Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGETESAN UJI KEAUSAN AGREGAT A DENGAN MESIN LOS ANGELES,


PENGETESAN ANALISA SARINGAN AGREGAT A, PENGETESAN KEPADATAN
LAPANGAN (SAND CONE) AGREGAT A PADA PAKET PENINGKATAN
STRUKTUR JALAN DEPAN GEREJA EFATA KELURAHAN BELLO
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik Sipil (A.Md.T)
Pada Akademi Teknik Kupang

Disusun Oleh :

MARTINA HILARI MOA

NIM: 2953/TS-ATK/19

JURUSAN TEKNIK SIPIL


AKADEMI TEKNIK KUPANG
JLN. JEND. SOEHARTO NO.72 TELP. (0380)821551-834237
NUSA TENGGARA TIMUR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan
menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik. Laporan dengan judul “Pengetesan Uji
Keausan Agregat A Dengan Mesin Los Angeles, Pengetesan Analisa Saringan Agregat
A, Pengetesan Kepadatan Lapangan (Sand Cone) Agregat A Pada Paket Peningkatan
Struktur Jalan Depan Gereja Efata Kelurahan Bello” disusun berdasarkan hasil kerja
praktek yang telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan melalui Kontraktor CV. Maghu Ate.
Dalam kerja praktek ini, penulis diberi kesempatan untuk membandingankan ilmu
pengetahuan yang didapat pada bangku perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Teori dan praktek adalah satu kesatuan dalam mendalami ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis sadar
akan kekurangan dan oleh karena itu penulis membutuhkan masukan dan dukungan guna
penyempurnaan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Pada kesempatan ini, penulis
dengan penuh kerendahan hati ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Piter Djami Rebo, M.Si. selaku Direktur Akademi Teknik Kupang,
2. Bapak Ir. J. H. Manu Dima, MM. MT selaku Pembantu Direktur I Akademi
Teknik Kupang.
3. Bapak I Gede Oka Wiradnyana, ST. MT selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Akademi Teknik Kupang.
4. Bapak Ir. M. Nurawi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini,
5. Bapak Robert Florenta, ST selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini,
6. Bapak Donatus Manuk, A.Md.T selaku Kontraktor CV.Maghu Ate beserta staf
yang mau menerima dan menolong penulis selama melakukan kerja praktek.
7. Seluruh pengajar dan staf Jurusan Teknik Sipil Akademi Teknik Kupang yang
telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama masa perkuliahan di
Akademi Teknik Kupang.
8. Bapak, Mama, Kakak, Adik dan semua keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan baik berupa moral dan material bagi penulis selama masa perkuliahan
di Akademi Teknik Kupang.

ii
9. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan memberikan saran kepada
penulis dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis menyadari penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Demikian laporan ini dibuat, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca umumnya, dan lebih khusus bagi orang yang menekuni ilmu di bidang Teknik
Sipil.

Kupang,…,…2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek


Gambar 2.1 Struktur Lapis Perkerasan Lentur
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemilik Proyek
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek
Gambar 3.4 Hubungan Kerja Antara Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Agregat Kelas A
Gambar 4.2 Metode Pengambilan Contoh Agregat dan Sample Splitter

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gradasi Untuk Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum 2018)
Tabel 2.2 Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi Rencana
Tabel 2.3 Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum 2018)
Tabel 4.4 Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Tabel 4.7 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh I
Tabel 4.8 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh II
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Dengan Alat Sand Cone

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di era pembangunan yang kian pesat dan berkembang dewasa ini, tentunya
dibutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana sebagai aspek pembangunan. Salah satu
aspek tersebut adalah bidang perhubungan baik itu perhubungan darat, laut, maupun
udara.
Secara umum jalan merupakan prasarana perhubungan darat yang mempunyai
arti penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari ekonomi, social budaya,
pertanahan dan keamanan. Peningkatan jalan perlu diperhatikan mutu atau kualitas
sehingga jalan dapat memberikan fungsi dan perannya dengan baik. Pembangunan
jalan merupakan implementasi dari upaya-upaya pengembangan sarana perhubungan
darat dalam perdagangan serta sebagai penghubung antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan utama di lapangan, perlu adanya pekerjaan
persiapan sebagai langkah awal untuk menunjang pekerjaan tersebut. Pekerjaan
persiapan yang dimaksud disini adalah segala persiapan yang berhubugan dengan
pekerjaan proyek tersebut setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, seperti yang ada pada proyek
Peningkatan Konstruksi Jalan di Depan Gereja Efata Kelurahan Bello, Kota Kupang,
Nusa Tenggara Timur.
Untuk menunjang hal tersebut, maka konstruksi jalan yang dikerjakan harus
memenuhi aspek mutu dan kualitas serta cara pelaksanaan yang sesuai dengan standar
(spesifikasi teknis). Pentingnya menjaga mutu setiap bahan yang digunakan untuk
Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Agregat A.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah bagaimana pengetesan analisa saringan agregat kelas A, bagaimana pengujian
keausan agregat kelas A dengan mesin los angeles dan bagaimana tes kepadatan
lapangan (sand cone) agregat kelas A.

vii
1.3 BATASAN MASALAH
Berdasarkan judul laporan ini serta hasil peninjauan dari kerja praktek maka
penulis membatasi masalah pada: bagaimana pengetesan analisa saringan agregat
kelas A, bagaimana pengujian keausan agregat kelas A dengan mesin los angeles dan
bagaimana tes kepadatan lapangan (sand cone) agregat kelas A.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN


1.4.1 Tujuan Proyek
Pelaksanaan peningkatan struktur jalan dengan konstruksi HRS-Base
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Peningkatan struktur jalan dari jalan tanah sampai jalan
beraspal.
b. Meningkatkan struktur jalan dari jalan tanah dengan
mengunakan lapisan Agregat A (ketebalan 10 cm) sampai jalan
beraspal dengan menggunakan HRS-Base (ketebalan 3,5 cm)
c. Memperlancar arus lalu lintas sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

1.4.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan mahasiswa melakukan kerja praktek dan menyusun laporan
adalah:

a. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya Teknik


pada bidang teknik sipil sesuai dengan kurikulum akademi.
b. Mengetahui pengetesan analisa saringan agregat kelas A.
c. Mengetahui uji keausan agregat kelas A dengan mesin los
angeles.
d. Mengetahui tes kepadatan lapangan (sand cone) agregat kelas
A.

1.5 LINGKUP PEMBAHASAN


Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan, terdapat beberapa item
pekerjaan yang dikerjakan secara keseluruhan dalam batas waktu tertentu, sehingga
dalam penulisan laporan ini hanya dibatasi pada pengujian bahan baik di laboratorium

viii
maupun di lapangan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan agregat A antara
lain:
a. Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles SNI 2417-2008.
b. Pengujian Analisa Saringan Agregat A (LPA) SNI 03-1968-1990.
c. Pengujian Kepadatan Dengan Alat Sand Cone SNI 03-2828-1992.

