Anda di halaman 1dari 66

TUGAS MAKALAH

TEKNIK PEMBORAN II

OPERASI LEPAS PANTAI

Dosen Pengampu: Idham Khalid, S.T., M.T.

Oleh:
Bayu Syahputra 193210199

Kelas : B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
anugerah-Nya kepada kita dan shalawat beriringan salam kita sampaikan kepada junjungan
nabi besar Muhammad SAW yang telah mengubah zaman dari zaman Jahiliah ke zaman yang
penuh ilmu dan teknologi yang maju seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan dan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Idham
Khalid, ST, MT pada mata kuliah Teknik Pemboran II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Operasi Lepas Pantai bagi para pembaca dan penulis.
Segala usaha telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari
sepenuhnya bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca agar
dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini sangat berguna baik bagi
penulis sendiri, mahasiswa/i maupun bagi pembaca Budiman sekalian.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Pekanbaru, 08 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Operasional pemboran lepas pantai dan darat..................................................................2
2.2 Operasional produksi lepas pantai dan darat....................................................................6
2.3 Jenis platform yang digunakan untuk operasional pemboran dan produksi lepas pantai
..............................................................................................................................................17
2.4 Permasalahan yang terjadi saat operasional pemboran dan produksi lepas pantai........56
BAB III PENUTUP..................................................................................................................62
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................63

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operasi pengeboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi pengeboran
darat dengan menggunakan casing conduktor yang ditanam atau dibor dan disemen,
kemudian meningkat dengan digunakan mud-line suspention system, dan terus meningkat
dengan menggunakan riser system. Penggunaan BOP (blow Out Preventive) konventional
terus dimodifikasi agar mampu beroperasi di bawah air. Kondisi lingkungan laut
berpengaruh terhadap pemilihan jenis platform yang digunakan. Dalam operasinya
pengeboran lepas pantai membutuhkan sarana utama pengeboran yaitu berupa kendaraan
atau disebut Drilling rig. Pengeboran lepas pantai bisa dilakukan dengan 3 jenis
kendaraan atau drilling rig, hal tersebut tergantung pada kedalaman air di tempat yang
akan dilakukan proses pengeboran/lokasi pengeboran.

1.2 Rumusan Masalah


Apa perbedaan operasional pemboran lepas pantai, perbedaan operasional produksi
lepas pantai dan darat, jenis platform yang digunakan untuk operasional pemboran dan
produksi lepas pantai, serta permasalahan apa saja yang dapat terjadi saat operasional
pemboran dan produksi lepas pantai ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini ialah :
1.Agar lebih dapat memahami pelajaran Teknik pemboran II tentang Operasi lepas
pantai
2.Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah “Teknik Pemboran II”

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Operasional pemboran lepas pantai dan darat


a. Operasional pemboran lepas antai

Dalam operasinya pengeboran lepas pantai membutuhkan sarana utama pengeboran


yaitu berupa kendaraan atau disebut Drilling rig. Pengeboran lepas pantai bisa dilakukan
dengan 3 jenis kendaraan atau drilling rig, hal tersebut tergantung pada kedalaman air di
tempat yang akan dilakukan proses pengeboran/lokasi pengeboran, jenis driiling rig tersebut
antara lain adalah:

• Swamp Barge Merupakan driiling rig yang digunakan untuk kedalaman 7 - 15 ft (laut
dangkal) Cara kerjanya adalah dengan memobilisasi rig ke lokasi sumur, kemudian rig
ditenggelamkan dengan cara mengisi ballast tanknya dengan air. Setelah rig duduk di dasar
dan spud cannya tertanam di dasar laut, baru proses pengeboran bisa dimulai. Untuk
mencegah rig terdesak arus laut yang terkadang kuat, biasanya posisi rig distabilkan dulu
dengan cara mengikatkan rig pada tiang - tiang pancang di sekitarnya, karena apabila tidak
stabil dan posisi rig tergeser oleh arus, hal ini bisa menjadi masalah yang serius.

• Drillships (floater) Untuk laut dalam (>250 ft), digunakan drillships (floater) atau semi-
submersible. Drilling rig tipe floaters biasanya dipakai untuk mengebor sumursumur
explorasi karena praktis rig jenis ini tidak bisa melekat pada platform untuk mengebor
sumursumur development. Rig jenis ini, biasanya dilengkapi dengan 8 anchor/jangkar, yang
tersebar di sekeliling rig

• Jack-up rig Digunakan untuk kedalaman 15 - 250 ft, jack-up rig biasanya berkaki 3 atau 4,
dan ada yang tipe independent legs dengan spud can di masing - masing leg atau ada juga
yang non-independent leg dengan tipe "mat foundation" seperti fondasi telapak. Kaki rig
dengan tipe mat foundation ini biasanya dipakai di kawasan laut yang mempunyai soft seabed
(dasar laut yang lembut sehingga dengan kaki rig tipe mat tertanam tidak terlalu dalam). Rig
tipe jack up bisa digunakan untuk mengebor sumur - sumur explorasi maupun development
(pengembangan). Jackup rig adalah platform yang dapat mengapung dan mempunyai tiga
atau empat kaki yang dapat dinaik-turunkan. Untuk dapat dioperasikan, semua kakinya harus
diturunkan sampai menginjak dasar laut. Kemudian badan rig akan diangkat sampai di atas

2
permukaan air sehingga bentuknya menjadi semacam platform tetap. Untuk berpindah dari
satu tempat ke tempat lain, semua kakinya haruslah dinaikan terlebih dahulu sehingga badan
rig mengapung di atas permukaan air. Lalu rig ini ditarik menggunakan beberapa kapal tarik
ke lokasi yang dituju. Kedalaman operasi jackup rig adalah antara 5m sampai 200m. Jack up
rig merupakan salah satu offshore rig yang mempunyai kemampuan untuk berelevasi sesuai
dengan kedalaman laut tempat dia malakukan pengeboran. Ciri utama rig ini adalah adanya
menara yang terbuat dari baja yang digunakan untuk menaik-turunkan pipa-pipa tubular
sumur. Dengan tiga atau ada juga yang empat kaki yang dimiliki maka Jack Up Rig
mempunyai tingkat kestabilan dalam operasi yang tinggi dibandingkan dengan offshore
drilling yang lain seperti drill ship, semisubmersible, barge drilling, dll. Jack up rig pada
umumnya terdiri atas lima lantai :

o Main deck berhubungan dengan lantai utama di mana terdapat fasilitas-fasilitas umum
seperti ruang makan, ruang rekreasi, dan poliklinik.

o Di bawah lantai utama adalah pusat utilitas. Di sini terdapat generator untuk mensuplai
seluruh kebutuhan listrik. Terdapat juga mesin penggerak utama kapal yang biasa dipakai
waktu berlayar, juga terdapat tempat untuk pengolahan air untuk memenuhi kebutuhan air
tawar yang diperoleh dari penyulingan air laut.

o Di atas lantai utama adalah lantai satu. Di sini terdapat kamar-kamar tidur yang dilengkapi
juga dengan kamar mandi. Hampir seluruh pekerja tidur di lantai satu ini.

o Di atas lantai satu adalah lantai dua. Di sini ruangan kantor utama berada, tempat staff
pimpinan dan karyawan biasa melakukan meeting. Di sini juga tempat kegiatan-kegiatan
administrasi dilakukan sehingga ruangan ini dilengkapi dengan mesin fax, fotocopy, telepon
dan komputer .

o Lantai tiga adalah tempat nahkoda kapal bekerja. Di mana seluruh kegiatan dapat dipantau.
Di lantai tiga ini juga terdapat halipad yang memungkinkan untuk didarati halikopter dalam
kondisi darurat.

Jack up memiliki Struktur utama/main structure yang penting dalam melakukan operasinya.
Main structure yang terdapat pada jack up adalah :

o Leg : cylindrical atau trussed

3
o Spudcan : Sepatu leg yang nantinya akan masuk dan menyentuh sea bed sebagai pondasi
jack up.

o Cantilever : Tempat drilling dioperasikan, dapat bergerak kearah X and Y

o Hull : berisi beberapa tanki yang disesuaikan dengan kebutuhan dan compartment untuk
memasang beberpa equiptment dan machinery untuk drilling operation.

o Accomodation atau living quarter dimana para pekerja akan bekerja dan tempat istirahat
dengan berbagai macam fasilitas.

o Helli deck : Deck untuk menempatkan halikopter.

b. Operasional pemboran darat

Setelah dilakukan survei oleh ahli geologi, berupa survei geologi permukaan, bawah
permukaan dan survei seismik, dapat dinyatakanbahwa terdapat suatu perangkap di bawah
permukaan. Isi perangkapbelum dapat diketahui sebelum perangkap tersebut ditembus.
Setelah didapatkan suatu perangkap reservoir dan di permukaan tempat tersebut dianggap
masih liar maka dengan sendirinya perlu membuat tempat tersebut menjadi tempat yang
memungkinkan terlaksananya operasi pengeboran, selanjutnya ditentukan titik lokasi
pengeboran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: perizinan, mempersiapkan lokasi,
mempersiapkan jalan ke lokasi, mempersiapkan air, mempersiapkan peralatan pengeboran,
transportasi peralatan ke lokasi dan mendirikan menara.

