Disusun Oleh :
NIM: 2953/TS-ATK/19
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan
menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik. Laporan dengan judul “Pengetesan Uji
Keausan Agregat A Dengan Mesin Los Angeles, Pengetesan Analisa Saringan Agregat
A, Pengetesan Kepadatan Lapangan (Sand Cone) Agregat A Pada Paket Peningkatan
Struktur Jalan Depan Gereja Efata Kelurahan Bello” disusun berdasarkan hasil kerja
praktek yang telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan melalui Kontraktor CV. Maghu Ate.
Dalam kerja praktek ini, penulis diberi kesempatan untuk membandingankan ilmu
pengetahuan yang didapat pada bangku perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Teori dan praktek adalah satu kesatuan dalam mendalami ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis sadar
akan kekurangan dan oleh karena itu penulis membutuhkan masukan dan dukungan guna
penyempurnaan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Pada kesempatan ini, penulis
dengan penuh kerendahan hati ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Piter Djami Rebo, M.Si. selaku Direktur Akademi Teknik Kupang,
2. Bapak Ir. J. H. Manu Dima, MM. MT selaku Pembantu Direktur I Akademi
Teknik Kupang.
3. Bapak I Gede Oka Wiradnyana, ST. MT selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Akademi Teknik Kupang.
4. Bapak Ir. M. Nurawi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini,
5. Bapak Robert Florenta, ST selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini,
6. Bapak Donatus Manuk, A.Md.T selaku Kontraktor CV.Maghu Ate beserta staf
yang mau menerima dan menolong penulis selama melakukan kerja praktek.
7. Seluruh pengajar dan staf Jurusan Teknik Sipil Akademi Teknik Kupang yang
telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama masa perkuliahan di
Akademi Teknik Kupang.
8. Bapak, Mama, Kakak, Adik dan semua keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan baik berupa moral dan material bagi penulis selama masa perkuliahan
di Akademi Teknik Kupang.
ii
9. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan memberikan saran kepada
penulis dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis menyadari penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Demikian laporan ini dibuat, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca umumnya, dan lebih khusus bagi orang yang menekuni ilmu di bidang Teknik
Sipil.
Kupang,…,…2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gradasi Untuk Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum 2018)
Tabel 2.2 Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi Rencana
Tabel 2.3 Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum 2018)
Tabel 4.4 Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Tabel 4.7 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh I
Tabel 4.8 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh II
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Dengan Alat Sand Cone
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
1.3 BATASAN MASALAH
Berdasarkan judul laporan ini serta hasil peninjauan dari kerja praktek maka
penulis membatasi masalah pada: bagaimana pengetesan analisa saringan agregat
kelas A, bagaimana pengujian keausan agregat kelas A dengan mesin los angeles dan
bagaimana tes kepadatan lapangan (sand cone) agregat kelas A.
viii
maupun di lapangan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan agregat A antara
lain:
a. Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles SNI 2417-2008.
b. Pengujian Analisa Saringan Agregat A (LPA) SNI 03-1968-1990.
c. Pengujian Kepadatan Dengan Alat Sand Cone SNI 03-2828-1992.
ix
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek
Sumber : Google Eart
x
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan dan ikut serta dalam
pekerjaan dilapangan berlangsung,
b. Literatur
Penulis menggunakan buku-buku panduan yang berhubungan dengan
laporan kerja praktek.
a. Metode Wawancara
Penulis mengadakan wawancara langsung dengan kepala proyek, staf,
dan pekerja dilapangan untuk memperoleh data yang selanjutnya
diolah dalam bentuk laporan.
xi
BAB II
LANDASAN TEORI
xii
perkerasan melindungi subgrade dari distrbusi beban lalu lintas yang
berkonstretrasi sehingga terhindar dari tegangan yang berlebihan.
Menurut Sukirman (1992) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas hal berikut:
1. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai
bahan ikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah
dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Pada perkerasan kaku daya
dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
2. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas
tanah dasar yang telah dipampatkan dan menggunakan aspal sebagai bahan
ikatnya. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas
dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya.
3. Perkerasan Komposit
Perkerasan komposit adalah kombinasi antara perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan
kaku di atas perkerasan lentur.
Struktur lapisan perkerasan dibuat secara berlapis terdiri dari elemen
perkerasan antara lain lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (subbase
course), lapisan pondasi atas (base course), dan lapisan permukaan (surface course).
xiii
Masing-masing elemen lapisan perkerasan diatas termasuk tanah dasar secara
bersama-sama memikul beban lalu lintas. Ketebalan perkerasan dibuat sedemikian
rupa sampai batas kemampuan tanah dasar memikul beban lalu lintas atau struktur
perkerasan sangat tergantung pada kondisi atau daya dukung tanah dasar.
xiv
2. Untuk menemukan penggunaan yang optimum terhadap material setempat
yang tersedia.
3. Untuk mengurangi biaya dengan melalui standarisasi biaya.
xv
b. Benda uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4 (4,75
mm), yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau perempat
sebanyak kira-kira 5 kg.
c. Cara pengujian atau prosedur urutan pelaksanaan pengujian adalah
sebagai berikut:
Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam masin abrasi Los
Angeles.
Putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah
putaran 500 putaran.
Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin dan
saring dengan saringan No.12. Butiran yang tertahan diatasnya
dicuci bersih, selanjutnya di keringkan dalam oven pada suhu
(1l0 ± 5)°C sampai berat tetap.
d. Perhitungan Mesin Abrasi Los Angeles sebagai berikut:
Keausan = (a-b)/b ×100%
Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12 (gram)
xvi
c. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Timbangan.
2. Satu set saringan (1½” , 1” , 3/8” , No.4 , No.10 , No.40 ,
No.200).
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5)°C.
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.
d. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
banyak, benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Ukuran dan gradasi agregat:
e. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
Bagi agregat menggunakan alat pembagi.
Timbang berat awalnya.
Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15
menit.
Benda uji yang tertahan dari masing-masing saringan
ditimbang.
xvii
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1½” 37,5 100 88-95 100
1” 25,0 79-85 70-85 77-89
¾” 19,0
½” 12,5
3/8” 9,50 44-58 30-65 41-66
No.4 4,75 29-44 25-55 26-54
No.8 2,36
No.10 2,0 17-30 15-40 15-42
No.16 1,18
No.40 0,425 7-17 8-20 7-26
No.200 0,075 2-8 2-8 4-16
xviii
b. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh
terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua
punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam Gambar.
c. Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang
satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d. Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Lapis
Drainase tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang
disyaratkan.
e. Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang
disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang
dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada
kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang
3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum
satu sentimeter.
f. Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang
dihampar diatasnya, tidak boleh lebih tinggi maupun lebih
rendah 1,0 cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan.
g. Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0%
dari lereng melintang rancangan.
xix
butiran-butiran mudah
pecah (SNI 4141:2015)
CBR rendaman (SNI Min.90% Min.60% Min.50%
1744:2012)
Perbandingan % lolos Maks.2/3 Maks.2/3 -
ayakan No.200 dan No.40
xx
Berat isi kering tanah adalah berat isi dalam
tanah yang tidak mengandung air
3. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Pembuatan papan STA setiap 50 m (pengujian
dilakukan setiap 50 m).
Pelat dipasang pada lapisan agregat yang akan
diuji, kemudian di gali sedalam 10 cm untuk
mewakili kepadatan yang diinginkan.
Kerucut pasir ditimbang untuk menhetahui
berat awal.
Tanah hasil galian diisi pada tas plastic
kemudian ditimbang.
Masukan pasir otawa yang ada dalam kerucut
kedalam lubang yang telah digali sampai
menutupi permukaan lubang galian kemudian
ditutup.
Sisa pasir dalam kerucut ditimbang.
Ambil sedikit tanah galian untuk dilakukan tes
kadar air menggunakan speesy tes.
Semua data hasil pengujian dicatat pada format
yang tersedia untuk kemudian dilakukan
perhitungan selanjutnya.
Lubang hasil galian ditutp kembali lalu di
padatkan.
