Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DASAR SANITASI RUMAH, PERUMAHAN, DAN PEMUKIMAN


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Dasar Kelas A
Semester Gasal 2022/2023

Dosen Pengampu:
Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes.

Kelompok 6
Nama Anggota:
1. Maya A’ida Fauziyah (212110101021)
2. Dewita Putri Risya Irawan (212110101073)
3. Muhammad Azirul Afif Alvianto (212110101086)
4. Tazqia Qurrota ‘Aini (212110101115)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
para rekan – rekan yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Jember, 01 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat .......................................................................................................................... 2

BAB 2. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Definisi Sanitasi .................................................................................................................. 3

2.2 Definisi Rumah ................................................................................................................... 4

2.3 Definisi Perumahan ........................................................................................................... 4

2.4 Definisi Pemukiman ........................................................................................................... 4

2.5 Sarana dan Prasarana Rumah ......................................................................................... 5

2.6 Sarana dan Prasarana Perumahan .................................................................................. 9

2.7 Sarana dan Prasarana Permukiman.............................................................................. 15

2.8 Permasalahan yang Timbul ............................................................................................ 17

BAB 3. KESIMPULAN ......................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 18

3.2 Saran ............................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

ii
BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan dari rumah-rumah


yang di dalamnya memiliki kegiatan. Pemukiman berfungsi untuk lingkungan tempat
tinggal yang mendukung proses kehidupan. Pemukiman berasal dari kata “to settle” atau
berarti menempati atau mendiami yang berkembang menjadi sebuah proses yang
berkelanjutan, yaitu pemukiman tidak menetap, semi menetap dengan pemukiman
sementara atau musiman (Marlinae et al., 2019). Sedangkan perumahan adalah kelompok-
kelompok rumah yang digunakan untuk lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi
prasarana lingkungan antara lain kelengkapan dasar fisik lingkungan contohnya
tersedianya air minum, tempat pembuangan sampah, ketersediaan listrik, dan alat
komunikasi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.
829/Menkes/SK/VII/1999 persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman
yaitu lokasi tidak terletak pada daerah rawan bencana, bekas pembuangan akhir, dan
daerah rawan kecelakaan atau daerah kebakaran. Kualitas udara dilingkungan perumahan
harus terbebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan.
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja dan tempat
hiburan. Selain itu pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk keindahan dan kelestarian alam.
Rumah adalah bangunan Gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
dihuni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset
bagi pemiliknya (PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 14 TAHUN 2076 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN, 2021). Rumah adalah sebuah bangunan untuk tempat
berlindung dimana lingkungannya digunakan untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk Kesehatan keluarga maupun individu. Rumah sehat adalah
suatu sarana untuk meningkatkan derajat Kesehatan yang optimal. Menurut WHO, rumah
sehat adalah rumah yang harus terlindungi dari panas, dingin hujan dan digunakan sebagai
tempat istirahat. Rumah juga harus mempunyai tempat untuk tidur, masak, mencuci dan
kamar mandi. Rumah berfungsi untuk melindungi penghuninya dari bahaya kebakaran dan
terbebas dari pencemaran. Selain itu rumah terbuat dari bahan bangunan yang kokoh
sehingga melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular akibat
sanitasi lingkungan.
Sanitasi merupakan salah satu komponen kesehatan lingkungan yaitu perilaku
disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan mencegah manusia bersentuhan

1
langsung dengan kotoran dan bahan buangan lainnya dengan harapan dapat meningkatkan
derajat kesehatan manusia. Sanitasi perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan
manusia terhadap kualitas rumah dan akan berdampak pada kesehatan manusia. Di negara
Indonesia terdapat 4 masalah kesehatan yang disebabkan oleh pengelolaan air dan sanitasi
yang buruk yaitu cacingan, diare, tipus dan polio. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh (Marni, 2020) berjudul “Dampak Kualitas Sanitasi Lingkungan Terhadap Stunting”
dijelaskan bahwa buruknya sanitasi sampah dilingkungan masyarakat disebabkan oleh
kurangnya inisiatif masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Hal tersebut berdampak
pada kualitas kesehatan masyarakat itu sendiri. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pengelolaan yang tepat pada
sanitasi dilingkungan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin
mengkaji tentang “Konsep Dasar Sanitasi Perumahan dan Pemukiman.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari sanitasi rumah, perumahan dan permukiman?


2. Apa saja sarana dan prasarana dasar rumah, perumahan dan permukiman?
3. Permasalahan apa saja yang ditimbulkan dari rumah, perumahan dan permukiman?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian dari sanitasi, rumah, perumahan dan permukiman.


2. Dapat mengetahui sarana dan prasarana dasar rumah, perumahan dan permukiman.
3. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi akibat dari rumah, perumahan dan
permukiman.

1.4 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis


Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang Kesehatan lingkungan.
1.4.2 Bagi Akademisi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan serta bahan
referensi bagi pembaca.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi peningkatan perilaku Kesehatan
masyarakat terutama dibidang lingkungan serta memahami konsep dasar sanitasi
perumahan dan pemukiman.

2
BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sanitasi

Sanitasi merupakan suatu upaya langkah pencegahan suatu penyakit yang berfokus
suatu tindakan pada upaya peningkatan kesehatan lingkungan. Selain itu sanitasi juga dapat
diartikan sebagai suatu usaha ataupun tindakan dari individu terhadap lingkungan yang ada di
sekitarnya dengan tujuan supaya dapat tertata dengan keadaan sehat dan bersih. Sehingga
pengawasan terhadap kondisi lingkungan harus dilaksanakan dengan baik supaya dapat
tercapai maksud dan tujuan yakni mencegah timbulnya berbagai macam bakteri yang menjadi
penyebab timbulnya suatu penyakit yang dapat merugikan manusia(Admindpu, 2022).