1. Persiapan Jalan ke Lokasi Pengeboran


Kebutuhan pertama membuat jalan tembusan menuju lokasi yang telah
ditentukan tentu akan memerlukan peralatan, lahan dan personal. Jalan ke lokasi harus
disurvei, untuk melihat jarak yang terpendek, keramaian jalan, kekerasan dan lebar
jalan, kekuatan dan lebar jembatan.Persiapan jalan ke lokasi ini harus memperhatikan
keselamatan kerja, baik terhadap pekerja, peralatan, maupun lingkungan,
mengingatperalatan-peralatan pengeboran yang melintasi besar dan berat.
2. Persiapan Lokasi.
Untuk melakukan operasi pengeboran di darat hal yang paling penting
diperhatikan adalah persiapan tempat untuk operasi pengeboran, sedangkan di laut
harus memperhitungkan luas anjungan yang dipakai serta mempergunakan tempat
seefisien mungkin karena luasnya yang sangat terbatas. Persiapan lokasi pengeboran
darat meliputi :Meratakan lokasi, pengerasan lokasi, membuat kolam-kolam

4
penampung, membuat cellar . Lokasi pengeboran dibuat rata untuk mempermudah
pekerjaanpekerjaan dalam menempatkan peralatan-peralatan di lokasi. Lokasi
pengeboran yang dipersiapkan minimum adalah dengan radius 50 meter. Lokasi
pengeboran terutama disekitar titik lokasi harus dikeraskan, karena harus menahan
peralatan pengeboran yang sangat berat. Konstruksi lokasi harus memperhitungkan
berat peralatan yang akan dipasang di atasnya.
Lokasi pengeboran juga telah diratakan dan sudah siap selanjutnya escavator
mulai membuat lubang atau kolam berbentuk bujur sangkar tidak jauh dari lokasi
pengeboran. Kolam ini disebut kolam cadangan (mud pit), sebelum kolam ini
digunakan untuk menampung limbah pengeboran dari lumpur pengeboran selama
operasi maka terlebih dahulu perlu dilapisi dulu dengan lembaranlembaran plastik.
Tahap berikutnya adalah membuat kolam lain berbentuk segiempat tetapi ukurannya
lebih kecil dari mud pit yang disebut cellar.Diameter cellar yang besar ini disebut
“conductor hole” nantinya akanberada tepat dibawah lantai rig setelah diatasnya
dipasang substructure.Setelah pembuatan cellar selesai kemudian membuat lubang
sumur,diusahakan dilakukan ditengah-tengah lubang sumur. Cellar adalahkolong segi
empat yang dibuat di titik lokasi, yang berguna sebagaitambahan ruang di bawah
lantai bor. Setelah conductor hole disiapkan kira-kira mencapai kedalaman 20 s/d 100
ft, kemudian lubang tersebut dipasang “conductor pipe”. Pemasangan pipa ini untuk
menghindari terjadinya gerowong-gerowong atau kerusakan lain dari lubang sumur
selama dilaksanakan operasi pengeboran.
3. Persiapan Air.
Air merupakan bahan yang digunakan untuk membuat lumpur pengeboran,
membuat cement slurry dan untuk keperluan seharihari.Untuk itu perlu disurvei
terlebih dahulu sumber air yang terdapat di lokasi atau di sekitar lokasi. Sumber air
dapat dari sungai, danau, dan rawa-rawa. Kalau persediaan sumber air permukaan
tidak mencukupi maka perlu melakukan pengeboran airtanah, dan apabila tidak
ditemukan sumber air di lokasi maka air diangkut ke lokasi dengan menggunakan
mobil-mobil tangki. Setelah sumber air disiapkan selanjutnya pemasangan saluran–
saluran air dan pompa, biasanya persediaan air disimpan dalam suatu tanki yang besar
di sekitar lokasi pengeboran.
4. Persiapan Peralatan Pengeboran.
Berdasarkan target yang mau di bor perlu dipersiapkan peralatanperalatan
pengeborannya. Peralatan-peralatan pengeboran harus dipersiapkan terhadap
5
problem-problem yang mungkin akan dihadapi. Peralatan yang disiapkan didasarkan
kepada kedalaman dari target dapat direncanakan ukuran dan kapasitas menara yang
akan digunakan. Berdasarkan tekanan formasi yang akan di hadapi, dipersiapkan
Blow Out Preventer yang sesuai. Selain dari peralatan perlu juga dipersiapkan
material-material yang akan digunakan untuk operasi pengeboran, misalnya material-
material lumpur pengeboran dan material untuk penyemenan. 2.
5. Transportasi
Pengiriman peralatan pengeboran bisa dilakukan melalui jalur darat, air
maupun udara tergantung lokasi pengeborannya. Transportasi peralatan pengeboran
disebut dengan istilah moving. Pemilihan peralatan untuk transportasi peralatan
pengeboran ini didasarkan kepada tingkat kemudahan dan biaya serta tingkat
kemungkinannya. Dalam melakukan transportasi harus memperhatikan keselamatan
kerja, baik terhadap pekerja, peralatan, maupun lingkungan, mengingat peralatan-
peralatan pengeboran yang melintasi besar-besar dan berat. Urutan transportasi juga
harus memperhatikan urutan peralatan pengeboran yang akan diangkut. Peralatan
yang duluan dipasang dilokasi itulah yang duluan dibawa. Hal ini untuk menghindari
penumpukan peralatan di lokasi, mengingat ruang yang terdapat dilokasi terbatas.
6. Rig Up
Kedatangan rig di lokasi pengeboran biasanya berupa bagianbagian,
kontraktor dan personal-personalnya dengan menggunakan mesin derek yang berat
dengan segera mulai pemasangan dan pendirian menara bor. Rig up adalah merangkai
peralatan pengeboran di lokasi, dan mendirikan menara. Peralatan-peralatan yang
sudah dipasang perlu diperiksa dengan teliti, tentang kekuatan sambungannya dan
kelengkapannya, untuk menghindari kecelakaan yang dapat merusak peralatan dan
kemungkinan menimpa pekerja. Tahap pertama dari rigging up adalah mulai
memasang substructure langsung setelah pembuatan cellar selesai. Pada saat
pemasangan substructure telah siap dan landasan dari rig telah dipasang, prime mover
dan drawwork telah dipasang posisinya kemudian dicoba untuk segera dapat
digunakan dan dijalankan. Tahap selanjutnya melaksanakan pemasangan over head
tools pada posisinya setelah pemasangan drilling line selesai salah satu ujungnya
disambungkan pada drawwork. Dengan selesainya tahap ini dapat digunakan
membantu pendirian derrick pada posisi tegak. Pada dasarnya persiapan tahap rigging
up hampir dapat dikatakan mendekati penyelesaian, lokasi pengeboran tadi telah
berubah menjadi suatu kompleks rotary drilling yang modern.
6
2.2 Operasional produksi lepas pantai dan darat
a. Operasional produksi lepas pantai

Sistem produksi minyak dan gas bumi lepas pantai pada prinsipnya sama dengan
sistem produksi di darat. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah penyediaan raang
untuk peralatan dan operasi. Apabila di darat ruang yang tersedia tak terbatas, sedangkan bila
di lepas pantai, ruang yang tersedia sangat terbatas, mengingat biaya pembangunan anjungan
lepas pantai sangat mahal.

-Fasilitas Produksi

Di laut yang relatif dangkal, unit produksi, fasilitas akomodasi dan fasilitas
pengolahan produksi ditempatkan di atas sebuah atau beberapa buah anjungan baik yang
bersifat "fixed' maupun yang terapung.

Umumnya kumpulan anjungan ini membentuk suatu kompleks tersendiri, yang terdiri
dari anjungan proses, anjungan akomodasi dan beberapa anjungan "sattelite", serta sebuah
anjungan penimbun minyak. Anjungan sattelite didirikan pada ladang-ladang minyak
pengembangan, lengkap dengan kepala sumur dan fasilitas pengujian. Minyak mentah yang
naik diuji di anjungan ini, kemudian dikirim melalui pipa ke anjungan pemroses.

-Single-Point Mooring

Single-point mooring telah dikembangkan dan digunakan bertahun-tahun dalam


operasi offshore. Mula-mula single-point mooring didesain untuk tanker dapat melakukan
operasi mooring dan pemuatan minyak mentah.

-Fasilitas Produksi Bawah Air

Pada prinsipnya sistem produksi bawah air menghendaki sebanyak mungkin fasilitas
produksi minyak dan gas bumi terletak di dasar laut. Dewasa ini sebagian besar sistem
produksi bawah air hanya menempatkan unit-unit kepala sumur di dasar laut, sedangkan unit-
unit produksi lain terletak pada anjungan di atas air.

Secara umum ada dua macam pendekatan dasar terhadap sistem produksi bawah air,
keduanya masih dalam tahap pengujian op-erasional, yaitu :

7
1. Dry tree technique

2. Wet tree technique

*Dry Tree Technique

Prinsip sistem ini adalah memasang atau melengkapi setiap dasar well head dan manifold
dengan suatu ruang kedap air, bertekanan udara 1 atm. Sistem ini dikembangkan oleh SEAL
(Subsea Equipment Associated), dan Lockheed Petroleum Services System.