1.6 PETA PROYEK

ix
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek
Sumber : Google Eart

1.7 DATA PROYEK


Kegiatan : Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota
Paket Pekerjaan : Rekonstruksi/Peningkatan Jalan dengan Konstruksi
HRS-Base Lokasi Jl. Kel Oebufu (RT 32 RW 8, RT 35
RW 9), Jl. Jati II, Jl. RT 34 Kel Fatululi, Jl. TDM I
Kel. TDM, Jl. Depan Gereja Efata Kel. Bello.
Lokasi : Kota Kupang
Nomor Kontrak : PUPR.620/26/KONTRAK/BM/KK/II/2022
Nilai Kontrak : Rp 4.195.534.000.00 (Empat Milyar Seratus Sembilan
Puluh Lima Juta Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu
Rupiah)
Jangka Waktu Pelaksanaan : 120 Hari Kelender
Terhitung Sejak : 23 Februari 2022 s/d 22 Juni 2022
Sumber Dana : Dana Alokasi Umum (DAU)
Tahun Anggaran : 2022
Kontraktor Pelaksana : CV. Maghu Ate
Konsultan Pengawas : CV. Triparty Tirta Engineering

1.8 METODE PENGUMPULAN DATA


Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut:
a. Metode Observasi

x
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan dan ikut serta dalam
pekerjaan dilapangan berlangsung,
b. Literatur
Penulis menggunakan buku-buku panduan yang berhubungan dengan
laporan kerja praktek.
a. Metode Wawancara
Penulis mengadakan wawancara langsung dengan kepala proyek, staf,
dan pekerja dilapangan untuk memperoleh data yang selanjutnya
diolah dalam bentuk laporan.

xi
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN UMUM


Struktur konstruksi jalan raya terdiri dari lapisan tanah dasar dan konstruksi
perkerasan. Penetapam rencana untuk tanah dasar dan konstruksi perkerasan apa yang
harus digunakan haruslah melalui prosen survey lapangan maupun proses
penyelidikan laboratorium mengenai material yang akan digunakan sebagai tanah
dasar maupun untuk lapisan perkerasan yang dimaksud (Modul Trainning of Trainner
Puslitbang Jalan dan Jembatan Balitbang PU Tahun 2007).
Menurut penjelasan peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Jalan
No.34/2006, jalan adalah sebagai salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan
bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat
hidup orang serta mengendalikan struktur pengembangan wilayah pada tingkat
nasional terutama yang menyangkut perwujudan perkembangan antar daerah yang
seimbang dan pemerataan hasil-hasil pembangunan serta peningkatan pertanahan dan
keamanan Negara.

2.2 PERKERASAN JALAN


Perkerasan jalan adalah bagian jalan yang diperkeras dengan lapis konstruksi
tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan tertentu
agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan
selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan.
Fungsi utama perkerasan jalan:
1. Menyediakan bahan untuk pergerakan barang dan manusia dengan rasa aman
nyaman sesuai dengan kebutuhan.
2. Melindungi subgrade dengan lapisan kedap air untuk menjaga air permukaan
masuk kedalam subgrade dan melemahkannya.
3. Menahan tegangan, renggangan yang disebabkan oleh beban lalulintas dan
memindahkannya pada subgrade dengan batas-batas tertentu, dengan kata lain

xii
perkerasan melindungi subgrade dari distrbusi beban lalu lintas yang
berkonstretrasi sehingga terhindar dari tegangan yang berlebihan.
Menurut Sukirman (1992) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas hal berikut:

1. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai
bahan ikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah
dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Pada perkerasan kaku daya
dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
2. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas
tanah dasar yang telah dipampatkan dan menggunakan aspal sebagai bahan
ikatnya. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas
dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya.
3. Perkerasan Komposit
Perkerasan komposit adalah kombinasi antara perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan
kaku di atas perkerasan lentur.
Struktur lapisan perkerasan dibuat secara berlapis terdiri dari elemen
perkerasan antara lain lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah (subbase
course), lapisan pondasi atas (base course), dan lapisan permukaan (surface course).

Gambar 2.1 Struktur Lapis Perkerasan Lentur

xiii
Masing-masing elemen lapisan perkerasan diatas termasuk tanah dasar secara
bersama-sama memikul beban lalu lintas. Ketebalan perkerasan dibuat sedemikian
rupa sampai batas kemampuan tanah dasar memikul beban lalu lintas atau struktur
perkerasan sangat tergantung pada kondisi atau daya dukung tanah dasar.

Untuk mendukung struktur perkerasan jalan yang bagus maka di perlukan


agregat kelas A atau disebut juga lapis pondasi atas (base course) adalah terletak
antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai bagian
perkerasan yang mendukung lapis permukaan dan beban-beban roda yang bekerja
diatasnya dan menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis pondasi bawah kemudian
diteruskan ke lapis tanah dasar. Lapis pondasi atas dibuat diatas lapis pondasi bawah
yang berfungsi sebagai perletakan terhadap lapis permukaan dan meneruskan
limpahan gaya lalu lintas ke lapis pondasi bawah. Bahan-bahan untuk lapis pondasi
atas umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban roda.

2.3 BAHAN PERKERASAN JALAN


Bahan utama yang mendukung stabilitas pekerjaan jalan secara mekanis
adalah perkerasan berbutir (agregat). Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku
yang digunakan sebagai bahan campuran berupa berbagai jenis butiran atau pecahan,
termasuk di dalamnya antara lain pasir kerikil, agregat pecah, terak dapur tinggi, abu
agregat. Agregat dibutuhkan pada lapisan struktur perkerasan karena merupakan
bahan utama pembuatan konstruksi perkerasan jalan dan juga merupakan bahan yang
paling dominan menghimpun kekuatan campuran untuk konstrruksi jalan.
Berdasarkan partikel-partikel, agregat dapat dibedakan atas:
1. Agregat kasar, agregat > 4,75 mm menurut ASTM atau > 2 mm AASHTO).
2. Agregat halur, agregat < 4,75 mm menurut ASTM atau < 2 mm AASHTO).

2.4 PENCAMPURAN AGREGAT A


Mencampur agregat (agregat blending) adalah untuk mendapat gradasi agregat
yang sesuai dengan gradasi yang ditentukan dalam spesifikasi. Sedangkan spesifikasi
gradasi agregat dibuat dengan tujuan:
1. Untuk mengontrol material konstruksi sehubungan dengan kualitas perkerasan
yang diinginkan.

xiv
2. Untuk menemukan penggunaan yang optimum terhadap material setempat
yang tersedia.
3. Untuk mengurangi biaya dengan melalui standarisasi biaya.

