanah juga dipertimbangkan dalam penggunaan pondasi tiang pancang ini.
secara umum penggunaan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar yang kokoh
dengan daya dukung yang baik terdapat pada titik yang sangat dalam, yaitu kurang
lebih 15 meter. Tiang pancang dapat terbuat dari kayu, baja dan beton bertulang
dengan bentuk lingkaran atau persegi yang dipancang hingga lapisan tanah keras
yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur. Penyaluran beban tersebut
merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang atau
pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah melalu ujung
tiang pancang. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari kuat daya dukung ujung
(end bearing capacity), yang diperoleh dari tekanan ujung tiang pancang dan daya
dukung selimut atau gesek (friction bearing capacity) yang diperoleh dari gaya
gesekan antara tiang pancang dan tanah sekelilingnya. Tiang pancang pada
konstruksi struktur pondasi terdiri dari beberapa jenis, baik dari segi jenis tiang
maupun dalam pelaksanaan atau pembuatan pondasi tiang tersebut. (Sihotang, 2009)

Keunggulan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang


Berikut keunggulan yang dimiliki dalam penggunaan tiang pancang:
a. Pondasi tiang pancang lebih kuat dan kokoh dibandingkan pondasi bor;
b. Umur pondasi tiang pancang lebih panjang;
c. Pondasi tiang pancang mengurangi galian tanah;
d. Pondasi tiang pancang mampu memadatkan material tanah;
e. Pelaksanaan pemasangannya lebih mudah;
f. Waktu pelaksanaan lebih cepat;
g. Mutu beton terjamin;

Berikut kekurangan yang dimiliki dalam penggunaan tiang pancang:


a. Proses produksi tiang pancang lebih lama;
b. Harga relatif mahal;
c. Memiliki berat yang relatif tinggi.
13

Investigasi Tanah
Seluruh beban yang terdapat pada suatu bangunan akan dialirkan dan
ditopang oleh tanah. maka dari itu perlu adanya penyelidikan tanah di lapangan
untuk mengetahui suatu daerah atau lokasi ditinjau dari kestabilan tanah, daya
dukung tanah gaya geser dan lain-lain memenuhi syarat atau tidak untuk didirikan
suatu bangunan. Sedangkan pengujian di laboratorium berguna untuk mengetahui
sifat -sifat fisik dan mekanik tanah. dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih
alternative/ jenis, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi
masih memenuhi persyaratan keamanan. Jadi penyelidikan tanah sangatlah penting
dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui
kondisi daya dukung tanah kita dapat merencanakan suatu struktur yang kokoh.
Penyelidikan tanah yang dilakukan di lapangan pada suatu proyek terdiri atas sondir
dan uji penetrasi test.
a. Penyelidikan Tanah dengan Uji SPT
Standard Penetration Test (SPT) merupakan salah satu investigasi tanah yang
bertujuan untuk mendapatkan nilai N-value sebagai nilai kerapatan relative
dari suatu lapisan tanah yang diuji. Kegunaan dari hasil penyelidikan SPT
adalah untuk menentukan kedalaman dan ketebalan masing - masing lapisan
tanah. Kelebihan penyelidikan SPT ini antara lain test ini dapat dilakukan
dengan cepat dan operasinya relative sederhana dengan biaya relative murah.
Penyelidikan Tanah dengan Uji Sondir

b. Penyelidikan tanah dengan uji sondir atau CPT (Cone Penetration Test)
Uji sondir atau CPT (Cone Penetration Test) bertujuan untuk perlawanan
penetrasi konus dan perlawanan geser tanah. Serta untuk mengetahui
kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya lekat
setiap kedalaman. Uji Sondir dapat digunakan untuk mengetahui profil tanah,
kepadatan relatif (untuk pasir), kuat geser tanah, kekakuan tanah,
permeabilitas tanah atau koefisien konsolidasi, kuat geser selimut tiang, dan
kapasitas daya dukung tanah.
14

Daya Dukung Pondasi


a. Kapasitas Daya Dukung Ultimit dan Ijin
Kapasitas daya dukung tiang adalah kemampuan atau kapasitas tiang dalam
mendukung beban (Hardiyanto, 2011). Dalam kapasitas daya dukung tiang pancang
satuannya adalah satuan gaya (kN). Kapasitas ultimit tiang yang dipancang dalam
tanah kohesif adalah jumlah tahanan gesek sisi tiang dan tahanan ujungnya. Besar
tahanan gesek tiang tergantung dari bahan dan bentuk tiang. Umumnya bila tanah
homogen, tahanan gesek tiang merupakan adhesi antara sisi tiang dan tanah akan
berpengaruh besar pada kapasitas ultimitnya.
Kapasitas dukung ultimit tiang (Qu), dihitung dengan persamaan umum yaitu:
Qu = Qp + Qs .................................................(2.7)
Dimana:
Qu = Kapasitas daya dukung ultimit tiang pancang (kN);
Qp = Tahanan ujung tiang pancang;
Qs = Tahanan gesek selimut tiang pancang.

b. Kapasitas Daya Dukung Tiang Tahanan Ujung (Qp)


• Tahanan Ujung Tiang (Qp) pada tanah pasir
Tahanan ujung tiang pada tanah pasir dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
Qp = Ap × fp .................................................(2.8)
diturunkan menjadi
Qp = Ap × (C.Nc + q.Nq) ......................................(2.9)
Dimana:
Qp = Tahanan ujung tiang pancang (kN);
Ap = Luas penampang tiang (m2);
fp = Tahanan ujung satuan tiang (kN/m);
Nc, Nq = Faktor daya udkung pada pondasi dalam;
q = Tegangan efektif vertical pada kedalaman ujung
tiang (kN/m2)
15

• Tahanan Ujung Tiang (Qp) pada tanah lempung


Pada tanah lempung, nilai θ = 0 sehingga rumus yang digunakan
menjadi seperti berikut:
Qp = Ap × 9 × Cu ...................................... (2.10)

c. Kapasitas Daya Dukung Tiang Gesekan (Qs)


• Friksi Dinding Tiang (Qa) Pada Lempung
Kapasitas daya dukung tiang gesekan kulit (Qs) dirumuskan sebagai
berikut :
Qs = Σp × ΔL × F ..................................... (2.11)
Dimana:
P = Perimeter (keliling penampang tiang) (m);
ΔL = Panjang tiang (m);
F = Tahanan friksi.

• Friksi Dinding Tiang (Qa) Pada Tanah Pasir


Pada tanah pasir, unit tahanan friksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dibawah ini:
F = K × σv × tan δ .................................... (2.12)

Dimana:
K = Koefisien tekanan tanah;
δ = Dusut gesek antara tiang dengan tanah;
σv = Tegangan efektif vertical pada kedalaman yang ditinjau dan
dapat dhitung dengan persamaan:
σv` = Σγ × h ....................................... (2.13)
Dimana:
γ = Berat jenis tanah (kN/m2);
h = Kedalaman lapisan tanah (m);
16

Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Uji SPT


Dalam Perencanaan pondasi tiang pancang (pile) sangat memerlukan data
tanah sebagai acuan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity)
tiang. Kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan data SPT dapat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut:
a. Menurut Mayerhof (1976) kapasitas daya dukung ujung tiang pancang pada
tanah homogen berdasarkan data uji SPT dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
𝐿
Qp = Ap × 0.4 × pa × N60 × 𝐷 ≤ Ap × 4 × pa × N60 ...........(2.14)

Dimana:
N60 = N-value rata – rata pada 10D diatas dan 5D dibawah ujung tiang
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)

Dan untuk kapasitas daya dukung selimut pada tiang pancang menggunakan
persamaan berikut:
Qs = Σp × ΔL × f ......................................(2.15)

Dengan nilai f,
̅ 60 .................................(2.16)
fsv = 0,02 × pa × 𝑁
Dimana:
̅ 60
𝑁 = N-value rata – rata sepanjang tiang.
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)

b. Menurut Briaud et al. (1985) kapasitas daya dukung ujung tiang pancang
pada tanah granular berdasarkan data uji SPT dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36 ..........................(2.17)
Dimana:
N60 = N-value rata – rata pada 10D diatas dan 4D dibawah ujung tiang
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)
17

Dan untuk kapasitas daya dukung selimut pada tiang pancang menggunakan
persamaan berikut:
Qs = Σp × ΔL × f ...................................... (2.18)

Dengan nilai f,
̅ 60)0.29 ............................. (2.19)
fsv = 0,224 × pa × (𝑁
Dimana:
̅ 60
𝑁 = N-value rata – rata sepanjang tiang tiang.
Pa = Tekanan udara (asumsi 100 kN/m2)

2.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70


Struktur Balok
Balok beton adalah bagian dari struktur yang berfungsi sebagai penyalur
momen menuju struktur kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen
struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan gaya geser.
Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom – kolom. Terdapat
beberapa jenis balok dalam suatu bangunan struktur, sebagai berikut:
a. Balok sederhana bertumpu pada kolom dengan satu titik bebas berotasi dan
tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua
reaksi, pergeseran dan momen untuk balok sederhana tidak tergantung bentuk
penampang dan materialnya.
b. Cantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya
didukung hanya pada satu ujung tetap, cantilever menanggung beban di ujung
yang tidak disangga.
c. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya. Dengan ujung – ujung tetap (fixed) sehingga tidak
bergerak ataupun berotasi karena momen.
d. Balok tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari
dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
e. Balok menerus adalah balok memanjang secara menerus melewati lebih dari
dua kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan
momen yang lebih kecil dari serangkaian balok sederhana dengan Panjang
dan beban yang sama.
18

Pembebanan Struktur
Dalam analisa desain suatu struktur bangunan, diperlukan adanya gambaran
yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal
penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban – beban yang bersifat statis
dan dinamis. Pembebanan pada Gedung parkir diatur sesuai dengan SNI 1727-2013;
dan dibagi menjadi beberapa jenis beban, antara lain:
a. Beban Mati
Beban mati merupakan salah satu bagaikan dari beban statis. Beban mati
adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur
tambahan tetap yang telah menjadi satu kesatuan dengannya. Berikut ini
adalah beban mati yang terdapat pada bangunan struktur :
Tabel 2.1 Berat Bahan Bangunan
Beban
Bahan Bangunan
(kg/m3)
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500
Batu karang (berat tumpuk) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton 2200
Beton bertulang 2400
Kayu (kelas I) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200
Pasangan batu karang 1450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850
Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700
Tanah lempung dan lanau (basah) 2000
Timah hitam (timbel) 11400
Sumber: SNI 1727-2013
19

