Anda di halaman 1dari 9

BAB VII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program yang mutlak harus
diterapkan dalam setiap perusahaan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kerugian
akibat kecelakaan, kerusakan sarana perusahaan serta kerusakan lingkungan. Penerapan K3
di lingkungan PT. Petrokimia Gresik sebagai usaha penjabaran Undang – undang No. 1
tahun 1970 dan peraturan mengenai K3 yang lainnya dalam rangka perlindungan terhadap
seluruh aset perusahaan, baik sumber daya manusia (SDM) maupun faktor produksi yang
lainnya.
Program K3 telah terintegrasi dalam seluruh fungsi perusahan, baik fungsi
perencanaan, produksi dan pemasaran serta fungsi yang lain dalam perusahaan. Tanggung
jawab pelaksanaannya merupakan kewajiban seluruh karyawan dan orang yang berada atau
bekerja di lingkungan perusahaan. Keberhasilan penerapan K3 didasarkan atas kebijakan
pengelolaan K3 yang diambil oleh pimpinan perusahaan di antaranya adalah :
1. Komitmen top management
2. Kepemimpinan yang tegas
3. Organisasi K3 dalam struktur organisasi perusahaan
4. Sarana dan prasarana yang memadai
5. Integrasi K3 pada semua fungsi perusahaan
6. Dukungan seluruh karyawan dalam pelaksanaan K3
Sasaran pencapaian pengelolaan K3 adalah “zero accident” yang disertai dengan
produktivitas yang tinggi. Dengan demikian diharapkan tujuan perusahaan dapat dicapai
secara optimal.

VII.1 Filosofi Dasar Penerapan K3


1. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu adanya jaminan keselamatan.
3. Setiap sumber-sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien.
4. Pengurus/pimpinan perusahaan diwajibkan memenuhi dan mentaati semua
syarat-syarat dan ketentuan keselamatan kerja yang berlaku bagi usaha dan

VII-1
tempat kerja yang dijalankan. Setiap orang yang memasuki tempat kerja
diwajibkan mentaati semua persyaratan keselamatan kerja.
5. Tercapainya zero accident.

VII.2 Tujuan dan Sasaran K3


VII.2.1 Tujuan K3
Tujuan dari K3 adalah menciptakan sistem K3 di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien dan produktif.

VII.2.2 Sasaran K3
Sasaran dari adanya K3 adalah sebagai berikut :
 Memenuhi Undang-undang No.1/1970 tentang keselamatan kerja
 Memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER/05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen K3
 Mencapai nihil kecelakaan

VII.3 Kebijakan K3 (1 September 2005)


PT. Petrokimia Gresik bertekad menjadi produsen pupuk serta bahan kimia
lainnya yang produknya paling diminati oleh konsumen serta mengutamakan K3 dan
pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan operasionalnya.
Sesuai dengan nilai-nilai dasar tersebut, Direksi PT. Petrokimia Gresik
menetapkan kebijakan K3 sebagai berikut :
1. PT. Petrokimia Gresik bertekad menjadi produsen pupuk dan produk kimia
lainnya yang berdaya saing tinggi dan produknya diminati oleh konsumen
2. Penyediaan produk pupuk, produk kimia dan jasa yang berkualitas sesuai
permintaan pelanggan dilakukan melalui proses produksi dengan menerapkan
sistem manajemen yang menjamin mutu, pencegahan pencemaran dan
berbudaya K3 serta penyempurnaan secara bertahap dan berkesinambungan.
Untuk mendukung tekad tersebut, manajemen berupaya memenuhi standar mutu
yang ditetapkan, peraturan lingkungan, ketentuan dan norma-norma K3 serta
peraturan/perundangan terkait lainnya
3. Seluruh karyawan bertanggung jawab dan mengambil peran dalam upaya
meningkatkan ketrampilan, kedisiplinan untuk mengembangkan produk dan jasa

VII-2
yang berkualitas, pentaatan terhadap peraturan lingkungan dan ketentuan K3
serta menjunjung tinggi integritas

VII.4 Organisasi K3 PT. Petrokimia Gresik


Organisasi K3 terdiri dari dua bagian besar, yaitu :
 Organisasi Struktural
 Organisasi Non Stuktural
VII.4.1 Organisasi Struktural
Organisasi K3 Struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan K3 di PT.
Petrokimia Gresik sesuai dengan Undang-undang No. 1/70 serta peraturan K3
lainnya dan penerapan K3 dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga tercapai
kondisi yang aman, nyaman dan produktif. Struktur organisasi dari Organisasi K3
Struktural dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Departemen Lingkungan dan K3