Beberapa definisi atau pengertian sanitasi dari para ahli menjelaskan makna sanitasi
lebih luas. Beberapa pernyataan atau pendapat menurut para ahli sebagai berikut

1. Menurut Jenie menyatakan bahwa ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip yang
bertujuan untuk membantu, mempertahankan, memperbaiki, ataupun
mengembalikan aspek kesehatan yang baik pada suatu individu.
2. Menurut Surono menyatakan bahwa sanitasi pada industri terutama pada industri
pangan adalah membersihkan semua permukaan baik meja, peralatan, lantai
ataupun pekerja yang melakukan sentuhan langsung dengan produk pangan melalui
tindakan yang efektif guna membunuh mikroba yang berbahaya untuk kesehatan
dan meminimalisir keberadaan mikroba yang tidak diinginkan, tanpa harus
mengubah kualitas dan keamanan makanan untuk konsumen. Oleh karena itu
pelaksanaan sanitasi yang baik dan efektif harus dilakukan para produsen industri
terutama pada bidang pangan sehingga nantinya segala bentuk hal terutama
mikroba yang dapat membahayakan kesehatan konsumen dapat terjaga dengan
baik, tanpa harus mengganggu faktor keamanan makanan yang digunakan oleh
konsumen(Admindpu, 2022).
3. Menurut Labensky menyatakan bahwa sanitasi ialah suatu penciptaan dan
pemeliharaan yang dapat mencegah adanya kontaminasi pada suatu makanan atau
timbulnya suatu penyakit yang ditimbulkan dari makanan. Menurutnya penyakit
bisa berasal dari makanan yang umunya dikonsumsi oleh semua orang. Oleh karena

3
itu dibutuhkan lingkungan yang efektif agar dapat mencegah tersebarnya suatu
penyakit.

2.2 Definisi Rumah

Definisi atau makna dari rumah menurut UU No. 4 Tahun 1992 yang membahas
perumahan dan pemukiman menyatakan bahwa rumah ialah suatu bangunan yang mempunyai
fungsi untuk tempat tinggal atau tempat hunian serta juga sebagai sarana pembinaan dalam
keluarga(Presiden Republik Indonesia, 2011). Sedangkan menurut John F.C Turner pada tahun
1972 mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Freedom To Build bahwa “rumah ialah
suatu bagian yang utuh dari pemukiman, dan bukan hanya hasil dari pekerjaan fisik sekali jadi,
akan tetapi suatu proses yang akan terus berkembang serta sangat berkaitan dengan mobilitas
sosial maupun ekonomi orang yang menempati rumah tersebut dalam kurun waktu tertentu.

Menurut WHO rumah diartikan sebagai struktur fisik ataupun bangunan sebagai tempat
untuk berlindung, di mana lingkungan sekitar ditujukan untuk kesehatan jasmani, rohani,
maupun sosial secara keluarga ataupun individu. Selain itu juga rumah adalah bangunan yang
termasuk dalam pemukiman yang utuh, dan bukan semata – mata sebagai tempat berlindung
tetapi juga sebagai tempat untuk beristirahat setelah melakukan kegiatan setiap harinya.

2.3 Definisi Perumahan

Menurut UU No.4 Tahun 1992 yang membahas tentang perumahan dan pemukiman,
yang menyatakan bahwa perumahan merupakan daerah yang berada ataupun menjadi bagian
dari pemukiman(Presiden Republik Indonesia, 2011). Dalam arti lain perumahan dikatakan
sebagai suatu kelompok rumah di mana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial di antara
penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang
merupakan sub sistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai
aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya.

2.4 Definisi Pemukiman

Menurut Undang - Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan(Presiden Republik Indonesia,

4
2011). Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan
ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.

2.5 Sarana dan Prasarana Rumah

Rumah adalah bangunan berupa gedung yang memiliki fungsi sebagai tempat
tinggal layak huni, sarana dalam membina keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuni di dalamnya, serta aset yang dimiliki oleh pemiliknya (PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2076
TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN, 2021). Dalam sebuah rumah terdapat sarana dan prasarana penunjang
sebagai syarat rumah yang sehat dan layak huni yaitu terdapat 10 syarat kesehatan rumah
tinggal menurut Kemenkes RI. Luaran dari pemenuhan syarat-syarat tersebut dapat
bedampak pada kesehatan penghuninya, semakin bagus dan terpenuhi syarat tersebut
maka semakin sehat penghuninya, baik fisik, mental, sosial, dan ekonomi, serta berlaku
sebaliknya.
2.5.1 Sarana Rumah
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 terdapat
ketentuan mengenai kesehatan rumah tinggal, antara lain:
1. Bahan bangunan
a. Terbuat dari bahan yang aman (tidak melepaskan bahan yang
membahayakan kesehatan), antara lain: debu total kurang dari 150 μg/m²,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m³ per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari
300 mg/kg bahan.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menyebabkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan yaitu terbuat dari bahan yang tidak
menghantarkan air tanah ke permukaan lantai dan sesuai dengan syarat
tinggi lantai minimal 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari permukaan
jalan.
b. Dinding rumah berventilasi agar udara dapat selalu mengalir dengan luas
bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai, serta untuk dinding kamar
mandi dan kamar cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan, tidak rawan menimbulkan
kecelakaan, dan dapat meredam panas matahari agar memberi kesejukan
dalam ruangan.
d. Bumbungan rumah 10 m dan terdapat penangkal petir
e. Ruangan ditata sesuai fungsi dan peruntukannya.
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

