DI
PT. SENANG KHARISMA II (SRITEX GROUP)
14 Januari 2019 – 3 Maret 2019
Disusun Oleh :
DICKY HAARITS ZAIRUL
15/385106/TK/43768
ii
LEMBAR SURAT BALASAN PERUSAHAAN
iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK
iv
LEMBAR PENGESAHAAN DARI PERUSAHAAN
v
LEMBAR PENILAIAN PERUSAHAAN
vi
LEMBAR PENILAIAN DOSEN AKADEMIK
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik di PT.
Senang Kharisma II (Departemen Weaving Spun 5 PT. Sri Rejeki Isman, Tbk.
Group) dengan judul “Analisis Hubungan Jumlah Putus Benang Pakan & Putus
Benang Lusi Pada Mesin Air Jet Loom Terhadap Capaian Produksi Kain Greige di
PY. Senang Kharisma II (Weaving Spun 5 PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. Group)” ini
walaupun masih terdapat banyak kekurangan didalamnya.
Laporan kerja praktik ini disusun dengan tujuan sebagai kelengkapan
persyaratan kelulusan sarjana Strata Satu (S-1) program studi Teknik Industri,
Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakutas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung dan membantu selama proses Kerja Praktik di PT. Semen
Padang ini hingga laporan kerja praktik ini dapat selesai. Penulis berharap laporan
kerja praktik ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca serta memberikan
ilmu terkait pemodelan dan simulasi sistem.
Disamping itu penulis sadar bahwa pada laporan kerja praktik ini masih
terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang.
Demikian beberapa hal yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan kerja
praktik ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTIK ii
LEMBAR SURAT BALASAN PERUSAHAAN iii
LEMBAR SURAT PERINTAH KERJA PRAKTIK iv
LEMBAR PENGESAHAN DARI PERUSAHAAN v
LEMBAR PENILAIAN PERUSAHAAN vi
LEMBAR PENILAIAN DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK vii
LEMBAR PENGESAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Kerja Praktik 2
1.5 Manfaat Kerja Praktik 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 4
2.1 Sejarah Perusahaan 4
2.2 Visi dan Nilai Dasar Perusahaan 5
2.3 Struktur Organisasi 6
BAB III SISTEM PRODUKSI PERUSAHAAN 9
3.1 Proses Produksi 9
3.2 Layout Produksi Weaving 23
BAB IV METODE KERJA 25
4.1 Waktu dan Lokasi Kerja Praktik 25
x
4.2 Alat Kerja Praktik 25
4.3 Data yang Dibutuhkan 25
4.4 Tahapan Kerja Praktik 26
BAB V PEMBAHASAN 27
5.1 Data untuk Analisis Kerja Praktik 27
5.2 Uji Normalitas Data 28
5.3 Korelasi 30
5.4 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi (t-test & F-Test) 32
5.5 Regresi Linear 34
BAB VI PENUTUP 38
6.1 Kesimpulan 38
6.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
2.2.2 Trilogi
Trilogi yang dimiliki oleh PT. Sri Rejeki Isman, Tbk diantaranya:
1. Perusahaan adalah sawah ladang kita bersama.
2. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari
hari ini.
3. Kita terikat sebagai keluarga besar Sritex yang mengutamakan persatuan
dan kesatuan.
6
2.2.3 Tridharma
Tridharma yang dijunjung oleh PT. Sri Rejeki Isman, Tbk adalah:
1. Melu Handarbeni (Ikut Merasa Memiliki)
2. Melu Hongrungkebi (Ikut Bertanggung Jawab)
3. Mulat Sariro Hangrosowani (Selalu Mawas Diri)
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Sri Rejeki Isman, Tbk. (Sritex, 2017)
Untuk kerja praktik ini, Penulis akan melakukan kerja praktik di PT. Senang
Kharisma II atau di Departemen Weaving Spun 5. Berikut adalah struktur organisasi
yang ada di Departemen Weaving Spun 5 PT. Senang Kharisma II yang terlampir pada
Gambar 2.3.
8
9
10
Dari alur proses tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan rangkaian produksi
Weaving 5 terdiri dari 8 tahapan, namun secara garis besar proses utamanya terbadi
ke dalam 4 tahap, yaitu warping, sizing, looming & inspecting.