Staf KK Staf KK Staf KK Staf Sultan, Bagian Staf


Pabrik I / Pabrik II Pabrik III Perlengkapan PMK Lingkungan
Loader B3, & , Pembinaan
Kawasan Pelabuhan & Kesehatan
Non-Pupuk
& Instalir

Gambar VII.1 Struktur Organisasi K3 PT. Petrokimia Gresik

VII.4.2 Organisasi Non Struktural


Organisasi ini dibentuk agar kegiatan-kegiatan K3 dapat terintegrasi pada
seluruh kegiatan dalam gerak dan langkah yang sama sehingga sistem pada K3 yang
ada dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta terjaga kontinuitasnya. Bentuk
organisasinya sebagai berikut :

VII-3
a. P2K3
Panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) dibentuk
sebagai penjabaran Undang-undang No.1 tahun 1970 bab IV pasal 10 tentang
panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
Di PT. Petrokimia Gresik, P2K3 merupakan organisasi pengarah
kegiatan K3 yang merupakan penjabaran kebijakan K3 dari top manajemen
dan dibentuk sejak 1981 serta telah direvisi sesuai dengan Surat Keputusan
Direksi No. 239/VII/SKPTS/DIR/1990 dengan tugas pembinaan dan
pengawasan atas penerapan K3 di dalam perusahaan. Tugas-tugas pokok K3 :
1. Mengembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi efektif
di bidang K3 antara pimpinan perusahaan dan karyawan dalam rangka
melancarkan usaha produksi
2. Menyelenggarakan pembinaan karyawan dalam usaha pencegahan dan
penganggulangan kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan
lain-lain
3. Melakukan pemeriksaan K3 di seluruh kawasan perusahaan yang
dibagi menjadi 12 daerah pengawasan
4. Melaksanakan sidang bulanan P2K3 untuk pembahasan:
a. Sikap kerja yang membahayakan
b. Keadaan yang membahayakan
c. Kebersihan lingkungan kerja
Sub P2k3
1. Organisasi yang dibentuk di unit kerja kompartemen
2. Bertugas menangani aspek K3 secara teknis di unit kerja
kompartemen.

b. Safety Representative
Safety Representative adalah Komite Pelaksana K3 yang bertugas
melaksanakan dan menjabarkan kebijakan K3 perusahaan serta
melakukan peningkatan K3 di unit kerja yang menjadi wewenangnya.
Struktur Organisasi:
Pembina : Kadep/Karo/Kabid di masing-masing Unit Kerja
Pengawas : Kabag/Eselon III di masing-masing Unit Kerja
Anggota Bergilir : Karyawan Eselon IV/V/Pelaksana yang ditunjuk
masing-masing unit kerja / Safety Representative
Bergilir
Anggota Tetap : Pejabat Eselon V sampai dengan Eselon I

Tugas dan Tanggung Jawab Safety Representative:

VII-4
1. Menjadi teladan pelaksanaan K3 di unit kerjanya dan berperan aktif
dalam :
 Menegakkan peraturan K3 di unit kerjanya
 Memberikan teguran dan/atau saran kepada setiap
orang yang melakukan penyimpangan/pelanggaran
peraturan dan prosedur K3 yang ditetapkan pimpinan perusahan.
2. Melakukan safety patrol/pemeriksaan K3 di unit kerjanya secara
mandiri atau gabungan bersama Tim Sub P2K3 yang mencakup sikap
dan kondisi yang tidak aman, pemeriksaan lingkungan kerja, estetika
dan aspek K3 lainnya secara rutin
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebersihan,
keindahan, kenyamanan dan menjaga kerapian baik di dalam maupun
di luar gedung di unit kerjanya
4. Mencatat semua temuan dan secara rutin membuat laporan kegiatan
sesuai dengan prosedur pelaporan dan pemantauan K3
5. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut setiap
temuan K3 di unit kerjanya dan berperan aktif dalam :
 Di dalam upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan di unit kerjanya
 Melakukan pengawasan pemakaian sepeda static (crosstrainer)
yang ada di unit kerjanya
6. Menghadiri undangan Rapat Sub P2K3 dan/atau rapat-rapat K3 yang
diadakan oleh Sub P2K3 atau unit kerjanya
7. Sebagai Unit Bantuan Penanggulangan Kebakaran dan
Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik di unit kerjanya dan/atau di
seluruh kawasan perusahaan
8. Sebagai Unit Bantuan Pengamanan Perusahaan di unit kerjanya.
9. Memantau fasilitas-fasilitas K3 seperti :
 Kotak P3K dan kelengkapan isinya serta memberikan saran
pengisiannya
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada di unit kerjanya serta
memberikan saran penggantian apabila tidak layak digunakan
 Penempatan bendera petunjuk evakuasi