5
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan dapat berupa pencahayaan alam dan/atau buatan baik
langsung maupun tidak langsung harus dapat menerangi seluruh ruangan
dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18-30℃.
b. Kelembaban udara pada rentang 40-70%.
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
5. Ventilasi
a. Lubang ventilasi alamiah permanen harus memiliki luas minimal 10% dari
luas lantai.
6. Vektor penyakit
a. Tidak terdapat lalat, nyamuk, ataupun tikus yang bersarang baik di dalam
rumah maupun sekitar daerah rumah.
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum, baik syarat fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif, yang
tercantum pada Permenkes No.416 Tahun 1990 dan Kepmenkes No.907
Tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
a. Tersedia sarana untuk menyimpan makanan dengan aman.
9. Pembuangan limbah
a. Limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga tidak mencemari sumber
air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
a. Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan untuk tidak ditempati oleh
lebih dari 2 orang tidur.
(Delyuzir, 2020; Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016)
Penataan ruang pada masing-masing ruangan secara lebih rinci disarankan
memiliki syarat-syarat berikut, antara lain:

6
1. Kamar tidur
a. Sinar matahari pagi bisa masuk melalui jendela yang luasnya minimal 1/9
luas ruangan.
b. Jangan menempatkan banyak perabot agar sirkulasi udara terjaga.
c. Cukup sebuah lemari, tempat tidur, dan meja, atau mengefisiensikan
dinding sebagai elemen perabot rumah, misalkan lemari pakaian disatukan
fungsi dengan meja belajar dan lain sebagainya.
2. Ruang makan
a. Memiliki penerangan alami dan buatan yang cukup dengan memberi
bukaan jendela menghadap ke arah luar.
3. Dapur
a. Mempunyai lubang bukaan/jendela yang cukup
b. Dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan tahan api, terutama
untuk dinding berbahan kayu atau bambu.
c. Sediakan karung yang mudah dibasahi dan ember berisi air didekat
kompor/tungku sebagai upaya penanggulangan pertama bila
kompor/tungku terbakar.
4. Kamar mandi, cuci, kakus
a. Mempunyai lubang angin dan penerangan yang cukup
b. Dinding kamar mandi.kakus harus kedap air agar percikan air tidak
merusak komponen bangunan
c. Letak sumur pengotor (cubluk, sumur resapan, dan lain-lain) minimal
berjarak horizontal 11 meter dari sumber air bersih
d. Gunakan tangka septic untuk menampung dan mengolah air limbah dari
kakus.
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016)
2.5.2 Prasarana Rumah
Berbicara mengenai prasarana, prasarana merupakan suatu kelengkapan dasar
fisik lingkungan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, nyaman, dan standart
tertentu lainnya yang harus dipenuhi dan dilengkapi (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2016). Untuk itu, rumah yang menjadi tempat tinggal setiap
harinya harus memenuhi prasarana rumah yang sehat. Adapun beberapa prasarana
rumah, antara lain yakni :
a. Jaringan Jalan
Prasaranan berupa jaringan jalan ini harus dimiliki oleh tiap-tiap rumah.
Dimana jaringan jalan sendiri memiliki fungsi sebagai jalur atau area pergerakan
masing-masing individu dan kendaraan yang digunakan dalam mendukung
aktivitasnya sehari-hari (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
2016). Selin sebagai mobilitas untuk pergerakan dan kendaraan, jaringan jalan ini
juga dapat digunakan sebagai jalur evakuasi darurat jika terjadi kebakaran
ataupun kecelakaan. Prasarana berupa jaringan jalan ini diwajibkan dimiliki oleh
masing-masing rumah masyarakat indonesia, karena apabila rumah ataupun

7
tempat huniannya tidak memiliki akses jalan atau jaringan jalan maka segala
bentuk aktivitasnya akan terhambat dan hal tersebut akanmemberikan dampak
yang cukup merugikan jika dalam keadaan darurat. Berdasarkan peraturan
menteri pekerjaan umum nomor : 19/PRT/M/2011 mengenai persyaratan teknis
jalan dan kriteria perencanaan teknis jalan, dalam aturan tersebut dikatakan
bahwasannya pengadaan jaringan jalan harus mengacu pada kenyamanan dan
keamanan dari penghuni rumahnya. Untuk itu, dalam proses perancangan
jaringan jalan ini harus disusun secara sistematis dan dipertimbangkandengan
baik sebelum mendirikan ataupun memberi sebuah rumah.
b. Ketersediaan Air Bersih
Berbicara mengenai air bersih, air sendiri merupakan suatu kebutuhan pokok
atau kebutuhan primer yang wajib dimiliki setiap individu dalam menunjang
segala aktivitas kehidupannya. Pada umumnya, masing-masing rumah harus
memiliki fasilitas air bersih baik untuk mandi, minum, ataupun aktivitas lainnya
untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi penghuninya (Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, 2016). Dalam pemenuhan air bersih ini, harus
memperhatikan kriteria dan standar air bersih yang telah diterapkan oleh
pemerintah sendiri. Adapun beberapa kriteria air bersih, antara lain yakni :
1. Tidak berwarna,
2. Tidak memiliki rasa,
3. Tidak memiliki bau,
4. Tidak terasa lengket ketika digunakan,
5. Memiliki Ph netral, dan
6. Tidak mengandung debu, tanah, atau sedimen lainnya.
c. Drainase
Berbicara mengenai drainase sendiri merupakan suatu salran yang memiliki
peran dalam memnimalisir menggenangnya air di suatu area tertentu. Untuk itu,
rumah yang menjadi sebuah temat hunian harus memiliki drainase ini. Hal
tersebut dikarenakan, sebuah tempat hunian sudah seharusnya dapat menciptakan
kesan yang nyaman, aman, sehat dan layak untuk dihuni. Drainase sendiri juga
menjadi salah satu bentuk upaya yang dilakuan dalam pengendalian banjir. Oleh
karena itu, pengadaan dari drainase ini sendiri juga harus memperhatikan
beberapa aspek yang mengacu dalam Permenpera Nomor 22 Tahun 2008
mengenai ketentuan drainase dan pengendalian banjir, antara lain yakni :
1. Rata-rata tinggi genangan kurang dari 30 cm,
2. Lama genangan harus kurang dari 1 jam,
3. Setiap lingkungan rumah ataupun perumahan harus memiliki sistem drainase
dengan kapasitas atau daya tampung yang baik, sehingga lingkungan hunian
terbeba dari genangan air,
4. Sistem drainase harys terhubung dengan area penerima yang lebih besar
seperti sungai, saluran kota, danau, laut, dan lain sebagainya, dan
5. Prasarana drainase ini harus dipastikan tidak menjadi cikal bakal vektor
penyakit.