Bahan baku lainnya yang diperlukan adalah bubuk/tepung untuk adonan larutan
kanji. Benang-benang lusi atau benang sepanjang kain sebelum melalui proses
pertenunan dengan mesin berkecepatan tinggi harus direndam di larutan kanji
terlebih dahulu agar menambah kekuatan tarik benang tersebut sehingga tidak
mudah putus saat ditarik di mesin looming berkecepatan tinggi. Tepung kanji
tersebut tidak murni hanya kanji, namun sudah dicampur dengan berbagai macam
bahan penguat benang lainnya. Contoh tepung kanji dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Alur proses pertama pada warping adalah pemasangan benang cone pada creel
berjumlah sesuai jenis konstruksi kain yang direncanakan. Selanjutnya, operator
akan menarik benang dari semua cone menuju bagian penggulung benang melalui
tension set dan automatic break sebagai alat pengatur tegangan dan pendeteksi
benang putus di mesin tersebut dan dicucuk pada sisir ekspansi/pemisah setiap
helainya dan diurai selebar beam warping. Bagian sisir dan penggulung benang di
mesin warping dapat dilihat pada Gambar 3.5.
kedua sisi mesin. Keterbatasan jumlah operator juga menjadi isu utama karena
dalam satu shift kerja hanya ada 6-8 operator yang harus menangani 2-3 mesin
warping. Namun, proses pemasangan ini bisa dilakukan secara paralel saat mesin
warping tengah melakukan proses penghanian karena ada 2 sisi creel di setiap
sayap mesin sehingga total ada 4 sisi creel. Saat 2 sisi creel digunakan untuk proses,
2 sisi lainnya akan dipersiapkan benang cone. Hasil dari proses warping berupa
beam warping yang selanjutnya akan dilakukan proses penyatuan dengan beam
lainnya dan penganjian di larutan kanji.
Air Jet Loom sebagai penopang utama produksi. Contoh mesin AJL dapat dilihat
pada Gambar 3.10.
6. Ring Temple
Ring Temple berfungsi sebagai penjepit pinggiran kain agar kain tidak merosot
(menyempit)
7. Kain
8. Gandar kain/Rol Strip
Berfungsi sebagai alas penahan kain penghantar ke gulungan.
9. Rol kain Berfungsi sebagai menggulung kain.
Proses terbentuknya kain tenun dapat terjadi karena 5 gerakan pokok mesin
tenun yaitu:
1. Lett off motion (penguluran benang lusi)
Proses penguluran benang lusi bertujuan untuk memberi toleransi pada benang.
2. Shedding motion (pembukaan mulut lusi)
Proses pembukaan mulut lusi/membuat benang lusi sebagian dinaikan ke atas
dan sebagian diturunkan ke bawah, hingga benang lusi membentuk rongga mulut
lusi sesuai design anyaman yang diinginkan.
3. Picking motion (peluncuran benang pakan)
Proses meluncurkan benang pakan ke dalam rongga mulut lusi.
4. Beating motion (pengetekan benang pakan)
Proses pengetekan atau merapatkan benang pakan yang telah diluncurkan ke
arah pakan yang dilakukan dengan sisir.
5. Take up motion (penggulungan kain)
Proses penggulungan kain yang dilakukan oleh roll penggulung kain pick per
pick sesuai dengan bennag pakan yang diluncurkan.
Untuk mendapatkan hasil tenunan yang baik, mesin tenun juga didukung
dengan gerakan-gerakan yang membantu (auxiliary motion) yaitu:
1. Warp Stop Motion (Otomatis Lusi)
Gerakan memberhentikan mesin secara otomatis apabila benang lusi putus.
2. Weft stop Motion (Otomatis Pakan)
Gerakan memberhentikan mesin secara otomatis apabila benang pakan putus.
20
25
26
27
28
Tabel 5.1 Data Putus Benang dan Capaian Target Produksi (lanjutan)
No. Mesin Capaian Target Weft Stop Warp Stop
AJL-22 86,00% 26 14
AJL-23 84,00% 32 17
AJL-24 91,00% 31 13
AJL-25 81,00% 14 10
AJL-26 67,00% 33 15
AJL-27 63,00% 39 14
AJL-28 89,00% 13 10
AJL-29 90,00% 32 17
AJL-30 94,00% 24 4
AJL-31 82,00% 32 10
AJL-32 89,00% 51 5
AJL-33 81,00% 18 13
AJL-34 85,00% 19 9
AJL-35 78,00% 42 8
AJL-36 87,00% 31 7
AJL-37 83,00% 23 9
AJL-38 73,00% 36 11
AJL-39 83,00% 27 14
AJL-40 88,00% 22 15
AJL-41 88,00% 27 6
AJL-42 98,00% 23 4
Selanjutnya adalah uji normalitas data variabel weft stop menghasilkan p-value
sebesar >0,150 atau lebih besar p>0,05, dimana apabila p-value lebih besar dari
0,05 maka data dianggap terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada Gambar 5.2.