*Sistem SEAL Satu Sumur

Adalah suatu sistem pemonitoran dan pengontrolan X-mas tree dari atas permukaan air.
Tersusun dari dua kelompok peralatan yang bertumpu di atas pondasi khusus. Kelompok
bagian bawah disebut "master valve" dan kelompok bagian atas disebut "production control".
Sistem SEAL ini m'empunyai beberapa komponen.

a. Peralatan yang menetap dan dipasang di dasar laut, digunakan terus selama produksi.
Alat ini dilengkapi dengan pendukung mekanik dan penyekat permukaan untuk
"Manned Work Enclosure (MWE)".

b. Peralatan valve utama, yang terdiri dari valve utama bawah, saluran valve annulus dan
isolasiflowline valve. Peralatan ini dapat diaktifkan oleh operator dalam MWE atau
oleh handling tools.

c. Kelompok peralatan produksi, yang terdiri dari peralatan pengontrol jauh wing valve,
choke, peralatan hidrolik dan elekronik. Peralatan ini dipasang di atas dasar laut,
pemindahan dan penempatan meng-gunakan peralatan khusus. Peralatan ini berfungsi
yaitu untuk pengontrolan jarak jauh dari permukaan.
*Sistem SEAL Banyak Sumur

Sistem ini biasa disebut dengan "multiple well manifold/production station". Sistem ini terdiri
dari tiga komponen dasar utama. yaitu :

a. Landasan, merupakan struktur pipa baja dengan dimensi tinggi 26 ft, luas 50 ft2 dan 1
landasan tersebut.
b. Subsea Work Enclosure (SWE), SWE ini dilengkapi dengan ruang kedap air di atas
dasar laut dengan tekanan 1 atm. Unit ini berbentuk bulat untuk optimasi pemipaan

8
serta mempersingkat persiapan alat.
c. Wellhead Connector Assembly, peralatan ini menghubungkan antara linkaran
wellhead dengan SWE. Pada type awal alat ini menghubungkan dua wellhead dengan
SWE melewati penetrator opening.
d. Supporting Sub-system, sebagai peralatan bantu penunjang operasi antara lain,
peralatan transport operator dari permukaan ke SWE, life support sistem kontrol
tekanan, sistem electric dan hidrolik, sistem pemompaan air laut, sistem kontrol untuk
monitoring dan otomatisasi.
*Locheed Petroleum Service (LPS)

Sistem produksi bawah air yang dikembangkan oleh LPS, yaitu terdiri dari tiga bagian utama
dan bagian pendukung.

1. Bagian Utama

a. Vertical Wellhead Cellar, adalah perlengkapan wellhead dasar laut yang berbentuk
vertikal sehingga memudahkan operator bekerja di dasar laut.
b. Horizontal Wellhead Cellar, adalah perlengkapan wellhead dasar laut yang berbentuk
Horizontal sehingga memudahkan operator bekerja di dasar laut, bentuk ini
memberikan ruangan yang lebih luas.

c. Manifold Center, adalah manifold dasar laut yang berfungsi seperti halnya manifold
dipermukaan, yaitu menampung aliran minyak dari berbagai sumur untuk disamakan
tekanannnya sebelum dialirkan ke permukaan. Gambar 4.13 memperlihatkan
manifold center.
d.
2. Bagian Pendukung

a. Service Capsule, alat untuk mengangkut operator dari permukaan laut ke dasar laut
menujut ke wellhead atau manifold.
b. Kapal Pendukung, adalah kapal penunjang operasi untuk menyediakan tenaga listrik,
komunikasi, udara yang disalurkan melalui umblical cable, demi keamanan operasi
bawah air. Juga berfungsi sebagai kapal untuk menurunkan dan menaikkan kap-sul
dari dan ke kapal.

*Wet Tree Technique

9
Pada sistem ini semua sumur dihubungkan ke anjungan produksi melalui sebuah flowline,
dikenal dengan dua metoda penyambungaru yaitu : sambungan langsung dan sambungan tak
langsung melalui sebuah manifold.

"EXXON Company" telah mengembangkan" submerged production system" SPS.


merupakan sistem produksi bawah air, teridiri dari suaru landasan produksi pipa baja yang
terletak di dasar laut untuk men-dukung beberapa sub-sistem. Masing-masing sub-sistem
dirancang agar dapat cioperasikan dari atas anjungan.

Sistem ini mampu beroperasi di laut dalam dan tidak memerlukan penyelaman untuk
perbaikan kecil. Suatu sistem pengontrolan jarak jauh digunakan untuk menggerakkan dan
memindahkan komponen bila diperlukan. Komponen-komponen utama terdiri atas :

a. Manifold.

Manifold produksi terdiri dari serangkaian pipa, valve dan pompa yang berbentuk
persegi dengan rangkaian pipa mengelilingi sumur dan pada sudut-sudutnya dipasang pompa.
Sistem ini terdiri dari dua pipa tekanan tinggi dan rendah, satu pipa produksi, satu pipa
injeksi, dua pipa serba guna untuk "well twst", pumpdown tools, inhibitor injection dan lima
pipa untuk distribusi gas lift.

Sistem ini juga dilengkapi dengan sub-surface safety valves yang berguna bila tenaga
hidrolik hilang atau terjadi kondisi abnormal, maka secara otomatis semua valve akan
menutup, sehingga sistem tetap aman.

Pompa digunakan untuk "well test", untuk injeksi bahan-bahan kimia serta untuk
menginjeksikan bahan-bahan kimia dan injeksi gas guna sistem pengangkatan buatan dengan
"adjustable choke" untuk pengauran rate.

b. Wellhead

Masing-masing sumur dilengkapi dengan valve hidrolik, pengontrolan dari permukaan, serta
dilengkapi pula dengan "X-mast Tree" yang lebih sederhana dibandingkan dengan "X-mast
Tree" konven-sional.

c. Control

10
Pengontrolan dilakukan dengan sistem hidrolik yang menggunakan pompa hidrolik dengan
satu pusat pengendalian atau kontrol.

d. Sub-sistem pompa dan separator

Pompa digunakan untuk memberikan energi kepada aliran fluida produksi untuk
memperbaiki laju aliran. Separator yang dipasang adalah untuk pemisahan gas dan cairan
saja. Separator tersebut tidak dilengkapi dengan alat pemisahan air dan minyak. Ketinggian
fluida dalam separator digunakan untuk mengontrol "throttling valve", kemudian secara
otomatis valve tersebut mengatur besarnya out put pompa.

e. Template

Berupa struktur pipa baja untuk pondasi seluruh peralatan produksi di dasar laut. Konstruksi
ini dibangun didarat dan diturunkan ke dasar laut dengan menggunakan tongkang.

*Storage

Storage adalah tempat penampungan minyak sementara sebelum dipinda-hkan ke tanker.


Storage dirancang untuk lokasi keras atau untuk ladang-ladang marginal, atau ladang-ladang
yang mempunyai harapanhidup pendek. Dewasa ini dikenal beberapa jenis storage.

-Unit Submersible

Suatu unit yang diapungkan ketika ditarik ke lokasi, dan setelah mencapai lokasi, unit
ini ditenggelamkan. Sebagai pemberat digunakan ponton beton yang dapat diisi air, kemudian
tiang-tiang peny-angga mendukung anjungan beserta tanki-tanki penyimpan gas atau minyak
atau peralatan lainnya.

-Unit Terapung Van Berada Di Lokasi Terlindung

Unit ini berupa kotak beton bertulang yang bertindak sebagai tongkang, kemudian.di
atasnya dipasang tanki- tangki penimbun minyak atau gas bumi. Unit ini ditambatkan dengan
suatu jangkar atau tambatan tunggal.

-Unit Terapung Yang Berada di Laut Terbuka Berkondisi Tenang

Unit ini terdiri dari sebuah tongkang terbuat dari beton pra tekan (prestresed
concrete), di ruang dalam dan di atasnya dibangun tanki-d baja untuk menyimpan minyak dan

11
gas, serta dilengkapi dengan peralatan pengendali gas, peralatan penambat dan peralatan
pengisian ke kapal tanker serta fasilitas akomodasi.

-Unit Semi-Submersible

Dirancang khusus untuk laut terbuka berombak besar, seperti di Laut Utara. Sama
dengan unit semi-submersible lain. Unit ini terdiri dari badan kapal terendam, kolom
penyangga vertikal dan deck di tas permukaan air. Badan kapal bawah air mempunyai
sepasang dinding rangkap. Dinding bagian dalam membentuk suatu tanki yang terlin-dung
dari pengaruh air. Tanki ini berfungsi untuk menyimpan minyak atau gas.

Di atas deck terdapat perlengkapan pendukng lain seperti peralatan penghandle gas,
peralatan penambat kapal, derek dan pipa-pipa lentur untuk memindahkan muatan ke kapal
tanker serta peralatan akomodasi.

b.Operasional produksi darat

Dua cara memproduksikan fluida ke permukaan:

-Tahapan Sembur Alam (Natural Flowing)

-Tahapan Sembur Buatan (Artificial Lift)

* Gas Lift

* Pompa Sucker Rod

* Pompa Benam Listrik (ElectricSubmergible Pump

A. Sembur Alam (Natural Flowing)

Adalah tahap produksi pada saat tekanan reservoar cukup besar, sehingga mampu
mendorong fluida reservoar sampai ke permukaan. Sumur sembur-alam dapat diproduksikan
dengan atau tanpa ”jepitan” (choke/ bean) di permukaan. Sebagian besar sumur sembur-alam
menggunakan choke di permukaan dengan alasan, antara lain :

• Sebagai pengaman

• Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan

12
• Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah masuknya pasir.

• Untuk memproduksikan reservoar pada laju yang paling efisien

• Untuk mencegah water atau gas coning

B. Sembur Buatan (Artificial Lift)

- Gas Lift

Gas-lift adalah proses pengangkatan fluida dengan menggunakan gas tekanan relatif tinggi
(minimum 250 psi). Gas diinjeksikan ke dalam sumur dan digunakan sebagai media
pengangkat melalui proses mekanis.

Proses pengangkatan ini berlangsung karena:

• Penurunan gradien fluida dalam tubing

• Pengembangan gas yang diinjeksikan, dan/atau

• Pendorongan minyak oleh gas injeksi bertekanan tinggi

Fuida terangkat kepermukaan karena :

1. Dorongan gas bertekanan tinggi melalui katup-katup gas lift

2. Fluida dalam tubing lebih ringan, karena :

 densitas menjadi lebih kecil


 viscositas lebih rendah
 perbandingan gas dan cairan (glr,gor) lebih besar dibanding fluida reservoir

3.Tekanan alir dasar sumur (pwf) menjadi lebih rendah

Ada dua metode gas-lift, yaitu :

-Continuous gas lift

• volume yang kontinyu dari gas bertekan an tinggi diinjeksikan kedalam fluida dalam tubing

• gas menurunkan tekanan alir dasar sumur(pwf)

• digunakan pada sumur yang mempunyai productivity index (pi) tinggi

13
• p statis dasar sumur (pws) tinggi

-Intermittent gas lift

Beberapa kelebihan gas lift dibandingkan dengan metode sembur buatan lain yaitu:

 Biaya peralatan awal untuk instalasi gas-lift biasanya lebih rendah, terutama sekali untuk
pengangkatan sumur dalam (deep lift).

