Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tarisa Pebriyanti

NIM : 1910313031
Mata Kuliah : Bangunan Lepas Pantai – Tugas Pertemuan 2

Bangunan Lepas Pantai

Bangunan atau anjungan lepas pantai adalah struktur bangunan yang terletak di lepas pantai
dengan permukaan dasar berada di bawah pasang surut terendah atau berada di luar daerah
gelombang pecah (breaker zone) ke arah laut. Bangunan ini biasanya memiliki rig lepas pantai
untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang. Rig pengeboran ini
berfungsi untuk menganalisis sifat geologis reservoir serta membuat lubang yang
memungkinkan pengambilan cadangan minyak bumi atau gas alam dari reservoir tersebut.

Rig lepas pantai terdiri dari platform mengambang secara permanen ataupun dapat dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lain di laut/tengah laut yang membentuk unit pengeboran, produksi,
penyimpanan dan pengangkutan. Rig lepas pantai terdiri dari semua struktur dan peralatan yang
membantu proses pengeboran untuk mengekstrak minyak dan gas dari sumur yang terdapat di
dasar laut. Kebanyakan anjungan tersebut terletak di lepas pantai dari landas kontinen,
meskipun dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya harga minyak mentah, pengeboran
dan produksi di perairan yang lebih dalam telah menjadi lebih baik, layak dan ekonomis.

Struktur anjungan lepas pantai dibangun di sebuah lapangan fabrikasi yang umumnya berlokasi
di sekitar daerah pantai, namun dapat juga lintas negara bahkan benua. Misalnya seperti
anjungan TLP West Seno yang struktur utamanya (bagian kolom dan ponton) dibangun di
Hyundai Heavy Industry, Korea Selatan, namun beroperasi di Selat Makasar, Indonesia.

Setelah proses pembangunan struktur utama di fabrication yard selesai, maka proses
selanjutnya ialah pengangkutan dengan memindahkan struktur utama anjungan (umumnya
bagian hull) ke lokasi akhir tempat instalasinya. Pengangkutan ini diawali dengan proses
peluncuran (loadout), yaitu pemindahan dan peletakan struktur ke atas kapal angkut atau
tongkang dengan bantuan derek angkat atau bila memungkinkan memanfaatkan daya apung
struktur atau sub-struktur yang akan diangkut itu sendiri.
Anjungan pengeboran minyak pertama kali dibangun di atas perairan air tawar sekitar tahun
1891 pada danau besar St Marys di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Kemudian sekitar
tahun 1896, sumur minyak pertama di perairan air asin dibangun melintasi bagian bawah kanal
Santa Barbara di Kalifornia, Amerika sebagai bagian dari perpanjangan ladang minyak
Summerland. Sumur dibor dari dermaga yang membentang dari Summerland ke kanal tersebut.

Catatan penting lainnya seputar anjungan minyak adalah pengeboran minyak di danau Erie,
Kanada pada awal tahun 1900-an dan pengeboran di danau Caddo, Lousiana, Amerika pada
tahun 1910. Tak lama kemudian, dibangun pula anjungan minyak di zona pasang surut di
sepanjang pantai teluk Texas dan Louisiana. Ladang minyak Goose Creek dekat Baytown,
Texas adalah salah satunya dari contoh tersebut. Pada tahun 1920-an pengeboran dilakukan
dari anjungan beton di danau Maracaibo, Venezuela.

Salah satu sumur bawah laut tertua adalah sumur Bibi Eibat, yang mulai mengalir pada tahun
1923 di Azerbaijan. Sumur itu terletak di sebuah pulau buatan di bagian dangkal Laut Kaspia.
Pada awal 1930-an, Texas Co., kemudian Texaco (sekarang Chevron) mengembangkan
tongkang baja bergerak pertama untuk pengeboran di daerah pesisir payau di Teluk Meksiko.