Tabel 2.2 Berat Komponen Bangunan

Beban
Komponen Bangunan
(kg/m2)
Adukan per cm tebal:
Dari semen 21
Dari kapur, semen merah atau tras 17
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm
14
tebal
Dinding pemasangan bata merah:
Satu bata 450
Setengah batu 250
Dinding pemasangan batu berlubang:
Tebal dinding 20 cm (HB20) 200
Tebal dinding 10 cm (HB10) 120
Tanpa lubang:
Tebal dinding 15 cm
300
Tebal dinding 10 cm
200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa
penggantungan langit-langit atau pengaku, terpadu dari:
Semen asbes (eternity dan bahan sejenis), 11
dengan tebal maksmimum 4mm
Kaca, dengan tebal 3-4 mm
10
Penggantungan langit-langit (dari kayu), dengan bentang
40
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m
Penutup atap genting dengan reng dan usuk / kaso per m2
50
bidang atap.
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk / kaso, per m2
40
bidang atap
Penutup atap seng gelombang (BWG24) tanpa gording 10
Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan beton,
24
tanpa adukan, per cm tebal
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11
Sumber: SNI 1727-2013
20

b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban
gempa dan pengaruh – pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan, penurunan pondasi, susut, dan pengaruh – pengaruh khusus
lainnya. Meskipun dapat berpindah – pindah, beban hidup masih dapat
dikatakan bekerja perlahan - lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan
berdasarkan perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada
pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban
hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan
fluktuasi beban hidup bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Berikut ini
adalah beberapa contoh dari beban hidup pada suatu bangunan berdasarkan
SNI 1727-2013:
Tabel 2.3 Beban Hidup pada Lantai Gedung

Beban
Lantai Gedung
(kg/m2)
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
200
dalam no.2
Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan Gudang-gudang
125
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
250
restaurant, hotel, asrama dan rumah sakit
Lantai ruang olah raga 400
Lantai dansa 500
Lantia dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang
lain dari yang disebut dalam no 1 s/d 5, seperti masjid, gereja,
ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop, panggung 400
penonton dengan tempat duduk tetap
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau
500
berdiri
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut no.3 300
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut no 4, 5,
500
6, dan 7
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam no 3, 4, 5,
250
6, dan 7
Sumber: SNI 1727-2013
21

Tabel 2.4 Beban Hidup pada Lantai Gedung (Lanjutan)

Lantai Gedung Beban


(kg/m2)

Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip,


toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin harus
direncanakan terhadap beban yang ditentukan 400
tersendiri dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat:
Untuk lantai bawah 800
Untuk lantai tingkat lainnya 400
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari yang berbatasan 300
dengan minimum
Sumber: SNI 1727-2013

c. Beban Gempa
Semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal.
Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah
vertikal nya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada
gempa vertikal. Berikut ini adalah kategori risiko dan factor keutamaan gempa sesuai
dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
Dan Non Gedung (SNI-1726:2012):
Tabel 2.5 Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan Gempa
Faktor
Kategori
Jenis Pemanfaatan Keutamaan
Risiko
Gempa
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain:
• Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, I 1,00
dan perikanan
• Fasilitas sementara
• Gudang penyimpanan
• Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk: II 1,00
• Perumahan
22

• Rumah toko dan rumah kantor


• Pasar
• Gedung perkantoran
• Gedung apartemen/rumah susun
• Pusat perbelanjaan/mall
• Bangunan industri
• Fasilitas manufaktur
• Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap Jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
• Bioskop
• Gedung pertemuan
• Stadion
• Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit
bedah dan unit gawat darurat
• Fasilitas penitipan anak
• Penjara
• Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung, tidak termasuk kategori


IV, yang berpotensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/ gangguan massal
terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila
terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk: III 1,25
• Pusat pembangkit listrik biasa
• Fasilitas penanganan air
• Fasilitas penanganan Limbah
• Pusat telekomunikasi

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk


kategori IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang
mudah meledak) yang mengandung bahan
beracun atau peledak dimana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang diisyaratkan
oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi
kebocoran.
Gedung dan Non Gedung yang ditunjukkan
sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi IV 1,5
tidak dibatasi untuk:
23

• Bangunan-bangunan monumental
• Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
• Rumah sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
• Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
• Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin, badai, dan tempat perlindungan darurat
lainnya
• Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat darurat.
• Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Sumber: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung Dan Non Gedung (SNI-1726:2012

d. Kombinasi Beban
Kombinasi dan factor beban yang digunakan dalam perencanaan struktur
bangunan dapat mengacu pada tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan Gedung (SNI-1726:2012). Berikut ini beberapa kombinasi beban
yang ditinjau dalam perencanaan bangunan:
• Kombinasi 1 = 1,4 D .....................................................................(2.20)
• Kombinasi 2 = 1,2 D + 1,6 L ........................................................ (2.21)
• Kombinasi 3 = 0,9 D + 1,0 E ........................................................ (2.22)
• Kombinasi 4 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ............................................(2.23)
• Kombinasi 5 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,3 W ..........................................(2.24)
• Kombinasi 6 = 0,9 D + 1,3 W ....................................................... (2.25)
24

Dimana:
D = Beban mati (dead load);
L = Beban hidup (live load);
E = Beban gempa (earthquake load).
W = Beban angin (wind load)

Faktor Reduksi
Dalam menentukan kuat rencana suatu struktur, kuat minimal nya harus
direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang bekerja.
SKSNI T-15-1991-01 menetapkan berbagai nilai reduksi kekuatan (ɸ) untuk
berbagai jenis besaran gaya dalam perhitungan struktur.
Penampang terkendali tarik : 0,90
Penampang terkendali tekan
a. Komponen struktur dengan tulangan spiral : 0,75
b. Komponen struktur bertulang lainnya : 0,65
Geser dan torsi : 0,75
Tumpuan pada beton kecuali daerah angkur : 0,65
Daerah angkur pasca tarik : 0,85
Model strat dan pengikat (Lampiran A), dan strat, pengikat, daerah
: 0,75
pertemuan (nodal), dan daerah tumpuan dalam model tersebut
Penampang lentur dalam komponen struktur pra tarik
a. Dari ujung komponen struktur ke ujung panjang transfer : 0,75
b. Dari ujung panjang transfer ke ujung panjang penyaluran  boleh : 0,75
ditingkatkan secara linier - 0,9
25

Analisa Balok
a. Analisa Tulangan Momen Balok
Berikut ini adalah tahapan dalam menentukan kebutuhan tulangan balok
dengan tulangan ganda berdasarkan SNI 2847-2013:

Gambar 2.1 Diagram Regangan dan Tegangan pada Balok


(Sumber: Jurnal Presentasi Tulangan Tekan Yang Efisien Pada Balok Beton
Bertulang)
• Menghitung momen ultimit
Perhitungan momen ultimit yang bekerja pada balok menggunakan
formula berikut ini:
Mu1 = 1,4 qdl .....................................(2.26)
Mu2 = 1,2 qdl + 1,6 qll ............................ (2.27)
Dimana:
qdl = Beban mati (kNm)
qll = Beban Hidup (kNm)
Dari hasil kedua persamaan diatas diambil nilai maksimum sebagai
nilai momen ultimit:
Mu = Max (Mu1, Mu2) ........................... (2.28)

• Menghitung momen nominal


Untuk menghitung momen nominal dapat menggunakan formula
berikut ini:
Mu
Mn = .......................... (2.29)
ɸ
Dengan nilai faktor reduksi (ɸ) adalah 0,8.
26

• Menentukan nilai β1
Untuk nilai β1 pada beton dengan mutu F’c ≤ 30 Mpa adalah:
β1 = 0,85 .....................................(2.30)
Untuk nilai β1 pada beton dengan mutu F’c ≥ 30 Mpa adalah:
0,05 (F'c - 30)
β1 = 0,85 - ........................(2.31)
7
Dimana:
F’c = Mutu Beton (Mpa)

• Menghitung luas tulangan minimum


Tahapan menghitung kebutuhan luas tulangan minimum adalah
sebagai berikut:
√F'c
ρ min 1 = ..................................(2.32)
1,4 × Fy
1,4
ρ min 2 = ........................................(2.32)
Fy

Dimana:
Fy = Mutu Tulangan (Mpa)
Dari hasil kedua persamaan tersebut nilai ρ min yang digunakan adalah
nilai maksimum:
ρ min = Max (ρ min 1, ρ min 1) ..........................(2.33)
Dan untuk menghitung kebutuhan luas tulangan minimum adalah:
As min = ρ min × b × d ............................(2.34)
Dimana:
b = Lebar balok (mm)
d = Tinggi balok (mm)

Dari nilai kebutuhan luas tulangan, kebutuhan tulangan minimum


dapat dihitung dengan formula berkut:
As min
nmin = ................................(2.35)
As
Dimana:
As = Luas tulangan besi rencana;
27

• Menghitung luas tulangan maksimum


Tahapan menghitung kebutuhan luas tulangan minimum adalah
sebagai berikut:
0,85 ×F'c ×β1 600
ρ maks = 0,75 × × ................ (2.36)
Fy 600 + Fy

Dan untuk menghitung kebutuhan luas tulangan maksimum adalah:


As maks = ρ min × b × d ........................... (2.37)
Dimana:
b = Lebar balok (mm)
d = Tinggi balok (mm)

Dari nilai kebutuhan luas tulangan, kebutuhan tulangan maksimum


dapat dihitung dengan formula berikut:
As maks
nmaks= ................................ (2.38)
As
Dimana:
As = Luas tulangan besi rencana;
• Asumsi luas tulangan tekan dan tarik
Untuk menentukan luas tulangan tekan adalah sebagai berikut:
π × Dia2
As = n × ............................ (2.39)
4
Dimana:
n = Jumlah tulangan tekan (antara nilai nmin dan nmaks)
Dia = Diameter tulangan besi rencana (mm);

Untuk menentukan luas tulangan tarik adalah sebagai berikut:


π × Dia2
As’ = n’ × .......................... (2.40)
4
Dimana:
Dia = Diameter tulangan besi rencana (mm);
n’ = Jumlah tulangan tekan yang didapat dengan persamaan:
n’ = n × δ ................................. (2.41)
Dengan δ adalah rasio tulangan tekan dan Tarik.
28

• Menentukan lokasi garis netral


Untuk menentukan lokasi garis netral dapat menggunakan persamaan
berikut:
0.85 . β1 . b . x2 +(0.003.ES . A' s -As . fy ) x-0.003 . ES . As . s' = 0.(2.26)
Dimana:
x = Garis netral (mm)
b = lebar balok (mm)
ES = Modulus elastisitas tulangan baja (MPa)
A' s = Luas tulangan baja tekan (mm2)
As = Luas tulangan baja tarik
s = Selimut beton (mm)
fy = Mutu tulangan baja (MPa)

• Menghitung momen kapasitas tulangan


β1 . x
Mkap = 0.85 . f' c . β1 . x . b . (d- ) + A' s . ε' s . ES . (d-s' ) ........(2.24)
2

Dimana:
x = Garis netral (mm)
b = lebar balok (mm)
ES = Modulus elastisitas tulangan baja (MPa)
A' s = Luas tulangan baja tekan (mm2)
As = Luas tulangan baja tarik (mm2)
s = Selimut beton (mm)
𝑓 ′𝑐 = Mutu beton (MPa)

b. Analisa Tulangan Geser


Berikut ini Langkah - Langkah perhitungan tulangan geser berdasarkan SNI
2847 - 2013 pasal 11.1 tentang kekuatan tulangan geser:
• Cek kebutuhan gaya geser balok
1
Vc = 6 . λ√f' c . bw .d .....................................(2.25)

Jika,
Vu ≤ 0.75 Vc ...........................................................(2.26)
29

maka tidak perlu tulangan geser,


(untuk beton normal nilai 𝜆 = 1, sesuai pasal 8.6.1 SNI 2847 – 2013)
Dimana:
Vc = Kapasitas beton dalam menahan gaya geser (MPa)
𝑓 ′𝑐 = Mutu beton (MPa)
bw = Lebar beton (mm)
d = Tinggi efektif (mm)