VII-5
10. Sebagai pembawa bendera evakuasi yang ada di unit kerjanya untuk
tindakan evakuasi ke Titik Kumpul (Assembly Point) pada saat terjadi
kondisi darurat
11. Mengikuti pelatihan K3 yang dilaksanakan oleh perusahaan.

c. Tim PKDP
1. Dibentuk untuk melakukan penanggulangan apabila terjadi keadaan
darurat di pabrik
2. Sebagai penanggung jawab adalah pimpinan penanggulangan

3. Melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan.

VII.5 Program Zero Accident


Sebagai usaha mencapai zero accident, harus didukung oleh semua jajaran
karyawan dari bawah sampai ke atas untuk ikut aktif dan bertanggung jawab
terhadap program K-3 yang diarahkan kepada pengamatan perbaikan terhadap
ketimpangan yang ada dalam perencanaan, pengorganisasian, pengembangan, dan
pengawasan secara terpadu dalam semua kegiatan perusahaan.
Aktivitas yang dilakukan untuk mencapai zero accident di antaranya adalah:
a. Penerapan sistem manajemen K3 pada operasional perusahaan
b. Pembinaan, pengawasan dan pengembangan K3
c. Mengidentifikasi dan mengintervensi sumber-sumber bahaya
d. Membuat standar-standar K3
e. Membuat analisis data dan permasalahan K3
f. Menyediakan peralatan K3
g. Menyerahkan surat izin keselamatan kerja
h. Pemeriksaan alat angkat dan alat angkut
i. Melaksanakan safety contact, safety talk, safety patrol, dan safety promotion
j. Membuat safety poster dan safety sign
k. Melaksanakan pengukuran/evaluasi K3
l. Melaksanakan kontes K3

VII.6 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) bukan merupakan alat untuk melenyapkan bahaya
di tempat kerja, tetapi sebagai usaha pencegahan dan eliminasi kontak antara bahaya
dan tenaga kerja sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Sesuai dengan UU
No.1 tahun 1970, penyediaan APD menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi
pengusaha atau pimpinan perusahaan. Macam-macam alat pelindung diri :
1. Topi Keselamatan

VII-6
Topi keselamatan berfungsi untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan
tertimpa benda-benda yang jatuh, melindungi bagian kepala dari kejutan listrik
ataupun terhadap kemungkinan terkena bahan kimia yang berbahaya.
2. Alat Pelindung Mata (Eye Goggles)
Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata terhadap benda yang
melayang, geram, percikan, bahan kimia dan cahaya yang menyilaukan. Juga
dipakai di tempat menggerinda, pengelasan, memahat, mengebor, membubut,
tempat yang berdebu maupun di tempat dimana terdapat bahan atau bahan kimia
berbahaya, termasuk asam atau alkali.
3. Pelindung Muka (Face Shield)
Pelindung muka berfungsi untuk melindungi muka dari dahi sampai batas leher
dari bahan-bahan yang berbahaya, antara lain bahan kimia berbahaya, pancaran
panas, sinar ultraviolet dan infra merah.
4. Pelindung Telinga
Pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan di mana bila
alat tersebut tidak digunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan ketulian
yang bersifat tetap. Ada dua jenis pelindung telinga:
a. Ear Plug yang digunakan untuk daerah dengan tingkat kebisingan sampai
dengan 95 dB.
b. Ear Muff yang digunakan untuk daerah dengan tingkat kebisingan lebih besar
dari 95 dB.

5. Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk melindungi mulut dan hidung dari
berbagai gangguan yang dapat membahayakan karyawan. Terdiri dari :
a. Masker kain
Dipakai di tempat kerja di mana terdapat debu pada ukuran lebih dari 10
mikron.
b. Masker dengan filter debu
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan dapat menyaring
debu pada ukuran rata-rata 0,6 mikron sebanyak 98%.
c. Masker dan filter untuk debu dan gas
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan gas asam, uap
bahan organik, fumes, asap dan kabut. Dapat menyaring debu pada ukuran rata-
rata 0,6 mikron sebanyak 99,9% dan dapat menyerap gas/uap/fumes sampai
0,1% volume atau 10 kali konsentrasi maksimum yang diizinkan.
d. Masker gas dengan tabung penyaring (canister filter)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung dan mulut dari gas/uap/fumes yang
dapat menimbulkan gangguan pada keselamatan dan kesehatan kerja. Syarat
pemakaian :

VII-7
 Tidak boleh untuk pekerjaan penyelamatan korban atau dipergunakan di
ruangan tertutup
 Tidak boleh digunakan bila kontaminasi gas tidak dikenal atau di daerah
dengan kontaminasi lebih dari 1% untuk ammonia
 Konsentrasi oksigen harus di atas 16%
 Tabung penyaring yang digunakan harus sesuai dengan kontaminasi
uap/gas/fumes
e. Masker gas dengan udara bertekanan dalam tabung (self containing breathing
apparatus)
Digunakan untuk melindungi mata, hidung, dan mulut dari gas/uap/fumes yang
dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan karyawan.
Syarat pemakaian:
 Digunakan di daerah dengan konsentrasi oksigen kurang dari 16%
 Digunakan bila kontaminasi tidak bisa diserap dengan pemakaian tabung
penyaring (kontaminasi > 1%)
 Dapat digunakan untuk penyelamatan korban
 Waktu pemakaian 30 menit
f. Masker gas dengan udara tekan yang dibersihkan (supplied air respirator)
Digunakan di daerah dengan konsentrasi oksigen rendah, kontaminasi
gas/uap/fumes yang tinggi dan dapat dipergunakan terus-menerus selama suplai
udara dari pabrik (plant air) tersedia.
g. Masker gas dengan udara dari blower yang digerakkan tangan (a hand operated
blower)
Khusus digunakan di daerah yang kadar oksigennya kurang, kontaminasi
uap/gas/fumes yang tinggi dan dapat dipergunakan terus-menerus sepanjang
blower diputar. Pengambilan udara blower harus dari tempat bersih dan bebas
dari kontaminasi.
6. Kerudung kepala (hood)
Digunakan untuk melindungi seluruh kepala dan bagian muka terhadap kotoran
bahan lainnya yang dapat membahayakan maupun yang dapat mengganggu
kesehatan karyawan.
a. Kerudung kepala dengan alat pelindung pernapasan
Digunakan di daerah kerja yang berdebu, terdapat gas/uap/fumes yang tidak
lebih dari 1% volume atau 10 kali dari konsentrasi maksimum yang diizinkan.
b. Kerudung kepala anti asam atau alkali
Digunakan untuk melindungi seluruh kepala dan bagian muka dari percikan
bahan kimia yang bersifat asam atau alkali.
7. Sarung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan terhadap bahaya fisik, kimia, dan listrik.
a. Sarung tangan kulit : dipakai bila bekerja dengan benda yang kasar dan
tajam

VII-8
b. Sarung tangan asbes : digunakan bila bekerja
dengan benda yang panas
c. Sarung tangan katun : digunakan bila bekerja
dengan peralatan oksigen
d. Sarung tangan karet : digunakan bila bekerja
dengan bahan kimia yang berbahaya, korosif, dan
iritatif
e. Sarung tangan listrik : digunakan bila bekerja
dengan kemungkinan terkena bahaya listrik

8. Sepatu pengaman
Untuk melindungi kaki dari gangguan yang membahayakan karyawan..
a. Sepatu keselamatan : digunakan untuk melindungi kaki dari benda yang
keras atau tajam, luka bakar karena bahan kimia yang
korosif, tertembus benda tajam dan/atau untuk
menjaga agar seseorang tidak jatuh terpeleset oleh
minyak atau air.
b. Sepatu karet : digunakan untuk melindungi kaki dari bahan kimia
berbahaya.
c. Sepatu listrik : digunakan apabila bekerja dengan kemungkinan
terdapat bahaya listrik.
9. Baju pelindung
Baju pelindung yang tahan asam atau alkali (warna kuning) digunakan untuk
melindungi seluruh bagian tubuh dari percikan bahan kimia berbahaya baik asam
maupun alkali. Baju pelindung terhadap percikan pasir digunakan untuk
melindungi seluruh bagian tubuh terhadap percikan pasir pada saat membersihkan
logam dengan semprotan pasir.

VII-9

Anda mungkin juga menyukai