Di Indonesia sendiri, kontrak bagi hasil (PSC) Lepas Pantai Sumatera Tenggara yang terletak
di Laut Jawa, tepat di utara ibu kota Indonesia, yaitu Jakarta merupakan yang pertama kali
memproduksi minyak lepas pantai. Sejauh ini, sudah lebih dari 200 sumur eksplorasi dibor dari
tahun 1970 hingga sekarang dengan 21 akumulasi komersial ditemukan dan telah
memproduksi lebih dari 0,8 × 109 SBM. Minyak mentahnya rendah belerang, berlilin dan
bersumber dari serpih lacustrine Oligosen.

Reservoir berumur Oligosen hingga Miosen Awal dengan sekitar 25% cadangannya berupa
karbonat dan 75% dalam klastik fluvial-aluvial. Cekungan utama Sunda dan Asri adalah
cekungan retro-arc, berorientasi N-S, half-graben asimetris yang terletak di antara Perisai
Sunda yang stabil dan busur vulkanik aktif di pulau Jawa.

Ladang minyak lepas pantai yang berproduksi di Indonesia banyak terdapat di utara pulau
Jawa, Muara Mahakam Kalimantan Timur, Selat Makasar, dan Laut Natuna dengan kedalaman
pada tiap perairan cukup bervariasi, seperti misalnya di Laut Jawa yaitu 10 – 60 meter, Muara
Mahakam 10 – 30 meter, Laut Natuna sekitar 100 m dan Selat Makasar lebih dari 100 m.
Anjungan lepas pantai mulai dibangun pada tahun 1969. Perencanaan, desain dan konstruksi
anjungan pertama dilakukan oleh kontraktor Amerika untuk perusahaan minyak Amerika. Oleh
karena itu, platform dibangun sesuai dengan praktik yang direkomendasikan American
Petroleum Institute yang terus digunakan sebagai basis desain dan konstruksi hingga saat ini.

Dengan hadirnya anjungan lepas pantai di laut Indonesia, para insinyur Indonesia mulai akrab
dan memiliki pengalaman dengannya. Pada tahun 1980 sebuah perusahaan konsultan Indonesia
memenangkan tender desain platform dalam kompetisi internasional. Standar desain yang
direkomendasikan API digunakan. Hingga pertengahan 1980, sekitar 30 platform rancangan
Indonesia berhasil beroperasi. Saat ini ada beberapa perusahaan konstruksi Indonesia yang
membangun anjungan lepas pantai.

Jenis atau tipe dari bangunan lepas pantai ditentukan oleh banyak faktor, seperti kedalaman
perairan, gelombang, arus, angin, pasang surut, lama waktu operasi, dan juga faktor ekonomis
dari struktur yang digunakan. Beberapa jenis anjungan lepas pantai diantaranya yaitu:

1. Fixed platform
Dibangun di atas kaki baja (jacket leg), beton, atau keduanya yang tertanam langsung
(dipaku bumi) ke dasar laut. Kaki baja bagian vertikal tersusun dari baja tubular dan
menopang bangunan atas (dek/topside) dengan ruang untuk rig pengeboran, fasilitas
produksi dan tempat tinggal pekerja. Fixed platform dirancang untuk penggunaan waktu
yang sangat panjang (hingga 50 tahun) dan layak secara ekonomi untuk instalasi di
kedalaman air hingga sekitar 1.700 kaki (520 m).

2. Semi-submersible Platform
Memiliki lambung (kolom dan ponton) apung yang cukup membuat struktur untuk
mengapung (seperti kapal), namun juga cukup berat untuk menjaga struktur tetap tegak dan
stabil. Semi-submersible platform dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan
dapat dinaikkan atau diturunkan dengan mengubah jumlah air di tangki apung. Selama
pengeboran atau produksi operasi, platform ini umumnya ditambatkan dengan kombinasi
tali rantai, kawat atau tali polyester, atau keduanya, meskipun dapat dijaga posisinya dengan
menggunakan sistem dynamic positioning. Semi-submersible dapat digunakan di
kedalaman air dari 200 sampai 10.000 kaki (60 sampai 3.000 m).
3. Compliant Tower
Terdiri dari menara fleksibel ramping dan pondasi tiang yang mendukung dek konvensional
untuk operasi pengeboran dan produksi. Dirancang untuk mempertahankan defleksi dan
beban lateral yang signifikan, biasanya digunakan di kedalaman air berkisar antara 1.200
sampai 3.000 kaki (370-910 m).