• Cek penampang balok dalam gaya geser


Jika,

√𝑓 ′ 𝑐
Vs ≤ (2 ) . 𝑏𝑤 . 𝑑, ................................. (2.27)
3

maka penampang memerlukan tulangan geser


Dimana:
Vs = Kapasitas gaya geser (MPa)
𝑓 ′𝑐 = Mutu beton (MPa)
bw = Lebar beton (mm)
d = Tinggi efektif (mm)

• Hitung jarak tulangan geser


As . fy . d
s= ........................................ (2.28)
Vs

Dimana:
As = Luas tulangan baja (mm2)
fy = Mutu tulangan (MPa)
d = Tinggi efektif (mm)
Vs = Gaya geser (Mpa)
30
BAB 3
METODE ANALISA

3.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap


Diagram Alir
Adapun Langkah – Langkah penelitian yang dilaksanakan dalam pengerjaan
studi kasus ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini:

Gambar 3.1 Diagram Alir Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap

Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pengertian dan tahapan dalam perhitungan rencana
anggaran biaya.
32

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Detail spesifikasi dan tipe struktur pile cap ini bersumber dari list member
yang ada pada proyek meliputi:
• Dimensi Pile Cap;
• Spesifikasi tulangan;
b. Data daftar harga bahan dan upah menggunakan daftar harga yang digunakan
pada daerah DKI Jakarta;

Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian estimasi biaya pada pekerjaan pile cap pada area proyek. Pada penelitian
ini diharuskan mempelajari list gambar detail dari bentuk pilecap, susunan uraian
pekerjaan atau barang dan bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan gambar detail. Berikut merupakan susunan Analisa estimasi biaya
pada pekerjaan pile cap:
a. Mempelajari gambar layout pekerjaan pile cap untuk menentukan tipe dan
jumlah pile cap.
b. Mempelajari spesifikasi pile cap baik itu dimensi maupun penulangan yang
digunakan.
c. Melakukan Work Breakdown Structure pada pengerjaan pile cap, yang
dimana memecahkan proses pekerjaan pondasi tersebut menjadi lebih detail
seperti galian, lantai kerja, pembobokan, pembersihan, bekisting, pembesian
dan pengecoran.
d. Menghitung nilai volume atau luas pekerjaan untuk seluruh tahapan pekerjaan
konstruksi pile cap yang terdiri dari pekerjaan galian, lantai kerja,
pembobokan, pembersihan, bekisting, pembesian dan pengecoran.
e. Menghitung Analisa Harga Satuan Pekerjaan pada detail pekerjaan pondasi,
menurut Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2016 dengan harga biaya upah
daerah DKI Jakarta.
33

3.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT


Diagram Alir
Adapun Langkah – Langkah penelitian yang dilaksanakan dalam pengerjaan
studi kasus ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini:

Gambar 3.2 Diagram Alir Analisa Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Uji
SPT
34

Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pengertian pondasi tiang pancang dan tahapan dalam
perhitungan daya dukung tiang pancang.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Data spesifikasi tiang pancang yang bersumber dari hasil observasi selama
internship di Gedung Parkir AMSL.
b. Data hasil uji SPT dan PDA berasal dari detail laporan di proyek Gedung
Parkir AMSL

Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian daya dukung ujung, selimut dan ultimit dari tiang pancang yang
digunakan. Analisa penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode Mayerhof
dan Briaud. Untuk dapat menganalisa daya dukung ini diperlukan kemampuan dalam
membaca diagram hasil Analisa uji SPT, untuk dapat menentukan N-Value. Selain
itu juga harus memahami teori setiap metode agar dapat menganalisa dengan baik
dan benar. Berikut merupakan susunan analisa yang dilakukan;
1. Mempelajari data SPT dan PDA test yang didapat dari laporan proyek.
2. Mempelajari 2 metode yang digunakan dalam analisis, yaitu metode
Mayerhof dan Briaud.
3. Menghitung daya dukung ujung pancang, selimut, ultimit dan factor
keselamatan (Qp, Qs, Qult, Qall) menggunakan 2 metode yang digunakan yaitu
Mayerhof dan Briaud.
4. Membandingkan hasil analisa daya dukung metode Mayerhof dan Briaud
dengan hasil PDA test.
35

3.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A


Diagram Alir
Pada laporan ini merupakan langkah – langkah pengerjaan perhitungan
struktur balok pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD.

Gambar 3.3 Diagram Alir Analisa Kebutuhan Tulangan Balok


36

Studi Literatur
Pada tahapan awal dalam analisa ini diperlukan pemahaman mengenai teori –
teori terkait yang dibahas dalam studi literatur. Adapun teori – teori yang dibahas
dalam studi literatur adalah pemahaman dalam analisa pemodelan struktur dengan
program ETABS serta tahapan perhitungan kebutuhan tulangan balok..

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa penelitian.
pengumpulan data ini di ambil dari observasi lapangan selama internship dan data
dari proyek Gedung Parkir AMSL. Data yang diambil diantaranya:
a. Data list member tipe spesifikasi balok yang didapat dari data proyek;
b. Gambar layout shop drawing zona area balok Gedung Parkir AMSL yang
didapat dari data proyek;
c. Data pembebanan berdasarkan SNI 1727-2013.

Analisa Data
Jenis penelitian yang dilakukan di proyek Gedung Parkir AMSL ialah
penelitian. Tentang perhitungan struktur balok dengan pemodelan struktur
menggunakan aplikasi ETABS. Berikut merupakan metode analisa yang dilakukan:
a. Mempelajari desain layout Gedung Parkir AMSL.
b. Mempelajari data material yang dipakai seperti mutu beton dan besi pada
struktur balok yang dipakai.
c. Menganalisa pembebanan seperti beban hidup, mati dan gempa. Pada beban
hidup dan beban mati pada pembebanan gedung menggunakan nilai SNI
1727 - 2013, dan pada beban gempa menggunakan nilai SNI 1726-2012
untuk rumah dan gedung.
d. Menganalisa hasil zona wilayah gempa untuk daerah Tangerang sumber
www.puskid.pu.go.id
e. Menganalisa pemodelan struktur menggunakan program ETABS 2017
dengan jurnal “DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG
BERDASARKAN ACI 318-2002 DAN SNI 03-2847-2002 DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS” (Hermanto, 2017) sebagai
referensi dalam analisa struktur pada program ETABS
37

f. Mendapatkan hasil pemodelan menggunakan aplikasi ETABS dan


menghitung kebutuhan tulanagn pada struktur balok B70A, 1B70A, 2B70A,
3B70A dan menghitung tulangan geser untuk struktur balok B70A.
BAB 4
ANALISA
4.1 Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap
Data Pile Cap
Berdasarkan design layout pile cap pada proyek Gedung Parkir AMSL
terdapat 32 tipe pile cap yang digunakan. Berikut ini data dimensi, jumlah pancang,
jumlah pondasi dan spesifikasi tulangan yang digunakan:

Gambar 4.1 Gambar Plan Pile cap


(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Tabel 4.1 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap
Dimensi Pile Cap Jumlah Jumlah
No. Tipe
Panjang Lebar Tinggi Pancang Pondasi
1 F4 3.3 3.3 1.2 4 6
2 F4A 3.3 4.1 1.2 4 7
3 F5 4.1 4.1 1.2 5 9
4 F5B 3.95 4.1 1.2 5 2
5 F6 3.3 5.1 1.2 6 22
6 F8 5.1 4.7 1.2 8 34
7 F8A 5.1 4.7 1.2 8 5
8 F8B 5.1 4.7 1.2 8 7
9 F10 3.3 8.7 1.2 10 2
10 F5C 3.7 3.7 1.2 5 2
11 F5D 3.65 4.1 1.2 5 1
12 F6A 3.3 4.5 1.2 6 1
13 F6B 3.3 5.1 1.2 6 1
14 F6C 3 5.1 1.2 6 1
15 F8D 4.7 5.1 1.2 8 1
40

Tabel 4.2 Data Dimensi dan Jumlah Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

Dimensi Pile Cap Jumlah Jumlah


No. Tipe
Panjang Lebar Tinggi Pancang Pondasi
16 F8E 3 6 1.2 8 1
17 F8F 18.11 1.2 8 1
18 F8G 3 6 1.2 8 1
19 F9A 4.5 4.5 1.2 9 1
20 F10A 6.9 4.5 1.2 10 1
21 F11A 36.02 1.2 11 1
22 F12 6.9 5.1 1.2 12 1
23 F13 45.59 1.2 13 1
24 F14 43.48 1.2 14 1
25 F16 43.04 1.2 16 1
26 F18 7.4 7.5 1.2 18 1
27 F17A 56.22 1.2 17 1
28 F21 67.43 1.2 21 1
29 F81 4.7 6.1 1.2 8 1
30 F82 5.6 5.1 1.2 8 1
31 F18A 62.64 1.2 18 1
32 F17 68.61 1.2 17 1
Total 310 118

Tabel 4.3 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 17 - D13
Atas
Melintang 17 - D13
Memanjang 17 - D25
Bawah
Melintang 17 - D25
1 F4
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 32 - D19
Pancang
Spiral 4 - D8
Memanjang 21 - D13
Atas
Melintang 21 - D13
Memanjang 21 - D25
Bawah
Melintang 21 - D25
2 F4A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 32 - D19
Pancang
Spiral 4 - D8
41

Tabel 4.4 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan arah Spesifikasi


Memanjang 21 - D13
Atas
Melintang 21 - D13
Memanjang 21 - D25
Bawah
Melintang 21 - D25
3 F5
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 40 - D19
Pancang
Spiral 5 - D8
Memanjang 21 - D13
Atas
Melintang 21 - D13
Memanjang 21 - D25
Bawah
Melintang 21 - D25
4 F5B
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 40 - D19
Pancang
Spiral 5 - D8
Memanjang 24 - D13
Atas
Melintang 27 - D13
Memanjang 24 - D25
Bawah
Melintang 27 - D25
5 F6
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 48 - D19
Pancang
Spiral 6 - D8
Memanjang 28 - D13
Atas
Melintang 31 - D13
Memanjang 28 - D25
Bawah
Melintang 31 - D25
6 F8
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 37 - D13
Atas
Melintang 40 - D13
Memanjang 37 - D25
Bawah
Melintang 40 - D25
7 F8A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
42

Tabel 4.5 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 32 - D13
Atas
Melintang 34 - D13
Memanjang 32 - D25
Bawah
Melintang 34 - D25
8 F8B
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 24 - D13
Atas
Melintang 63 - D13
Memanjang 24 - D25
Bawah
Melintang 63 - D25
9 F10
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 80 - D19
Pancang
Spiral 10 - D8
Memanjang 22 - D13
Atas
Melintang 22 - D13
Memanjang 22 - D25
Bawah
Melintang 22 - D25
10 F5C
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 40 - D19
Pancang
Spiral 5 - D8
Memanjang 19 - D13
Atas
Melintang 21 - D13
Memanjang 19 - D25
Bawah
Melintang 21 - D25
11 F5D
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 40 - D19
Pancang
Spiral 5 - D8
Memanjang 22 - D13
Atas
Melintang 26 - D13
Memanjang 22 - D25
Bawah
Melintang 26 - D25
12 F6A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 48 - D19
Pancang
Spiral 6 - D8
43

Tabel 4.6 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 19 - D13
Atas
Melintang 26 - D13
Memanjang 19 - D25
Bawah
Melintang 26 - D25
13 F6B
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 48 - D19
Pancang
Spiral 6 - D8
Memanjang 18 - D25
Atas
Melintang 26 - D125
Memanjang 18 - D25
Bawah
Melintang 26 - D25
14 F6C
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 48 - D19
Pancang
Spiral 6 - D8
Memanjang 34 - D25
Atas
Melintang 34 - D25
Memanjang 34 - D29
Bawah
Melintang 34 - D29
15 F8D
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 24 - D25
Atas
Melintang 35 - D25
Memanjang 24 - D29
Bawah
Melintang 35 - D29
16 F8E
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 23 - D25
Atas
Melintang 30 - D25
Memanjang 23 - D25
Bawah
Melintang 30 - D25
17 F8F
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
44

Tabel 4.7 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 24 - D25
Atas
Melintang 35 - D25
Memanjang 24 - D29
Bawah
Melintang 35 - D29
18 F8G
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 23 - D13
Atas
Melintang 23 - D13
Memanjang 23 - D25
Bawah
Melintang 23 - D25
19 F9A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 72 - D19
Pancang
Spiral 9 - D8
Memanjang 36 - D25
Atas
Melintang 56 - D25
Memanjang 36 - D25
Bawah
Melintang 56 - D25
20 F10A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 80 - D19
Pancang
Spiral 10 - D8
Memanjang 33- D13
Atas
Melintang 82 - D13
Memanjang 33 - D29
Bawah
Melintang 82 - D29
21 F11A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 88 - D19
Pancang
Spiral 11 - D8
Memanjang 30- D13
Atas
Melintang 56 - D13
Memanjang 30 - D25
Bawah
Melintang 56 - D25
22 F12
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 96 - D19
Pancang
Spiral 12 - D8
45

Tabel 4.8 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 53- D25
Atas
Melintang 65 - D25
Memanjang 53- D25
Bawah
Melintang 65 - D25
23 F13
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 104 - D19
Pancang
Spiral 13 - D8
Memanjang D25 @250
Atas
Melintang D25 @250
Memanjang D25 @250
Bawah
Melintang D25 @250
24 F14
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 112 - D19
Pancang
Spiral 14 - D8
Memanjang 55 - D25
Atas
Melintang 61 - D25
Memanjang 55 - D25
Bawah
Melintang 61 - D25
25 F16
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 128 - D19
Pancang
Spiral 16 - D8
Memanjang 60 - D13
Atas
Melintang 60 - D13
Memanjang 60 - D25
Bawah
Melintang 60 - D25
26 F18
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 144 - D19
Pancang
Spiral 18 - D8
Memanjang 46 - D25
Atas
Melintang 60 - D25
Memanjang 46 - D25
Bawah
Melintang 60 - D25
27 F17A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 136 - D19
Pancang
Spiral 17 - D8
46

Tabel 4.9 Data Spesifikasi Tulangan Setiap Tipe Pile Cap (Lanjutan)

No. Tipe Tulangan Arah Spesifikasi


Memanjang 46 - D25
Atas
Melintang 70 - D25
Memanjang 46 - D25
Bawah
Melintang 70 - D25
28 F21
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 168 - D19
Pancang
Spiral 21 - D8
Memanjang 32 - D13
Atas
Melintang 41 - D13
Memanjang 32- D25
Bawah
Melintang 41 - D25
29 F81
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 34 - D13
Atas
Melintang 38 - D13
Memanjang 34- D25
Bawah
Melintang 38 - D25
30 F82
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 64 - D19
Pancang
Spiral 8 - D8
Memanjang 77 - D19
Atas
Melintang 100 - D19
Memanjang 77- D29
Bawah
Melintang 77 - D29
31 F18A
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 144 - D19
Pancang
Spiral 18 - D8
Memanjang D19 @150
Atas
Melintang D19 @150
Memanjang D25 @150
Bawah
Melintang D25 @150
32 F17
Memanjang 8 - D13
Tepi
Melintang 8 - D13
Lurus 136 - D19
Pancang
Spiral 17 - D8
47

Data Material
Pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD, mutu yang digunakan untuk
pengecoran pile cap pada proyek adalah mutu beton ready mix f’c 20 Mpa.
Dan untuk tulangan besi, standar berat jenis yang digunakan adalah berat
Jenis Besi = 7830 kg/m3 yang akan digunakan sebagai faktor konversi satuan panjang
besi menjadi satuan berat

Daftar Analisa Harga Bahan dan Upah


Berikut merupakan Daftar Analisa Harga Satuan yang gunakan dalam analisa
berdasarkan daftar harga upah dan biaya SNI AHSP Pekerjaan Umum 2016.
Tabel 4.10 Daftar Harga Upah dan Biaya
No. Kualifikasi Pekerjaan Satuan Per-Hari (Rp.)
Upah
1 Mandor OH 185,023
2 Kepala Tukang Besi OH 173,978
3 Kepala Tukang Batu OH 182,676
4 Kepala Tukang Beton OH 173,978
5 Tukang Besi OH 158,789
6 Tukang Batu OH 166,729
7 Tukang Beton OH 158,789
8 Pekerja OH 138,077
9 Operator Alat Berat OH 200,000
Bahan
1 Beton Ready Mix f'c 20 Mpa m3 825,000
2 Curing Compound Ltr 333,000
3 Bahan Aditif Ltr 41,000
4 Bata Ringan/Hebel Buah/m2 6,756
5 Pasir Cor/Mundu m2 235,000
6 Besi Tulangan Ulir Kg 13,000
7 Kawat Bendrat Kg 3,000
8 Semen Portland sak 70,000
9 Excavator m3/hari 2,533,000
(sumber: SNI AHSP Pekerjaan Umum 2013)
48

Perhitungan Analisa Harga Pekerjaan Pile Cap


Pekerjaan pondasi diantaranya berupa pekerjaan galian, lantai kerja, bobokan
tiang pancang, forming bekisting, pembesian dan pengecoran. Perhitungan analisa ini
dilakukan dengan Menyusun harga satuan upah dan bahan yang dibutuhkan setiap
jenis pekerjaan yang dilakukan, lalu menghitung jumlah harga untuk satu satuan
pekerjaan, berikut merupakan perhitungan analisa pekerjaan kolom menurut AHSP
Pekerjaan Umum 2016,
Tabel 4.11 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pile Cap
49

Tabel 4.12 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pile Cap

Perhitungan Volume Pekerjaan


a. Volume Pekerjaan Galian
• Data Pekerjaan Galian Pile Cap F5
Panjang galian : 4600 mm
Lebar galian : 4600 mm
Kedalaman galian : 1200 mm
Diameter pancang : 600 mm
Jumlah pancang : 5 buah

• Perhitungan volume pekerjaan Galian+


Volume galian = Panjang × Lebar × tinggi
= 4,6 × 4,6 × 1,2
= 25.39 m3

Volume pancang = 5 × (π × 0,32 × 1,2)


= 0, 17 m3

Volume tanah galian = Volume galian – Volume pancang


= 25,392 – 0,18
= 25,22 m3
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh volume Pekerjaan galian
menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe:
50

Tabel 4.13 Volume Pekerjaan Galian


Total
Volume
No. Tipe Jml pondasi Volume
Galian
Galian
1 F4 6 17.19 104
2 F4A 7 20.83 146
3 F5 9 25.22 227
4 F5B 2 24.39 49
5 F6 22 25.32 558
6 F8 34 34.66 1,179
7 F8A 5 34.66 174
8 F8B 7 34.66 243
9 F10 2 41.60 84
10 F5C 2 20.99 42
11 F5D 1 22.73 23
12 F6A 1 22.59 23
13 F6B 1 25.32 26
14 F6C 1 23.31 24
15 F8D 1 34.66 35
16 F8E 1 27.02 28
17 F8F 1 26.55 27
18 F8G 1 27.02 28
19 F9A 1 29.68 30
20 F10A 1 44.05 45
21 F11A 1 51.73 52
22 F12 1 49.30 50
23 F13 1 64.11 65
24 F14 1 61.55 62
25 F16 1 59.96 60
26 F18 1 75.20 76
27 F17A 1 76.34 77
28 F21 1 90.70 91
29 F81 1 40.90 41
30 F82 1 40.71 41
31 F18A 1 85.81 86
32 F17 1 94.61 95
Total 3,891
51

b. Volume Pekerjaan Lantai Kerja

• Data pekerjaan lantai kerja:


Panjang lantai kerja : 4600 mm
Lebar lantai kerja : 4600 mm
Tebal lantai kerja : 50 mm
Diameter pancang : 600 mm
Jumlah pancang :5
Material lantai kerja : Beton

• Perhitungan volume lantai kerja


Volume daerah pancang = 5 × 3,14 × r2 × t
= 5 × 3,14 × 0,32 × 0,05
= 0,007 m3

Volume lantai = Panjang × lebar × tebal


= 5,6 × 5,2 × 0,05
= 1,06 m3

Volume lantai kerja = V. lantai – V. daerah pancang


= 1.06 – 0,007
= 1,05 m3

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh volume Pekerjaan Lantai


Kerja menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe:
Tabel 4.14 Volume Pekerjaan Lantai Kerja
Total
Volume
No. Tipe Jml pondasi Volume
Galian
Galian
1 F4 6 0.72 5
2 F4A 7 0.87 7
3 F5 9 1.05 10
4 F5B 2 1.02 3
5 F6 22 1.06 24
6 F8 34 1.44 50
7 F8A 5 1.44 8
52

Tabel 4.15 Volume Pekerjaan Lantai Kerja

Total
Volume
No. Tipe Jml pondasi Volume
Galian
Galian
8 F8B 7 1.44 11
9 F10 2 1.73 4
10 F5C 2 0.87 2
11 F5D 1 0.95 1
12 F6A 1 0.94 1
13 F6B 1 1.06 2
14 F6C 1 0.97 1
15 F8D 1 1.44 2
16 F8E 1 1.13 2
17 F8F 1 1.11 2
18 F8G 1 1.13 2
19 F9A 1 1.24 2
20 F10A 1 1.84 2
21 F11A 1 2.16 3
22 F12 1 2.06 3
23 F13 1 2.67 3
24 F14 1 2.57 3
25 F16 1 2.50 3
26 F18 1 3.13 4
27 F17A 1 3.18 4
28 F21 1 3.78 4
29 F81 1 1.70 2
30 F82 1 1.70 2
31 F18A 1 3.58 4
32 F17 1 3.89 4
Total 180

c. Volume Pekerjaan Pembersihan


• Data pekerjaan pembersihan:
Panjang area : 4600 mm
Lebar area : 4600 mm

• Perhitungan area pembersihan:


Luas Area Pembersihan = Panjang × Lebar
= 4,6 × 4,6
= 21,16 m2
53

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh Area pembersihan


menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe:
Tabel 4.16 Volume Pekerjaan Pembersihan
Total
Jml Volume
No. Tipe Volume
pondasi Galian
Galian
1 F4 6 14.44 87
2 F4A 7 17.48 123
3 F5 9 21.16 191
4 F5B 2 20.47 41
5 F6 22 21.28 469
6 F8 34 29.12 991
7 F8A 5 29.12 146
8 F8B 7 29.12 204
9 F10 2 34.96 70
10 F5C 2 17.64 36
11 F5D 1 19.09 20
12 F6A 1 19.00 19
13 F6B 1 21.28 22
14 F6C 1 19.60 20
15 F8D 1 29.12 30
16 F8E 1 22.75 23
17 F8F 1 22.36 23
18 F8G 1 22.75 23
19 F9A 1 25.00 25
20 F10A 1 37.00 37
21 F11A 1 43.43 44
22 F12 1 41.44 42
23 F13 1 53.81 54
24 F14 1 51.70 52
25 F16 1 50.44 51
26 F18 1 63.20 64
27 F17A 1 64.12 65
28 F21 1 76.20 77
29 F81 1 34.32 35
30 F82 1 34.16 35
31 F18A 1 72.04 73
32 F17 1 78.34 79
Total 3,271
54

d. Perhitungan Volume Pekerjaan Bekisting


• Data pekerjaan forming
Panjang bekisting : 4100 mm
Lebar bekisting : 4100 mm
Tinggi bekisting : 1200 mm

• Perhitungan Volume pekerjaan bekisting:


Luas bekisting = tinggi bekisting × 2(Panjang bekisting +
lebar bekisting)
= 1,2 × 2(4,1 + 4,1)
= 19,68 m2
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh volume Pekerjaan
Bekisting menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe:
Tabel 4.17 Volume Pekerjaan Bekisting
Total
Volume
Jumlah Volume
No. Tipe Bekisting
Pile Cap Bekisting
(m2)
(m2)
1 F4 6 15.84 96
2 F4A 7 17.76 125
3 F5 9 19.68 178
4 F5B 2 19.32 39
5 F6 22 20.16 444
6 F8 34 23.52 800
7 F8A 5 23.52 118
8 F8B 7 23.52 165
9 F10 2 28.80 58
10 F5C 2 17.76 36
11 F5D 1 18.60 19
12 F6A 1 18.72 19
13 F6B 1 20.16 21
14 F6C 1 19.44 20
15 F8D 1 23.52 24
16 F8E 1 21.60 22
17 F8F 1 19.67 20
18 F8G 1 21.60 22
19 F9A 1 21.60 22
20 F10A 1 27.36 28
21 F11A 1 25.38 26
55

Tabel 4.18 Volume Pekerjaan Bekisting (Lanjutan)


Total
Volume
Jumlah Volume
No. Tipe Bekisting
Pile Cap Bekisting
(m2)
(m2)
22 F12 1 28.80 29
23 F13 1 31.51 32
24 F14 1 29.71 30
25 F16 1 33.02 34
26 F18 1 35.76 36
27 F17A 1 34.92 35
28 F21 1 37.42 38
29 F81 1 25.92 26
30 F82 1 25.68 26
31 F18A 1 40.25 41
32 F17 1 49.80 50
Total 2,679

e. Perhitungan Volume Pekerjaan Pembesian


• Data pekerjaan Pembesian
Tabel 4.19 Data Detail Tulangan Pile Cap tipe F5
Panjang
Tipe Tulangan Arah Spesifikasi
(m)
Memanjang 21 - D13 6,28
Atas
Melintang 21 - D13 6,28
Memanjang 21 - D25 4,96
Bawah
Melintang 21 - D25 4,96
F5
Memanjang 8 - D13 4,272
Tepi
Melintang 8 - D13 4,272
Lurus 40 - D19 1,93
Pancang
Spiral 5 - D8 12

Gambar 4.2 Penampang Tulangan Atas Pile Cap


56

Gambar 4.3 Penampang Tulangan Bawah Pile Cap

• Perhitungan volume pekerjaan besi:


Berat tulangan atas melintang = 21 × 6,28 × 0,00013 × 7830
= 136,993 kg
Berat tulangan atas memanjang = 21 × 6,28 × 0,00013 × 7830
= 136,993 kg
Total tulangan atas = 136,993 + 136,993
= 273,985 kg

Berat tulangan bawah melintang = 21 × 4,96 × 0,00049 × 7830


= 400,14 kg
Berat tulangan bawah memanjang = 21 × 4,96 × 0,000149 × 7830
= 400,14 kg
Total tulangan bawah = 400,14 + 400,14
= 800,14 kg

Berat tulangan tepi melintang = 8 × 4,272 × 0,00013 × 7830


= 35,5 kg
Berat tulangan tepi memanjang = 8 × 4,272 × 0,00013 × 7830
= 35,5 kg
Total tulangan tepi = 35,5 + 35,5
= 71 kg

Berat tulangan pancang lurus = 40 × 1,93 × 0,00028 × 7830


= 171,299 kg
Berat tulangan pancang spiral = 5 × 12 × 0,000050 × 7830
= 23,60 kg
Total Berat tulangan pancang = 171,299 + 23,60
= 194,899
Total Berat tulangan = 273,985 + 800,14 + 71 + 194,899
= 1.340,17 kg
57

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh volume Pekerjaan


Pembesian menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe
Tabel 4.20 Volume Pekerjaan Pembesian
Berat Total
Jumlah
No. Tipe Tulangan Berat Tulangan
Pile Cap
(kg) (Kg)
1 F4 6 950.53 5704
2 F4A 7 1212.55 8488
3 F5 9 1340.17 12062
4 F5B 2 1343.59 2688
5 F6 22 1622.73 35700
6 F8 34 2132.65 72511
7 F8A 5 2663.33 13317
8 F8B 7 2340.00 16381
9 F10 2 3010.47 6021
10 F5C 2 1298.78 2598
11 F5D 1 1239.16 1240
12 F6A 1 1470.73 1471
13 F6B 1 1448.76 1449
14 F6C 1 2184.93 2185
15 F8D 1 4401.80 4402
16 F8E 1 4046.43 4047
17 F8F 1 2828.18 2829
18 F8G 1 4046.43 4047
19 F9A 1 1694.85 1695
20 F10A 1 5406.48 5407
21 F11A 1 5024.65 5025
22 F12 1 3453.28 3454
23 F13 1 7587.52 7588
24 F14 1 6852.39 6853
25 F16 1 7610.69 7611
26 F18 1 5859.56 5860
27 F17A 1 16907.28 16908
28 F21 1 10043.69 10044
29 F81 1 2704.03 2705
30 F82 1 2679.57 2680
31 F18A 1 13388.10 13389
32 F17 1 8274.35 8275
Total 294,634
58

f. Perhitungan Volume Pekerjaan Pengecoran


• Data pekerjaan pengecoran:
Panjang pile cap : 4100 mm
Lebar pile cap : 4100 mm
Tinggi pile cap : 1200 mm
Diameter pancang : 400 mm
Kedalaman pancang : 850 mm
Jumlah pancang :5

• Perhitungan volume pekerjaan pengecoran:


Volume pengeceron pancang = 5 × 3,14 × r2 × t
= 5 × 3,14 × 0,22 × 0,85
= 0,53 m3

Volume pengecoran = Panjang × lebar × tinggi +


V. pengecoran pancang
= 4,1 × 4,1 × 1,2 + 0,53
= 20,71 m3

Berikut merupakan tabel hasil perhitungan seluruh volume Pekerjaan


Pengecoran menggunakan Ms. Excel untuk semua tipe
Tabel 4.21 Volume Pekerjaan Pengecoran
Volume Total Volume
Jumlah
No. Tipe Pengecoran Pengecoran
Pile Cap
(m3) (m3)
1 F4 6 13.50 81
2 F4A 7 16.66 117
3 F5 9 20.71 187
4 F5B 2 19.97 40
5 F6 22 20.84 459
6 F8 34 29.62 1,008
7 F8A 5 29.62 149
8 F8B 7 29.62 208
9 F10 2 35.52 72
10 F5C 2 16.96 34
11 F5D 1 18.49 19
12 F6A 1 18.46 19
59

Tabel 4.22 Volume Pekerjaan Pengecoran (Lanjutan)


Volume Total Volume
Jumlah
No. Tipe Pengecoran Pengecoran
Pile Cap
(m3) (m3)
13 F6B 1 20.84 21
14 F6C 1 19.00 20
15 F8D 1 29.62 30
16 F8E 1 22.45 23
17 F8F 1 22.58 23
18 F8G 1 22.45 23
19 F9A 1 25.26 26
20 F10A 1 38.33 39
21 F11A 1 44.40 45
22 F12 1 43.51 44
23 F13 1 56.90 57
24 F14 1 53.67 54
25 F16 1 53.36 54
26 F18 1 68.52 69
27 F17A 1 68.98 69
28 F21 1 82.94 83
29 F81 1 35.26 36
30 F82 1 35.13 36
31 F18A 1 77.55 78
32 F17 1 84.15 85
Total 3,308

Perhitungan Kebutuhan Biaya


a. Perhitungan Kebutuhan Biaya Galian
Dari perhitungan diatas didapatkan hasil total volume pekerjaan galian pile
cap pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 3.891 m3. Dengan harga
satuan pekerjaan galian senilai Rp. 151,000/m3. Sehingga biaya galian total adalah
sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Total Galian = Total Galian Pile cap × Harga satuan galian
= 3.891 m3 × 151.000/m3
= Rp. 587.541.000,00-
60

b. Perhitungan Kebutuhan Biaya Lantai Kerja

Dari perhitungan diatas didapatkan hasil total volume pekerjaan lantai kerja
pile cap pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 180 m3. Dengan harga
satuan pekerjaan lantai kerja senilai Rp. 54.000/m3. Sehingga biaya lantai kerja total
adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Total Lantai Kerja = Total Lantai Kerja Pile cap × Harga
satuan
= 180 m3 × 54.000/m3
= Rp. 9.720.000,00-

c. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pembersihan


Dari perhitungan diatas didapatkan hasil total luas area pembersihan pile cap
pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 3.271 m2. Dengan harga satuan
pekerjaan lantai kerja senilai Rp. 29.500/m2. Sehingga biaya lantai kerja total adalah
sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Total pembersihan = Total area pembersihan Pile cap × Harga
satuan
= 3.271 m3 × 29.500/m3
= Rp. 96.494.500,00-

d. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pembobokan pancang


Jumlah tiang pancang pile cap yang akan dipotong atau dibobok pada proyek
Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 310 buah. Dengan harga satuan pekerjaan
lantai kerja senilai Rp. 489.000/buah. Sehingga biaya lantai kerja total adalah sebagai
berikut:
Kebutuhan Biaya Total Lantai Kerja = Jumlah Pancang × Harga satuan
= 310 × 489.000/buah
= Rp. 151.590.000,00-
61

e. Perhitungan Kebutuhan Biaya Bekisting


Dari perhitungan diatas didapatkan hasil volume pekerjaan bekisting pile cap
pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 2.679 m2. Dengan harga satuan
pekerjaan lantai kerja senilai Rp. 224.500/m2. Sehingga biaya bekisting total adalah
sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Total Bekisting = Total Luas Bekisting Pile cap × Harga
satuan
= 2.679m2× 224.500/m2
= Rp. 601.435.500,00-

f. Perhitungan Kebutuhan Biaya Besi


Dari perhitungan diatas didapatkan hasil volume pekerjaan pembesian pile
cap pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 294.634 kg. Dengan harga
satuan pekerjaan lantai kerja senilai Rp. 14.500/Kg. Sehingga biaya berat total besi
adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya Besi = Total Berat Besi Pile cap × Harga satuan
= 294.634 kg × 14.500/Kg
= Rp. 4.272.193.000,00-

g. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pengecoran


Dari perhitungan diatas didapatkan hasil total volume pekerjaan pengecoran
pile cap pada proyek Gedung Parkir Mall AEON BSD adalah 3.308 m3. Dengan
harga satuan pekerjaan pengecoran senilai Rp. 1.465.000/m3. Sehingga biaya total
pengecoran adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Biaya pengecoran = Total cor Pile cap × Harga satuan
= 3.308 m3× 1.465.000/Kg
= Rp. 4.846.220.000,00-
62