2.5 METODE PENGUJIAN


2.5.1 Pengujian Abrasi
Pengujian abrasi adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut
yang dinyatakan dengan perbandingan antara bahan aus lolos saringan No.12
(1,7 mm) terhadap beban semula dalam persen. Pengujian ini dapat digunakan
untuk mengukur keausan agregat kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat
digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan perkerasan jalan atau
konstruksi beton.
a. Peralatan yang dipakai meliputi:
 Mesin Abrasi Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang
dalam 508 mm (20 inci), silinder bertumpu pada dua poros
pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar,
silinder berlubang untuk memasukkan benda uji; penutup
lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder
tidak terganggu, di bagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci).
 Saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya.
 Timbangan
 Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci)
dan berat masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445
gram.
 Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk
memanasi sampai dengan 110°C ± 5°C.
 Alat bantu pan dan kuas.

xv
b. Benda uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4 (4,75
mm), yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau perempat
sebanyak kira-kira 5 kg.
c. Cara pengujian atau prosedur urutan pelaksanaan pengujian adalah
sebagai berikut:
 Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam masin abrasi Los
Angeles.
 Putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah
putaran 500 putaran.
 Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin dan
saring dengan saringan No.12. Butiran yang tertahan diatasnya
dicuci bersih, selanjutnya di keringkan dalam oven pada suhu
(1l0 ± 5)°C sampai berat tetap.
d. Perhitungan Mesin Abrasi Los Angeles sebagai berikut:
Keausan = (a-b)/b ×100%

Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12 (gram)

2.5.2 Pengujian Tentang Analisis Saringan


a. Maksud dan Tujuan
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar
dengan menggunakan saringan. Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh
distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun
agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau
grafik.
b. Pengertian
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agtegat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase
digambarkan pada grafik pembagian butir.

xvi
c. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Timbangan.
2. Satu set saringan (1½” , 1” , 3/8” , No.4 , No.10 , No.40 ,
No.200).
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5)°C.
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

d. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
banyak, benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Ukuran dan gradasi agregat:

 Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butiran lebih


besar dari saringan No.4 (4,75 mm).
 Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butiran lebih
halus dari saringan No.4 (4,75 mm).

e. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
 Bagi agregat menggunakan alat pembagi.
 Timbang berat awalnya.
 Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15
menit.
 Benda uji yang tertahan dari masing-masing saringan
ditimbang.

xvii
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1½” 37,5 100 88-95 100
1” 25,0 79-85 70-85 77-89
¾” 19,0
½” 12,5
3/8” 9,50 44-58 30-65 41-66
No.4 4,75 29-44 25-55 26-54
No.8 2,36
No.10 2,0 17-30 15-40 15-42
No.16 1,18
No.40 0,425 7-17 8-20 7-26
No.200 0,075 2-8 2-8 4-16

Tabel 2.1 Gradasi Untuk Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum


2018)

a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel 2.2 dengan


toleransi di bawah ini :

Tabel 2.2 Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi


Rencana

xviii
b. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh
terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua
punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam Gambar.
c. Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang
satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d. Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Lapis
Drainase tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang
disyaratkan.
e. Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang
disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang
dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada
kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang
3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum
satu sentimeter.
f. Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang
dihampar diatasnya, tidak boleh lebih tinggi maupun lebih
rendah 1,0 cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan.
g. Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0%
dari lereng melintang rancangan.

Lapis Pondasi Agregat


Sifa-sifat Kelas A Kelas B Kelas S
Abrasi dari aggregate kasar 0-40% 0-40% 0-40%
(SNI 2417:2008)
Butiran pecah, tertahan 95/90 55/50 55/50
ayakan No.4 (SNI
7619:2012)
Batas cair (SNI 1967:2008) 0-25 0-35 0-35
Indek plastisitas (SNI 0-6 4-10 4-15
1966:2008)
Hasil kali IP dng. % lolos Maks.25 - -
ayakan No.200
Gumpalan lempung dan 0-5% 0-5% 0-5%

xix
butiran-butiran mudah
pecah (SNI 4141:2015)
CBR rendaman (SNI Min.90% Min.60% Min.50%
1744:2012)
Perbandingan % lolos Maks.2/3 Maks.2/3 -
ayakan No.200 dan No.40

Tabel 2.3 Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat (Spesifikasi Umum


2018)

2.5.3 Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Sand Cone


1. Maksud dan Tujuan
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam pelaksanaan pengujian kepadatan di
lapangan dari suatu lapisan tanah. Tujuan metode ini
adalah untuk memperoleh angka kepadatan lapangan (
γd ).
2. Pengertian
 Kepadatan adalah berat isi kering tanah.
 Derajat kepadatan lapangan adalah
perbandingan berat isi kering di lapangan
dengan berat isi kering laboratorium yang
dinyatakan dalam persen.
 Pengujian kepadatan dengan alat konus pasir
adalah untuk mengukur kepadatan dari suatu
benda uji yang diambil dari lapisan tanah
dengan cara menggali dan mengisi kembali
dengan pasir tertentu yang sudah diketahui berat
isinya.
 Berat tanah adalah berat dalam keadaan tanah
masih mengandung air.
 Berat isi tanah adalah berat isi dalam keadaan
tanah masih mengandung air.

xx
 Berat isi kering tanah adalah berat isi dalam
tanah yang tidak mengandung air
3. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
 Pembuatan papan STA setiap 50 m (pengujian
dilakukan setiap 50 m).
 Pelat dipasang pada lapisan agregat yang akan
diuji, kemudian di gali sedalam 10 cm untuk
mewakili kepadatan yang diinginkan.
 Kerucut pasir ditimbang untuk menhetahui
berat awal.
 Tanah hasil galian diisi pada tas plastic
kemudian ditimbang.
 Masukan pasir otawa yang ada dalam kerucut
kedalam lubang yang telah digali sampai
menutupi permukaan lubang galian kemudian
ditutup.
 Sisa pasir dalam kerucut ditimbang.
 Ambil sedikit tanah galian untuk dilakukan tes
kadar air menggunakan speesy tes.
 Semua data hasil pengujian dicatat pada format
yang tersedia untuk kemudian dilakukan
perhitungan selanjutnya.
 Lubang hasil galian ditutp kembali lalu di
padatkan.
4. Perhitungan
a. Berat isi tanah
W 8−W 9 3
γs = gram/cm
Ve
b. Berat isi kering tanah di lapangan
γs 3
γd
lap
= ×100 % gram/cm
100+Wc
c. Isi botol = berat air = (W2-W1) gram
d. Berat isi pasir

xxi
w 3−w 1
γs = gram
w 2−w 1
e. Berat isi pasir dalam corong = (W4-W5) gram
f. Berat pasir dalam takaran + corong = (W11-
W12) gram
g. Berat pasir dalam takaran
W13 = W11-W12-(W4-W5) = W10 gram
W 13
h. Berat isi pasir ¿) =
Vk
i. Berat pasir dalam lubang
(W6-W7)-(W4-W5) = W10 gram
W 10 3
j. Isi lubang = Ve = cm
γP
k. Berat tanah = W8-W9 gram