4. Jack-up Drilling Rig


Platform ini dirancang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan
menancapkan kaki-kaki yang dapat diturunkan seperti jack menggunakan roda gigi
(gearbox) ke dasar laut. Platform ini biasanya digunakan di kedalaman air hingga 400 kaki
(120 m), meskipun beberapa desain bisa digunakan pada kedalaman 550 ft (170 m).

5. Tension-leg Platform
Platform mengambang yang ditambatkan ke dasar laut untuk menghilangkan gerakan yang
paling vertikal pada struktur, terlihat mirip dengan semi-submersible dengan desain 4
kolomy dan digunakan di kedalaman air hingga sekitar 6.000 kaki (2.000 m).

6. Drillships
Drillship adalah kapal yang telah dilengkapi dengan peralatan pengeboran dan sistem
dynamic positioning untuk mempertahankan posisi di atas sumur yang dibor. Platform ini
paling sering digunakan untuk eksplorasi pengeboran minyak baru atau sumur gas di
perairan dalam dengan kedalaman mencapai 12.000 ft (3.700 m).

7. Gravity-Based Structure (GBS)


Digunakan ketika terdapat keterbatasan kapal tongkang derek untuk menginstal platform
lepas pantai tetap (fix platform). GBS diinstal dengan menariknya dari lapangan fabrikasi,
baik dengan penarikan basah (wet towing) atau penarikan kering (dry towing), dan
pemasangan sendiri dengan ballasting yang dikendalikan dari kompartemen dengan air laut.
Selama instalasi, GBS dapat dihubungkan ke salah satu tongkang transportasi atau kapal
tongkang lainnya menggunakan jack strand yang akan dirilis secara bertahap, sementara
GBS menyesuaikan ballasting untuk memastikannya tidak bergerak terlalu banyak.
8. Floating Production, Storage, dan Offloading System
FPSO terdiri dari struktur monohull besar, pada umumnya (tetapi tidak selalu) berbentuk
kapal, dilengkapi dengan fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi. Platform ini ditambat
ke lokasi untuk waktu yang lama, dan tidak benar-benar mengebor minyak atau gas.
Beberapa varian dari aplikasi ini, yang disebut FSO (floating storage offloading) atau FSU
(floating storage unit), yang digunakan secara eksklusif untuk tujuan penyimpanan dan
hanya memiliki peralatan proses yang sangat sedikit.

9. Spar Platform
Dirancang dalam tiga konfigurasi, yaitu lambung silindris tunggal konvensional, “truss
spar” di mana bagian tengah terdiri dari elemen truss menghubungkan lambung apung atas
(disebut tangki keras) dengan tangki lembut bawah mengandung ballast permanen, dan
“spar sel” yang dibangun dari silinder vertikal ganda.

Spar tertambat ke dasar laut seperti TLP, namun TLP memiliki tether (tendon) tegang
vertikal, sedangkan spar memiliki tali tambat yang lebih konvensional. Selain itu, spar
memiliki stabilitas lebih tinggi karena memiliki penyeimbang yang besar di bagian bawah
dan tidak tergantung pada tambatan untuk menahan tegak. Spar mampu menyesuaikan
ketegangan mooring line (menggunakan chain-jack melekat pada tali tambat), bergerak
horizontal dan memposisikan diri di atas sumur agak jauh dari lokasi platform utama.

Anda mungkin juga menyukai