Dosen Pembimbing:
Ir. Murdjito, M.Sc
Disusun oleh:
Anallenian Selviana (04311840000003)
Widi Utami (04311840000068)
Bella Rossa Aliani (04311840000000)
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat-Nya sehingga laporan “Tugas 1
Perencanaan Konstruksi Bangunan Laut 2” dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Perencanaan Konstruksi Bangunan Laut 2.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Kami
merasa sangat berterimakasih kepada Ir. Murdjito, M.Sc selaku dosen mata kuliah
Perencanaan Konstruksi Bangunan Laut 2, karena dengan bantuan Beliau, kami dapat
mengatasi hambatan-hambatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami juga berharap pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Penulis mohon maaf
atas kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini baik disengaja ataupun tidak. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Bangunan Lepas Pantai Jenis Apakah yang Dipilih untuk Eksploitasi Migas di
Daerah Marginal?
2. Bagimanakan Design Spiral untuk Bnagunan Lepas Pantai yang Dipilih?
BAB II
DASAR TEORI
Bangunan lepas pantai dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Menurut cara operasinya (type of operations)
Bangunan yang digunakan untuk pengambilan minyak atau gas.
Bangunan yang digunakan untuk penambangan. Bangunan ini digunakan untuk
mengambil bijih-bijih tambang di dasar laut.
Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga gelombang.
Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga thermal seperti OTEC.
2. Menurut bentuk konfigurasinya.
Struktur kendaraan (vessel type structures), struktur jenis ini biasanya adalah
kapal laut yang dimodifikasi sehingga mempunyai sistem propulsi (propulsion)
dan dapat berpindah tempat dengan cepat. Struktur jenis ini dipakai untuk
pengoperasian di laut dalam.
Struktur barge, Struktur jenis ini tidak mempunyai sistem propulsi sehingga untuk
memindahkannya harus ditarik dengan menggunakan kapal.
Struktur platform, sebagian besar dari struktur yang digunakan untuk eksplorasi
atau produksi minyak di laut dangkal atau laut menengah adalah struktur dari jenis
ini.
3. Menurut fungsinya
Bangunan eksplorasi, digunakan untuk pengeboran minyak atau gas alam.
Bangunan produksi, digunakan untuk pengambilan minyak atau gas alam dari
sumur minyak yang ditemukan.
Bangunan hibrid, digunakan untuk pengeboran maupun pengambilan minyak atau
gas alam.
4. Menurut material bangunan
Platform baja, seluruhnya terbuat dari baja.
Platform beton, bagian dasar terbuat dari beton
Platform hibrid, gravity platform yang terdiri dari bagian dasar yang terbuat dari
beton dan rangka baja. Bagian dasar tersebut menyokong deck yang terbuat dari
baja.
5. Menurut Mobilitas
a. Bangunan tetap (fixed structures): digunakan pada laut dangkal dan laut
menengah (intermediate water) dan dipancang ke dasar perairan.
b. Bangunan terapung (flooting structures) : dapat digunakan pada semua
kedalaman laut dan terutama untuk laut dalam. Floating structure sendiri dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis seperti, Semi Submersible, Tension Leg
Platform, Spar, FPSO, FSO, dll.
2.3 Semi-Submersible
Sebuah platform yang semi-submersible adalah khusus kapal laut yang digunakan
dalam peran lepas pantai termasuk sebagai offshore drilling rig, kapal keselamatan,
platform produksi minyak, dan crane angkat berat. Mereka memiliki stabilitas dan
seakeeping kapal yang baik , lebih baik daripada kapal bor. Pengeboran lepas pantai di
kedalaman air lebih dari sekitar 520 meter mengharuskan pengoperasian dilakukan dari
kapal apung, karena struktur tetap tidak praktis. Awalnya pada awal tahun 1950-an, kapal
monohull seperti CUSS I digunakan, tetapi ternyata memiliki gerakan angkat, pitch, dan
yaw yang signifikan dalam gelombang besar, dan industri membutuhkan platform
pengeboran yang lebih stabil.