Keterangan:
W1 = Berat botol + corong
W2 = Berat botol + corong + air
W3 = Berat botol + corong + pasir
W4 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W5 = Berat botol + corong + sisa pasir
W6 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W7 = Berat botol + corong + sisa pasir
W8 = Berat tanah + kaleng
W9 = Berat kaleng
W10 = Berat pasir dalam lubang
W11 = Berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W12 = Berat + corong + sisa pasir
Vk = Isi takaran
Ve = Vol/Isi lubang
Wc = Kadar air tanah

2.6 TINJAUAN PELAKSANAAN AGREGAT A

xxii
Berikut proses pelaksanaan agregat A di lapangan:

 Persiapan:
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan
Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum setempat, bila
dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis material
diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir,
pengambilan contoh material (batu, abu batu, pasir)
dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan
konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix
Formula) di Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi
konsultan dan Direksi teknis.
3. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan
khususnya pemecahan batu dilaksanakan segera setelah hasil
uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
4. Percobaan pelaksanaan, menyangkut komposisi masing-
masing jenis material (mengacu JMF), tebal hamparan gembur
sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui
faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan
sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai spesifikasi
teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian
ketebalan (test pit), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi
lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji
CBR Lapangan.
5. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai
gambar rencana.
 Pelaksanaan:
1. Pengadukkan material LPA dilaksanakan di stock pile (lokasi
pengadukan) dengan komposisi berdasarkan JMF dan hasil
percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap
maksimal ≤ 50 m3 agar menghasilkan campuran yang
homogen, digunakan peralatan Excavator dan Wheel Loader.

xxiii
2. Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk,
pemuatan menggunakan wheel Loader, jarak hauling diatur
sedemikian rupa (memperhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat
dilaksanakan efektif dan efisien.
3. Penghamparan menggunakan Motor Grader. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan
dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan
dilaksanakan.
4. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 12 ton),
dilaksanakan mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur
menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan
jika diyakini tercapai kepadatan yang disyaratkan (10 cm-
12cm).
5. Setelah kepadatan memenuhi syarat, maka akan di lakukan tes
kepadatan lapangan (sand cone) agregat A.

xxiv
BAB III
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

3.1 TINJAUAN UMUM


Suatu proyek bisa berjalan lancar menuju tujuan proyek dengan spesifikasi
yang telah ditentukan di awal, diperlukan manajemen proyek yang baik. Pada proses
ini, banyak hal seperti anggaran, tenggat waktu, dan lingkup proyek harus
direncanakan. Pada setiap proyek terdapat risiko. Terlebih lagi pada proyek-proyek
besar, banyaknya keputusan yang harus diambil membuat banyaknya kemungkinan
hambatan dan risiko yang akan muncul. Untuk menghindari risiko-risiko tersebut.

1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses kegiatan kegiatan dari seseorang atau
beberapa orang yang dilakukan dengan cara-cara pemikiran ilmiah maupun
praktis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan serta
mempunyai biaya, dimensi dengan kurun waktu tertentu. Suatu proyek pada
umumnya tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari strategi
pengembangan program luas yang mungkin harus didukung oleh beberapa
proyek.
3. Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu usaha merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan agar sesuai dengan
mutu, jadwal/waktu, dan anggaran yang telah ditetapkan.

Menurut Harold Kerzner (1995), manajemen proyek adalah merencanakan,


mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Selanjutnya, manajemen
proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan

xxv
horizontal. Manajemen konstruksi merupakan bagian dari manajemen proyek yang
mengkhususkan pada bidang konstruksi.

3.2 PROSES MANAJEMEN PROYEK


Adapun rangkaian proses manajemen proyek yang sederhana, adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan (Planing)
Perencanaan adalah rangkaian proses pemilihan atau penetapan
tujuan organisasi dan penentu strategi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Dengan perencanaan, dapat dilakukan penilaian alternatif dalam
pengambilan keputusan agar mendapatkan pilihan terbaik di antara
alternatif lainnya. Hasil dari perencanaan digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pengawasan di lapangan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian aktivitas pembagian tugas
yang akan dikerjakan serta proses pengembangan struktur organisasi yang
sesuai tujuan perusahaan. Tujuan pengorganisasian wajib dijalankan
dengan baik agar dapat mengatur berbagai SDM atau sumber daya lain.
Dengan begitu, sumber daya di dalam perusahaan dapat berfungsi secara
optimal dan mampu melaksanakan peran serta fungsi masing-masing
dengan baik.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Setelah hasil dari perencanaan dan pengorganisasian terlaksana,
selanjutnya hasil tersebut diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan guna
pencapaian hasil kerja yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam
pelaksanaannya menggunakan sumber daya yang disediakan berdasarkan
pedoman perencanaan.
4. Pengawasan (Controling)
Pada pelaksanaan kegiatan perlu diawasi sehingga dapat
diselaraskan dengan perencanaan yang telah dibuat guna meminimalisir
kemungkinan gagalnya tujuan dan hasil yang dicapai sehingga
mendapatkan kualitas yang baik dari pekerjaan tersebut.

xxvi
3.3 UNSUR-UNSUR MANAJEMEN PROYEK
Suatu proyek dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan pengolahan
yang baik dan terkoordinir dalam tubuh organisasi serta manajemen yang jelas
sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dapat terlaksana
seoptimal mungkin. Di dalam pelaksanaan peningkatan struktur jalan dibagi dalam
beberapa bagian antara lain:
a. Pemilik Proyek
b. Konsultan Pengawas
c. Kontraktor Pelaksana

3.3.1 Pemilik Proyek


Pemilik proyek adalah badan yang memberi pekerjaan
bangunan dan pembayaran biaya dari pekerjaan tersebut. Pemerintah
Propinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang selaku pemilik proyek. Adapun struktur organisasi
pemilik proyek adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Pejabat Pembuat Komitmen


