Dosen Pembimbing :
Imam Thohari, ST.,M.Mkes
Disusun oleh :
Lidya Nurdiyati Sri Winarie (P27833119022)
Kelas D3 - 5A
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiat Allah SWT. Yang senantiasa melimahkan
rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Sanitasi Pemukiman dengan materi “Penilaian Fisik dan Sarana Sanitasi Rumah". Adapun
penulisan ini adalah sebagai pemenuhan beberapa tugas prakttikum mata kuliah Sanitasi
Pemukiman.
Saya sampaikan rasa terimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung selama
berlangsungnya pembuatan laporan ini dan saya sangat berharap semoga berguna dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Dengan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat saya nantikan dari
kalangan pembaca, agar nantinya meningkatkan kembali pembuatan makalah di tugas lainnya
dan waktu berikutnya.
DAFTAR ISI
DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok kita sehari-hari serta untuk
berteduh apabila terjadi panas dan hujan, sebagai tempat berlindung kita. Rumah juga
dapat menimbulkan beberapa resiko penyakit termasuk bahaya radiasi dan
pencemaran udara apabila setiap hari tidak bersih. Agar penghui rumah terhindar fari
penyakit-penyakit tersebut maka diperlukan kondisi kualitas kesehatan lingkungan
rumah yang baik.
Lingkungan perumahan/pemukiman dan hubungannya dengan kesehatan di
dalam program kesehatan lingkungan, suatu pemukiman/perumahan sangat
berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku,
geografi, dan kondisi local. Selain itu, lingkungan perumahan/pemukiman
dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan tersebut, antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang
dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan
sosial bagi individu dan keluarganya.
Untuk mewujudkan lingkungan perumahan/pemukiman yang sehat harus
memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien,
kebisingan, getaran dan radiasi, sarana dan prasarana lingkungan (saluran air,
pembuangan sampah, jalan, tempat bermain, dan sebagainya), binatang penular
penyakit (vektor), dan penghijauan.
Kurangnya jarak dan luas kaveling yang minim membuat kondisi permukiman
menjadi terlalu rapat. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan dapat menjadi
faktor risiko dari infeksi saluran pernapasan. Pencahayaan yang tidak memenuhi
syarat juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan meskipun pada rentang waktu
lama. Tak hanya itu, luas yang kurang untuk satu orang penghuni juga dapat
menyebabkan gangguan psikologis, sulit konsentrasi dan sulit beristirahat. Beberapa
faktor lain seperti penyediaan air 3 bersih, pembuangan sampah, pengelolaan limbah,
dan pengendalian binatang pengganggu juga akan mempengaruhi derajat kesehatan
bagi penghuninya.
Bila lingkungan perumahan/pemukiman tidak diperhatikan, maka dapat
memudahkan terjadinya penularan dan penyebaran penyakit, seperti diare, cacingan,
ISPA, TBC, demam berdarah, malaria, typhus, leptospirosis, dan dapat menyebabkan
kecelakaan seperti kebakaran, tertusuk paku atau kaca, terpeleset, terantuk, dan
sebagainya. Supaya lingkungan rumah kita tidak merupakan sumber penularan
penyakit maka diperlukan partisipasi kita semua untuk turut memelihara serta
menjaga lingkungan dan rumah supaya tetap bersih dan sehat sehingga menjadi
tempat penghunian yang aman dan nyaman.
Maka dari itu penilaian kondisi rumah menjadi penting untuk dilakukan agar
dapat mengetahui apakah rumah tersebut sudah memenuhi syarat sebagai rumah sehat
atau tidak, untuk kemudian dapat menyusun rencana intervensi dan saran terhadap
penghuninya. Sehingga dapat meminimalisir adanya gangguan kesehatan akibat
rumah yang tidak sehat.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan penilaian fisik dan sarana sanitasi rumah d di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemantauan dan pengawasan di lingkungan
sekitar.
b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian fisik rumah sehat di lingkungan
sekitar.
c. Mahasiswa mampu melakukan penilaian lingkungan permukiman meliputi
sarana sanitasi rumah di lingkungan sekitar.
B. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan teori aplikatif mengenai rumah sehat dan
permukiman yang sehat.
2. Bagi Penghuni Rumah
Menjadi saran yang membangun khususnya mengenai upaya penyehatan rumah
dan pemenuhan kriteria rumah sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rumah Sehat
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, perumahan
adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah adalah bangunan gedung
yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan
keluarga cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya
dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari
faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 7 2007).