Sebuah semi-submersible memperoleh sebagian besar daya apungnya dari pemberat,
ponton kedap air yang terletak di bawah permukaan laut dan aksi gelombang. Kolom
struktural menghubungkan ponton dan dek operasi. Dek operasi dapat ditempatkan tinggi
di atas permukaan laut karena stabilitas desain kapal yang baik , dan oleh karena itu
dijauhkan dari gelombang.
Dengan struktur lambungnya yang terendam pada aliran yang dalam, semi-
submersible tidak terlalu terpengaruh oleh beban gelombang dibandingkan kapal biasa.
Namun, dengan area bidang air yang kecil, semi-submersible sensitif terhadap perubahan
beban, dan oleh karena itu massa onboardnya harus dipangkas untuk menjaga stabilitas.
Berbeda dengan kapal selam , kapal semi selam tidak didukung dengan bertumpu di dasar
laut .
Kapal semi-submersible dapat berubah dari draft dalam menjadi dangkal dengan
deballasting (menghilangkan air pemberat dari lambung kapal), sehingga menjadi kapal
permukaan. Biasanya mereka dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dalam
konfigurasi ini. Kapal angkat berat menggunakan kemampuan ini untuk menenggelamkan
sebagian besar strukturnya, menempatkannya di bawah kapal terapung lain, dan
kemudian mengangkat kapal lain sebagai kargo.
Gambar 2.2 Deepsea Delta semi-submersible drilling rig in the North Sea
Menentukan daerah
marginal dan lokasi Platform
Menganalisis kondisi
lingkungan pada daerah
marginal
Membandingkan platform
dan memilih platform yang
tepat untuk lokasi tersebut
Kesimpulan
Studi Kasus
Adapun study case yang diberikan pada kajian literature dan studi konseptusl fasilitas
untuk pengembangan ladang minyak dan gas lepas pantai adalah sebagai berikut :
1. Produksi maksimum 20.000 barel oil per day
2. Kedalamsn maksimum 60 m,
3. 1 tahun:
- Hs : 1.25 m
- Tp : 4 detik
- Arus :2 knot
- Angin : 20 kn
100 tahunan:
- Hs : 2.75 m
- Tp : 6.5 detik
- Arus :3 kn
- Angin :50 kn
4. Lokasi 50 mil laut dari pantai.
4.2 Perbandingan dan Pemilihan Platform
Berdasarkan kondisi Study Case yang telah dijabarkan di atas, maka penggunaan
floating platform dirasa tepat dalam kondisi tersebut. Hal ini karena apabila
menggunakan fixed platform maka akan membutuhkan biaya yang besar karena untuk
fixed platform perlu berdiri dan dipancang pada seabed sehingga tentunnya diperlukan
penambahan material seiring dengan penambahan kedalaman. Selain itu, semakin
kedalaman bertambah, semakin besar pula sistem pengaku yang dibutuhkan agar
periode natural struktur tetap berada dibawah periode gelombang (untuk mencegah
terjadinya resonansi).
Agar lebih tepat dan lebih spesifik jenis floating platform apa yang tepat untuk
study case tersebut, kami mencoba membandingkan beberapa floating platform. Untuk
jenis floating platform yang dipilih adalah FPSO (Floating Production Storage and
Offloading), Semi-Submersible, atau Jack Up.
4.2.1 FPSO
FPSO (floating production, storage, dan offloading system) terdiri dari
struktur monohull besar, pada umumnya (tetapi tidak selalu) berbentuk kapal,
dilengkapi dengan fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi. Platform ini
ditambat ke lokasi untuk waktu yang lama, dan tidak benar-benar mengebor
minyak atau gas. Beberapa varian dari aplikasi ini, yang disebut FSO (floating
storage offloading) atau FSU (floating storage unit), yang digunakan secara
eksklusif untuk tujuan penyimpanan, dan hanya memiliki peralatan proses yang
sangat sedikit.