Maxi N. Dethan, ST. MSi

Kordinator Lapangan
Deddy F. Fandoe, ST.MT

Admistrasi Kegiatan
Ezri C. Daud, SST
Kordinator Pengawas
Stefanus T. Djama

Pengawas Lapangan
Billy A . Nalle, SH

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemilik Proyek

xxvii
Tugas dari masing-masing seksi sebagai berikut:
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
 Menyusun perencanaan pengadaan.
 Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
 menetapkan rancangan kontrak.
 menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia.
 mengusulkan perubahan jadwal kegiatan.
 menetapkan tim pendukung.
 Menetapkan tim atau tenaga ahli.
 Bertanggung jawab atas realisasi keuangan dan hasil/output
kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana kerja yang
ditetapkan serta mutu hasil/output sesuai yang direncanakan.
 Bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang
ditimbulkan dan kontrak/SPK atau keputusan dan surat bukti
lainnya yang ditandatangani.
b. Koordinator Lapangan
 Melakukan pengawasan, meneliti dan memberi pengarahan
untuk pelaksanaan kerja.
 Memberi bimbingan dan saran kepada bawahannya supaya
pelaksanaan pekejaan berjalan lancar.
 Meneliti permintaan biaya.
 Melakukan koordinasi hasil perkerjaan secara rutin.
 Mengetahui target pekrejaan yang dikerjakan.
 Bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan orang
dibawahnya dan pekerjaan itu sendiri.
c. Koordinator Pengawas
Melakukan pengawasan, pengamatan, pelaksanaan konstruksi,
penggunaan peralatan serta menguji jenis material yang akan
digunakan, mencatat semua kejadian-kejadian atau hal-hal lain setiap
hari dan merecord secara lengkap di dalam buku catatan harian dan
setiap minggu menyampaikan kepada pengawas lapangan.
d. Pengawas Lapangan

xxviii
 Mengawasi pekerjaan
 Memberikan arahan ke pekerja
 Monitor hasil pekerjaan
 Membuat progress harian/mingguan
e. Administrasi Kegiatan
 Melakukan perekapan data
 Mengelola dokumen

3.3.2 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah instansi yang ditunjukan
oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, sehingga dapat mencapai
hasil yang sesuai dengan kontrak. CV. Triparty Tirta Engineering
adalah instansi yang ditunjukan oleh pemilik proyek untuk mengawasi
pekerjaan tersebut.
Adapun struktur organisasi konsultan pengawas adalah
sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN PENGAWAS


CV. TRIPARTY TIRTA ENGINEERING

Site Engineer
Klemens Minggu, ST

Ispector Operator Computer


Matias Timba Nanda Puspita

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

xxix
Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:

a. Kuasa Direktur
 Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-
kebijakan perusahaan atau institusi.
 Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan
kepala bagian (manajer) atau wakil direktur.
 Menyetujui anggaran tahunan perusahaan atau institusi.
 Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan atau institusi.
b. Site Engineer
 Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan –
kebijakan perusahaan atau institusi.
 Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan
kepala bagian (manajer) atau wakil direktur.
 Menyetujui anggaran tahunan perusahaan atau institusi.
 Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan atau institusi.
c. Inspector
 Megawasi dan mengontrol semua pekerjaan pengujian yang
dilakukan kontraktor, guna melakukan pemeliharaan sumber
material atau pengawasan mutu material dan segera melapor
secara tertulis pemilik proyek bila terdapat penyimpangan
dalam prosedur pengujian yang dilaksanakan ataupun mutu
bahan yang digunakan.
 Mengawasi, mencatat dan mengontrol semua hasil pengukuran
perhitungan kuantitas dan sertifikat pembayaran serta
menghimpun data-data pendukung sertifikat bulanan.
d. Operator Komputer
 Melakukan dokumentasi konfigurasi system.
 Melakukan tuning kinerja sistem computer.
 Meyakinkan infastruktur dan jaringan computer dalam keadaan
baik.
 Melakukan backup dan restore.

xxx
 Menjawab masalah teknis dan memecahkan masalah.

3.3.3 Pelaksana Proyek/Kontraktor


Pelaksana proyek atau kontraktor adalah badan usaha
yang ditugaskan oleh pemilik proyek untuk mengerjakan fisik
proyek dari awal sampai akhir. CV. Maghu Ate adalah instansi
yang ditugaskan oleh pemilik proyek untuk mengerjakan fisik
proyek.
Adapun struktur organisasi pelaksana proyek/kontraktor
adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA


CV. MAGHU ATE

Direktur
YOSHEP BILI

Manager Proyek

Pelaksana Ahli K3 Konstruksi


Manager Keuangan
DONATUS MANUK, A.MdT JOHANES A. Radholeza, ST

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek

Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:

a. Direktur Utama
 Sebagai pimpinan perusahaan.
 Bertugas mengontrol dan mengawasi seluruh bagian pekerjaan
baik administrasi, keuangan maupun pelaksanaan lapangan.
 Menandatangani semua laporan maupun surat-surat yang
berhubungan dengan proyek.

xxxi
b. Pelaksana
 Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknis sebagai
pedoman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan.
 Bersama teknis admistrasi kontrak menyusun metode
konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
 Memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapngan dengan
memperhatikan biaya, mutu dan waktu.
 Membuat program kerja mingguan dan mengadakan
pengharaan kegiatan harian pada pelkasana laporan harian.
 Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
 Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal pengadaan tenaga kerja
dan mengatur pelaksanaan tenaga kerja tiap hari.
 Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan
dilapangan.
c. Ahli K3 dan Konstruksi
 Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
 Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan
tersebut sesuai dengan dokumen.
 Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
d. Manajer Keuangan
 Mengelola keuangan perusahaan

3.4 HUBUNGAN KERJA ANTARA PEMILIK PROYEK, KONSULTAN


PENGAWAS DAN KONTRAKTOR PELAKSANA
Hubungan kerja dalam proyek konstruksi merupakan pengaitan antara siklus
atau tahapan proyek dengan orang-orang atau instansi yang terlibat dalam proyek
konstruksi. Pemangku kepentingan ini ialah para individu dan oganisasi yang secara
aktif terlibat dalam proyek atau terkena dampak dari pelaksanaan atau hasil proyek

xxxii
Adapun hubungan kerja sama tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:

Gambar 3.4 Hubungan Kerja Antara Unsur-Unsur Pengelola Proyek

Hubungan kerja seperti bagan tersebut diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Pengawas


Hubungan antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Pengawas mempunyai
ikatan kontrak.Konsultan Pengawas bertanggung jawab wajib melaporkan kemajuan
hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.Pemberi tugas memberi imbalan atas jasa
pengawasan yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas.
2. Antara Pemilik Proyek dengan Kontraktor Pelaksana
Hubungan antara Pemilik Proyek dengan Kontraktor Pelaksana mempunyai
ikatan kerja kontrak.Untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang disarankan
oleh Pemilik Proyek, kontraktor memerlukan biaya sesuai dengan perjanjian dalam
kontrak yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.Biaya dapat diberikan oleh
Pemilik Proyek dengan sistem pembayaran sesuai dengan ketentuan yang termuat di
dalam kontrak yang telah ditandatangani.

xxxiii
3. Antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana
Hubungan antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana mempunyai
ikatan kontrak.Konsultan Perencana bertanggung jawab wajib merencanakan
pekerjaan kepada Pemilik Proyek.Pemilik Proyek memberi imbalan atas jasa yang
dilakukan oleh Konsultan Perencana.
4. Antara Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana
Hubungan antara kedua belah pihak mempunyai ikatan kerja peraturan
pelaksanaan pekerjaan.Konsultan Pengawas mempunyai tugas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh Kontraktor, sedangkan Kontraktor dapat
mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan Konsultan
Pengawas.