 Pasir (bahan abrasif) yang ikut terproduksi tidak merusak kebanyakan instalasi gas-lift.

 Gas-lift tidak tergantung/dipengaruhi oleh desain sumur.

 Umur peralatan lebih lama

 Biaya operasi biasanya lebih kecil, terutama sekali untuk deep lift.

 Ideal untuk sumur-sumur dengan GOR tinggi atau yang memproduksikan buih gas (gas-cut
foam).

Keterbatasan metode gas-lift adalah sebagai berikut:

• Gas harus tersedia

• Sentralisasi kompresor sulit untuk sumur-sumur dengan jarak terlalu jauh.

• Gas injeksi yang tersedia sangat korosif, kecuali diolah sebelum digunakan.

B. Sembur Buatan (Artificial Lift)

- Pompa Sucker Rod

- Pompa Listrik Sentrifugal Submergible

sentrifugal yang digerakkan oleh tenaga motor listrik. Pompa ini disebut pompa submergible
karena dalam operasinya pompa dan motor berada di bawah fluid level atau tercelup di dalam
fluida.

Sistim pompa ESP atau pompa listrik sentrifugal terdiri dari tujuh elemen dasar, yaitu:

• Motor listrik

• Protector

14
• Separator gas

• Pompa sentrifugal bertingkat banyak (multistage)

• Kabel listrik

• Switchboard

• Transformer

FASILITAS PRODUKSI PERMUKAAN

Peralatan produksi permukaan terdiri dari:

A. Wellhead (Kepala Sumur)

B. Gathering System

Fungsi:

Mengatur jalannya produksi minyak dari masing-masing sumur, Agar mendapatkan laju
produksi yang optimum.

Mengapa perlu diatur?

Masing-masing sumur mempunyai karakter (laju, tekanan, GOR dsb) yang berbeda-beda

C. ManifoldSystem

Manifold adalah sekumpulan pipa salur dan chokeyang bertujuan untuk mengatur alannya
laju produksi dan pengetesan dari masing-masing sumur ke separator.

Dasar pengelompokan sumur-sumur:

• Kapasitas produksi masing-masing sumur

• Tekanan masing-masing sumur

• GOR sumur

• Ada tidaknya kandungan material produksi sumur

• Sifat-sifat fisik dan kimia fluida sumur

D. Separator (Pemisah)

Fungsi separator :

15
 memisahkan gas dari cairan yang terproduksi dari sumur.

Komponen Separator:

1. Bagian Pemisah Utama, berfungsi memisahkan cairan/slug cairan masuk separator juga
butir-butir cairan yang terbawa gas akan dipisahkan secara cepat.

2. Bagian Pemisah Cairan, berfungsi tempat menampung cairan yang telah terpisahkan.

3. Bagian Pemisah Kedua, memisahkan butir-butir cairan sangat kecil, yang tidak terpisahkan
pada bagian pertama. Prinsip kerja adalah gravity setting dari aliran gas.

4. Mist Extraction Section, memisahkan sisa cairan yang berbentuk kabut

E. Treating Facilities

Alat ini digunakan memisahkan air yang tercampur dalam minyak.

Air dalam minyak dibedakan menjadi dua yaitu air bebas dan air emulsi.

Air bebas dipisahkan dengan cara settling

Air emulsi yaitu air yang tersebar dalam fasa minyak memerlukan cara-cara khusus untuk
menanganinya

F. Oil Storage (Tangki pengumpul)

Berdasarkan fungsi :

• Test Tank, tangki pengukur jumlah produksi dari satu atau beberapa sumur

• Tangki Penimbun, tangki penyimpan gas atau minyak

G. Pompa

Fungsi surfacefacility:

Media pengangkut:

 Gathering System,

 Manifold System

 Pompa

16
Pemisah:

 Separator

 Treating System

Penimbun:

 Oil Storage

2.3 Jenis platform yang digunakan untuk operasional pemboran dan produksi lepas
pantai
Pembuatan suatu platform pertama kali dimulai pada tahun 1869 oleh ROESLAND
PATENT, merupakan suatu Jack-up drill ship, dan Early drilling tender patent (4 mei 1869).

Perkembangan teknologi lepas pantai ini cukup pesat, dan pada tahun 1974 sudah ada 7000
platform produksi dan 420 platform pemboran, dan 2000 ka-pal-kapal tender (pensupley)
serta 300 kapal-kapal khusus untuk (untuk seismic, pemindahan platform, dll).

Sedangkan minyak yang dapat diproduksi pada tahun 1974 sekitar 750 MM (juta) ton/tahun,
atau sekitar 25% produksi total dunia. Biaya pemboran di laut cukup mahal, yaitu sekitar 10
juta $ US, sedangkan biaya pemboran di darat hanya sekitar 1-3 juta $ US.

Pada tahun 1910 kedalaman air yang dibor hanya 10 meter, dan saat sekarang telah mencapai
kedalaman 180 meter air laut. Pada tahun 1949 baru ada submersible di Gulf Mexico, dan
sejak saat itu perkembangan platform menjadi sangat pesat sekali.
Beberapa kriteria yang dijadikan dasar pemilihan suatu jenis platform, yaitu : kedalaman air
laut, batasan (kondisi) lingkungan, mobilitas dari alat tersebut, posisi yang harus ditahan,
serta kebutuhan dan fungsi peralatan yang akan diiiunakan.

Dua komponen unit penting yang merupakan hasil perkembangan teknologi lepas pantai,
yaitu unit pemboran dan unit produksi. Sehingga dalam perkembangan selanjutnya unit-unit
tersebut dapat dikelompokkan kedalam unit pemboran, unit produksi atau merupakan
gabungan unit pemboran dan produksi.

Merupakan satu kesatuan sistim peralatan pemboran yang beroperasi di lepas pantai.
Klasifikasi umum unit pemboran lepas pantai adalah sebagai berikut :

17
a. Unit yang bertumpu pada dasar laut
d. Submersible
e. Jack-Up
f. Anjungan fixed (fixed platform)

b. Unit terapung, meliputi :


 Semi-Submercible
Unit kapal Pemboran (drilling ship)
 Unit Anjungan Tethered dan Tension Leg.

2.1 Fixed Platform


Penggunaan fixed platform biasanya terbatas hanya sampai beberapa puluh meter
kedalaman air saja, walaupun mampu sampai 300 meter secara teknik. Harganya
sangat mahal. yaitu sekitar 300 juta $US. Fixed Platform menggu-nakan struktur
penunjang yang dipancangkan ke dasar laut, untuk menjaga kestabilan anjungan.
Perkembangan fixed platform sesuai dengan peningkatan kemampuan operasinya
terhadap kedalaman laut yang lebih besar. Pada gambar 2.15 dapat dilihat
perkembangan dari fixed platform.

Unit anjungan ini umumnya dipasang pada lapangan pengembangan, se-hingga


fungsinya sekaligus sebagai anjungan pemboran, anjungan produksi dan anjungan
pemrosesan, serta beberapa jenis mempunyai tangki penyim-panan minyak
berkapasitas banyak.

Sebagai perkembangan untuk kemampuan operasionalnya pada kedalaman laut yang


lebih dalam dan ragam konstruksinya, sehingga dewasa ini dikenal ada 4 jenis
perkembangan fixed platform, yaitu :
a. Anjungan dengan tiang pancang
b. Anjungan berdasarkan gravitasi
c. Anjungan dengan guyed wire
d. Anjungan hybrid

18
Gambar 2.15
Perkembangan Teknologi Platform

2.1.1 Steel Jackets and Piles Platform


Terdiri dari deck dan struktur tiang pancang dari pipa baja. Untuk menjaga kedudukan
seluruh unit, maka tiang pancang diikat dengan tiang pancang lain yang dibenamkan ke
dalam dasar laut. Gambar 2.16, gambar 2.17 dan gambar 2.18 memperlihatkan
anjungan tiang pancang.

19
Gambar 2.16
Tiang Pancang yang Dibenamkan dalam Dasar Laut

Gambar 2.17
20
Tiang Pancang Anjungan

Gambar 2.18
Salah Satu Contoh Platform

Jacket biasanya dibuat di darat dan ditransponasikan ke lokasi pe-masangan dengan


menggunakan launch barge seperti terlihat pada gambar 2.19. Sedangkan gambar 2.20
memperlihatkan cara memuat jacket ke atas launch barge. Dalam operasi pemuatan
harus diperha-tikan sistem keseimbangan barge dengan mengarur pengisian ballast.

21
Gambar 2.19
Pemasangan Jacket

Gambar 2.20
Salah Satu Cara Pengangkutan Jacket

22
Untuk penarikan dengan jarak yang jauh atau dalam badai, studi khusus harus
dilakukan terhadap kelakuan cuaca, respon barge dan kombinasi gaya-gaya yang
mempengaruhi. Biasanya digunakan model khusus dengan skala 1:50 (barge yang
sangat besar).

Hampir semua jacket diluncurkan melalui launching (transport) barge. Ukuran jacket
yang pernah diluncurkan dengan berat lebih dari 30000 ton dan panjang lebih dari 250
meter. Gambar 2.21 memperlihatkan cara peluncuran jacket dan cara pemasangannya.

Gambar 2.21
Cara Peluncuran Jacket

Selama peluncuran ke dasar laut jacket akan mengalami beberapa gaya yang dapat
merusak konstruksi jacket, seperti terjadinya impact pada kaki jacket yang pertama
menyentuh dasar laut bila kedalaman laut tidak'mencukupi (gambar 2.22).