B. Persyaratan Umum Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan
lingkungan perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu sendiri,
sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh penting dalam
peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat.
Adapun persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman telah
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/Menkes/VII/1999 yang
meliputi parameter atau kondisi sebagai berikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan
sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan
gas beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 .
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari
a. Persyaratan Fisik
No. Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan
O
1. Suhu C 18-30
2. Pencahayaan Lux Minimal 60
3. Kelembaban % Rh 40-60
4. Laju Ventilasi m/dtk 0,15-0,25
5. PM2,5 µg/m3 35 dalam 24 jam
6. PM10 µg/m3 < 70 dalam 24 jam
b. Persyaratan Kimia
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut
(PPM & PL, 2002) :
a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari
atap
b. Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga
dengan konstruksi bebas tikus
c. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai
kecuali,
d. Dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya
mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik
terendah titik kurang dari 1,75 m, dan
e. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya
sampai 2,40 m.
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan
angin dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban
diatasnya
b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air
sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di
atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas,
sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak
bersih tidak berlumut, dan
c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m
dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak
di atas lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu
awet. Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka
pengkaku yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap
luas 12 meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk
lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-
syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus,
permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan.
Macam-macam lantai :
a. Lantai tanah stabilitas. 15 Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir,
semen, dan kapur. Contoh : tanah tercampur kapur dan semen. Untuk
mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20
cm dari permukaan tanah
b. Lantai papan Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa.
Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah : - Sekurang-
kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran
tanah yang baik. - Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama
lain, sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa
bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau
kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik
dari di kolong rumah.
c. Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap
serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan
dan diawetkan.
d. Lantai ubin Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada
bangunan perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah
dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.
4. Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit
infeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara
optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang
baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas
jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan
sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak
jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari
rintangan-rintangan dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus
dapat dibuka
5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan
dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun
secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh
buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman
yang tertutup atau kurang ventilasi. Dengan adanya ventilasi silang ( cross
ventilation ) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruang
kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara yang
bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan
udara kotor dikeluarkan melalui 18 jendela/lubang angin di dinding yang
berhadapan.
6. Sarana pembuangan asap dapur
Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap
atau terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak
di dapur.
7. Pencahayaan
Sanropie (1989) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk
penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini
dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya
sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela celah-celah atau bagian
ruangan yang terbuka. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi
syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO
60-120 Lux.
b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih
sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan
tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca
dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10
watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.
D. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup
penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana
sanitasi dan perilaku penghuni.
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat
sampah.
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
1. Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150
µg/mmelebihi 0,5 fiber/m3, asbes bebas tidak /4 jam, dan timah hitam
tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
seperti berikut:
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan.
Menurut Sanropie (1989), lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan
lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi
dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik,
teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah,
sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.
b. Dinding, dengan pembagian:
1) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara;
2) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api, yaitu
dinding dari batu.
c. Langit-langit
Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan
ruang bermain anak.
2. Semi 2
permanen/setengah
tembok/pasangan
bata/bata tidak
diplester/papan tidak
kedap air
3. Permanen/tembok/pas 3
angan bata
diplester/papan kedap
air
3 Lantai 5 1. Tanah 0
2. Papan/anyaman 1
bambu dekat dengan
tanah/plesteran yang
retak & berdebu
3. Diplester/ubin/kerami 2
k/papan (rumah
panggung)
4 Membuang 8 1. Kesungai/kebun/kolam/semba 0
tinja bayi & rang tempat
balita ke
Jamban 2. Kadang-kadang ke jamban 1
3. Ke jamban 2
5 Membuang 8 1. Ke 0
sampah pada sungai/kebun/kolam/sembaran
tempat sampah g tempat
2. Kadang-kadang ke tempat 1
sampah
%= X 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1 Ds.
Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1.
Hasil Penelitian
Grafik 1 .
Presentase Penilaian
Presentase (%)
1) Rumah yang tidak memiliki langit-langit, ukuran atap rumah < 2,5 meter
dan atap berasal dari genting namun penataannya masih ada celah yang
memungkinkan saat hujan percikan air hujan dapat masuk.