8
d. Persampahan
Pada saat ini, pengelolaan persampahan sendiri menemui berbagai hambatan
ataupun tantangan yang mengakibatkan menumpuk dan menimbunnya sampah-
sampah tersebut. Untuk itu, prasarana persampahan ini wajib dimiliki oleh
masing-masing rumah hunian masyarakat. Pengadaan dari prasarana ini
setidaknya tiap rumah memiliki 2 tempat sampah yang dipilah berdasarkan
jenisnya yakni sampah organik dan sampah anorganik (Sari et al., 2020). Dengan
itu, penghuni rumah tersebut akan dengan mudah mengolah sampah sebelum
akhirnya di angkut menuju tempat pembuangan akhir (TPA). Tidak hanya
masyarakat saja yang perlu memperhatikan prasana ini, namun pihak pemerintah
daerah juga sudah semestinya ikut turun tangan dalam membatu pengelolaan
sampah ataupun limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh tiap-tiao rumah
masyarakat Indonesia. dengan adanya prasana persampahan ini, mampu
meminimalisir menimbunnya sampah yang dapat mengakibatkan bersarangnya
penyakit ataupun bencana alam seperti banjir.

2.6 Sarana dan Prasarana Perumahan

Perumahan merupakan sekumpulan rumah dalam permukiman, baik perkotaan


maupun perdesaan, yang dilengkapi sarana, prasarana, dan utilitas umum sebagai luaran
upaya pemenuhan rumah layak huni. Sarana, prasarana, dan utilitas umum tersebut
diwajibkan ada dalam suatu lingkungan agar tidak menciptakan perumahan yang kumuh.
Perumahan kumuh terjadi akibat adanya penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian
(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN
2076 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN, 2021). Oleh karena itu, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
lingkungan perumahan akan dijelaskan di bawah ini.
2.6.1 Sarana Perumahan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 mengenai
perumahan berserta lingkungannya, sarana merupakan suatu fasilitas yang harus ada
di lingkungan perumahan dalam mendukung dan memfasilitasi kehidupan sosial,
budaya, serta ekonomi. Berbicara mengenai lingkungan perumahan sendiri
merupakan lingkungan hunian yang memiliki batas fisik tertentu yang kawasannya
didominasi oleh rumah-rumah yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan utilitas
lainnya (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016). Untuk itu,
dalam hal ini, sarana suatu lingkungan harus dipenuhi agar dapat menciptakan suatu
lingkungkan hunian yang nyaman. Adapun beberapa sara perumahan antara lain
yakni :
1. Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan salah satu sarana di lingkungan perumahan,
mengingat dimana hal tersebut mampu menjadi pertolongan pertama bagi
masyarakat ketika mebutuhan pelayanan kesehatan (Sari et al., 2020). Pelayanan

9
kesehatan sendiri diciptakan dengan memperhatikan jumlah ataupun kebutuhan
masyarakat yang ada dan pelayanan kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Adapun beberapa contoh sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat pada umumnya yakni posyandu, balai pengobatan, klinik bersalin,
klinik dokter, rumah pengobatan, dan apotek. Fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut, dapat dijadikan sarana kesehatan sebagai pertolongan pertama
masyarakat saat membutuhkan pelayanan kesehatan nantinya.
2. Sarana Ibadah
Salah satu sarana yang juga memegang peranan penting ialah sarana tempat
ibadah. Selain menjadi kebutuhan rohani masyarakat, sarana ini juga dapat
memberikan dampak positif lainnya yakni dapat dijadikan tempat bertemunya
masyarakat antar pemeluk agama. Sehingga, hal tersebut dapat memudahkan
masyarakat ketika ingin berkomunikasi dengan sesama pemeluk agamanya dan
dapat menciptakan hubungan sosial yang baik. Pendirian tempat ibadah di
lingkungan perumahan harus mempertimbangkan masyarakatnya, yakni meliputi
jumlah masyarakat, jenis masyarakat, dan luasnya. Selain itu, dalam proses
pendiriannya juga harus mempertimbangkan beberapa hal sepertti kebutuhan air
bersih, pembuangan air limbah, ketersediaan tempat sampah, serta kondisi fisik
lainnya dari bangunan tersebut (Sari et al., 2020). Menimbang sarana ibadah ini
harus ada setelah perumahan mulai dijalankan, maka perlu perencanaan yang
sistematis agar prasarana penunjang nantinya bisa disiapkan secara matang.
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, fasilitas ataupun sarana ibadah bagi
pemeluk agama Islam yakni terdiri dari :
a. Jika jumlah warga 250 orang, maka dibutuhkan musholla atau langgar.
b. Jika jumlah warga 2500 orang, maka dibutuhkan masjid.
c. Jika jumlah warga 30.000 orang, maka dibutuhkan masjid kelurahan.
d. Jika jumlah warga 120.000 orang, maka dibutuhkan masjid kecamatan.
Di sisi lain, adapun fasilitas ataupun sarana ibadah bagi pemeluk agama lain
yakni:
a. Agama Katolik mengikuti paroki yang ada.
b. Agama Hindu mengikuti adat yang telah dianut.
c. Agama Budha dan Kristen Protestan mengikuti sistem kekerabatan atau
hierarki masing-masing lembaga.
3. Sarana Perdagangan dan Niaga
Sarana perdagangan dan niaga ini menjadi sarana yang perlu
dipertimbangkan keberadaanya guna untuk memenuhi kebutuan dasa sehari-hari
para penghuni dari perumahan (Sari et al., 2020). Jenis layanan yang disediakan
pada umumnya meliputi kebutuhan pokok sehari-hari saja. Keberadaan dari jenis
sarana ini harus mempertimbangkan lokasi yang tepat dengan memperhatikan
jarak yang tepat agar mudah dijangkau penghuni perumahan, serta kebutuhan apa
saja yang dibutuhkan para penghuni perumahan tersebut. Adapun sarana
penunjang lainnya yang harus diperhatikan yakni tempat parkir, pos keamanan,
kamar mandi, musholla, dan sistem pelindung kebakaran.