3.5 MANAJEMEN PROYEK DI LAPANGAN


Pengendalian proyek merupakan sarana yang sangat penting untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala
hal yang berkaitan dengan pengendalian proyek disiapkan dan dianalisa serta
dituangkan dalam bentuk daftar isian, formulir maupun bentuk lainnya. Semua bentuk
sarana pengendalian tersebut mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal
peralatan, bahan dan tenaga kerja.
Pekerjaan yang saling keterkaitan atau ketergantungan harus diawasi sacara
saksama sehingga tidak menghambat pekerjaan yang lain. Sedangkan pekerjaan–
pekerjaan yang tidak saling berkaitan dapat dilakukan secara bersamaan demi
mempercepat waktu penyelesaian. Setiap item pekerjaan sebelum dilaksanakan harus
mengajukan Request untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan Direksi
Teknis (pihak proyek dan konsultan supervise).
Dengan manajemen proyek maka dibuat program kerja mingguan untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan realisasinya dipantau dan dilaporkan
dalam bentuk laporan (harian, mingguan dan bulanan). Untuk memandu pelaksanaan
pekerjaan dilapangan dibuat metode kerja yang dirinci dan dilengkapi dengan gambar-
gambar pelaksanaan (shop drawing) yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini dengan tetap mengacu pada
prosedur instruksi kerja yang telah ditentukan.

xxxiv
BAB IV
METODE PELAKSANAAN AGREGAT KELAS A

4.1 TINJAUAN UMUM


Konstruksi suatu jalan sangat menentukan mutu pelayanan jalan terhadap lalu
lintas kendaran yang lewat. Bila dalam pelaksanaan konstruksinya kurang
bermutu/tidak sesuai dengan spesifikasinya, maka kualitas pelayanan jalan tersebut
tidak bertahan lama. Demikian pun sebaliknya bila konstruksinya baik, maka kualitas
pelayanannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, karena itu perlu diatur cara-
cara pelaksanaan kerja yang efisien dengan memperhatikan waktu yang telah
ditentukan dalam kontrak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap semua
material yang akan digunakan pada pekerjaan jalan raya sehingga mencapai
kualitas/mutu yang diinginkan.

4.2 BAGAN ALIR PELAKSANAAN AGREGAT KELAS A


Pelaksanaan agregat kelas A dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini:

xxxv
Mulai

Pembuatan dan Pengambilan


Sampel Dari Quarry
Tidak

Abrasi

Pencampuran Agregat A

Tidak

Analisa Saringan

Ya
Pengangkutan Ke Lapangan

Penghamparan

Pemadatan

Tidak

Sand Cone

Ya

Selesai

Gambar 4.1 Bagan Alir Pelaksanaan Agregat Kelas A

xxxvi
4.3 PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT KELAS A
Lokasi pengambilan material di Takari, diangkut menggunakan dump truk ke Basecamp dan
di campur di sana. Agregat di quarry bervariasi dari titik ke titik, sehingga diperlukan usaha yang
cermat untuk memastikan bahwa contoh pengujian mewakili penyimpanan bahan digunakan sekop
berujung lancip dan papan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Tentukan tempat pengambilan contoh agregat pada stock pile dan masukan papan
kedalam timbunan diatasnya dengan tegak.
 Buang agregat pada daerah miring dibawah papan hingga diperoleh tempat yang rata
dan datar untuk pengambilan contoh.
 Masukan sekop kedalam bagian yang datar dan pindahkan satu sekop penuh agregat
kedalam ember, lakukan dengan hati-hati.
Kendala yang di hadapi pada saat pengujian yaitu kesalahan pada pengambilan
sampel material yang tidak mewakili sehingga pengujian harus dilakukan berulang-
ulang kali.
Sebelum melakukan pengijian untuk pembuatan JMF (Job Mix Formula),
maka harus ada JMD (Job Mix Desain) dari Laboratorium Pekerjaan Umum (PU),
karena JMD akan dipakai sebagai acuan dalam pembuatan JMF. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui fraksi butiran dari agregat yang akan digunakan sebagai
bahan perkerasan jalan, agar sesuai dengan spesifikasi. Umumnya karakteristik
perkerasan seperti kekuatan, kepadatan, keawetan, dan tekstur akan sangat bergantung
pada gradasi yang harus dikontrol/dikendalikan dalam pelaksanaan.

4.4 PENGUJIAN
Pengujian laboratorium meliputi pengujian abrasi dan analisa saringan
(gradasi) sedangkan untuk pengujian lapangan meliputi pengujian kepadatan dengan
alat sand cone.

4.5 PENGUJIAN ABRASI


Cara uji ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk
mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan
aus terhadap berat semula dalam persen. Hasilnya dapat digunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.

xxxvii
a. Peralatan yang digunakan
 Mesin Abrasi Los Angeles.
 Saringan No.12 (1,7 Mm).
 Timbangan.
 Bola-bola Baja.
 Oven.
 Alat Bantu Pan Dan Kuas.
b. Cara ujinya
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke
dalam mesin abrasi Los Angeles, putar mesin kecepatan 30 rpm
sampai 33 rpm dengan jumlah putaran 500 putaran untuk masing-
masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring, butiran
yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven sampai berat tetap.
c. Perhitungan Mesin Abrasi Los Angeles sebagai berikut:

Keausan = (a-b)/b ×100%

Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12 (gram)

xxxviii
UKURAN SARINGAN I II
Lolos Tertahan Abrasi Motode (B) Abrasi Motode (B)
50,8 (2") 36,1 (1 1/2")
36,1 (1 1/2") 25,4 (1")
25,4 (1") 19,1 (3/4")
19,1 (3/4") 12,7 (1/2") 2500 2500,0
12,7 (1/2") 9,52 (3/8") 2500 2500,0
9,52 (3/8") 6,35 (1/4")
6,35 (1/4") 4,75 (No.4)
4,75 (No.4) 2,36 (No.8)
Jumlah Berat 5000 5000
Berat Tertahan Saringan No.12
3607,8 3586
Setelah Percobaan (b)

I. a= 5000 gr
b= 3607,8 gr
a- b= 1392 gr

Tabel 4.4 Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Keausan I =
a -
a
b
x 100% = 27,844
%

II. a= 5000 gr
b= 3586,2 gr
a- b= 1414 gr

a - b
Keausan I = x 100% = 28,276
a

Rata - Rata Nilai Abrasi = 28,06

xxxix
Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain Job Mix
Formula Laboratorium PT. Bumi Indah