2) Jarak langit-langit rumah dengan lantai harus memenuhi syarat (< 2,5
meter dari lantai). Karena dinding yang terlalu rendah mempermudah
proses penyebaran suhu panas didalam ruangan.
b. Dinding Rumah
Berdasarkan survey yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri, seluruh rumah yang di survei
dinding rumah warga terbuat dari tembok permanen, kuat dan kokoh.
c. Lantai Rumah
Berdasarkan survey yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri dari 15 rumah yang di survei seluruh
lantai rumah dalam keadaan sudah berkeramik. Berdasarkan persyaratan
rumah sehat yaitu memiliki lantai kedap air dan bersih sehingga tidak terjadi
penularan penyakit dari lantai rumah. Apabila lantai rumah tidak kedap air dan
tidak bersih maka sangat berpotensi menularkan penyakit dan kuman dapat
berkembang biak dengan cepat dan menginfeksi manusia.
d. Jendela Kamar Tidur
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri dari 15 rumah 8 diantaranya tidak
memiliki Fasilitas jendela di kamar tidur Dari hasil tersebut diatas dimana
jumlah rumah yang tidak memiliki jendela dikategorikan tidak memenuhi
syarat karena dapat memberi dampak negatif bagi para penghuninya, baik itu
dampak fisiologi, psikis dan fisiknya. Jendela mempunyai peranan yang
sangat penting karena mampu mempengaruhi suhu dan kelembaban rumah
dan tingkat kenyamanan penghuni di dalam rumah.
e. Jendela Ruang Keluarga
Berdasarkan survey yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri terdiri 8 rumah yang tidak memiliki
jendela ruang keluarga. Jendela ruang keluarga juga mempunyai peranan
yang penting, di karenakan ruang keluarga merupakan ruang yang sering
ditempati berkumpul bersama-sama dengan keluarga sehingga menuntut
kondisi yang nyaman dan santai, jika jendela ruang kelurga tidak ada, maka
akan tercipta kondisi pengap di dalam ruangan tersebut sehingga kenyamanan
dapat terganggu.
f. Ventilasi
Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan
yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan
kelembaban udara dalam ruangan. Sebaiknya temperature udara dalam
ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4ºC dari temperature udara luar
untuk daerah tropis. Umumnya temperature kamar 22ºC-30ºC sudah cukup
segar, pergantian udara bersih untuk orang dewasa adalah 33 m³/orang/jam.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus memenuhi sayarat lain
diataranya yaitu :
1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 % dari luas lantai ruangan,
sedangkan luas lubang ventilasi insendentil (dapat dibuka dan ditutup) 5
%. Jumlah keduanya 10 % kali luas lantai ruangan, ukuran luas ini diatur
sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu sedikit
2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
3) Aliran udara jangan menyebabkan orang masuk angin. Untuk ini jangan
menempatkan tempat tidur atau tempat duduk persisi pada aliran udara.
4) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.
5) Kelembaban udara dijaga jangan sampai terlalu tinggi menyebabkan
orang berkeringat dan jangan terlalu rendah menyebabkan kulit kering.
Berdasarkan survey di Perumahan Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante Kec.
Ngasem Kab. Kediri yang disurvey ada 2 rumah yang tidak memiliki
ventilasi dan 12 rumah memiliki ventilasi tetapi tidak memenuhi syarat.
Ventilasi yang baik adalah ventilasi yang berukuran > 10% dari luas
lantai, ventilasi bertujuan memberikan memperlancar sirkulasi udara dalam
ruangan dengan memberikan udara segar dari luar, sehingga suhu dalam
ruangan dapat memenuhi syarat 22-24 ⁰C dan kelembaban 60 %. Apabila
suhu dalam rumah >24 ⁰C dapat mengganggu kenyaman penghuni dan
apabila ventilasi tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan kelembaban
dalam ruangan meningkat tinggi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan bakteri pathogen sangat baik.
g. Lubang Asap Dapur
Berdasarkan survey yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri seluruh rumah yang di survei tidak
memiliki lubang asap dapur. Rata-rata hanya ada ventilasi kecil di dapur.
Rumah yang tidak memiliki lubang asap dapur dapat menimbulkan resiko
kesehatan terutama pada saat memasak ketika berada di dapur (proses masak
memasak terjadi) asap hasil pembakaran yang menggumpal di dalam ruangan
akan menyebabkan sesak napas karena rumah tersebut tidak memilki lubang
asap dapur. Adapun dampak yang ditimbulkan selain sesak napas yaitu iritasi
pada mata yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran yang mengenai mata
akan terasa perih.
h. Pencahayaan Ruangan Rumah
Berdasarkan survey yang dilakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1
Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri yang disurvey diperoleh masih ada
beberapa rumah yang memiliki pencahayaan ruangan yang tidak terang tidak
dapat digunakan untuk membaca terdapat 3 rumah, dan selebihnya telah
memiliki pencahayaan yang baik meskipun masih ada beberapa yang kurang
baik.
Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan itu dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam. Pencahayaan dapat dibagi
menjadi dua sumber yaitu alami dan buatan. Agar ruangan dalam rumah
mendapatkan cahaya yang cukup, maka letak jendela dan lebarnya harus
diperhatikan.luas jendela untuk penerangan ini sedikitnya 20 % luas lantai
ruangan. Untuk pencahayaan buatan biasanya setiap rumah memerlukan 50-
100 lux.
2. Komponen Sarana Sanitasi
a. Penggunaan sarana air bersih
Berdasarkan hasil survei di Perumahan Jenggolo Indah 1 Ds.
Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri dari 15 rumah yang di survei, semua
menggunakan sumber air milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan .
Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi sumber
penularan penyakit.Jenis penyakit yang berhubungan dengan air antara lain
sakit perut, diare, sakit kulit, sakit mata, kecacingan, demam berdarah,
malaria, kaki gajah (filariasis) dan lain-lain.
b. Kepemilikan jamban
Semua rumah yang di survei memiliki jamban dan jenisnya leher angsa..
Dimana jarak tempat buang air besar < 10 meter dari sumber air. Sehingga
kotoran meresap ke dalam tanah dan dapat mencemari sumber air. Adapun
jamban yang digunakan yaitu leher angsa dengan menggunakan septik tank yang
jaraknya dari sumber air bersih ± 10 meter.
c. Saluran pembuangan air limbah
Dari hasil observasi yang di lakukan di Perumahan Jenggolo Indah 1 Ds.
Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri 10 rumah untuk saluran pembuangannya
diresapkan dan tidak mencemari sumber air karena jaraknya > 10 m dari sumber
air. 5 rumah lainnya hanya dibuang begitu saja di selokan terbuka yang meresap
kedalam tanah. Sehingga mencemari sumber air yang berada dekat saluran
pembuangan limbah tersebut. jika sumber air tersebut digunakan untuk minum
akan menyebabkan diare dan jika digunakan mandi akan menyebabkan gatal-
gatal. Dan ada juga masyarakat yang langsung mengalirkannya keselokan yang
tidak tertutup.
Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya
saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi lingkungan di sekitar rumah
menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebarkan bau tidak
sedap dan dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk.
Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan menggenang
serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan sumur maka dapat
mencemari sumur. Tempat penampungan air limbah yang terbuka menyebabkan
nyamuk dapat bertelur di tempat tersebut.
d. Sarana pembuangan sampah
Sarana pembuangan sampah di Perumahan Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante
Kec. Ngasem Kab. Kediri 10 rumah yang memenuhi syarat dari 15 rumah yang
diobsevasi, dan ada 5 rumah yang memiliki tempat sampah tetapi tidak
memenuhi syarat hal ini berarti system pengolahan sampah masih kurang
diwilayah tersebut, berdasarkan hasil wawancara diantara mereka memiliki
tempat pembuangan sampah yang tidak tertutup. Hal ini akan mengakibatkan
timbunya vektor pembawa penyakit, seperti lalat, tikus, tempat
berkembangbiakannya jentik, serta dapat mencemari sumber air bersih.
Sarana pembuangan sampah yang sehat harus memehuni beberapa persyaratan
yaitu, cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghidarkan dari jangkauan
serangga dan tikus. Oleh karena itu tempat sampah harus mempunyai tutup dan
selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat.
Membuang sampah di atas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat
menyebarkan bau yang tidak sedap dan mengundang serangga dan tikus. Selain
itu dapat mencemari sumber air seperti sungai dan sumur. Sehingga berpotensi
menyebabkan penyakit.
