Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA
PEMERINTAH
VISI DAN MISI DINAS TENAGA KERJA
DIBIDANG K3
VISI :
Menjadi fasilitator dan pembina K3 yang profesional di
tingkat Nasional

MISI :
- Menjamin terlaksananya norma K3, hak-hak dasar
pekerja dan pengusaha dibidang K3
- Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan produktif
- Memberikan informasi peraturan ketenagakerjaan
dibidang K3 terhadap pekerja dan pengusaha
- Membudayakan lembaga mitra kerja dibidang K3
PERATURAN PERUNDANGAN DI BIDANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) :

- UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan


Kerja
- Permenaker No. Per. 01/MEN/1976 tentang
Wajib Latih Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan
- Permenaker No. per.01/MEN/1979 tentang
Wajib Latih Hyperkes bagi Paramedis
Perusahaan
1. Permenaker No. Per.01/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

2. Permenaker No. Per. 04/MEN/1987 tentang P2K3


serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3. Permenaker No. Per. 04/MEN/1995 tentang


Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (PJK3)
PERMASALAHAN
Pokok – pokok permasalahan adalah sbb :

1. Pengamalan dan pembudayaan K3 belum menjadi


kebutuhan setiap tenaga kerja

2. Keterlibatan pemimpin puncak suatu perusahaan


terhadap K3 pada umumnya masih rendah

3. Penerapan K3 relatif konsisten hanya pada perusahaan


- perusahaan yang berpotensi bahaya tinggi seperti
pada sektor migas, petrokimia dan perusahaan PMA
pada umumnya

4. Kekurangan Pegawai Pengawas baik secara kuantitas


maupun kualitas merupakan kendala pengawasan yg
dilakukan pemerintah
5. Peraturan Perundang-undangan
a, Belum adanya peraturan pemerintah yg mengatur
secara menyeluruh tentang pelaksanaan UU 1/1970
b. Timpang tindih peraturan perundangan K3 dengan
instansi lain
c. Peraturan perundangan bidang K3 kurang sesuai
dengan perkembangan teknologi dan masih terdapat
obyek pengawasan K3 yang belum diatur dalan
peraturan perundangan
6. Koordinasi
Kurang koordinasi pengawasan K3 dengan instansi terkait
dalam bidang :
a, Pembuatan peraturan perundangan disektor masing -
masing sesuai kewenangan instansi
b. Pelaksanaan pengawasan K3 di instansi terkait
7. Pembinaan
a. Kurangnya pelaksanaan diklat untuk pegawai pengawas
K3, Ahli K3 dan Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga
Kerja
b. Kurangnya kesadaran masyarakat industri tentang arti
pentingnya K3
c. Kurangnya optimalnya peran dan fungsi lembaga -
lembaga K3 (DK3N), P2K3, Perusahaan Jasa K3,
Asosiasi Profesi
d. Kurangnya tenaga pelaksanaan K3 yang
berkualifikasi sebagai operator
e. Kurang memasyarakatnya penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
8. Globalisasi, mendorong perusahaan untuk
meningkatkan kualitas SDM agar dapat meningkatkan
mutu produksinya sehingga mampu bersaing dipasar
bebas.
Perusahaan – perusahaan juga membutuhkan
pengakuan berupa sertifikat dibidang K3.
9. Pengakuan hukum yang masih lemah
Untuk hal tersebut maka diperlukan langkah-
langkah kegiatan sebagai berikut :

1. Merumuskan berbagai peraturan pelaksanaanya


yang mendukung pembudayaan gerakan K3 yang
perlu segera diterapkan, disamping menelaah
berbagai peraturan perundangan yang sudah kurang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta tuntutan keselamatan dan
kesehatan kerja yang semakin tinggi.
2. Meningkatkan fungsi dan mendorong terbentuknya
P2K3 di perusahaan dengan menetapkan
koordinasi fungsional antara perusahaan dengan
melalui pembinaan tehnis dan manajemen K3
untuk menunjang sistem pengawasan dan
penerapannya secara mandiri dalam perusahaan
industri yang bersangkutan.
a. Melaksanakan penelitian dan menetapkan standar K3
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan resiko
akibat kerja dan gangguan terhadap kesehatan pekerja
dan masyarakat.
Lanjutan

b. Pimpinan perusahaan diarahkan agar mempunyai


rencana program K3 yang praktis dan realistis sehingga
dapat dilaksanakan dan dievaluasi keberhasilannya.
Program yang direncanakan agar selalu
diupayakan selain bisa dilaksanakan tetapi juga harus
dapat diterima dan didukung oleh seluruh pekerja.

c. Memasukkan materi K3 pada kurikulum nasional dimulai


dari tingkat pertama hingga perguruan tinggi.

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pegawai pengawas,


tenaga ahli, dokter pemeriksa kesehatan melalui
penyuluhan dan optimalisasi tugas dan fungsinya ma -

sing - masing dengan memberikan kewenangan secara


terbatas seperti pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian peralatan berkala.
e. Meningkatkan kinerja jasa K3, lembaga K3 dan asosiasi
K3 melalui sistem akreditasi / penunjukan
berdasarkan peratruan perundangan untuk
melaksanakan sertifikasi di bidang K3.

f. Membangun pusat-pusat pembinaan dan pengujian


lisensi K3 pada daerah potensial dan mendorong aktivitas
pusat-pusat pembinaan dan pengujian lisensi K3 yang
telah terbentuk antara lain sebagai penyelenggara
pembinaan para operator, anggota P2K3 dan
kader-kader K3 lainnya.

g. Membangun posko K3 pada kawasan industri dan


penunjukan bapak angkat pada sentra industri
diutamakan pada industri kecil dalam mendorong
kemandirian perusahaan.
h. Setiap departemen atau instansi pemerintah lain yang
mempunyai kewenangan untuk membina dimasing-masing
sektor diupayakan agar dapat secara aktif meningkatkan
peran sertanya di bidang K3 dengan cara mengingatkan
perusahaan agar selalu memperhatikan pelaksanaan K3.

i. Mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk


menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan
sistem manajemen yang ada didalam setiap tempat
kerja dan untuk membuktikan keberhasilan SMK3 perlu
dilakukan audit sistem manajemen K3 yang
dilakukan oleh suatu badan audit yang independen.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai