Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa karena berkat rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
“Pedoman Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)” dengan lancar dan tanpa
hambatan yang berarti.
Pedoman Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) UPT Puskesmas
Sumobito ini disusun dalam rangka mengetahui cara penggunaan APAR saat terjadi
kebakaran di UPT Puskesmas Sumobito. Melalui pedoman ini kita dapat mengetahui
penanganan awal saat terjadi kebakaran di UPT Puskesmas Sumobito. Sehingga
diharapkan semua pekerja lebih mampu mengoperasikan APAR guna meminimalkan
dampak apabila terjadi kebakaran di lingkungan kerja Puskesmas Sumobito.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga keinginan
untuk dapat lebih meningkatkan keterampilan dalam menggunakan APAR.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur dengan
lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada
pada kami. Oleh karena itu permohonan maaf perlu kami ucapkan apabila dalam
penyusunan pedoman ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Meskipun demikian semoga Pedoman Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait.
TIM PENYUSUN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan
kecelakaan yang berakibat fatal.Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian
yang sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai
contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu
produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi
penghuninya.
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin
pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat.Penduduk semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industri yang
semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi
kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus.
Salah satu penanganan dini pada saat terjadi awal proses kebakaran, adalah
menggunakan APAR. Berdasarkan PERMENAKERTRANS RI NO.04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR dan NFPA tahun 1998
tentang standart portable for fire extinguisher. Maka harus dilakukan pemasangan
APAR dengan menggunakan standar yang sesuai dengan kebutuhan yang ada.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari praktikum ini meliputi tujuan umum dan khusus, yaitu :
Tujuan umum
Petugas diarapkan mampu mengaplikasikan teori pemadam kebakaran.
Tujuan khusus
Petugas mampu memahami tentang prosedur pemakaian APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) dan dapat memadamkan kebakaran dengan alat
tersebut.
C. Sasaran Pedoman
Semua Pegawai di Puskesmas Sumobito
E. Batasan Operasional
Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Puskesmas bertujuan
meningkatkan keterampilan pegawai dan tanggap dalam penanganan awal
kebakaran. Adapun kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Meningakatkan keterampilan pegawai dalam menggunakan APAR.
2. Mengetahui lebih baik tentang perawatan APAR.
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN
BAB III
A. DENAH RUANGAN
RANAP P.GIGI A
I
ANAK R.NIFAS R. KAPUS
2
P. KIA 2
R.JAGA G.OBAT
TANGGA
RM P.GIZI
LOKET R.USG
TANGGA
BP
R.TUNGGU R.PERTEMUAN
UGD R.OBAT
HALAMAN DEPAN
KET : = APAR
B. STANDAR FASILITAS
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup penulisan “Pedoman Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)”difokuskan pada :
3. Cara menggunakan APAR yang benar
4. Cara pemeliharaan APAR
B. METODE
Metode yang digunakan sesuai dengan sop penggunaan dan pemeliharaan APAR.
C. LANGKAH KEGIATAN
a. Cara Penggunaan Apar
Untuk mempermudah dalam mengingat proses ataupun cara penggunaan Alat
Pemadam Api, kita dapat menggunakan singkatan CARRA. yaitu :
1) Cabut pin pengaman
2) Arahkan nozzle ke pangkal api
3) Remas katup apar
4) Ratakan ke kanan ke kiri
Foam Extinguishers
1) Ambil APAR dari tempatnya
2) Berdiri pada jarak 2-2,5 m dari api
3) Tarik pin.putus segel pengaman pada pin operating lever
4) Coba keandalan APAR sebelum di arahkan ke sasaran
5) Arahkan ke bawah/dasar api
6) Semprotkan dari sisi ke sisi/kibaskan media pemadam api pada dasar nyala
api sehingga oxygen tidak ikut bereaksi
Halon Extinguishers
Gambar 3.9 Operating of Halon Extinguishers
Sumber : Modul Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Purple-K Extinguishers
d. Pemeliharaan APAR
Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,
yaitu:
1. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
2. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan
yang tidak cacat.
Pemeriksaan jangka 6 (enam) bulan seperti tersebut pasal 11 ayat (1) meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung,
rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan
mekanik penembus segel;
2. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label
harus selalu dalam keadaan baik
3. Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh
retak atau menunjukan tanda-tanda rusak.
4. Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras diluar tabung,
apabila reaksinya cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat
dipasang kembali;
5. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara mencampur
sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat diluar tabung, apabila
cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali;
6. Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis
tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai dengan
aslinya dapat dipasang kembali;
7. Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara
melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang
kembali.
8. Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa dengan
cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera pada
alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10%
tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan berat yang
ditentukan.
note: Cara-cara pemeriksaan tersebut diatas dapat dilakukan dengan cara lain
sesuai dengan perkembangan.
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan dengan
membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi
berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut:
1. isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan;
2. pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat
atau buntu;
3. ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran penyemprotan tidak
boleh tersumbat.
4. peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bcbas,
mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking harus masih
dalam keadaan baik;
5. gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik;
6. bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat karena
karat;
7. untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya harus
dalam keadaan baik;
8. untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak
dengan baik;
9. lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik;
10. tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC (Carbon Tetrachiorida)
harus diadakan pemeriksaan lebih lanjut sebagai berikut:
1. peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan bahwa pompa tersebut dapat
bekerja dengan baik;
2. tuas pompa hendaklah dikembalikan lagi pada kedudukan terkunci sebagai
semula;
3. setelah pemeriksaan selesai, bila dianggap perlu segel diperbaharui.
e. Percobaan APAR
Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan
jangka waktu tidak melebihi 5 (lima) tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan
coba selama 30 (tiga puluh) detik
Untuk alat pemadam api jenis busa dan cairan harus tahan terhadap tekanan coba
sebesar 20 kg per cm2.
Tabung gas pada alat pemadam api ringan dan tabung bertekanan tetap (stored
pressure) harus tahan terhadap tekanan coba sebesar satu setengah kali tekanan
kerjanya atau sebesar 20 kg per cm2 dengan pengertian. kedua angka tersebut
dipilih yang terbesar untuk dipakai sebagai tekanan coba.
Untuk alat pemadam api ringan jenis Carbon Dioxida (CO2) harus dilakukan
percobaan tekan dengan syarat:
1. percobaan tekan pertama satu setengah kali tekanan kerja;
2. percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja;
3. jarak tidak boleh dari 10 tahun dan untuk percobaan kedua tidak lebih dari 10
tahun dan untuk percobaan tekan selanjutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Apabila alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) setelah diisi dan oleh
sesuatu hal dikosongkan atau dalam keadaan dikosongkan selama lebih dan
2 (dua) tahun terhitung dan setelah dilakukan percobaan tersebut pada ayat
(4), terhadap alat pemadam api tersebut harus dilakukan percobaan tekan
ulang sebelum diisi kembali dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya
tidak boleh lebih dari 5 (lima) tahun.
Untuk tabung-tahung gas (gas containers) tekanan cobanya harus memenuhi
ketentuan seperti yagn disyaratkan
Jika karena sesuatu hal tidak mungkin dilakukan percobaan tekan terhadap
tabung alat pemadam api dimaksud pasal 15 ayat (6) di-atas, maka tabung
tersebut tidak boleh digunakan sudah 10 (sepuluh) tahun terhitung tanggal
pembuatannya dan selanjutnya dikosongkan.
Tabung-tabung gas (gas containers) dan jenis tabung yang dibuang setelah
digunakan atau tabungnya telah terisi gas selama 10 (sepuluh) tahun tidak
diperkenankan dipakai lebih lanjut dan isinya supaya dikosongkan.
Tabung gas (tahung gas containers) yang telah dinyatakan tidak memenuhi
syarat untuk dipakai lebih lanjut harus dimusnahkan.
Catatan: Apabila dalam pemeriksaan alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2)
sesuai dengan ketentuan dalam pasal 12 terdapat cacat karena karat atau beratnya
berkurang 10% dari berat seharusnya, terhadap alat pemadam api tersebut harus
dilakukan percobaan tekan dan jangka waktu percobaan tekan berikutnya tidak
boleh lebih dari 5 (lima tahun).
Catatan: Setelah dilakukan percobaan tekan terhadap setiap alat pemadam api
ringan, tanggal percobaan tekan tersebut dicatat dengan cap diselembar pelat
logam pada badan tabung.
Pemeriksaan APAR
Pemeriksaan tanggal kelayakan zat pada APAR harus dilakukan untuk mengetahui
sudah kadaluarsa atau belum. Kemudian periksa tekanan yang ditunjukkan pada
Pressure Gauge. Setelah kedua langkah tersebut sudah memenuhi syarat untuk
layak digunakan kemudian buka Safety Pin agar tuas bisa digunakan. Terakhir,
perhatikan posisi memegang tuas dan corong pada APAR harus benar.
Arah Angin
Pemadaman harus dilakukan searah dengan angin, agar pemadam tidak
berpotensi terkena lidah api.
\
BAB V LOGISTIK
Bagian apar
1. Handle/ tuas
2. Indikator tekanan
3. Hose/ selang
4. tabung
5. Label apar
6. Nozle
7. Kartu kontrol
8. Prosedur pemakaian apar
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhanpasien lebih aman.pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden Pelaporan dan analisis insiden
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD ) di puskesmas
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulanganKejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. StandarKeselamatanPasien
Pasien mendapatkan informasi mengenai Hak pasien
Melakukan pendidikan pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program
peningkatan keselamatan pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
D. Tata Laksana
Melakukan upaya pencegahan kejadian tidak diinginkan terhadap pasien.
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
Melaporkan setiap kejadian kepada kordinator klinis
Mengobservasi keadaan umum pasien.
Mendokumentasikan kejadian tersebut.
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifikatas pengawasan mutu,pengawasan mutu,sedangkan pengawasan mutu merupakan
upaya untuk menjaga menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai
rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.standart yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagaiberikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator
BAB IX PENUTUP