4.6 METODE PENGUJIAN ANALISA SARINGAN


Sebelum dilakukan analisa saringan, material dicampur terlebih dahulu,
dilaksanakan di lokasi pengadukan (basecamp) dengan komposisi berdasarkan JMF
dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap maksimal ≤ 50 m3
agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan peralatan Excavator.
Kapasitas bucket untuk Excavator PC 200 adalah 0,93 m3. Setelah proses
pencampuran selesai, barulah kita uji saringan agregat A (gradasi).
a. Maksud dan Tujuan
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan
untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat
kasar dengan menggunakan saringan. Tujuan pengujian ini ialah untuk
memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik
agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam table atau grafik.
b. Pengertian
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat
butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-
angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
c. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh. Benda uji
disiapkan berdasarkan standar yang berlaku.
1. Agregat halus terdiri agregat yang lolos saringan No.4.
2. Agregat kasar terdiri agregat yang tertahan saringan No.4.
d. Cara Pengujian/Pelaksanaannya
Cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
 Bersihkan agregat yang akan diuji, bersihkan juga masing-
masing saringan yang akan digunakan.
 Bagi agregat menggunakan alat pembagi contoh (sample
splitter) (di buat 2 sampel).
 Setelah dibagi menggunakan alat pembagi agregatnya
ditimbang, kemudian angkat dan saring agregat lewat susunan

xl
saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas.
 Saringan yang digunakan dalam pengujian ini yakni:
1
 #1
2
 #1
 # 3/8
 # No.4
 # No.10
 # No.40
 # No.200
 Benda uji yang tertahan dari masing-masing saringan
ditimbang.
 Hasil timbangan dicatat pada format yang ada.

Gambar 4.2 Metode Pengambilan Contoh Agregat dari Stock Pile dan Alat
pembagi contoh agregat (sample splitter)

xli
Berat Contoh (gr) = 2904,3
SARINGAN Berat PERSEN (%)
HASIL SPESIFIKASI
(ASTM) (mm) Tertahan Tertahan Lolos
1 1/2" 37,5 0,0 0,00 100,00 100,00 100 - 100
1" 25,0 510,9 17,59 82,41 82,41 79 - 85
3/8" 9,50 1371,8 47,23 52,77 52,77 44 - 58
No.4 4,75 1831,3 63,05 36,95 36,95 29 - 44
No.10 2,00 2303,3 79,31 20,69 20,69 17 - 30
No.40 0,425 2586,9 89,07 10,93 10,93 7 - 17
No.200 0,075 2769,0 95,34 4,66 4,66 2 - 8

100
90
80
70
60
Persen (%) Lolos

50
40
30
20
10
0
Ukuran Saringan (mm)
2,00

37,5
4,75

9,50
0,425
0,075

25,00
Tabel 4.7 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh I

Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain


Job Mix Formula Laboratorium PT. Bumi Indah

Berat Contoh (gr) = 3114,0


SARINGAN Berat PERSEN (%)
HASIL SPESIFIKASI
(ASTM) (mm) Tertahan Tertahan Lolos
1 1/2" 37,5 0,0 0,00 100,00 100,00 100 - 100
1" 25,0 604,0 19,40 80,60 80,60 79 - 85
3/8" 9,50 1506,1 48,37 51,63 51,63 44 - 58
No.4 4,75 1938,9 62,26 37,74 37,74 29 - 44
No.10 2,00 2466,8 79,22 20,78 20,78 17 - 30
No.40 0,425 2739,6 87,98 12,02 12,02 7 - 17
No.200 0,075 2970,8 95,40 4,60 4,60 2 - 8

100

90

80

70
Persen (%) Lolos

60

50

40

30

20

10

0
25,00
0,075

0,425

Ukuran Saringan (mm)


2,00

9,50
4,75

37,5

Tabel 4.8 Gradasi Hasil Blending Agregat Kelas A Contoh II


Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain
Job Mix Formula Laboratorium PT. Bumi Indah

xlii
4.7 PENGHAMPARAN
a. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat,
harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
b. Bila lapis pondasi agregat akan dihampar langsung diatas permukaan
perkerasan aspal lama, maka diperlukan penggarukan pada permukaan
perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
c. Lapis pondasi agregat harus dibawah ke badan jalan, sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air rentan yang
disyaratkan.
d. Material diangkut dari Basecamp menggunakan Dump Truck.
Penghamparan menggunakan Motor Grader. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan
kadar air optimal pada saat pemadatan dilaksanakan.
e. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam tolerasi
yang disyaratkan.
f. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel
agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.

4.8 PEMADATAN
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat vibro roller, hingga
kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
seperti yang ditentukan dalam SNI 03-1743-1989, Metode D.
b. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang telah
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum yang ditentukan dalam
SNI 03-1743-1989, Metode D.

xliii
c. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 12 ton), dilaksanakan
mulai dari bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang
lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan
pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan
yang disyaratkan (10 cm-12cm).
d. Pada saat pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyiraman menggunakan truck water tank.
e. Tes ketebalan agregat A atau tes spit.
f. Setelah memenuhi syarat, maka akan di lakukan tes kepadatan
lapangan (sand cone) agregat A. Tingkat kepadatan sampai 100%.

4.9 PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT SAND CONE


Sand cone adalah suatu pengujian untuk mengetahui hasil kepadatan
dilapangan dengan hasil yang telah disyaratkan.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
 Kerucut pasir
 Palu
 Paku (10 cm)
 Pahat
 Tas plastic
 Timbangan
 Pelat
 Meter
 Saringan No.3/4

Pelaksanaan di lapangannya sebagai berikut:

 Pembuatan papan STA setiap 50 m (pengujian dilakukan setiap 50 m).


 Pelat dipasang pada lapisan agregat yang akan diuji, kemudian di gali
sedalam 10 cm untuk mewakili kepadatan yang diinginkan.
 Kerucut pasir ditimbang untuk mengetahui berat awal.
 Tanah hasil galian diisi pada tas plastic kemudian ditimbang.
 Setelah ditimbang, tanah hasil galian disaring menggunakan saringan
¾”, timbang agregat yang tertahan saringan.

xliv
 Masukan pasir otawa yang ada dalam kerucut kedalam lubang yang
telah digali sampai menutupi permukaan lubang galian kemudian
ditutup.
 Sisa pasir dalam kerucut ditimbang.
 Ambil sedikit tanah galian untuk dilakukan tes kadar air.
 Semua data hasil pengujian dicatat pada format yang tersedia untuk
kemudian dilakukan perhitungan selanjutnya.
 Lubang hasil galian ditutp kembali lalu di padatkan.
.