Kelebihan FPSO adalah:
- Mudah untuk mobilisasi
- Merupakan platform untuk produksi dan memiliki storage
- Stabilitas tinggi
- Olah gerak yang baik
4.2.2 Semi-Submersible
Platform semacam ini dapat digunakan untuk eksplorasi dan pengeboran di
kedalaman air laut yang dalam. Ponton diberi dukungan floatation ekstra. Platform
jenis ini digunakan secara luas jenis manufaktur kelautan ini sebagai rig tenang
untuk pengeboran survei untuk produk minyak bumi lepas pantai.
Semi-submersible digunakan untuk proses pengeboran dan produksi pada
ladang minyak, dan selanjutnya proses pengangkutan yang diangkut ke bagian
darat menggunakan kapal tanker/pipa bawah laut. Adapun beberapa pertimbangan
mengapa kami memilih bangunan Semi-Submersible, yaitu:
- Mobilitas tinggi,
- Respon gerak yang baik,
- Mudah ditempatkan di atas lokasi sumur untuk pengeboran,
- Sebagian besar riser fleksibel karena tidak ada sistem ventilasi cuaca,
menjaga platform tetap di tempatnya,
- Stabil dalam kondisi laut lepas,
- Tidak lebih banyak biaya,
- Kecepatan derek cepat,
- Area kerja yang luas dari ukuran dek platform yang luas,
- Platform kerja tinggi jauh dari aksi gelombang
Bangunan juga harus memenuhi aturan yang telah ditetapkan untuk dapat
beroperasi, diantaranya yaitu :
● DNVGL-ST-N001, oleh DNV GL, biro klasifikasi internasional.
Membahas tentang standar operasi di bidang kelautan.
● ISO 19901-1:2015, berjudul “Petroleum and natural gas industries —
Specific requirements for offshore structures — Part 1: Metocean
design and operating considerations”
● DNVGL-OS-C201 “Structural design of offshore units - WSD
method”
4.2.3 Jack-Up
Jack-up platform adalah salah satu yang paling cocok untuk tujuan tersebut.
Jack-up platform didesain sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban untuk
jangka waktu yang telah direncanakan. Jack-up platform diibaratkan seperti kapal
yang memiliki kaki yang panjang sehingga dapat berdiri di tempat yang telah
ditentukan. Ketika jack-up mencapai tujuan lokasinya, legsnya akan turun,
sementara hullnya akan bergerak naik agar air di bawahnya dapat bergerak.
Platform yang paling umum digunakan di dunia adalah jack-up. Mereka dapat
digunakan untuk pengeboran hingga kedalaman 500 kaki.
Kelebihan Jack Up adalah sebagai berikut:
- Sangat stabil karena kakinya bertumpu di dasar laut
- Bebas dari gerak lonjak
- Dapat dimobilisasikan
Cost Plan
Menurut studi literatur yang telah kami lakukan, mengutip dari detikfinance pada
saat melakukan wawancaranya dengan VP Shipping Pertamina, M Yudhie bahwa
konversi dari tanker ke FPSO memerlukan biaya sebesar US $21 juta.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9689987/Pengenalan_Bangunan_Lepas_Pantai_KL4121_Bala
pan_I_Definisi_Bangunan_Lepas_Pantai
https://finance.detik.com/energi/d-1986237/pertamina-habiskan-us-21-juta-sulap-tanker-
menjadi-fso
https://oilandgasmanagement.net/offshore-platform/
https://www.nsenergybusiness.com/projects/sne-oil-field-development/
https://www.offshore-technology.com/projects/sne-deepwater-oil-field/
https://studylibid.com/doc/3491/sistem-offloading-antara-fpso-dan-tanker
Kabir Sadeghi, Muhammad Khidre Musa. 2019. “SEMISUBMERSIBLE PLATFORMS:
DESIGN AND FABRICATION: AN OVERVIEW”