23
Gambar 2.22
Peluncuran Jacket

Transportasi dan peluncuran jacket dapat dilakukan dengan menggu-nakan twin barge,
seperti terlihat pada gambar 2.23. Peluncuran pertama dilakukan pada aft barge (barge
yang menyangga pangkal jacket) yang kemudian dilanjutkan dengan peluncuran dan
forward barge. Jacket ada yang dilengkapi dengan self-floating jacket. Sistem
transportasi dan peluncuran jacket dapat dilihat pada gambar 2.24 dan gambar 2.25.

24
Gambar 2.23
Peluncuran Jacket

Gambar 2.24
Peluncuran Jacket

25
Cara pendirian kerangka platform dilakukan dengan mengatur pemompaan dan
pengeluaran air laut dari self- floating jacket, se-hingga terjadi upending moment yang
dapat memutar konstruksi (lihat gambar 2.25). Cara pendirian jacket kadang
memerlukan bantuan kapal-kapal tunda untuk melakukan manuver-manuver dalam
pendirian dan penentuan lokasi terpancangnya jacket.

Gambar 2.25
Peluncuran Jacket

26
Untuk meyakinkan bahwa jacket telah terpasang pada lokasi, biasanya dilakukan
survey yairu dengan survey elektronik, sehingga mampu menahan beban kombinasi
dari gaya-gaya seperti angin, arus laut dan gelombang.

Setelah jacket berdiri dengan sempurna maka dilanjutkan dengan pemasangan bagian
deck dengan semua perlengkapannya.

2.1.2 Gravity Base Platform


Struktur tiang pancangnya terbuat dari beton bertulang yang didalam-nya berongga
untuk tempat lewatnya riser. Sebagai pemberat dibuat tangki-tangki beton melekat
pada ujung bawah tiang pancang. Tangki pemberat (ballast cell] ini dapat juga
digunakan sebagai tempat peny-impanan minyak. Deck biasanya terbuat dari baja
berukuran luas, sehingga dapat menampung seluruh fasilitas pemboran. produksi dan
akomodasi.

Kestabilan anjungan ini dibentuk oleh bentuk dan dimensi dari berat-nya sendiri,
dengan demikian anjungan ini mampu beroperasi pada kondisi laut yang paling keras
sekalipun seperti di Laut Utara.

Lima belas (15) langkah (stage) pendirian konstruksi dan pemasangan Gravity base
platform. Masing-masing stage mempunyai beberapa sub- stage yang harus
diperhatikan dan dianalisa dengan cermat.

Stage-1, Construction of Base Raft Skirt in Basin


Yaitu pemasangan dan pembuatan konstruksi kaki dan sistem pengapungan dari gravity
based platform.

Stage-2, Floatout
Bila struktur siap. maka struktur diapungkan untuk pengecekan berat dan displacement
untuk meyakinkan terapungnya struktur sesuai dengan toleransi draft dan heel

27
Stage-3, Mooring at Deep-Water Site
Yaitu penambatan (moor ing system) pada laut yang lebih dalam, untuk persiapan
pembangunan struktur berikutnya di atas struktur yang sudah dibangun,

Stage-4 Construction at Deep-Water Site


Yaitu melakukan pembangunan struktur berikutnya (floating sistem) yang lebih tinggi
bagian dari bangunan konstruksi tersebut.

Stage-5 Completion of Base Caisson


Penyelesaian pada bagian sistem pengapung, merampungkan kubah bagian atas,
meletakkan solid ballast, memasang pcralatan dan per-lengkapan serta riser shaft.

Stage-6 Shaft Construction


Pembangunan sejumlah shaft (tiang penyangga) yang biasanya ber-jumlah antara 1
sampai 4 buah. Untuk mengukur dan mengecek kelurusannya digunakan laser sebagai
penuntun dalam pembangunan ini, Contoh bentuk platform lihat gambar 4.34 (Loango steel
gravity-based platform, North Sea).

Stage-7 Towing to Deep-Water Mating Site


Pada stage ini struktur ditarik ke tempat lain dengan air yang lebih dalarn yaitu untuk
persiapan pemasangan struktur penyangga deck.

Stage-8 Construction ofDect Structure


Bersamaan dengan pembangunan bagian sub-structure maka diban-
gun pula bagian decknya.

Stage-9 Deck Transport


Yaitu proses penarikan dan pengiriman deck ke tempat penyambun-gan antara sub-structure
dengan bagian deck. Cara pengangkutan deck structure memerlukan analisa dan evaluasi
yang cermat untuk mencapai penggabungan yang baik.

28
Stage-10 Submergence of Sub-structure for Deck Mating Sebelum kedatangan bagian deck,
maka sub-structure mengalami dua buah test. Test tahap satu adalah pengukuran standard
inclination, yaitu untuk mengetahui posisi ketinggian metacentric dan center of gravity.
Test tahap dua adalah pengukuran ballasting dan debalasting, serta mengontrol semua
sistem untuk menguji integritas bagian kedap air dari struktur.

Stage-11 Deck Mating


Yaitu operasi penggandengan bagian sub-structure dengan bagian deck

Stage-12 Hook-Up
Operasi berikutnya adalah pemasangan dan penyambungan semua perlengkapan
platform dan melakukan testing terhadap semua perala-tan yang berada di atas
platform.

Stage-13 Towing to Installation Site


Struktur ditarik ke tempat/lokasi yang telah ditentukan. Dengan mem-perhatikan semua
persyaratan penarikan dan keadaan cuaca. maka penarikan ke lokasi dilaksanakan.

Stage-14 Installation at Site


Setelah tiba di lokasi dan sesuai dengan koordinat yang telah ditetap-kan, maka
structurte ditenggelamkan sampai bagian sub-structure mencapai dasar laut.

Stage-15 Installation of Conductors


Tahap akhir pemasangan gravity base platform ini adalah pemasangan
Conductor.

2.1.3 Guyed-ToWer Platform


Konstruksinya lebih sederhana dan ringan dibandingkan dengan an-jungan
konvensional. Berupa struktur baja yang bertumpu di atas landasan baja template,
sambungan antara penyangga dan landasan merupakan sambungan yang fleksible,
sehingga struktur penyangga dapat bergcrak pada batas toleransi yang diijinkan.

29
Untuk menjaga posisi tegak struktur penyangga dapat bergerak pada batas toleransi
yang diijinkan.

Untuk menjaga posisi tegak struktur penyangga terikat dengan pu-luhan kabel baja
yang dipancangkan ke dasar laut. Pada gambar 2.26 memperlihatkan sistim anjungan
guy wire (guyed tower).

Gambar 2.26
Sistem Anjungan Guy wire

Konsep dari guyed tower ini adalah penyambungan atau persendian kolom dengan
tanpa momen bending pada pondasi di atas tanah. Reaksi dari beban gelombang
30
diambil alih oleh guyline yang umum-nya berjumlah 16 buah, yang menjangkar pile
pada sekelompok jangkar yang tergabung dalam sistem. Spud can atau pile support
pada bagian bawah struktur memberikan transfer geseran ke tanah dan menyediakan
titik masuk untuk konduktor gambar 2.27.

Gambar 2.27
Anjungan Guy wire

Guyed tower mempunyai profile seperti empat persegipanjang, umumnya 40 m atau


mendekati bujursangkar. Konstruksi ini didesain untuk laut dalam, 200-700 m atau
bahkan lebih dalam Cara pemasangan guyed tower dapat dilihat pada gambar 2.28. \
dengan mengatur buoyancy tank

31
Gambar 2.28

32
Cara Pemasangan Anjungan Guy wire

2.1.4 Tension Leg Platform


Sistem penambatan pada tension leg platform menggunakan material dengan kekuatan
dan ketahanan terhadap kelelahan yang tinggi. vaitu dengan menggunakan kawat
jalinan baja berdiameter yang cukup besar.(Gambar 2.29)

Gambar 2.29
Tension Leg Platform

33
2.1.5 Hybrid-Gravity Platform
Konstruksi penyangga sama dengan unit konstruksi tiang pancang, tetapi kaki-kakinya
diletakan ke dasar laut oleh pondasi atau ballast cell beton bertulang, seperti yang
dirancang oleh tecnomare untuk operasi di laut Utara

2.1 Platform Tender


Tender adalah sejenis barge atau kapal yang dilengkapi dengan peralatan pemboran serta
peralatan pembantu lainnya. Biasanya tender ini dijangkar dengan menggunakan empat
sampai delapan jangkar, yang ditambatkan sekitar duapuluhan feet dari platform,

Semua peralatan seperti mud line, jaringan daya listrik, air bahkan saluran bahan bakar yang
menghubungkan antara tender dan platform menggunakan pipa/saluran secara fleksibel,
sehingga mempunyai kemampuan gerak yang disebakan oleh gelombang, angin dan arus laut.

Beberapa inspeksi umurn yang harus dilakukan adalah :


1. Berat dari tender sama dengan berat air yang dipindahkan. Maksimum ekstra load
yang boleh ditempatkan di atas tender sebelum tenggelam adalah sama dengan
volume air yang hampir menyentuh bagian teratas dari tender.
2. Tender harus dijangkar berdasarkan kekuatan angin dan gelombang yang umum
terjadi untuk memperkecil terjadinya roll pada kapal.
3. Tender harus selalu berada dalam keadaan setimbang. Hal ini dapat dicapai dengan
loading dan ballasting yang tepat.
4. Bulkhead (dinding pemisah), pintu-pintu, hatches (lubang palka) harus kedap air.
Pintu-pintu dan lubang palka harus tertutup sebagai tindakan preventif sebelum terjadi
serangan badai. Pompa ballast harus bekerja dengan sernpurna.
5. Lebih baik bila tanki ballast penuh atau kosong dari pada dalam berisi sebagian. Tanki
yang berisi sebagian akan menurunkan sistem kestabilan kapal.
6. Yang paling penting adalah cara penyimpanan barang- barang pada deck cargo.