Variabel terakhir yang akan dilakukan uji normalitas adalah variabel warp stop
yang menghasilkan p-value sebesar >0,150 atau lebih besar p>0,05, dimana apabila
p-value lebih besar dari 0,05 maka data dianggap terdistribusi secara normal. Hasil
uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 5.3. Sebenarnya terdapat uji asumsi klasik
lainnya yang harus dilakukan seperti autokorelasi, multikolinearitas dan
sebagainya. Untuk uji asumsi klasik pendukung lainnya akan dibahas di bagian
regresi linear.
30
5.3 Korelasi
Setelah diketahui bahwa setiap variabel terdistribusi secara normal, maka dapat
dilakukan analisis selanjutnya. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan linear antara variabel independent yakni jumlah putus benang
pakan dan benang lusi (warp stop & weft stop) terhadap capaian target produksinya
serta untuk mengetahui seberapa kuat hubungan tersebut. Uji korelasi
menghasilkan koefisien korelasi dengan rentang nilai -1 < x < +1. Apabila nilai
koreasi mendekati +1 atau -1 maka hubungan linear antar dua variabel semakin
kuat, sedangkan apabila nilai korelasi mendekati 0 menunjukkan bahwa hubungan
antar variabel yang lemah. Untuk simbol positif (+) dan negatif (-) menunjukkan
arah hubungan antara kedua variabel, dimana jika nilai positif menunjukkan
hubungan linear searah sedangkan nilai negatif hubungannya bertolak belakang.
Karena terdapat dua variabel predictor dan satu variabel response, maka akan
dilakukan uji korelasi secara parsial dan berganda. Uji korelasi parsial melihat hasil
koefisien korelasi antara masing-masing satu variabel predictor dengan variabel
response. Berbeda dengan uji korelasi parsial, uji korelasi berganda dilakukan
untuk melihat korelasi atau pengaruh seluruh variabel predictor secara
simultan/bersamaan terhadap variabel response-nya. Berikut adalah hasil uji
korelasi parsial menggunakan software Minitab 16 yang tersaji pada Gambar 5.4.
31
2 2
𝑟𝑦.𝑥1 + 𝑟𝑦.𝑥2 − 2𝑟𝑦𝑥1 𝑟𝑦𝑥2 𝑟𝑥1𝑥2
𝑅𝑦.𝑥1.𝑥2 = √ (5.1)
1 − 𝑟𝑥1𝑥2
32
Keterangan :
Ry.x1.x2 : Koefisien korelasi berganda antara X1, X2, dan Y
Y : Variabel dependent
X1 : Variabel bebas X1
X2 : Variabel bebas X2
Ry.x1 : Koefisien korelasi antara Y dan X1
Ry.x2 : Koefisien korelasi antara Y dan X2
𝑅 √𝑛 − 2
𝑇0 = (5.2)
√1 − 𝑅2
Keterangan :
T0 : Nilai T hitung
R : Koefisien korelasi
N : jumlah data
Berdasarkan hasil perhitungan menggunkan rumus T-test, didapatkan nilai T0
untuk korelasi Weft Stop x Capaian Target sebesar 3,8199 dan nilai T0 untuk
korelasi Warp Stop x Capaian Target sebesar 2,3477. Berdasarkan tabel T-hitung
(Montgomery & Runger, 2018) dengan α = 0,05 dan degree of freedom = 42
didapatkan nilai Tα = 2,018. Karena nilai T0 untuk kedua uji signifikan koefisien
korelasi lebih besar daripada nilai Tα maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima. Jadi koefisien korelasi secara parsial baik weft stop maupun warp stop
yang ditemukan terdapat korelasi yang signifikan dengan variabel Capaian Target.
Keterangan :
Fh : Nilai F hitung
R : Koefisien determinasi
N : jumlah data
K : jumlah variabel independen
34
Rata-rata capaian target = 0,992 - 0,00397 Weft Stop - 0,00572 Warp Stop
(5.4)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa semakin besar jumlah terjadi putus benang
pakan (weft stop) dan putus benang lusi (warp stop) maka semakin besar penurunan
rata-rata capaian target produksinya. Bila diasumsikan capaian target produksi =
100%, maka jika terjadi satu kali putus benang pakan (weft stop) akan menurunkan
0,397% atau ± 0,4% capaian produksinya. Sedangkan jika terjadi satu kali putus
benang lusi (warp stop) akan menurunkan 0,572% capaian produksinya. Dengan
rata-rata terjadi putus benang pakan per harinya ±30 dan putus benang lusi ±10
maka angka yang terlihat kecil tersebut dapat menurunkan produksi harian yang
besar.
Selain itu, dari hasil analisis minitab tersebut dapat dilihat besaran R2 atau Rsq
atau koefisien determinasi sebesar 33,5% dimana angka tersebut menunjukkan
bahwa variabel Y (capaian target) dapat dijelaskan oleh seluruh variabel X (weft
stop & warp stop) secara simultan sebesar 33,5%. Sedangkan sisanya, yakni sebesar
66,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Nilai S pada hasil analisis minitab merepresentasikan jarak rata-rata antara nilai
observasi dengan garis regresi, semakin kecil S maka semakin baik pula model
regersi tersebut untuk memprediksi nilai variabel response. Pada hasil perhitungan
didapatkan nilai S = 0,07769 dan hasil yang baik.
38
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil analisis hubungan jumlah putus benang pakan dan benang lusi terhadap
capaian target produksinya dengan menggunakan analisis korelasi parsial
menunjukkan bahwa adanya hubungan linear yang negatif antara variabel jumlah
putus benang pakan dengan capaian produksi dengan koefisien korelasi -0,517.
Sedangkan untuk variabel putus benang lusi dengan capaian produksi juga memiliki
hubungan linear negatif dengan koefisien korelasi -0,348. Secara simultan, kedua
variabel predictor (jumlah putus benang pakan & benang lusi) tersebut juga
memiliki hubungan linear dan berpengaruh terhadap variabel response (capaian
produksi) dengan koefisien korelasi berganda 0.5897.
Hasil analisis menggunakan t-test secara parsial juga menunjukkan koefisien
korelasi parsial sebelumnya adalah signifikan, yakni antara setiap variabel
predictor dan variabel response. Selain itu, hasil f-test juga menunjukkan koefisien
korelasi ganda yang dihitung sebelumnya adalah signifikan atau dapat diberlakukan
untuk populasi tempat sampel tersebut. Setelah terbukti adanya korelasi dari setiap
variabel predictor baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel response-
nya, selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk dapat mengetahui persamaan
matematis yang dapat memprediksi nilai rerata capaian produksi dengan
dipengaruhi oleh semua variabel predictor secara simultan menggunakan analisis
regresi linear berganda (multiple linear regression). Didapatkan persamaan sebagai
berikut.
Rata-rata capaian produksi = 0,992 - 0,00397 Weft Stop - 0,00572 Warp Stop
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa setiap terjadi satu kali weft stop
maka dapat menurunkan rata-rata capaian produksi sebesar 0,397% dan setiap
39
terjadi satu kali warp stop dapat menurunkan capaian produksi sebesar 0,572%.
Variabel response pada analisis regresi linear berganda ini mamput dijelaskan oleh
seluruh variabel predictor sebesar 33,5% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti, serta memiliki nilai ketepatan prediksi yang cukup baik dengan
nilai S = 0,07769.
6.2 Saran
Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi negatif antara putus benang pakan
dan putus benang lusi terhadap capaian produksi di air jet loom PT. SK II, sehingga
disarankan untuk:
1. Memperhatikan kualitas bahan baku benang y ang diterima untuk benang pakan.
2. Melakukan serangkaian uji kekuatan benang sebelum digunakan agar dapat
menyesuaikan dengan kecepatan air jet loom.
3. Memperhatikan kekuatan hasil benang lusi yang telah direndam pada larutan
kanji. Lihat juga apakah formula larutan kanji sudah sesuai agar kekuatan tarik
benang lusi semakin kuat.
4. Memperbaharui alat pendeteksi mesin down agar lebih terlihat dengan jelas dan
terang antara lampu merah (stop) dan lampu hijau (start) agar pekerja dapat
segera mendeteksi dengan cepat.
5. Melakukan penjadwalan produksi yang lebih baik untuk seluruh sistem produksi
di PT. Senang Kharisma II agar tidak ada proses yang harus berhenti karena
menunggu bahan dari proses sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Montgomery D.C., Runger G.C., 2018, Applied Statistics and Probability for
Engineers, 7th ed., Wiley, Hoboken.
Sritex, 2016, “Embracing The Spirit of Growing”, Sritex Annual Report 2016.
Sugiyono, 2014, Statistika Untuk Penelitian, 25th ed., Alfabeta, Bandung.
40
LAMPIRAN
48
42
43
44
45
46
47
Lampiran 2. Daftar Hadir Pembicara dan Peserta Seminar
48
49
50
51
52