Hasil Analisa
Dari analisa kebutuhan biaya pekerjaan pile cap berdasarkan harga upah dan
biaya SNI AHSP Pekerjaan Umum 2016 dengan metode analisa harga satuan
pekerjaan. Berikut ini hasil analisa volume pekerjaan dan analisa biaya pekerjaan pile
cap:
Tabel 4.23 Hasil Analisa Volume dan Biaya Pekerjaan Pile Cap
Volume Harga Satuan Biaya
No. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan pekerjaan
1 Galian 3,891 m3 Rp. 151,000/m3 Rp. 587.541.000
2 Lantai Kerja 172 m3 Rp. 54.000/m3 Rp. 9.720.000
3 Pembersihan 3.271 m2 Rp. 29.500/m2 Rp. 96.494.500
4 Pembobokan 310 buah Rp. 489.000/buah Rp. 151.590.000
5 Bekisting 2.679 m2 Rp. 224.500/m2 Rp. 601.435.500
6 Pembesian 294.634 kg Rp. 14.500/Kg Rp. 4.272.193.000
7 Pengecoran 3.308 m3 Rp. 1.465.000/m3 Rp. 4.846.220.000
Total Biaya Pekerjaan Pile Cap Rp. 10.565.649.000

4.2 Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT


Data Tiang Pancang
Dalam Analisa diambil dua buah sampel tiang pancang dengan kedalaman
yang berbeda – beda. Kedua bahan uji ini juga merupakan bahan uji dalam PDA
Test. Dengan begitu hasil Analisa daya dukung pondasi ini dapat dibandingkan
dengan hasil daya dukung dari PDA Test. Berikut ini adalah data tiang pancang yang
mencangkup kedalam tiang tertanam dan diameter tiang:
Tabel 4.24 Data Tiang Pancang
Kedalaman
No. Diameter (m)
(m)
1 10.7 0.6
2 9 0.6
63

Data Hasil Uji SPT


Berikut ini adalah hasil investigasi tanah menggunakan uji SPT yang
dipaksakan pada proyek Gedung parkir AMSL:

Gambar 4.4 Data Hasil Uji SPT Pada Proyek Gedung Parkir AMSL
(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
64

Dari grafik diatas didapatkan penyebaran nilai N-value sebagai berikut:

Tabel 4.25 Data N-Value berdasarkan Hasil Uji SPT


Kedalaman Kedalaman Kedalaman
No. N- value No. N- value No. N- value
(m) (m) (m)
1 0.4 6 21 14.5 10 41 25 50
2 2.1 3 22 15 13 42 25.5 60
3 2.4 7 23 16 11 43 26 43
4 3.8 3 24 16.5 9 44 26.5 15
5 4 6 25 17 15 45 27 41
6 5 6 26 17.5 13 46 27.5 30
7 5.5 5 27 18 17 47 28 22
8 6 4 28 18.5 13 48 28.5 52
9 6.5 3 29 19 26 49 29 12
10 7 3 30 19.5 12 50 29.5 41
11 8 8 31 20 26 51 30 15
12 8.5 6 32 20.5 18 52 30.5 37
13 9.5 9 33 21 60 53 31 28
14 10 13 34 21.5 32 54 31.5 43
15 10.5 10 35 22 45 55 32 49
16 11 20 36 22.5 24 56 32.5 47
17 11.5 31 37 23 44 57 33 34
18 12 21 38 23.5 43 58 33.5 54
19 12.5 30 39 24 48 59 34 47
20 13 17 40 24.5 47 60 34.5 60

̅ 60
Perhitungan nilai N60 dan 𝑵
Berdasarkan data kedalaman tiang pancang dan N-value hasil uji spt maka
̅ 60 dapat ditentukan untuk setiap pancang. Berikut ini cara perhitungan
nilai N60 dan 𝑵
̅ 60:
N60 dan 𝑵
Dalam perhitungan N60 diambil nilai rata – rata dari n-value pada kedalaman
10D diatas dan 5D dibawah ujung tiang.
𝑁0 + 𝑁𝑖
a. N60 (1) = 𝑛
6 + 6+5+4+3+ 3+8+6+9+13+10+20+31+21+30+17
= 16

= 12
𝑁0 + 𝑁𝑖
b. N60 (2) = 𝑛
3+ 6 + 6+5+4+3+ 3+8+6+9+13+10+20+31+21
= 15

= 9,9 ≈ 10
65

̅ 60 diambil nilai rata – rata dari n-value pada sepanjang


Dalam perhitungan 𝑵
kedalaman tiang.

c. ̅ 60 (1) = 𝑁0 + 𝑁𝑖
𝑵 𝑛
6 + 3 + 7 + 3 + 6 + 6 + 5 + 4 + 3 + 3 + 8 + 6 + 9 + 13 + 10
= 15

= 6.13 ≈ 7

d. ̅ 60 (2) = 𝑁0 + 𝑁𝑖
𝑵 𝑛
6+3+7+3+6+6+5+4+3+3+8+6
= 12

=5

Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Mayerhof


̅ 60, kemudian dapat dilanjutkan dengan
Setelah mendapatkan nilai N60 dan 𝑵
menghitung daya dukung ujung dan selimut tiang pancang. Berikut ini tahapan
perhitungan menggunakan metode mayerhof:
a. Perhitungan Daya Dukung tiang uji no. 1:
• Perhitungan daya dukung ujung pada tiang
Ap = 3,14 × 0,25 × D2
= 3,14 × 0,25 × 0,62
= 0.28 m2

𝐿
Qp = Ap × 0.4 × pa × N60(1) × 𝐷
10.7
= 0.28 × 0.4 × 100 × 12 × 0.6

= 2.397 kN
= 239,7 ton

Qp (max) = Ap × 4 × pa × N60(1)
= 0.28 × 4 × 100 × 12
= 1344 kN
= 134,4 ton
66

𝐿
Karena persyaratan nilai Qp = Ap × 0.4 × pa × N60 × ≤ Ap × 4 × pa × N60
𝐷

tidak terpenuhi maka nilai daya dukung ujung tiang yang digunakan adalah 134,4
ton.

• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang


Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m

fsv ̅ 60(1)
= 0,02 × pa × 𝑁
= 0,02 × 100 × 7
= 14 kN/m2

Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 10,7 × 14
= 284,62 kN
= 28,5 ton

• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 134,4 + 28,5
= 162,9 ton

𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
162,9
= 2,4

= 67,875 ton
67

b. Perhitungan Daya Dukung tiang uji no. 2:


• Perhitungan daya dukung ujung pada tiang
Ap = 3,14 × 0,25 × D2
= 3,14 × 0,25 × 0,62
= 0.28 m2

𝐿
Qp = Ap × 0.4 × pa × N60(2) × 𝐷
9
= 0.28 × 0.4 × 100 × 10 × 0.6

= 1.680 kN
= 168 ton

Qp (max) = Ap × 4 × pa × N60(1)
= 0.28 × 4 × 100 × 10
= 1.120kN
= 112 ton

𝐿
Karena persyaratan nilai Qp = 0.4 × pa × N60 × ≤ 4 × pa × N60 tidak
𝐷

terpenuhi maka nilai daya dukung ujung tiang yang digunakan adalah 112 ton.

• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang


Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m

fsv ̅ 60(1)
= 0,02 × pa × 𝑁
= 0,02 × 100 × 5
= 10 kN/m2

Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 9 × 10
= 171 kN
= 17,1 ton
68

• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 112 + 17,1
= 129,1 ton

𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
129,1
= 2,4

= 53,79 ton

Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan metode Briaud


Berikut ini tahapan perhitungan menggunakan metode Briaud:
a. Perhitungan Daya Dukung tiang uji no. 1:
• Perhitungan daya dukung ujung pada tiang
Ap = 3,14 × 0,25 × D2
= 3,14 × 0,25 × 0,62
= 0,28 m2

Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36
= 0,28 × 19,7 × 100 × 120,36
= 1.349,4 kN
= 135 ton
• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang
Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m

fsv ̅ 60(1)0,29
= 0,224 × pa × 𝑁
= 0,224 × 100 × 70,29
= 39,38 kN/m2
69

Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 10,7 × 39,38
= 800 kN
= 80 ton
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 135 + 80
= 215 ton

𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
215
= 2,4

= 89,58 ton
b. Perhitungan Daya Dukung tiang uji no. 2:
• Perhitungan daya dukung ujung pada tiang
Ap = 3,14 × 0,25 × D2
= 3,14 × 0,25 × 0,62
= 0,28 m2

Qp = Ap × 19.7 × pa × (N60)0.36
= 0,28 × 19,7 × 100 × 100,36
= 1.264 kN
= 126,4 ton
• Perhitungan daya dukung selimut pada tiang
Σp = 3,14 × D
= 3,14 × 0,6
= 1,9 m

fsv ̅ 60(1)0,29
= 0,224 × pa × 𝑁
= 0,224 × 100 × 50,29
= 35,72 kN/m2
70

Qs = Σp × ΔL × fsv
= 1,9 × 9 × 35,72
= 611 kN
= 61,1 ton
• Perhitungan daya dukung ultimit dan ijin pada tiang dengan 2,4 sebagai nilai
factor keamanan
Qult = Qp + Qs
= 126,4 + 61,1
= 187,5 ton

𝑄𝑢𝑙𝑡
Qall = 𝐹𝑘
187,5
= 2,4

= 78,125 ton

Hasil Analisa
Berikut ini adalah rangkuman hasil perhitungan daya dukung tiang pancang
berdasarkan hasil data pengujian SPT dengan menggunakan metode mayerhof (1976)
dan Briaud:

Tabel 4.26 Hasil analisa metode mayerhof (1976)


Kedalaman Dia. ̅ 60 Qp Qs Qult Qall
No. N60 𝑵
(m) (m) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 10.7 0.6 12 7 134,4 28,5 162,9 67,875
2 9 0.6 10 5 112 17,1 129,1 53,79

Tabel 4.27 Hasil analisa metode Briaud (1985)


Kedalaman Dia. ̅ 60 Qp Qs Qult Qall
No. N60 𝑵
(m) (m) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 10.7 0.6 12 7 135 80 215 89,58
2 9 0.6 10 5 126,4 61,1 187,5 78,125
71

Dari kedua hasil analisa daya dukung tanah dengan metode Mayerhof (1978)
dan Briaud (1985) dibandingkan dengan daya dukung tanah yang didapat dari hasil
uji PDA, sebagai berikut:
Tabel 4.28 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 1
Keterangan Metode Mayerhof Metode Briaud PDA Test
Qp (ton) 134,4 135 45,8
Qs (ton) 28,5 80 159,7
Qult (ton) 162,9 215 205,5
Qall (ton) 67,875 89,58 85,63