34
Kestabilan tender akan berkurang bila beban tidak tersimpan secara sernpurna dan
berimbang.
7. Jangkar dan tali/rantai jangkar tidak didesain untuk mengurangi gerakan kapal. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya over-stressing pada mooring line dengan konsekwensi
putusnya tali/rantai jangkar atau terjadi perge-seran jangkar (anchor dragging).
2.2 Jack-Up Platform
Self-elevating drilling unit atau unit pemboran yang dapat mengangkat dirinya sendiri
diperlihatkan pada gambar 2.30 dan 2.31. Badan unit drilling mampu mengapung dan
membawa seluruh perlengkapan terutama "kaki-kakinya" yang dapat diangkat. Unit
pemboran ini berpindah dari lokasi pemboran satu ke tempat yang lain dengan ditarik oleh
kapal-kapal penarik khusus. Selama perpindahan badan unit harus benar-benar tegar dan
stabil karena harus menanggung beban kaki jack-up yang cukup berat dan menjulang tinggi.

35
Gambar 2.30
Jack Up Rig

Gambar 2.31
Contoh Jack Up Rig

36
Untuk menaik-turunkan kolom-kolom kaki unit pemboran ini dipergunakan sistem
pengangkat tenaga listrik, hydraulic maupun sistem pneumatik. Ben-tuk kolom kaki terbuat
dari struktur kerangka dibentuk silendris, persegi empat atau sesi tiga. Pembuatannya dapat
dari bahan-bahan kerangka besi terbuka aiau dengan dinding tertutup (block). Jadi bila kolom
kaki hendak diturunkan ke dasar pada saat bersamaan badan unit dinaikkan. Dan bila telah
benar-benar bertumpu baik di dasar laut maka badan tersebut dinaikkan di alas permukaan
air.

Dengan demikian perlu diberikan "ballast" atau pemberat pada badan unit sampai pada
normal working loadnya. Hal ini untuk mendapatkan kapasitas pendukungan dasar pijakan
kolom-kolom kaki hingga pada kondisi yang mapan dan kuat. Keadaan ini dapat diketahui
dari sudut elevasi yang harus disesuaikan dengan gaya-gaya lingkungan seperti angin, ombak
dan arus.

Bila lokasi pijakan merupakan tanah lumpur lunak maka unit self-elevating ini harus
dilengkapi dengan sebuah "mat" atau sejenis alas seolah-olah berfungsi seperti "tatakan"
dibawah tiap-tiap kolom.

Unit pemboran swa-angkat didisain untuk berbagai kedalaman laut hal mana menyangkut
perencanaan kolom kaki ataupun "mat", panjang kolom kaki, kondisi tanah atau dasar laut,
kekuatan angin dan ombak ataupun arus laut serta kondisi musim selama unit pemboran
melangsungkan operasinya.

Jack Up merupakan unit pemboran yang kontruksinya menyerupai badan kapal atau barge,
dan mempunyai kaki- kaki penyangga yang dapat diatur ketinggiannya, sesuai dengan
kedalaman laut di lokasi pemboran.

Jumlah kaki bervariasi dari 3 sampai 14 buah. Bentuk penampang horizontal badannya
bermacam-macam. antara lain bentuk kapal, triangular, rectangular dan /regular.

Pemindahan lokasinya diavvali dengan mengangkat kaki-kakinya, sampai badan kapal turun
dan menyentuh permukaan air dan mengapung. Selanjut-nya unit ini ditarik dengan kapal
tunda ke lokasi baru, dan ada juga beberapa unit dilengkapi dengan propeler sehingga mampu

37
bergerak dengan tenaga sendiri, dengan demikian sekaligus mcmpunyai mobilitas dan
stabilitas yang cukup.

Kedalaman air untuk operasinya sampai 150 meter, bentuknya hampir sama dengan fixed
platform, harganya 75 juta $US, dan ongkos sewanya 40-80 ribu SUS/hari.

Dapat ditempatkan pada dasar laut yang lunak : BOP dipasang di permukaan sehingga tidak
perlu riser dan tahan terhadap angin. Kerugian dari jenis Jack Up ini adalah harus ditarik
dengan kapal lain dan bahan-bahan makanan dan material pemboran harus dikirim dari suatu
tempat lain, sehingga penggu-naannya tidak boleh terlalu jauh dari daratan. Jenis Jack Up
dapat dibagi menjadi 2 katagori utama, yaitu : indenpendent leg Jack Up, dan mat supported.

2.5.1 Indenpendent Jack Up


Kaki-kakinya tidak saling tergantung, ketinggian masing-masing dapat diatur bebas sesuai
dengan bentuk permukaan dasar laut yang tidak rata. Sebagai alas kakinya dipasang spud
cans, yang berupa landasan besi runcing untuk memudahkan kaki-kaki jack Up menem-bus
lapisan dasar yang lunak, sampai menyentuh lapisan yang lebih keras. Bentuk penampang
spud cans, bulat, persegi, segitiga dan polygon.

Seluruh beban unit disangga oleh spud cans pada masing- masing kakinya," sehingga beban
yang diterima lapisan cukup besar, antara 5000 sampai 6000 pound per feet persegi, dan
dapat menembus dasar laut sampai 40 feet.

2.5.2 Mat Supported Jack Up


Pada ujung bawah kaki-kakinya, dipasang landasan besi luas berben-tuk huruf A. Landasan
ini mengikat ketiga kakinya menjadi satu kesatuan kaki. Dengan demikian seluruh unit dibagi
merata ke dasar laut dalam daerah yang relatif luas, sehingga beban yang diterima di dasar
laut relatif kecil. Dalam praktek umumnya sekitar 500 sampai 600 pound per feet kwadrat
dan menembus dasar laut 5 sampai 6 feet. Gambar 2.32, memperlihatkan keduajenis jack Up
tersebut.

Unit ini dirancang untuk dasar laut yang lunak, tetapi hanya mampu beroperasi pada daerah
yang mempunyai dasar laut rata dimana kemir-ingannya tidak lebih dari 1.5°
38
Gambar 2.32

39
Mat Supported Jack Up Rig

2.3 Submersible Platform


Unit pemboran dengan kolom penstabil dapat dibagi duayaitu unit "Submersible" dan "Semi-
Submersible". Kadang- kadang disebut juga "fixed-deck units" oleh karena jarak antara badan
bagian bawah dengan deck drilling bagian atas tetap. Jadi deck bagian atas tidak dapat
diangkat atau dirurunkan.

Unit cukup lebar dan luas dengan kolom-kolom mengitari drilling deck sebagai pendukung
langsung. Bila berpindah ke lokasi pemboran yang lain unit ini dapat mengapung dan ditarik.
Untuk submersible unit: setelah men-capai lokasi maka langsung menambah berat atau
melakukan "ballast" dengan air laut sehingga bagian bawahnya menempel di dasar laut,
seperti ditunjukkjan oleh gambar 2.33..

40
Gambar 2.33
Submersible Platform

Stabilitas unit secara keseluruhan dijaga dengan cara ballast yang sangat hati-hati. Setelah
dapat diperoleh tekanan yang sesuai untuk kondisi setempat maka unit baru dapat memulai
operasi pengeboran. Deck atas harus berada pada elevasi dimana hantaman ombak laut tidak

41
sampai. Gambar 2.34 menunjukkan collumn-stabilized unit yang dikenal dengan "Semi-Sub-
mersible Rigs".

Gambar 2.34
Semi - Submersible Platform

Unit pemboran ini dibenamkan sampai kedalaman dengan gaya angkat tertentu sambil tetap
mengapung untuk melangsungkan operasi drilling lepas pantai. Pada umumnya semi-
submersible rig dilengkapi dengan sistem mooring, sedangkan sebagian lain diperlengkapi

42
dengan sistem baling-baling untuk menjaga tetap dalam posisi statis di titik lokasi sumur
yang dibor.

Perpindahan unit ini dari lokasi pemboran satu ke tempat lain biasanya ditarik oleh kapal,
akan tetapi terdapat beberapa yang dilengkapi dengan baling-baling sehingga dapat
melaksanakan perpindahan sendiri seperti kapal.

Terdapat tiga keuntungan utama pemakaian unit semi-submersible ini, yaitu:


a. Mempunyai kemampuan respon antisipasi yang lebih besar terhadap beban eksternal,
sehingga memiliki righting moment dan ketinggian metcentric yang lebih rendah
dibandingkan jenis-jenis barge standard.
b. Memiliki top side cargo capacity yang lebih rendah, sehingga kestabilan-nya terjamin
c. Pengontrol ballast lebih mudah karena terdapat bagian yang tenggelam.

Kontruksinya tersusun atas dua bagian utama. yaitu badan kapal bawah dan badan atas,
antara keduanya dihubungkan oleh tiang-tiang penopang berupa struktur centrelever.
Kedudukannya diperoleh dengan cara menenggelamkan badan bawah bila diisi air, dalam
keadaan demikian bagian badan bawah berfungsi sebagai landasan seluruh unit.

Sebaliknya jika air dipompa keluar, bagian badan bawah akan mengapung dan mengangkat
seluruh unit di atasnya. Dalam keadaan terapung unit ini mudah dipindahkan dengan cara
ditarik oleh kapal lain.

Posisinya selalu tidak berubah, dikarenakan badan bawah duduk di dasar laut. Bagian badan
atas merupakan deck, untuk meletakan rig dan perlengkapan-nya, sedang untuk fasilitas
akomodasi disebut texas deck

Jenis Submersible ini tidak perlu dekat dengan pantai, karena cukup luas untuk menyimpan
bahan-bahan makanan (akomodasi) dan material pembo-ran. Submersible ini dapat
beroperasi pada kedalaman laut sekitar 10 sampai 100 feet, dan kedalaman membornya dapat
sampai kedalaman 25000 ft.