4. Perhitungan
a. Berat isi tanah
W 8−W 9 3
γs = gram/cm
Ve
b. Berat isi kering tanah di lapangan
γs 3
γd
lap
= ×100 % gram/cm
100+Wc
c. Isi botol = berat air = (W2-W1) gram
d. Berat isi pasir
xxi
w 3−w 1
γs = gram
w 2−w 1
e. Berat isi pasir dalam corong = (W4-W5) gram
f. Berat pasir dalam takaran + corong = (W11-
W12) gram
g. Berat pasir dalam takaran
W13 = W11-W12-(W4-W5) = W10 gram
W 13
h. Berat isi pasir ¿) =
Vk
i. Berat pasir dalam lubang
(W6-W7)-(W4-W5) = W10 gram
W 10 3
j. Isi lubang = Ve = cm
γP
k. Berat tanah = W8-W9 gram
Keterangan:
W1 = Berat botol + corong
W2 = Berat botol + corong + air
W3 = Berat botol + corong + pasir
W4 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W5 = Berat botol + corong + sisa pasir
W6 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W7 = Berat botol + corong + sisa pasir
W8 = Berat tanah + kaleng
W9 = Berat kaleng
W10 = Berat pasir dalam lubang
W11 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W12 = Berat + corong + sisa pasir
Vk = Isi takaran
Ve = Vol/Isi lubang
Wc = Kadar air tanah
xxii
Berikut proses pelaksanaan agregat A di lapangan:
Persiapan:
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan
Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum setempat, bila
dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis material
diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir,
pengambilan contoh material (batu, abu batu, pasir)
dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan
konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix
Formula) di Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi
konsultan dan Direksi teknis.
3. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan
khususnya pemecahan batu dilaksanakan segera setelah hasil
uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
4. Percobaan pelaksanaan, menyangkut komposisi masing-
masing jenis material (mengacu JMF), tebal hamparan gembur
sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui
faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan
sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai spesifikasi
teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian
ketebalan (test pit), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi
lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji
CBR Lapangan.
5. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai
gambar rencana.
Pelaksanaan:
1. Pengadukkan material LPA dilaksanakan di stock pile (lokasi
pengadukan) dengan komposisi berdasarkan JMF dan hasil
percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap
maksimal ≤ 50 m3 agar menghasilkan campuran yang
homogen, digunakan peralatan Excavator dan Wheel Loader.
xxiii
2. Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk,
pemuatan menggunakan wheel Loader, jarak hauling diatur
sedemikian rupa (memperhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat
dilaksanakan efektif dan efisien.
3. Penghamparan menggunakan Motor Grader. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan
dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan
dilaksanakan.
4. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 12 ton),
dilaksanakan mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur
menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan
jika diyakini tercapai kepadatan yang disyaratkan (10 cm-
12cm).
5. Setelah kepadatan memenuhi syarat, maka akan di lakukan tes
kepadatan lapangan (sand cone) agregat A.
xxiv
BAB III
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses kegiatan kegiatan dari seseorang atau
beberapa orang yang dilakukan dengan cara-cara pemikiran ilmiah maupun
praktis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan serta
mempunyai biaya, dimensi dengan kurun waktu tertentu. Suatu proyek pada
umumnya tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari strategi
pengembangan program luas yang mungkin harus didukung oleh beberapa
proyek.
3. Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu usaha merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan agar sesuai dengan
mutu, jadwal/waktu, dan anggaran yang telah ditetapkan.
xxv
horizontal. Manajemen konstruksi merupakan bagian dari manajemen proyek yang
mengkhususkan pada bidang konstruksi.
xxvi
3.3 UNSUR-UNSUR MANAJEMEN PROYEK
Suatu proyek dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan pengolahan
yang baik dan terkoordinir dalam tubuh organisasi serta manajemen yang jelas
sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dapat terlaksana
seoptimal mungkin. Di dalam pelaksanaan peningkatan struktur jalan dibagi dalam
beberapa bagian antara lain:
a. Pemilik Proyek
b. Konsultan Pengawas
c. Kontraktor Pelaksana
Kordinator Lapangan
Deddy F. Fandoe, ST.MT
Admistrasi Kegiatan
Ezri C. Daud, SST
Kordinator Pengawas
Stefanus T. Djama
Pengawas Lapangan
Billy A . Nalle, SH
xxvii
Tugas dari masing-masing seksi sebagai berikut:
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Menyusun perencanaan pengadaan.
Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
menetapkan rancangan kontrak.
menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia.
mengusulkan perubahan jadwal kegiatan.
menetapkan tim pendukung.
Menetapkan tim atau tenaga ahli.
Bertanggung jawab atas realisasi keuangan dan hasil/output
kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana kerja yang
ditetapkan serta mutu hasil/output sesuai yang direncanakan.
Bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang
ditimbulkan dan kontrak/SPK atau keputusan dan surat bukti
lainnya yang ditandatangani.
b. Koordinator Lapangan
Melakukan pengawasan, meneliti dan memberi pengarahan
untuk pelaksanaan kerja.
Memberi bimbingan dan saran kepada bawahannya supaya
pelaksanaan pekejaan berjalan lancar.
Meneliti permintaan biaya.
Melakukan koordinasi hasil perkerjaan secara rutin.
Mengetahui target pekrejaan yang dikerjakan.
Bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan orang
dibawahnya dan pekerjaan itu sendiri.
c. Koordinator Pengawas
Melakukan pengawasan, pengamatan, pelaksanaan konstruksi,
penggunaan peralatan serta menguji jenis material yang akan
digunakan, mencatat semua kejadian-kejadian atau hal-hal lain setiap
hari dan merecord secara lengkap di dalam buku catatan harian dan
setiap minggu menyampaikan kepada pengawas lapangan.
d. Pengawas Lapangan
xxviii
Mengawasi pekerjaan
Memberikan arahan ke pekerja
Monitor hasil pekerjaan
Membuat progress harian/mingguan
e. Administrasi Kegiatan
Melakukan perekapan data
Mengelola dokumen
Site Engineer
Klemens Minggu, ST
xxix
Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:
a. Kuasa Direktur
Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-
kebijakan perusahaan atau institusi.
Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan
kepala bagian (manajer) atau wakil direktur.
Menyetujui anggaran tahunan perusahaan atau institusi.
Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan atau institusi.
b. Site Engineer
Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan –
kebijakan perusahaan atau institusi.
Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan
kepala bagian (manajer) atau wakil direktur.
Menyetujui anggaran tahunan perusahaan atau institusi.
Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan atau institusi.
c. Inspector
Megawasi dan mengontrol semua pekerjaan pengujian yang
dilakukan kontraktor, guna melakukan pemeliharaan sumber
material atau pengawasan mutu material dan segera melapor
secara tertulis pemilik proyek bila terdapat penyimpangan
dalam prosedur pengujian yang dilaksanakan ataupun mutu
bahan yang digunakan.
Mengawasi, mencatat dan mengontrol semua hasil pengukuran
perhitungan kuantitas dan sertifikat pembayaran serta
menghimpun data-data pendukung sertifikat bulanan.
d. Operator Komputer
Melakukan dokumentasi konfigurasi system.
Melakukan tuning kinerja sistem computer.
Meyakinkan infastruktur dan jaringan computer dalam keadaan
baik.
Melakukan backup dan restore.
xxx
Menjawab masalah teknis dan memecahkan masalah.
Direktur
YOSHEP BILI
Manager Proyek
a. Direktur Utama
Sebagai pimpinan perusahaan.
Bertugas mengontrol dan mengawasi seluruh bagian pekerjaan
baik administrasi, keuangan maupun pelaksanaan lapangan.
Menandatangani semua laporan maupun surat-surat yang
berhubungan dengan proyek.
xxxi
b. Pelaksana
Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknis sebagai
pedoman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Bersama teknis admistrasi kontrak menyusun metode
konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapngan dengan
memperhatikan biaya, mutu dan waktu.
Membuat program kerja mingguan dan mengadakan
pengharaan kegiatan harian pada pelkasana laporan harian.
Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal pengadaan tenaga kerja
dan mengatur pelaksanaan tenaga kerja tiap hari.
Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan
dilapangan.
c. Ahli K3 dan Konstruksi
Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan
tersebut sesuai dengan dokumen.
Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
d. Manajer Keuangan
Mengelola keuangan perusahaan
xxxii
Adapun hubungan kerja sama tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
Hubungan kerja seperti bagan tersebut diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
xxxiii
3. Antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana
Hubungan antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana mempunyai
ikatan kontrak.Konsultan Perencana bertanggung jawab wajib merencanakan
pekerjaan kepada Pemilik Proyek.Pemilik Proyek memberi imbalan atas jasa yang
dilakukan oleh Konsultan Perencana.