Tabel 4.29 Perbandingan Hasil Anlisis Daya Dukung Tiang Pancang no. 2
Keterangan Metode Mayerhof Metode Nriaud PDA Test
Qp (ton) 112 126,4 37,9
Qs (ton) 17,1 61,1 152,1
Qult (ton) 129,1 187,5 190
Qall (ton) 53,79 78,125 79,17
72

4.3 Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A


Desain Layout Tampak Gedung Parkir AMSL
Berikut ini Design Layout Struktur Balok pada Proyek Gedung Prkir AMSL:

Gambar 4.5 Penampang Balok Tampak Atas


(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Gambar 4.6 Penampang Balok Center Line P32 – P34


(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
73

Gambar 4.7 Penampang Balok Center Line P26 – P28


(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)

Gambar 4.8 Panampang Balok Center Line PZA – PZH


(Sumber: proyek Gedung parkir AMSL)
74

Data Material
Berikut ini adalah data material yang diperlukan dalam Analisa penulangan
balok tipe B70A di setiap lantai menggunakan program ETABS:
Tabel 4.30 Data Material dan Spesifikasi Tulangan Balok
Mutu Beton
Balok dan Pelat Lantai F’c = 30 Mpa
Mutu Besi
BJTD 40, Fy = 400 Mpa
BJTP 20, Fy = 240 Mpa
Tipe Balok B70A 1B70A 2B70A 3B70A
Tinggi 700
Dimensi Lebar 400
Panjang 7300 ~ 8100
Tekan 5 - D25 5 - D25 4 - D25 3 - D25
Tepi
Tulangan Tarik 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Utama Tekan 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Lapangan
Tarik 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Tulangan Tepi D13 @ 150
Geser Lapangan D13 @ 250
Tebal Selimut 50

Analisa Beban
a. Beban Hidup dan Beban Mati
Beban hidup pada bangunan Gedung parkir berdasarkan SNI 1727 - 2013:

Beban Hidup pada lantai dasar = 8 kN/m2


Beban Hidup pada lantai lanjutan = 4 kN/m2

Beban mati tambahan pada pelat lantai sesuai dengan SNI 1727 - 2013:

Mechanical/Electrical = 15 kg/m2
Plumbing = 10 kg/m2
Total Beban Mati Tambahan = 25 kg/m2
75

Beban mati tambahan pada balok sesuai dengan SNI 1727 - 2013:

Parapet setinggi 1 meter = 360 kg/m-lari

b. Beban Gempa
Pada Analisa struktur untuk menahan beban gempa berdasarkan standar
perencanaan SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Beban gempa yang dianalisis
dilakukan dengan metode analisa spektrum melalui website www.puskim.pu.go.id,
sehingga didapatkan nilai variabel gempa. Berikut ini data perencanaan beban gempa
dan analisa spektrum gempa pada Proyek Gedung Parkir AMSL:

• Data Perencanaan Beban Gempa:


Jumlah lantai = 6 lantai
Lokasi = Jl. BSD Raya Utama Kec. Padegangan Kab.
Tangerang Prov. Banten, Indonesia
Kondisi tanah = Tanah sedang
Kategori seismik =D
Faktor keutamaan gempa =1
Faktor Reduksi Gempa =8

• Zona Wilayah Gempa


Berikut ini hasil Analisa spektrum gempa yang didapat melali website
www.puskim.pu.go.id pada proyek Gedung Parkir AMSL yang
beralamat di Jl. BSD Raya Utama Kec. Padegangan Kab. Tangerang
Prov. Banten, Indonesia:
76

Gambar 4.9 Hasil Analisa Spektrum Gempa


(Sumber: www.puskim.pu.go.id, 2020)

Dengan Nilai Parameter tanah sedang (D) sebagai berikut:


Tabel 4.31 Nilai Parameter Tanah
Variabel Nilai
PGA (g) 0.390
SS (g) 0.758
S1 (g) 0.325
CRS 1.006
CR1 0.937
FPGA 1.110
FA 1.197
FV 1.749
PSA (g) 0.433
SMS (g) 0.907
SM1 (g) 0.569
SDS (g) 0.605
SD1 (g) 0.380
T0 (detik) 0.125
TS (detik) 0.627
77

Dan Koordinat Respon spektrum gempa sebagai berikut:


Tabel 4.32 Koordinat Respon Spektrum
T (detik) SA (g)
0 0.242
T0 0.605
TS 0.605
TS+0 0.522
TS+0.1 0.459
TS+0.2 0.409
TS+0.3 0.369
TS+0.4 0.337
TS+0.5 0.309
TS+0.6 0.286
TS+0.7 0.266
TS+0.8 0.249
TS+0.9 0.233
TS+1 0.220
TS+1.1 0.208
TS+1.2 0.197
TS+1.3 0.187
TS+1.4 0.178
TS+1.5 0.170
TS+1.6 0.163
TS+1.7 0.156
TS+1.8 0.150
TS+1.9 0.144
TS+2 0.139
TS+2.1 0.134
TS+2.2 0.130
TS+2.3 0.125
TS+2.4 0.121
TS+2.5 0.118
TS+2.6 0.114
TS+2.7 0.111
TS+2.8 0.108
TS+2.9 0.105
TS+3 0.102
TS+3.1 0.099
TS+3.2 0.097
4 0.095
78

c. Kombinasi Beban
Kombinasi yang digunakan pada analisa struktur balok berdasarkan SNI-
1727-2013 pasal 2.3.2 dengan pembebanan yang ada adalah sebagai berikut:
• Kombinasi 1 = 1,4 D
• Kombinasi 2 = 1,2 D + 1,6 L
• Kombinasi 3 = 0,9 D + 1,0 E
• Kombinasi 4 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
• Kombinasi 5 = 1,2 D + 1,0 L ± 1,3 W
• Kombinasi 6 = 0,9 D + 1,3 W

Pemodelan struktur
Spesifikasi Desain
Spesifikasi desain yang digunakan berdasarkan standar SNI berikut:
• SNI 2847-2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung;
• SNI 1727-2013 Beban minimum perancangan bangunan dan struktur lain;
• SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan
struktur gedung dan non gedung.
Untuk membuat pemodelan baru pada ETABS 2017 dapat dilakukan dengan
tahapan berikut ini, klik File > New Model > Use Built-in Settings, gunakan satuan
internasional dan spesifikasi sesuai dengan acuan standar di atas.

Gambar 4.10 Penentuan Standar Pada Program ETABS


79

a. Geometri Bangunan
Dalam pemodelan Geometri bangunan pada program ETABS. Terlebih
dahulu membuat desian bentuk struktur sesuai dengan shop drawing pada program
AutoCad.

Gambar 4.11 Design Struktur pada program AutoCad

Setelah membuat model struktur Gedung, kemudian impor file gambar


AutoCad ke ETABS.

Gambar 4.12 Design Struktu pada program ETABS


80

b. Menentukan Material
Tentukan jenis material beton dan besi yang digunakan pada permodelan,
dengan tahapan berikut define > Material Properties >Add New Material> pada
region klik user dan pilih material. Berikut ini proses input data material pada
program ETABS:

Gambar 4.13 Penetuan Material pada program ETABS

c. Menentukan Penampang
Tentukan jenis penampang yang digunakan pada program ETABS dengan
tahapan berikut, Define > Section Properties > Frame Sections > Add New
Property > pilih bentuk dan tipe material yang akan digunakan. Untuk menentukan
tipe kolom atau balok klik Modify/Show Rebars pada bagian kanan bawah. Berikut
ini proses input data penampang balok tipe B70A pada Program ETABS:
81

Gambar 4.14 Input Data Penampang pada Program ETABS

d. Pembebanan Beban Mati dan Hidup pada Struktur


Untuk memberikan beban hidup atau mati yang merupakan beban merata
pada lantai dapat dilakukan dengan tahapan berikut, pilih struktur pelat yang akan
diberikan beban kemudian klik Assign > Shell Loads > Uniform, masukan arah, tipe,
dan nilai beban yang akan digunakan. Untuk beban mati merata dinding pada
struktur balok dapat dilakukan dengan tahapan berikut, klik Assign > Frame Load >
Distributed Load. Berikut ini pemberian beban hidup pada lantai 4 bangunan
struktur:

Gambar 4.15 Input Data Pembebanan pada Program ETABS


82

e. Respon Spektrum Gempa


Beban gempa memakai beban respon gempa spektrum berdasarkan zona dan
wilayah proyek tersebut berada. Data diambil berdasarkan peta gempa yang berada
pada situs http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011. Berikut
hasil input data spektrum gempa pada program ETABS:

Gambar 4.16 Input Data Spektrum Gempa pada Program ETABS


83

f. Kombinasi Pembebanan
Penentuan kombinasi pembebanan pada ETABS dapat dilakukan dengan
tahapan berikut, klik Define > Load Combination > Add New Combo, dan masukkan
skala faktor serta beban yang akan di definisi. Kombinasi yang digunakan
berdasarkan SNI-1727-2013 pasal 2.3.2 dengan pembebanan yang ada adalah
sebagai berikut:
• U = 1,4 DL;
• U = 1,2 DL + 1,6 LL;
• U = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E

Gambar 4.17 Input Kombinasi Beban pada Program ETABS


84

Hasil Pemodelan ETABS


Hasil dari pemodelan dengan mengginakan program ETABS adalah luasan
tulangan memanjang ataupun geser yang diperlukan. Nilai luasan penulangan ini
digunakan sebagai acuan dalam menghitung jumlah tulangan yang diperlukan dalam
sebuah struktur balok. Hasil pemodelan yang diambil merupakan hasil pemodelan
balok B70A pada center line PR/P29 – P30. Berikut ini hasil Analisa kebutuhan
tulangan pada balok B70A:

Gambar 4.18 Design Layout Balok

Gambar 4.19 Balok B70A pada CL. PR/P29 – P30


85

1. Balok B70A

Gambar 4.20 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.21 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok B70A Geser Balok B70A

2. Balok 1B70A

Gambar 4.22 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.23 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 1B70A Geser Balok 1B70A
86

3. Balok 2B70A

Gambar 4.24 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.25 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 2B70A Geser Balok 2B70A

4. Balok 1B70A

Gambar 4.26 Hasil Analisa Tulangan Gambar 4.27 Hasil Analisa Tulangan
Utama Balok 3B70A Geser Balok 3B70A
87

Perhitungan Kebutuhan Tulangan


a. Perhitungan Kabutuhan Tulangan Utama
• Balok B70A
Menghitung luas tulangan besi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
1329
n = ;
490,625
n = 2,7 buah ≈ 3 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
1039
n = ;
490,625
n = 2,12 buah ≈ 3 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
437
n = ;
490,625
n = 0,89 buah ≈ 1 buah tulangan;
88

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
1468
n = ;
490,625
n = 2,99 buah ≈ 3 buah tulangan;

• Balok 1B70A
Menghitung luas tulangan besi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
1101
n = ;
490,625
n = 2,24 buah ≈ 3 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
560
n = ;
490,625
n = 1,14 buah ≈ 2 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
280
n = ;
490,625
n = 0,57 buah ≈ 1 buah tulangan;
89

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
1101
n = ;
490,625
n = 2,24 buah ≈ 3 buah tulangan;

• Balok 2B70A
Menghitung luas tulangan besi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
1101
n = ;
490,625
n = 2,24 buah ≈ 3 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
575
n = ;
490,625
n = 1,17 buah ≈ 2 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
311
n = ;
490,625
n = 0,63 buah ≈ 1 buah tulangan;
90

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
1101
n = ;
490,625
n = 2,24 buah ≈ 3 buah tulangan;

• Balok 2B70A
Menghitung luas tulangan bedi D25:
1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 252
4
= 490,625 mm2;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
1537
n = ;
490,625
n = 3,13 buah ≈ 4 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Tepi:


Aperlu
n = ;
AD29
947
n = ;
490,625
n = 1,93 buah ≈ 2 buah tulangan;

Menghitung jumlah tulangan tarik (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
427
n = ;
490,625
n = 0,87 buah ≈ 1 buah tulangan;
91

Menghitung jumlah tulangan tekan (n) bagian Lapangan:


Aperlu
n = ;
AD29
1325
n = ;
490,625
n = 2,7 buah ≈ 3 buah tulangan;

b. Perhitungan Tulangan Geser


Karena hasil pemodelan program ETABS untuk tulangan geser memiliki nilai
yang tidak sesuai maka perhitungan tulangan geser dilakukan secara manual. Berikut
ini perhitungan jarak tulangan sengkang balok dengan menggunakan besi D13:
Gaya geser maksimum didapat berdasarkan 4 kombinasi pembebanan yang
digunakan adalah 288.419,1 N.