10
Berdasarkan jangkauan pelayanannya sendiri perniagaan ini terbagi menjadi
beberapa kategori, antara lain yakni :
a. Toko/warung biasanya menjangkau pelayanan unit RT sejumlah 250 jiwa
dengan menyedikan keperluan harian saja.
b. Pertokoan pada umumnya menjangkau pelayanan sejumlah 6.000 jiwa saja
degan menyediakan keperluan harian penunjang lainnya seperti, layanan
telekomunikasi, fotocopy, dan lain sebagainya.
c. Sentral perniagaan atau pasar ini menjangkau sejumlah 30.000 jiwa sejumlah
unit di kelurahan dengan menyediakan keperluan harian bahan makanan
ataupun kebutuhan rumah tangga dan pendidikan.
d. Pusat pembelanjaan dan niaga ini melayani di unit kecamatan dengan
menjangkau 120.000 jiwa dan menyediakan pelayanan berupa keperluan
harian, pakaian, barang kelontong, elektronik, dan lain sebagainya.
4. Sarana Rekreasi
Fasilitas hiburan menjadi suatu tempat yang dipergunakan dalam
menampung beragam jenis aktivitas, seperti bioskop, bangunan seni, balai
pertemuan, dan bangunan kesenian. Sarana rekreasi ini memegang peran dalam
pelayanan kegiatan pemerintah ataupun umum. Sehingga, pemakaian ataupun
manajemennya berbeda satu sama lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya
masing-masing. Sarana ini juga memiliki fasilitas penunjang lainnya, seperti
fasilitas kamar mandi, tempat sampah, saluran air bersih dan air buangan.
Berdasarkan atas SNI 03-1733-2004, model dari sarana kebudayaan atau
hiburan ini memiliki beberapa akupan, antara lain yakni :
a. Aula pertemuan dengan rasio pelayanan unit RW sekitar 2.500 penduduk
b. Aula serbaguna dengan melayani 30.000 penduduk sesuai dengan unit
kelurahan
c. Aula serbaguna melayani unit kecamatan sebanyak 120.000 penduduk
d. Bioskop sama halnya dengan aula serbaguna, bioskop juga melayani unit
kecamatan sejumlah 120.000 penduduk.
5. Sarana Ruang Terbuka Hijau, Taman dan Lapangan Olahraga
Berdasarkan atas Peraturan Menteri Umum Nomor 05 tahun 2008 mengenai
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hija di Kawasan
Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau ini merupakan area/jalur yang penggunaannya
terbuka serta dikelilingi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah ataupun
yang sengaja ditanam. Dengan adanya RTH ini memiliki tujuan untuk
penyeimbang kawasan perkotaan agar tetap menciptakan kawasan yang nyaman,
segar, dan bersih. Adapun fungsi lainnya seperti fungsi ekologis, fungsi ekonomi,
sosial, budaya, dan estetika. Di sisi lain, juga terdapat manfaat yang bisa diambil
dengan adanya RTH ini yakni keindahan dan kenyamanannya serta udara segar
yang dihasilkan sehingga mampu menyeimbangkan lingkungan perumahan yang
berada di perkotaan yang umumnya banyak polusi udara di sekitarnya. Luas RTH
ini setidaknya sebesar 30% dari total luas wilayah perumahan dengan meliputi
20% lingkungan publik dan 10% lingkungan privat. Luas RTH tersebut, dapat
ditentukan berdasarkan jumlah total penduduk perumahan.

11
2.6.2 Prasarana Perumahan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 mengenai
perumahan dan kawasan pemukiman, prasarana merupakan kelengkapan dasar suatu
hunian yang harus dipenuhi sebagai standart untuk memenuhi kebutuhan tempat
tinggal yang layak, nyaman, sehat, dan aman. Infrastruktur dari lingkungan
perumahan sendiri harus direncanakan secara sistematis, karena lingkungan
perumahan harus memberikan pelayanan hunian yang memenuhi standart kelayakan
hunian. Adapun berikut merupakan prasarana perumahan yang harus dipenuhi,
antara lain yakni :
1. Jaringan Jalan
Prasarana ini menjadi prasarana yang digunakan sebagai mobilitas para
penghuni perumahan dan alat transportasi serta menjadi jalur pengaman jika
dalam keadaan darurat ataupun bahaya (Sari et al., 2020). Perancangan jaringan
jalan perumahan harus merujuk pada ketetapan teknis dalam hal mengembangkan
sarana dan prasarana perumahan, jaringan jalan terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan jalan mobilitas kendaraan dan keamanannya serta
akses penyelamatan apabila berada dalam keadaan darurat. Jalan lingkungan
perumahan yang baik harus mampu menciptakan suasana melindungi dan
menyenangkan baik bagi pejalan kaki maupun pengguna kendaraan bermotor
serta kaum disabilitas. Tidak hanya itu, prasarana ini juga harus didukung dengan
adanya perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, tempat
parkir, dan penerangan jalan.
2. Jaringan Drainase
Lingkungan perumahan diwajibkan memiliki jaringan drainase dengan
berlandaskan atas ketetapan dan ketentuan teknis yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan, terutama tata cara perencanaan umum jaringan
drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Berbicara mengenai jaringan
drainase sendiri merupakan prasarana yang memegang peran dalam mengalirkan
air dari permukaan menuju resapanbuatan yang harus dipersiapkan di lingkungan
perumahan sendiri (Sari et al., 2020). Keberadaan jaringan drainase ini sendiri
selain mampu meminimalisir adanya genangan air di lingkungan perumahan, juga
dapar berguna sebagai alternatif dalam konservasi air. Untuk itu, jaringan
drainase juga menjadi salah satu prasarana yang wajib dimiliki oleh kawasan
perumahan.
3. Jaringan Air Bersih
Pada umumnya, masing-masing rumah wajib memiiki layanan air bersih
yang sesuai dengan standart yang berlaku. Maka dari itu, hal tersebut juga berlaku
dalam lingkungan perumahan yang harus memiliki koneksi air bersih dengan
memperhatikan ketetapan dan persyaratan teknis yang berlaku khususnya
mengenai perencanaan umum jaringan air bersih di lingkungan perumahan di
perkotaan. Jaringan air bersih ini, tidak hanya berfungsi dalam mendukung
kehidupan sehari-hari penghuni perumahan, melainkan juga dapat digunakan
sebagai alat bantu utama dalam keadaan darurat ketika terjadi kebakaran di