4. Antara Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana
Hubungan antara kedua belah pihak mempunyai ikatan kerja peraturan
pelaksanaan pekerjaan.Konsultan Pengawas mempunyai tugas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh Kontraktor, sedangkan Kontraktor dapat
mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan Konsultan
Pengawas.
xxxiv
BAB IV
METODE PELAKSANAAN AGREGAT KELAS A
xxxv
Mulai
Abrasi
Pencampuran Agregat A
Tidak
Analisa Saringan
Ya
Pengangkutan Ke Lapangan
Penghamparan
Pemadatan
Tidak
Sand Cone
Ya
Selesai
xxxvi
4.3 PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT KELAS A
Lokasi pengambilan material di Takari, diangkut menggunakan dump truk ke Basecamp dan
di campur di sana. Agregat di quarry bervariasi dari titik ke titik, sehingga diperlukan usaha yang
cermat untuk memastikan bahwa contoh pengujian mewakili penyimpanan bahan digunakan sekop
berujung lancip dan papan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan tempat pengambilan contoh agregat pada stock pile dan masukan papan
kedalam timbunan diatasnya dengan tegak.
Buang agregat pada daerah miring dibawah papan hingga diperoleh tempat yang rata
dan datar untuk pengambilan contoh.
Masukan sekop kedalam bagian yang datar dan pindahkan satu sekop penuh agregat
kedalam ember, lakukan dengan hati-hati.
Kendala yang di hadapi pada saat pengujian yaitu kesalahan pada pengambilan
sampel material yang tidak mewakili sehingga pengujian harus dilakukan berulang-
ulang kali.
Sebelum melakukan pengijian untuk pembuatan JMF (Job Mix Formula),
maka harus ada JMD (Job Mix Desain) dari Laboratorium Pekerjaan Umum (PU),
karena JMD akan dipakai sebagai acuan dalam pembuatan JMF. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui fraksi butiran dari agregat yang akan digunakan sebagai
bahan perkerasan jalan, agar sesuai dengan spesifikasi. Umumnya karakteristik
perkerasan seperti kekuatan, kepadatan, keawetan, dan tekstur akan sangat bergantung
pada gradasi yang harus dikontrol/dikendalikan dalam pelaksanaan.
4.4 PENGUJIAN
Pengujian laboratorium meliputi pengujian abrasi dan analisa saringan
(gradasi) sedangkan untuk pengujian lapangan meliputi pengujian kepadatan dengan
alat sand cone.
xxxvii
a. Peralatan yang digunakan
Mesin Abrasi Los Angeles.
Saringan No.12 (1,7 Mm).
Timbangan.
Bola-bola Baja.
Oven.
Alat Bantu Pan Dan Kuas.
b. Cara ujinya
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke
dalam mesin abrasi Los Angeles, putar mesin kecepatan 30 rpm
sampai 33 rpm dengan jumlah putaran 500 putaran untuk masing-
masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran
yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven sampai berat tetap.
c. Perhitungan Mesin Abrasi Los Angeles sebagai berikut:
Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12 (gram)
xxxviii
UKURAN SARINGAN I II
Lolos Tertahan Abrasi Motode (B) Abrasi Motode (B)
50,8 (2") 36,1 (1 1/2")
36,1 (1 1/2") 25,4 (1")
25,4 (1") 19,1 (3/4")
19,1 (3/4") 12,7 (1/2") 2500 2500,0
12,7 (1/2") 9,52 (3/8") 2500 2500,0
9,52 (3/8") 6,35 (1/4")
6,35 (1/4") 4,75 (No.4)
4,75 (No.4) 2,36 (No.8)
Jumlah Berat 5000 5000
Berat Tertahan Saringan No.12
3607,8 3586
Setelah Percobaan (b)
I. a= 5000 gr
b= 3607,8 gr
a- b= 1392 gr
Tabel 4.4 Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Keausan I =
a -
a
b
x 100% = 27,844
%
II. a= 5000 gr
b= 3586,2 gr
a- b= 1414 gr
a - b
Keausan I = x 100% = 28,276
a
xxxix
Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain Job Mix
Formula Laboratorium PT. Bumi Indah
xl
saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas.
Saringan yang digunakan dalam pengujian ini yakni:
1
#1
2
#1
# 3/8
# No.4
# No.10
# No.40
# No.200
Benda uji yang tertahan dari masing-masing saringan
ditimbang.
Hasil timbangan dicatat pada format yang ada.