Gambar 4.28 Nilai Vu pada Balok B70A

Vu = 288.419,1 N

1
Vc = × √F'c × b × d’
6
1
= × √30 × 450 × 650
6
= 267.014,75 N

Vs = Vu - ɸs × Vc
= 288.419 – 0,75 × 267.014,75
= 88.158,04 N
92

2
Vs max = × √F'c × b × d’
3
2
= × √30 × 450 × 650
3
= 1.068.058,99 N
Dari hasil perhitungan Vs dan Vs max dapat disimpulkan bahwa nilai Vs
lebih kecil dari Vs max, maka rasio tulangan geser dapat dihitung.

Av Vs
=
S1 ɸs × fy × d
88.158,04
=
0,75 × 240 × 650
= 0,307

Av 1 bw
= ×
Smin 3 fy
1 450
= ×
3 240
= 0,625

Av Av Av
= max ( , )
S S1 Smin

= 0,625

1
AD25 = × π × D2
4
1
= × π × 132
4
= 132,665 mm2;

Av
S = Av
⁄s
132,665
=
0,625

= 212,264 mm
93

Syarat jarak maksimum tulangan geser:


d 700
• = = 350 mm
2 2

• 8db = 8 × 25 = 200 mm
• 24dbs = 24 × 13 = 312 mm
Smax = 350 mm

Maka Sperlu yang digunakan pada tulangan geser ini adalah sebagai berikut:
S perlu = min (S, Smax)
= 212,264 ≈ 250 mm

Jadi, tulangan geser yang diperlukan adalah D13 @250.

Hasil Analisa
Berikut ini hasil yang didapat dari Analisa struktur balok tipe B70A
menggunakan program ETABS:

Tabel 4.33 Hasil Analisa tulangan dengan Program ETABS


Tipe Balok B70A 1B70A 2B70A 3B70A
Tekan 3 - D25 3 - D25 3 - D25 4 - D25
Tepi
Tulangan Tarik 3 - D25 2 - D25 2 - D25 2 - D25
Utama Tekan 1 - D25 1 - D25 1 - D25 1 - D25
Lapangan
Tarik 3 - D25 3 - D25 3 - D25 3 - D25
Tulangan Tepi
D13 @ 250
Geser Lapangan
94
BAB 5
KESIMPULAN

1. Analisa Biaya Pekerjaan Pile Cap


setelah dilakukan perhitungan dari analisa biaya pengerjaan pondasi mulai
dari galian, lantai kerja, pembobokan tiang pancang, pembersihan, pemasangan
bekisting, pembesian dan pengecoran pada semua tipe pile cap yang dipakai pada
proyek Gedung parkir AMSL didapatkan jumlah biaya sebesar Rp 10.565.649.000.
Dengan rincian dari pekerjaan sebagai berikut:
a. Kebutuhan biaya galian Rp. 587.541.000 untuk 3.891 m3 volume galian.
b. Kebutuhan biaya lantai kerja Rp. 9.288.000 untuk 172 m3 volume lantai kerja.
c. Kebutuhan biaya pembobokan tiang pancang Rp. 151.590.000 untuk 310
buah tiang pancang.
d. Kebutuhan biaya pembersihan Rp. 96.494.500 untuk 3.271 m2 luas
pembersihan.
e. Kebutuhan biaya bekisting Rp. 601.435.000 untuk 2.679 m2 luas bekisting.
f. Kebutuhan biaya pembesian Rp. 4.272.193.000 untuk 294.634 kg kebutuhan
besi.
g. Kebutuhan biaya penngecoran beton dengan f’c 20 mpa Rp. 4.846.220.000
untuk 3.308 m3 volume beton.

2. Analisa Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Uji SPT


Dari hasil Analisa Daya Dukung Tiang pancang dengan metode Mayerhof
(1976) dan Briaud (1985) kemudian dibandingkan dengan daya dukung tiang dari uji
PDA pada tiang pancang No. 411 dan No. 585. Berikut merupakan hasil Analisa
tersebut:
a. Tiang Pancang No. 411
• Metode Mayerhof (1976)
− Qp = 134,4 ton
− Qs = 28,5 ton
− Qult = 162,9 ton
− Qall = 67,875 ton
96

• Metode Briaud (1985)


− Qp = 135 ton
− Qs = 80 ton
− Qult = 215 ton
− Qall = 89,58 ton

• Hasil Uji PDA


− Qp = 45,8 ton
− Qs = 159,7 ton
− Qult = 205,5 ton
− Qall = 85,63 ton

b. Tiang Pancang No. 585


• Metode Mayerhof 1978
− Qp = 112 ton
− Qs = 17,1 ton
− Qult = 129,1 ton
− Qall = 53,79 ton

• Metode Briaud 1985


− Qp = 126,4 ton
− Qs = 61,1 ton
− Qult = 187,5 ton
− Qall = 78,125 ton

• Hasil Uji PDA


− Qp = 37,9 ton
− Qs = 152,1 ton
− Qult = 190 ton
− Qall = 79,17 ton
97

Dari hasil Analisa diatas dapat disimpulkan bahwa hasil Analisa gaya dukung
tiang pancang dengan metode Mayerhof (1976) dan Briaud (1985) memiliki nilai
yang cukup berbeda. Dari kedua hasil tersebut nilai daya dukung dari metode Briaud
(1985) lebih mendekati dengan nilai daya dukung tiang dari hasil uji PDA.

3. Analisa Kebutuhan Tulangan Pada Balok Tipe B70A


Berikut ini perbandingan antara spesifikasi tulangan actual dengan hasil
desain menggunakan program ETABS:
a. Perbandingan Balok tipe B70A
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian tepi;
• Hasil Analisa tulangan tarik bagian tepi sesuai dengan jumlah
tulangan aktual;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian lapangan;
• Hasil Analisa tulangan tarik bagian lapangan sesuai dengan jumlah
tulangan aktual;
b. Perbandingan Balok tipe 1B70A
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 1 tulangan pada tulangan tarik
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian lapangan;
• Hasil Analisa tulangan tekan bagian lapangan sesuai dengan jumlah
tulangan aktual;
c. Perbandingan Balok tipe 2B70A
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 1 tulangan pada tulangan tekan
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 1 tulangan pada tulangan tarik
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian lapangan;
98

• Hasil Analisa tulangan tarik bagian tepi sesuai dengan jumlah


tulangan lapangan;
d. Perbandingan Balok tipe 3B70A
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 1 tulangan pada tulangan tekan
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 1 tulangan pada tulangan tarik
bagian tepi;
• Perbedaan selisih tulangan sejumlah 2 tulangan pada tulangan tekan
bagian lapangan;
• Hasil Analisa tulangan tarik bagian tepi sesuai dengan jumlah
tulangan lapangan;
e. Hasil analisa tulangan geser untuk balok tipe B70A, 1B70A, 2B70A dan
3B70A adalah D13 - 250.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, Hary Christady, 1992, MEKANIKA TANAH 1, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, MEKANIKA TANAH 2, EDISI KEEMPAT,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2011, ANALISA DAN PERANCANGAN FONDASI
I, EDISI KEDUA, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2011, ANALISA DAN PERANCANGAN FONDASI
II, EDISI KEDUA, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dharmayasa, I. G. (2014). ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL
PADA TANAH LUNAK DI DAERAH DENGAN MUKA AIR TANAH
DANGKAL (STUDI KASUS PADA DAERAH SUWUNG KAUH).
PADURAKSA, Volume 3 Nomer 2, 23.
Sihotang, I. E. (2009). ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG
PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANWIL DJP DAN KPP
SUMBAGUT I JALAN SUKA MULIA MEDAN. MEDAN: JURUSAN TENIK
SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Batu, A. L. (2018). Hubungan Sumber Daya Manusia (SDM) Dengan Menejemen
mutu. 9.
Gumilang, M. I. (2016). Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Dengan
Memperhitungkan Pengaruh Likuifaksi Pada Pembangunan Hotel Di
Lombok. Jurnal Teknik ITS Vol. 5 No.2.
Manajemen Konstruksi - Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup, Tugas & Contohnya.
(2020, Juni 09). Retrieved from DosenPendidikan.com:
https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-konstruksi/
Mina, E., Kusuma, I. R., & Setiawan , D. (2013). Kajian Analisa Pondasi Tiang
Pancang Untuk Mesin Mixing Drum Menggunakan Program Plaxis (Area
Sinter Plant Krakatau Posco). Jurnal Fondasi Vol 2 No. 2.
Sunarya, C. (2014). Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Material Beton Bertulang
Dengan Anmalisa Harga Satuan Modern . Jurnal UPI .

xv
Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum . (2013).
Kementrian Pekerjaan Umum.
Astutik , Y. S. (n.d.). Analsia Struktur Balok Dengan Metode Momen (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Grand Mall Batam). Jurnal UJMC Volume 4 No. 2 , 53
- 56.
Ilham, M. N. (2011). Anlisa Strtuktur Gedung Dengan Software ETABS V9.2.0.
Karmidi , & Bowono , H. K. (2017). Studi Analisa Balok Dan Kolom Langsing
Akibat Perubahan Pelaksanaan Pada Pembangunan Terminal Keberangkatan
Di Daerah Depok. Jurnal Konstruksi Volume 8 No. 2 , 37 - 44.
Saprudin , A., & Chayati, N. (2013). Perbandingan Perancangan Jumlah Dan Luasan
Tulangan Balok Dengan Cara Aci Dan Menggunakan Program STAAD2004.
Jurnal Rekaya Sipil Vol. 2 No. 1 .
Sunarya, C. (2014). Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Material Beton Bertulang
Dengan Anmalisa Harga Satuan Modern . Jurnal UPI .
Tutorial ETABS. (2014, Januari 21). Retrieved from ilmutekniksipil.com:
https://www.ilmutekniksipil.com/software-teknik-sipil-2/tutorial-etabs
Hermanto, J. (2017). DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG
BERDASARKAN ACI 318-2002 DAN SNI 03-2847-2002 DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS. SAINS Vol. XIII No. 7, 17.

xvi

Anda mungkin juga menyukai