12
lingkungan perumahan. Untuk ini, jaringan ataupun koneksi air bersih di
limgkungan perumahan harus lebih diperhatikan dengan memenuhi kriteria
ataupun standart sebagai berikut :
a. Pengadaan kebutuhan air bersih
• Lingkungan perumahan harus memiliki air bersih yang cukup dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik dari perusahan air minum
ataupun yang lainnya.
• Jika telah tersedia pelayanan air bersih di kota ataupun lingkungan
perumahan sendiri, maka tiap-tiap rumah berhak mendapatkan akses
tersebut.
b. Pengadaan koneksi air bersih
• Diwajibkan memiliki koneksi atau sambungan air bersih yang
tersambung pada tiap rumah.
• Pipa yang tertanam dalam tanah memakai pipa jenis PVC, gip ataupn
fiber glass.
• Jika pipa yang terpasang di atas tanah tidak menggunakan pengaman,
maka harus memakai gip.
c. Pegadaan kran umum
• Tiap-tiap kran umum disediakan sejumlah 250 jiwa.
• Jarak maksimum pelayanan umum yang ada yakni 100 meter.
• Kemampuan minimum kran umum harus 30 liter/orang/hari.
• Ukuran serta kontruksi kran umum harus selaras dengan SNI 03-2399-
1991 mengenai Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d. Pengadaan hidran kebakaran
• Area komersial, jarak antara kran kebakaran ialah 100 meter.
• Area perumahan, jarak antara kran maksimum 200 meter.
• Jarak dengan tepi jalan di kawasan perumahan minimum 3.000 meter.
• Apabila tidak memungkinkan pengadaan kran, maka wajib membuat
sumber pengumpul air.
• Pengadan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 mengenai
Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
4. Jaringan Air Limbah
Jaringan air limbah menduduki peranan penting sebagai sarana yang wajib
dimiliki di kawasan perumahan sebagai bentuk upaya dalam menciptakan
kawasan perumahan yang sehat, aman, dan nyaman (Sari et al., 2020). Fasilitas
tersebut harus dirancang sesuai dengan perundangan yang berlaku yakni SNI
2398:2017 menganai Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Pengelolaan
Lanjutan. Adapun beberapa jeis komponen perencanaan dalam jaringan limbah
yang harus diperhatikan dalam proses penyediaannya di ligkungan perumahan
kawasan perkotaan ini antara lain yakni:
a. Septik tank.
b. Bidang resapan.

13
c. Jaringan pipa air limbah.
5. Pengelolaan Persampahan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengenai pengelolaan
sampah, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari dari segala bentuk aktivitas
manusia. Dalam peraturan tersebut menyatakan juga bahwasannya baik
pemerintah daerah harus memberikan pelayanan kepada masyarakat menganai
pengelolaan sampah ini. Begitu pula dengan masyarakat juga harus mampu
mengolah sampah di tingkat tempat tinggalnya sendiri, sehingga dapat
mengurangi atau meminimalisir kuantitas timbulan sampah di kawasan
perumahan. Perumahan sendiri, sebagai suatu komunitas sudah semestinya
memiliki prasarana yang menunjang pengelolaan sampah ini. Masing-masing
rumah sebaiknya memiliki fasilitas berupa minimal 2 tempat sampah yang layak.
Pengelolaan sampah sendiri bisa dimulai dengan mengikuti prinsip 3R yakni
reduse, reuse, recycle sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Berdasarkan Standar 03-1733-2004, kawasan perumahan sudah semestinya
memberikan pelayanan sistem persampahan yang merujuk pada :
a. SNI 19-2454-2002 mengenai cara operasional pengelolaan sampah
perkotaan.
b. SNI 3242:2008 mengenai pengelolaan sampah di pemukiman.
c. SNI 03-3241-1994 mengenai cara pemilihan lokasi TPA.
6. Jaringan Listrik
Prasarana berupa jaringan listrik ini memiliki peran penting dalam
menunjang ehidupan manusia. Dimana, jaringan listrik ini mampu memberikan
fasilitas pada kita berupa informasi yang bisa diakses kapan dan dimana saja,
komunikasi jarak jauh, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak hanya
itu saja, listrik ini juga digunakan sebagai sumber pencahayaan, tanpa adanya
prasarana ini maka kawasan perumahan belum bisa dikatakan layak untuk dihuni.
Untuk itu, prasarana jaringan listrik ini harus dimiliki oleh kawasan perumahan,
untuk menciptakan kawasan hunian yang nyaman. Berdasarkan atas SNI 03-
1733-2004 mengatakan bahwasannya setiap kawasan perumahan wajib
menyediakan koneksi listrik yang bersumber dari PLN yang sesuai dengan
kriteria yang mengacu pada :
a. Standar 04-6267-601 mengenai kelistrikan, (Bab 601: Pembangkitan,
Penyaluran dan Pendistribusia Tenaga Listrik-Umum).
b. Standar 04-8287.602-2002 Bab 602 mengenai istilah kelistrikan yakni
Pembangkitan).
c. Standar 04-8287.603-2002 mengenai Istilah kelistrikan (Bab
603:Pembangkitan, Penyaluran serta Pendistribusian Tenaga Listrik
Perencanaan dan Manajemen Sistem Tenaga Listrik).
Di sisi lain, tidak hanya listrik yang bersumber dari PLN, namun ketersediaan
listrik di perumahan juga dapat diperoleh menggunakan panel surya, yang bisa
digunakan baik di rumah tiap penghuni ataupun sebagai sarana pencahayaan di

14
taman ataupun jalan perumahan (Sari et al., 2020). Penggunaan panel surya ini
mampu dikatakan sebagai sebuah langkah ataupun upaya penghematan energi.
7. Jaringan Telepon
Jaringan telepon merupakan suatu prasarana yang memiliki peran dalam hal
kebutuhan sosial. Dimana, dengan adanya telepon, masyarakat Indonesia akan
dengan mudah melakukan aktifitas sosialnya serta akan mempermudahkan
melakukan komunikasi jarak jauh untuk tetap menjalin hubungansosial yang
baik. Untuk itu, suatu lingkungan perumahan harus memiliki koneksi telepon,
dimana hal tersebut sudah datur dalam peraturan/ perundangan yang resmi,
khususnya tentang tata cara perencanaan umum jaringan telepon lingkungan
perumahan di perkotaan (SNI 03-1733-2004). Adapun beberapa prasarana dan
utilitas koneksi komunikasi yang harus disediakan di lingkungan perumahan di
kawasan perkotaan antara lain yakni :
a. Keperluan koneksi telepon.
b. Jaringan telepon.
Adapun beberapa kriteria dan standar pengadaan koneksi telepon di kawasan
perumahan, antara lain yakni :
1. Masing-masing lingkungan rumah perlu difasilitasi koneksi sarana
komunikasi rumah dan umum sejumlah 0,13 koneksi rumah per jiwa.
2. Minimal memiliki 1 koneksi umum untuk setiap 250 penduduk (unit RT)
yang pengadaannya di tempat yang seringkali digunakan acara di kawasan
perumahan.
3. Jarak ketersediaan antar koneksi sarana komunikasi umum ini yakni 200 -
400 m bagi pejalan kaki.
4. Pengadaan sarana komunikasi umum harus berada di lingkungan umum atau
terbuka yang cenderung bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja.

2.7 Sarana dan Prasarana Permukiman

Kawasan permukiman adalah kawasan dalam perkotaan maupun perdesaan yang


merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang memiliki fungsi
sebagai tempat tinggal dan tempat berkegiatan guna mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Permukiman terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
sarana, prasarana, utilitas umum, dan juga memiliki penunjang kegiatan dalam fungsi yang
lain. Permukiman yang tidak memenuhi standar dapat dikatakan sebagai permukiman
kumuh karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan beserta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat sehingga
menjadikannya tidak layak huni (PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2076 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN, 2021).

15
2.7.1 Sarana Permukiman
Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang dengan harapan
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya dapat
berjalan sesuai yang diinginkan. Berikut merupakan contoh sarana pemukiman yaitu
fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat
peribadatan, rekreasi dan olahraga, pertamanan, serta pemakaman. Syarat mengenai
sarana pemukiman secara lebih lanjut, antara lain:
1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari potensi kecelakaan.
2. Kemudahan akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya.
3. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
(Kesmas, 2014)
2.7.2 Prasarana Permukiman
Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang menyebabkan lingkungan berfungsi sesuai peruntukannya. Prasarana utama
meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan
pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan
sebagainya. Jaringan prasarana tersebut dibagi menjadi dua, yakni:
1. Jaringan primer prasarana
Jaringan utama yang merupakan penghubung antar kawasan pemukiman satu
dengan Kawasan pmukiman lainnya.
2. Jaringan sekunder prasarana
Jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dalam satu
satuan lingkungan pemkiman.
Persyaratan kebutuhan prasarana pemukiman jika dijabarkan lebih rinci, antara lain:
1. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit.
2. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan konstruksi jalan tidak mengganggu
kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang
cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan yang tidak
menyilaukan mata.
3. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
4. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan.
5. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan.
6. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya.
(Kesmas, 2014)

16
2.8 Permasalahan yang Timbul

1. Sarana sanitasi air yang kurang memadai


Rendahnya kesadaran masyarakat tentang perilaku yang tidak baik dalam
membuang sampah sembarangan, tidak memiliki jamban dan pemukiman yang padat
sehingga menyebabkan pencemaran dan kurangnya ketersediaan air bersih. Contohnya
air untuk minum, mandi dan mencuci. Selain itu air juga akan mengalami perubahan
rasa, bau dan warna air akibat dari pencemaran tersebut.
2. Agent penularan penyakit
Air yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar
menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak layak untuk dihuni. Kurangnya sarana
air bersih dan perilaku masyarakat yang tidak baik dalam rumah dapat menimbulkan
penyakit menular dan tidak menular. Contoh penyakit menular akibat pencemaran air
yaitu Hepatitis A, Polliomyelitis, dan Kolera.
3. Kepadatan penghuni
Ketersediaan lahan yang kurang memadai dengan jumlah yang tidak sesuai
merupakan permasalahan yang banyak terjadi dalam pemukiman yang padat penghuni.
Kurangnya lahan untuk pembangunan perumahan dan pemukiman dapat menyebabkan
berbagai masalahnya. Contohnya timbulnya daerah yang kumuh yang tidak memenuhi
syarat Kesehatan baik dari segi konstruksi maupun fasilitas Kesehatan lingkungannya.