Gambar 4.2 Metode Pengambilan Contoh Agregat dari Stock Pile dan Alat
pembagi contoh agregat (sample splitter)
xli
Berat Contoh (gr) = 2904,3
SARINGAN Berat PERSEN (%)
HASIL SPESIFIKASI
(ASTM) (mm) Tertahan Tertahan Lolos
1 1/2" 37,5 0,0 0,00 100,00 100,00 100 - 100
1" 25,0 510,9 17,59 82,41 82,41 79 - 85
3/8" 9,50 1371,8 47,23 52,77 52,77 44 - 58
No.4 4,75 1831,3 63,05 36,95 36,95 29 - 44
No.10 2,00 2303,3 79,31 20,69 20,69 17 - 30
No.40 0,425 2586,9 89,07 10,93 10,93 7 - 17
No.200 0,075 2769,0 95,34 4,66 4,66 2 - 8
100
90
80
70
60
Persen (%) Lolos
50
40
30
20
10
0
Ukuran Saringan (mm)
2,00
37,5
4,75
9,50
0,425
0,075
25,00
Tabel 4.7 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh I
100
90
80
70
Persen (%) Lolos
60
50
40
30
20
10
0
25,00
0,075
0,425
9,50
4,75
37,5
xlii
4.7 PENGHAMPARAN
a. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat,
harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
b. Bila lapis pondasi agregat akan dihampar langsung diatas permukaan
perkerasan aspal lama, maka diperlukan penggarukan pada permukaan
perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
c. Lapis pondasi agregat harus dibawah ke badan jalan, sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air rentan yang
disyaratkan.
d. Material diangkut dari Basecamp menggunakan Dump Truck.
Penghamparan menggunakan Motor Grader. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan
kadar air optimal pada saat pemadatan dilaksanakan.
e. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam tolerasi
yang disyaratkan.
f. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
4.8 PEMADATAN
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat vibro roller, hingga
kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
seperti yang ditentukan dalam SNI 03-1743-1989, Metode D.
b. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang telah
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum yang ditentukan dalam
SNI 03-1743-1989, Metode D.
xliii
c. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 12 ton), dilaksanakan
mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang
lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan
pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan
yang disyaratkan (10 cm-12cm).
d. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank.
e. Tes ketebalan agregat A atau tes spit.
f. Setelah memenuhi syarat, maka akan di lakukan tes kepadatan
lapangan (sand cone) agregat A. Tingkat kepadatan sampai 100%.
xliv
Masukan pasir otawa yang ada dalam kerucut kedalam lubang yang
telah digali sampai menutupi permukaan lubang galian kemudian
ditutup.
Sisa pasir dalam kerucut ditimbang.
Ambil sedikit tanah galian untuk dilakukan tes kadar air.
Semua data hasil pengujian dicatat pada format yang tersedia untuk
kemudian dilakukan perhitungan selanjutnya.
Lubang hasil galian ditutp kembali lalu di padatkan.
.
xlv
Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain Job Mix Formula
Laboratorium PT. Bumi Indah
Rata-rata tes kepadatan lapangan yang didapat adalah 101,83%, sedangkan rata-rata
tes kepadatan lapangan 100% - 110%. Sehingga kepadatan lapangan agregat A di Jalan
Depan Gereja Efata Bello memenuhi syarat.
xlvi
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Abrasi material memenuhi syarat. Rata-rata nilai abrasi yang diperoleh adalah
28,06%, untuk agregat kelas A nilai abrasinya 0-40% (Spesifikasi Umum bina
Marga 2018).
2. Hasil gradasi memenuhi syarat (tabel 4.7 dan 4.8).
3. Tes kepadatan lapangannya (sand cone) memenuhi syarat yaitu dengan rata-rata
tes kepadatan lapangannya 101,83%.
5.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan hal-hal sabagai berikut:
1. Pihak kontraktor harus memasang rambu-rambu di lokasi proyek sehingga
kendaraan tidak melewati lahan yang sedang dikerjakan.
2. Pihak kontraktor perlu lebih meningkatkan pengawasan pada saat proses
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan Agregat A
3. Pihak kontraktor untuk lebih peka terhadap pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dan menerapkannya di lingkungan kerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.
xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Fay, E. Agung, 2017. Desain Job Mix Formula (JMF) Agregat Kelas A Pada Paket
Pembangunan Jalan Lingkungan Kawasan Perkantoran Kota Kupang. Laporan Kerja
Praktek, Akademi Teknik Kupang.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA, Bandung.
Spesifikasi Umum. 2018. Untuk Perkerasan Konstruksi Jalan Dan Jembatan, Depertemen
Umum Pekerjaan Direktorat Jendral Bina Marga.
xlviii
xlix