REKAPITULASI HASIL UJI SANDCONE AGREGAT KLS A


Volume BJ Bulk % terthn
Berat Pasir ( Gram ) Berat Tanah (Gram) Berat isi Tanah cm/gr Berat isi Kering Max Kepadatan
Agregat # No, 3/4
Tanggal Kadar Air
STA Semula Sesudah Dalam Berat isi Lubang g dm g dm
Basah Kering gw g d Lap g dmk %
Corong Lab LaP
22/04/2022 0+005 7749,90 3241,00 1503,00 1,73 1741,54 196,00 185,40 5,72 0,11 0,106 2,459 14,12 2,030 2,083 2,081 100,09
22/042022 0+050 7636,60 3160,10 1503,00 1,73 1722,77 293,20 278,20 5,39 0,17 0,161 2,459 23,69 2,030 2,143 2,118 101,19
22/04/2022 0+100 7616,60 2966,40 1503,00 1,73 1823,41 119,80 113,00 6,02 0,07 0,062 2,459 25,62 2,030 2,183 2,125 102,71
22/04/2022 0+150 7580,30 3359,10 1503,00 1,73 1574,86 164,40 154,20 6,61 0,10 0,098 2,459 17,60 2,030 2,125 2,094 101,46
22/042022 0+200 7522,80 3273,30 1503,00 1,73 1591,25 137,90 130,70 5,51 0,09 0,082 2,459 23,74 2,030 2,161 2,118 102,04
22/04/2022 0+250 6451,80 2191,80 1503,00 1,73 1597,33 96,50 91,20 5,81 0,06 0,057 2,459 22,02 2,030 2,119 2,111 100,37
22/04/2022 0+300 6449,20 2294,00 1503,00 1,73 1536,62 145,40 137,60 5,67 0,09 0,090 2,459 29,42 2,030 2,176 2,140 101,67
22/04/2022 0+350 6371,40 1986,30 1503,00 1,73 1669,81 134,40 125,90 6,75 0,08 0,075 2,459 27,77 2,030 2,189 2,133 102,59
22/042022 0+400 6300,00 2430,60 1503,00 1,73 1371,03 134,10 125,90 6,51 0,10 0,092 2,459 28,68 2,030 2,221 2,137 103,92
23/04/2022 0+450 7465,10 3439,50 1503,00 1,73 1461,53 81,70 78,20 4,48 0,06 0,054 2,459 17,13 2,030 2,124 2,093 101,49
23/04/2022 0+500 7228,90 3443,50 1503,00 1,73 1322,36 118,30 110,70 6,87 0,09 0,084 2,459 26,04 2,030 2,196 2,127 103,24
23/04/2022 0+550 7290,80 2929,80 1503,00 1,73 1655,85 110,80 104,50 6,03 0,07 0,063 2,459 24,45 2,030 2,147 2,120 101,25
23/04/2022 0+600 7151,70 2850,50 1503,00 1,73 1621,21 102,50 98,90 3,64 0,06 0,061 2,459 30,31 2,030 2,172 2,143 101,32
23/04/2022 0+650 6930,80 2819,80 1503,00 1,73 1511,01 123,00 118,20 4,06 0,08 0,078 2,459 27,08 2,030 2,203 2,131 103,41
23/04/2022 0+700 7026,10 3005,40 1503,00 1,73 1458,69 103,20 100,10 3,10 0,07 0,069 2,459 24,43 2,030 2,137 2,120 100,76
23/04/2022 0+750 6894,40 3027,40 1503,00 1,73 1369,64 116,00 109,50 5,94 0,08 0,080 2,459 19,67 2,030 2,128 2,102 101,21
23/04/2022 0+800 6678,20 2913,00 1503,00 1,73 1310,66 138,30 130,10 6,30 0,11 0,099 2,459 19,22 2,030 2,159 2,100 102,79
23/04/2022 0+850 6789,00 2863,40 1503,00 1,73 1403,59 143,00 135,20 5,77 0,10 0,096 2,459 19,29 2,030 2,129 2,101 101,34

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Dengan Alat Sand Cone

xlv
Sumber Data: Rancangan Pengujian Material dan Pembuatan Desain Job Mix Formula
Laboratorium PT. Bumi Indah

Rata-rata tes kepadatan lapangan yang didapat adalah 101,83%, sedangkan rata-rata
tes kepadatan lapangan 100% - 110%. Sehingga kepadatan lapangan agregat A di Jalan
Depan Gereja Efata Bello memenuhi syarat.

4.10. Permasalahan Yang Ditemui di Lapangan


Ada beberapa masalah yang ditemui dalam pelaksanaan proyek pada paket
Peningkatan Struktur Jalan Depan Gereja Efata Kelurahan Bello:
 Kurangnya pengawasan pada saat proses pemadatan Agregat A, sehingga
tebal Agregat ada yang tidak mencapai toleransi elevasi permukaan relative
terhadap elevasi rencana (+ 0 cm),(- 1 cm).
 Kurangnya pengawasan pengendalian keluar masuknya truk yang
mengangkut material pada saat pekerjaan berlangsung sehingga
menyebabkan kemacetan di lokasi proyek.
 Pihak kontraktor pelaksana kurang menyediakan perlengkapan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) pada saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

xlvi
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Abrasi material memenuhi syarat. Rata-rata nilai abrasi yang diperoleh adalah
28,06%, untuk agregat kelas A nilai abrasinya 0-40% (Spesifikasi Umum bina
Marga 2018).
2. Hasil gradasi memenuhi syarat (tabel 4.7 dan 4.8).
3. Tes kepadatan lapangannya (sand cone) memenuhi syarat yaitu dengan rata-rata
tes kepadatan lapangannya 101,83%.

5.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan hal-hal sabagai berikut:
1. Pihak kontraktor harus memasang rambu-rambu di lokasi proyek sehingga
kendaraan tidak melewati lahan yang sedang dikerjakan.
2. Pihak kontraktor perlu lebih meningkatkan pengawasan pada saat proses
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan Agregat A
3. Pihak kontraktor untuk lebih peka terhadap pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dan menerapkannya di lingkungan kerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.

xlvii
DAFTAR PUSTAKA

DPUPKP, Perkerasan Jalan Raya.

Fay, E. Agung, 2017. Desain Job Mix Formula (JMF) Agregat Kelas A Pada Paket
Pembangunan Jalan Lingkungan Kawasan Perkantoran Kota Kupang. Laporan Kerja
Praktek, Akademi Teknik Kupang.

Ir. Hamirhan Saodang. Konstruksi Jalan Raya, Penerbit Nova.

Moro, Marianus Laga. 2016. Peninjauan Proses Pelaksanaan Penghamparan Dan


Pemadatan Agregat Kelas A Pada Proyek Pelebaran Jalan KM 180 Waerunu
Kabupaten Sikka, Laporan Kerja Praktek, Akademi Teknik Kupang.

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit NOVA, Bandung.

Soeharta Imam, 1995. Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga.

Spesifikasi Umum. 2018. Untuk Perkerasan Konstruksi Jalan Dan Jembatan, Depertemen
Umum Pekerjaan Direktorat Jendral Bina Marga.

xlviii
xlix

Anda mungkin juga menyukai