2.4 Semi-Submersible Platform

43
Adalah perkembangan dari submersible, yang dirancang untuk op-erasi pada laut yang lebih
dalam. Keuntungan dari semi submersible ini, yaitu dapat digunakan untuk kedalaman lebih
dari 500 meter, dan sangat aman. Mempunyai karakteristik gerakan yang sangat baik (1/10 -
12/15 dari gerak ombak), karena pusat gaya berat terletak rendah di bawah air, dan ada
kemungkinan dikembangkan pemasangan mesin penggerak sendiri, sehingga tidak perlu alat
tarik untuk mobilitasnya.

Kerugian dari penggunaan platform jenis ini harganya relatif mahal, sekitar 130 juta $US,
dan ongkos sewanya 80 - 150 ribu $US/hari. Disamping itu mempunyai daya angkut yang
lebih kecil, dan untuk operasi pemborannya diperlukan riser sebagai pengganti conductor
casing.

Strukturnya tersusun dari ponton atau badan kapal yang penyangga beberapa kolom vertical
stabilizer yang berfungsi menyangga deck beserta peralatan rig. Kemampuan operasi dibatasi
oleh panjangnya kabel jangkar, dan dengan metoda pengendalian posisi dinamic maka
kemampuan operasinya dapat ditingkatkan sampai tiga kali lebih dalam. Ada 2 jenis yang
umum dari type semi-submersible ini, yaitu type pontoon dan type twin-hull (lihat gambar
2.35)

Gambar 2.35
Semi - Submersible Platform

44
2.5 Floating Unit (Drilling Ship)
Berbeda dengan konstruksi kapal biasa, pada kapal pemboran tepat pada puasat titik beratnya
dibuat lubang pada dasar kapal sebagai jalan masukpipa bor, kemudian disekeliling lubang
dibuat dinding vertical keatas lubang. Lubang ini disebut dengan drilling slot atau moon pool.
Derrick lengkap dengan peralatannya dibangun tepat di atas moon pool ini.

Dapat digunakan sampai dengan kedalaman laut 2000 meter air. Dynamic posisioning dapat
dipasang, sehingga tidak perlu dipasang kawat dan mooring. Menggunakan alat dorong
(gerak) sendiri untuk mobilitasnya, harganya relatif lebih murah dari yang lain, yaitu sekitar
75 juta $US, dan harga sewanya 60 - 90 ribu $ US/hari.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.36. Mempunyai daya angkut yang besar,
sehingga dapat lebih lama di offshore dan tidak perlu suplay tambahan dari darat, dan
mempunyai daya simpan yang besar sehingga cement, lumpur dapat disimpan dalam jumlah
yang banyak.

Gambar 2.36
Semi - Submersible Platform

45
Kerugian penggunaan jenis platform ini adalah gerakannya jelek, tidak sebaik semi-
submersible, dan dalam melakukan operasi pemborannya menunggu cuaca baik.

Kapal-kapal pemboran merupakan unit pemboran yang hanya mangandalkan apungan di


permukaan laut, seperti terlihat pada gambar 2.37 dan 2.38. Kapal pemboran harus didisain
tegar dengan pusat gaya berat di bagian paling bawah untuk menjamin kestabilan badan kapal
terhadap lingkungan laut. Pada umumnya mempunyai baling-baling sendiri akan tetapi
terdapat beberapa yang hanya bentuk dan ukurannya menyerupai kapal, misalnya barge
drilling unit.

Gambar 2.37
Contoh Kapal Pemboran

46
Gambar 2.38
Contoh Kapal Pemboran

Semua unit kapal pemboran selalu dilengkapi dengan sistem mooring untuk menjaga agar
tetap berada pada posisi yang sama selama operasi pemboran
berlangsung.

Selain kapal pemboran, jenis peralatan yang sering digunakan adalah Barge. Hal ini
disebabkan barge mempunyai kemampuan untuk menghadapi respon pitc dan surge yang
disebabkan oleh gelombang. cukup luas dan datar sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya penggulingan (roll}. Barge bila digunakan pada kedalaman yang relatif dangkal,
untuk memperbesar stabilitasnya, barge dapat ditenggelamkan ke dasar laut.

47
Berikut ini model barge yang sering dipergunakan :
a. Crane Barge
Crane barge digunakan untuk mengangkat, memindahkan dan memasang peralatan-
peralatan berat di lepas pantai, yang mempunyai daya angkat berkisar dari 500 -12000
tons.

Denah atau posisi peralatan yang terdapat pada crane barge dapat dilihat pada gambar
4.66.

b. Launch Barge
Launch barge dipergunakan untuk transportasi dan pemasangan (peluncuran) jackets.
Juga dapat digunakan untuk transportasi dan pemasangan sub-sea template.

Lauch barge biasanya berukuran dengan panjang dan lebar yang besar dan dibangun
dengan konstruksi yang kuat, disesuaikan dengan lungsinya untuk mengangkut
peralatan konstruksi.

c. Offshore Dredges (Kapal Keruk)


Adalah barge yang berfungsi sebagai kapal keruk, untuk mengeruk dasar laut dari
pendangkalan.

d. Pipelying Barges
Barges yang berfungsi untuk pemasangan pipa di tengah laut.

2.6 Tethered Bouyant Units


Unit ini hampir sama dengan semi submersible, dan konstruksinya terbuat dari beton
bertulang ringan atau baja. Komponennya meliputi suatu ruangan apung, konstruksi
penyangga dan deck beserta perlengkapan di atasnya. Skema dari unit anjungan tethered
bouyant ini.

Kemudian serangkaian kabel mengikat tegang seluruh unit dengan landasan beton
yang'tertancap di dasar laut, sehingga anjungan ini menerima beban stress lebih kecil dari
anjungan fixed. Bedanya dengan unit terapung lain, pada unit ini dirancang untuk sumur
48
pengembangan, dan terus berada pada satu lokasi selama masa produksi. Unit ini dibangun
cukup besar sehingga mampu menampung fasilitas pemboran, produksi, pemrosesan dan
akomo-dasi.

Dirancang untuk beroperasi di laut Utara, dan atas pertimbangan ini struktur penyangganya
dibuat lebih tinggi dari puncak badai terbesar agar seluruh fasilitas terlindung dari jangkauan
ombak.

2.7 Contoh Modifikasi Platform


Beberapa contoh platform peralatan pemboran dan produksi dapat dilihat pada Gambar-
gambar sebagai berikut :

Gambar 2.38
Unit Lepas Pantai untuk Operasi Pemboran dan Produksi
(PT. CNOOC di Laut Jawa)

49
Gambar 2.39
Unit Lepas Pantai untuk Operasi Pemboran dan Produksi
(PT. CNOOC di Laut Jawa)

50
Gambar 2.40
Station Pengumpulan Minyak Bumi di Daratan di Tengah Laut
(PT. CNOOC di Laut Jawa)

51
Gambar 2.41
Failitas Platform Jack Up Rig
(PT. KODECO di Laut Jawa)

52
Gambar 2.42
Mat Supported Jack Up Rig
(PT. KODECO di Laut Jawa)

53
Gambar 2.42
Fasilitas Platform untuk Pemboran di Salju

54
Gambar 2.43
Menara Rig untuk Pemboran di Salju

Gambar 2.44
Platform untuk Pemboran di Salju

55
2.4 Permasalahan yang terjadi saat operasional pemboran dan produksi lepas pantai
a. Masalah saat pemboran

Masalah-masalah yang paling sering terjadi pada saat operasi pemboran berlangsung.
Masalah pemboran (hole problems) secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Pipa Terjepit (Pipe Stuck)

Proses pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar dan aman, seringkali terjadi
hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Yang dimaksud dengan
hambatan disini adalah hambatan yang terjadi didalam lubang bor (downhole problem).
Hambatan yang terjadi diatas permukaan tanah dikategorikan sebagai problem mekanis.
Hambatan dalam lubang bor disini dapat dikelompokkan dalam kelompok besar sebagai
berikut :

 Dinding lubang bor runtuh,

 Hilang lumpur,

 Pipa bor terjepit,

 Semburan liar.

Kusus semburan liar tidak akan dibahas disini, tetapi akan dibahas secara terpisah dalam bab
Pengendalian Tekanan Formasi.

2. Sloughing Shale

Dinding lubang bor runtuh (caving, sloughing) biasa terjadi pada formasi shale, dan
masalah ini sering disebut sebagai “Shale Problem“. Hal ini terutama berkaitan dengan
stabilitas lubang bor selama pemboran. Tidak stabilnya lubang bor ini selanjutnya dapat
mengakibatkan masalah-masalah lain, seperti :

 Masalah pembersihan lubang bor :

– Lubang bor membesar, karena runtuh,

– Biaya lumpur bertambah besar,

– Penyemenan kurang baik.

 Pipa bor sering terjepit, dan dapat berakibat :

56
– Masalah pemancingan,

– Pemboran samping (Sidetracking),

– Penutupan sumur (Abandonment).

*Sebab shale tidak stabil

Dari formasi :

 Tekanan overburden besar,

 Tekanan formasi besar,

 Gerakan tektonik.

 Pengaruh penyerapan air.

Dari pengaruh operasi pemboran :

 Erosi, kecepatan lumpur dianulus terlalu besar,

 Gesekan pipa bor pada lubang bor,

 Pengaruh penekanan dan penyedotan

(pressure surge dan swabbing, pada

operasi cabut dan masuk pahat),

 Garam yang larut kedalam lumpur.

*Gejala shale problem

 Tekanan pompa naik,

 Torsi naik,

 Hambatan waktu cabut atau masuk pahat

(bridge dan fill-up),

 Gumpalan pada pahat (bit balling).

Perubahan sifat-sifat lumpur :

 Berat lumpur tambah,

57
 Viskositas lumpur tambah,

 Air filtrasi tambah,

 Serbuk bor tambah.