17
BAB 3. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Sanitasi merupakan suatu upaya langkah pencegahan suatu penyakit yang berfokus
suatu tindakan pada upaya peningkatan kesehatan lingkungan. Selain itu sanitasi juga
dapat diartikan sebagai suatu usaha ataupun tindakan dari individu terhadap lingkungan
yang ada di sekitarnya dengan tujuan supaya dapat tertata dengan keadaan sehat dan
bersih. Berbicara mengenai sanitasi sendiri merupakan salah satu komponen yang paling
penting dan harus diperhatikan dalam kawasan rumah, perumahan, dan pemukiman.
Definisi atau makna dari rumah sendiri menurut UU No. 4 Tahun 1992 yang membahas
perumahan dan pemukiman menyatakan bahwa rumah ialah suatu bangunan yang
mempunyai fungsi untuk tempat tinggal atau tempat hunian serta juga sebagai sarana
pembinaan dalam keluarga. Adapun pengertian dari perumahan dan pemukiman yakni,
perumahan dikatakan sebagai suatu kelompok rumah di mana dimungkinkan terjadinya
interaksi sosial di antara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya,
dan pelayanan yang merupakan sub sistem dari kota secara keseluruhan. Sedangkan
Menurut Undang - Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Berbicara mengenai kawasan rumah, perumahan, dan pemukiman sendiri pastinya
harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan untuk menciptakan lingkungan
hunian yang layak, sehat, dan aman. Untuk itu, sarana dan prasarana dari rumah sendiri
meliputi sarana yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan penataan ruang,
pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, vektor penyakit, penyediaan air, sarana
penyimpanan makanan, dan pembuangan limbah. Sedangkan, prasarana dari rumah sendiri
yakni jaringan jalan, ketersediaan air bersih, drinase, dan persampahan. Di sisi lain adapun
sarana dan prasarana dari perumahan, dimana sarana dasar dari lingkungan perumahan
sendiri terdiri dari kesehatan, sarana ibadah, sarana perdagangan dan niaga, sarana
rekreasi, dan sarana ruang terbuka hijau sebagai taman dan lapangan olahraga. Sedangkan
prasarana dasar yang harus dimiliki oleh lingkungan perumahan terdiri dari jaringan jalan,
jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, pengelolaan sampah, jaringan
listrik, dan jaringan telepon. Adapun sarana dan prasana dasar yang juga harus dimiliki
kawasan pemukiman yakni, sarana yang meliputi taman bermain untuk anak, sarana
rekreasi untuk keluarga, sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat pendidikan, dan
tempat pengelolaan makanan. Sedangkan, prasarana dari lingkungan pemukiman sendiri
meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan
air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, dan gas. Komponen-komponen
sarana dan prasarana rumah, perumahan, dan pemukiman tersebut sudah semestinya untuk
diadakan dan dirancang secara sistematis guna menciptakan kawasan hunian yang layak.

18
3.2 Saran

Kawasan rumah, perumahan, dan pemukiman harus memenuhi standart yang


berlaku dengan memperhatikan sarana dan prasarana lingkungan yang ada. Salah satu
komponan utama yang harus dipenuhi yakni sanitasi. Untuk itu, diharapkan bagi seluruh
kalangan masyarakat untuk lebih memperhatikan dan menyusun rancangan yang
sistematis dalam memilih lokasi selama menentukan tempat hunian baik rumah,
pemukiman, ataupun perumahan. Sehingga, dengan melakukan hal tersebut maka akan
terciptanya kawasan hunian yang nyaman, aman, dan sehat bagi seluruh masyarakat.
Diharapkan juga, bagi setiap kalangan masyarakat mampu merancang dan
mempertimbangkan dengan baik sarana dan prasarana apa saja yang harus dimiliki selama
proses pembangunan tempat hunian baik rumah, perumahan, ataupun pemukiman.

19
DAFTAR PUSTAKA

Admindpu. (2022). Rumah, Perumahan, dan Permukiman.


Https://Dpu.Kulonprogokab.Go.Id/. https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-
perumahan-dan-permukiman#
Delyuzir, R. D. (2020). Analisa Rumah Sederhana Sehat Terhadap Kenyamanan Ruang.
Jurnal Arsitektur Dan Kota Berkelanjutan, 2(2), 15–27.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Dasar-Dasar Rumah Sehat. In
Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Perdesaan (01 ed.). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kesmas. (2014). Syarat Pemukiman Sehat. Indonesian Public Health.
Marlinae, L., Khairiyati, L., Rahman, F., & Laily, N. (2019). Buku Ajar Dasar-Dasar
Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru, 1–120.
Marni, L. (2020). DAMPAK KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP STUNTING.
3, 865–872.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14
TAHUN 2076 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN, Pub. L. No. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021 NOMOR 22 (2021).
Presiden Republik Indonesia. (2011). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2011_1.pdf
Sari, M., Mahyuddin, & Simarmata, M. (2020). Kesehatan Lingkungan Perumahan (Issue
July).
Admindpu. (2022). Rumah, Perumahan, dan Permukiman.
Https://Dpu.Kulonprogokab.Go.Id/. https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-
perumahan-dan-permukiman#

Delyuzir, R. D. (2020). Analisa Rumah Sederhana Sehat Terhadap Kenyamanan Ruang.


Jurnal Arsitektur Dan Kota Berkelanjutan, 2(2), 15–27.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Dasar-Dasar Rumah Sehat. In
Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Perdesaan (01 ed.). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kesmas. (2014). Syarat Pemukiman Sehat. Indonesian Public Health.

Marlinae, L., Khairiyati, L., Rahman, F., & Laily, N. (2019). Buku Ajar Dasar-Dasar
Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

20
Banjarbaru, 1–120.

Marni, L. (2020). DAMPAK KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP STUNTING.


3, 865–872.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021


TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14
TAHUN 2076 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN, Pub. L. No. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021 NOMOR 22 (2021).

Presiden Republik Indonesia. (2011). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2011_1.pdf

Sari, M., Mahyuddin, & Simarmata, M. (2020). Kesehatan Lingkungan Perumahan (Issue
July).

21

Anda mungkin juga menyukai