3. Hilang sirkulasi (Lost Circulation)


Dalam proses pemboran sering lumpur hilang masuk kedalam formasi.
Kehilangan lumpur ini dapat hanya sedikit (seepage loss), lumpur berkurang karena
adanya rongga-rongga kecil dalam formasi batuan. Hilang lumur sebagian (partial
loss) selama pemboran formasi yang ditembus terjadi rekahan secara alami (natural
fracture) atau terdapat permealibitas yang tinggi pada batuan (high permeability).
Atau bahkan lumpur sama sekali tidak mengalir keluar ke permukaan (total loss)
disebabkan menembus formasi berongga besar (goa-goa) diindikasikan tekanan
pompa lumpur menurun drastis.

b. Masalah saat produksi

Dalam penyaluran fluida produksi dari sumur produksi melalui sistem perpipaan di
lapangan lepas pantai akan ditemukan berbagai hambatan yang terjadi akibat sifat fisik fluida
yang mengalir di dalam pipa maupun akibat kondisi lingkungan. Potensi masalah yang terjadi
antara lain:

a. Slugging Pada aliran multifasa sering terjadi aliran dengan model slugging yaitu fasa gas
mengalir secara bergantian dengan fasa liquid. Hal ini akan mengurangi efiseiensi dalam
pengaliran dan menyulitkan penanganan aliran di bagian down stream. Slugging terjadi selain
karena sifat fisik fluida dan kondisi tekanan dan temperatur juga terjadi karena beberapa hal
seperti di bawah ini:

i) Terrain slugging disebabkan oleh kemiringan dari pipa, yang mengikuti elevasi tanah atau
dasar laut. Cairan dapat terakumulasi pada titik rendah pipa sampai tekanan yang cukup besar
dibelakang akumulasi cairan. Setelah cairan didorong keluar dari titik rendah, hal ini yang
membentuk aliran slug.

ii) Hidrodinamik slugging disebabkan oleh fasa gas yang mengalir lebih cepat daripada fasa
cair. Gas akan membentuk gelombang di permukaan cairan, yang dapat berkembang
keseluruh penampang pipa. Hal ini menciptakan penyumbatan di aliran gas, yang bergerak
sebagai slug melalui pipa.

58
iii) Riser-based slugging, dikaitkan dengan riser yang sering digunakan di fasilitas produksi
minyak lepas pantai. Cairan menumpuk di bagian bawah riser sampai tekanan yang cukup
untuk mengangkat cairan ke atas riser, di belakang slug cairan akan terbentuk pula slug gas,
sampai cairan yang cukup telah terakumulasi kembali di bagian bawah riser membentuk slug
cairan baru.

b. Hidrat

Hidrat terbentuk oleh ikatan antara molekul gas dengan hidrogen yang ada pada molekul air
dan membentuk kristal/padatan yang terjadi pada suhu di atas titik beku air. Hidrat dapat
terbentuk ketika terdapat gas, air bebas, tekanan tinggi dan suhu yang rendah. Kejadian ini
sangat mungkin untuk terjadi pada gas yang mengalir bersama dengan air formasi dari
sumur-sumur di lapangan migas lepas pantai.

c.Pengendapan Wax

Crude oil merupakan campuran hidrokarbon yang kompleks, terdiri dari aromatik,
parafin, nafta, resin, aspal, merkaptan, dan lain-lain. Ketika temperatur crude oil berkurang,
komponen-komponen berat seperti parafin/wax (C18 – C60) akan terpresipitasi dan
mengendap pada dinding pipa. Diameter internal pipa akan berkurang dengan adanya
pengendapan wax, menghasilkan pressure drop yang lebih tinggi. Pengendapan wax dapat
menyebabkan pipa tersumbat seluruhnya. Kelarutan wax dalam aromatik dan nafta rendah,
dan semakin rendah pada temperatur rendah. Sangat mudah bagi wax terpresipitasi pada
temperatur rendah. Temperatur tertinggi di mana wax mulai terpresipitasi disebut crude cloud
point (atau disebut juga wax appearance temperature). Ketika crude oil didinginkan hingga
temperaturnya di bawah crude cold point, parafin atau wax akan terpresipitasi. Wax akan
mengendap pada dinding pipa dalam bentuk gel wax-minyak. Gel terdiri dari kristal wax
beserta sejumlah minyak yang terjebak di dalamnya. Ketika temperatur makin rendah, lebih
banyak lagi wax yang terpresipitasi dan ketebalan gel meningkat, sehingga minyak akan
berhenti mengalir. Temperatur di mana sampel minyak berhenti mengalir disebut crude pour
point (Guo, 2005). Pada pipa bawah laut, temperatur air laut dapat berada di bawah pour
point, sehingga akan terbentuk gel wax setelah shutdown yang cukup lama.

d.Pengendapan Aspal

Aspal didefinisikan sebagai senyawa minyak yang tidak larut dalam npentana atau n-
heksana, tetapi larut dalam toluena atau benzena. Oleh karena itu, aspal akan terpresipitasi

59
ketika n-pentana atau n-heksana berlebih ditambahkan ke dalam crude oil. Padatan aspal
berwarna coklat gelap atau hitam. Tidak seperti wax, aspal tidak meleleh. Tetapi, seperti
halnya wax, dengan perubahan tekanan, temperatur, dan komposisi, aspal cenderung
terflokulasi dan mengendap di dalam formasi reservoir, tubing sumur, dan perpipaan
(flowlline). Pencampuran fluida reservoir dengan gas yang berbeda (injected gas atau gas-lift
gas) atau pencampuran dua aliran minyak dapat menyebabkan presipitasi aspal. Kelarutan
aspal dalam crude oil merupakan parameter kunci untuk menentukan apakah aspal dapat
menimbulkan masalah atau tidak. Jika aspal selalu berada dalam keadaan tidak-jenuh, aspal
stabil, dan tidak terjadi presipitasi. Sebaliknya, presipitasi aspal akan terjadi jika berada
dalam keadaan lewat-jenuh. Kelarutan aspal dalam crude oil dapat berubah dari tidakjenuh
menjadi lewat-jenuh jika tekanan, temperatur, dan komposisi berubah. Selama produksi,
perubahan temperatur dan tekanan di antara reservoir dan flowline cukup signifikan.
Komposisi fluida juga dapat berubah selama produksi : gas dapat terpisah dari crude oil
ketika tekanan crude oil berada di bawah bubble point, atau gas-lift gas diinjeksikan ke dalam
aliran minyak. Dengan demikian, presipitasi aspal merupakan masalah potensial selama
produksi dan transportasi.

e.Scale

Scale atau kerak juga merupakan potensi masalah yang mungkin terjadi. Jika wax dan
aspal terpresipitasi hidrokarbon maka scale dari air formasi. Scale dapat menyebabkan
masalah serius dengan menyumbat fasilitas produksi, control valve, dan menghambat aliran
fluida dalam tubing dan pipa. Scale juga dapat terbentuk di dalam formasi dan mereduksi
produktivitas dengan menyumbat formasi. Scale yang sering terdapat dalam industri minyak
adalah kalsium karbonat, barium sulfat, strontium sulfat, dan kalsium sulfat. Penyebab utama
kerak karbonat terbentuk dalam wellbore adalah pressure drop di dalam tubing dan tingginya
temperatur downhole. Sedangkan penyebab utama terbentuknya kerak sulfat adalah
pencampuran air : air dari field berbeda, dari sumur yang berbeda di field yang sama, dari
perbedaan lateral di sumur yang sama, dan pencampuran air formasi dengan air laut.

f.Korosi

Korosi menjadi masalah bagi pipa yang mengalirkan gas, minyak, dan air. Air dapat
membasahi permukaan dalam pipa dan korosi dapat berlangsung. Korosivitas bergantung
pada konsentrasi CO2 dan H2S, temperatur, tekanan, pola aliran, dan laju alir fluida. Pada
pipa bawah laut, korosi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu galvanic corrosion, pitting,

60
cavitation, stress corrosion cracking, hydrogen embrittlement, corrosion fatigue, dan lain-lain.
Fenomena korosi pada aliran multifasa (gas, minyak, dan air) sangat kompleks, mencakup
sifat kimia fluida, metalurgi material pipa, dan hidrolika aliran multifasa.

61
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kilang onshore lebih mudah dijangkau dibandingkan kilang offshore, karena lokasi
dari kilang itu sendiri dapat berada di tengah hutan, puncak gunung, tengah gurun, bahkan di
pinggir sebuah kota atau desa. Ketentuan yang dibutuhkan untuk membuat sumur bor di darat
terbilang lebih mudah dibandingkan lepas pantai. Namun karena sudah banyaknya eksplorasi
dan eksploitasi di daratan, maka peluang menemukan cadangan migas baru pun lebih kecil
dibanding di lautan.

Selain itu, tantangan untuk eksplorasi minyak dan gas pada offshore lebih besar
daripada onshore. Proyek pembangunan kilang onshore harus memperhitungkan kekuatan
tanah untuk fondasi dan beban angin, sedangkan di laut ada aspek lain yang perlu
diperhitungkan, yaitu beban yang timbul dari gerakan arus dan gelombang laut. Hal ini
memerlukan tenaga dan keahlian yang lebih kompleks dalam merancang kilang tersebut.

62
DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Budi. 2011. Pengeboran Lepas Pantai. Gema Teknologi:Vol.16 No.3 April-
Oktober 2011.
Ansyori, Ridwan. 2019. FLOW ASSURANCE PADA PRODUKSI MIGAS, MASALAH
DAN PENANGGULANGANNYA. Forum Teknologi : Vol.06 No. 4.
Amin, Mustaghfirin. 2013. DASAR-DASAR TEKNIK PENGEBORAN.
Amin, Mustaghfirin. 2014. HAMBATAN PENGEBORAN DAN PEMANCINGAN.

63

Anda mungkin juga menyukai