3. Perilaku Penghuni
a. Membuka jendela kamar tidur
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo
Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri hanya 4 rumah yang setiap
hari selalu membuka jendela kamar tidur. 11 diantaranya tidak pernah
membuka jendela kamar tidur. Jendela berfungsi sebagai alat pertukaran udara
sehingga mengatur kelembaban di dalam ruangan. Udara yang berasal dari
dalam ruangan yang memungkinkan mengandung debu dan bakteri
dikeluarkan dan disirkulasi dengan udara segar sehingga juga diperlukan
upaya pembersihan jendela. Menurut Notoatmodjo (2003), jendela tidak hanya
sebagai ventilasi, tetapi juga sebagai jalan masuk cahaya.
b. Membuka jendela ruang keluarga
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo
Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri terdapat 5 rumah yang setiap
hari selalu membuka jendela kamar tidur, 1 diantaranya kadang-kadang
membuka jendela ruang keluarga dan 9 sisanya diantaranya tidak pernah
membuka atau tidak mempunya jendela ruang keluarga. Membuka jendela
kamar di pagi hari agar udara segar dan sinar matahari bisa masuk ke dalam
ruangan ternyata adalah sebuah kebiasaan yang menyehatkan. Sinar matahari di
pagi hari mampu membunuh bakteri penyebab penyakit yang hidup dalam debu.
Sementara itu, kondisi yang lebih gelap malah membuat mereka berkembang.
c. Membersihkan rumah dan halaman
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo
Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri, 12 rumah yang telah
dilakukan observasi membersihkan rumah dan halaman setiap hari dan 3 sisanya
hanya kadang-kadang membersihkan rumah dan halaman. 2 rumah diantaranya
membersihkan rumah 2 hari sekali dan 1 rumah membersihkan rumah 3-4 hari
sekali.
Perilaku mengenai kebersihan rumah dan halaman juga berpengaruh, hal itu
dapat menimbulkan penyakit gangguan pernapasan seperti batuk dan asma.
Batuk dan asma dapat terjadi di dalam ruangan/rumah jika rumah tersebut jarang
dibersihkan, terutama perabot rumah tangga terutaman pajangan di rumah
berpotensi menyimpan debu yang banyak dan jika tidak dibersihkan setiap hari
debu tersebut akan terakumulasi diudara pada saat terjadi pertukaran sirkulasi
dan akan dihirup oleh penghuni rumah.
Perilaku baik yang dilakukan penghuni di rumah agar rumah tersebut
menjadisehat sangat banyak, antara lain
1) Menyapu lantai dan halaman rumah.
2) Membersihkan kamar mandi dan jamban/WC.
3) Menyapu lantai rumah agar bersih dari debu dan kotoran lain.
4) Menyapu halaman untuk membersihkan sampah agar tidak menjadi
sumberpenyakit dan kecelakaan.
5) Menguras dan menyikat kamar mandi agar bersih dan tidak menjadi
tempatbertelur nyamuk.
6) Membuang sampah di tempat sampah yang tertutup agar tidak dapat
dihinggapi lalat, kecoa, tikus maupun hewan lainnya sebagai pembawa
penyakit.
7) Membuka jendela diwaktu pagi sampai sore hari agar udara bersih dan segar
masuk ke dalam rumah akan mengurangi terjadinya sakit pernapasan.
8) Tidur dengan menggunakan kelambu dapat menghindari gigitan nyamuk
sehingga dapat terhindar dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
9) Memasang kawat kasa nyamuk pada lubang angin atau ventilasi
untukmencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah
10) Menjemur kasur dapat membunuh kuman yang menempel di kasur
danmengusir atau mencegah bersarangnya kutu busuk
11) Menyimpan makanan dan minuman ditempat tertutup dapat
mencegahmasuknya kotoran debu ke dalam makanan serta mencegah
datangnyaserangga seperti lalat dan kecoa serta tikus untuk hinggap atau
makanmakanan yang disimpan
12) Buang air besar dan kencing di jamban/WC akan mengurangi bau dan
menghindari penularan penyakit diare atau mencret.
13) Tidak merokok dalam rumah
14) Dan lain-lain
d. Membuang tinja bayi dan balita ke Jamban
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo
Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri, sebanyak 8 rumah membuang
tinja bayi dan balita ke jamban, 4 rumah kadang-kadang membuang tinja bayi
dan balita ke jamban hal ini disebabkan karena terkadang para ibu malas
membersihkan tinja bayi/ balita ke jamban terutama untuk bayi/balita yang
mengenakan pampers. 3 rumah sisanya membuang tinja bayi/balita ke sungai.
Perilaku membuang tinja bayi/balita Kesungai/kebun/kolam/sembarang tempat
di akan mempengaruhi pencemaran lingkungan. Resiko dari perilaku
masyarakat yang tidak ramah terhadap lingkungan adalah terjadinya pencemaran
lingkungan di mana-mana, membuang tinja tidak pada jamban hal ini dapat
menimbulkan bau yang menyengat dan mengganggu estetika, selain itu kondisi
lingkungan yang buruk pastinya dapat mengakibatkan penyakit yang berbasis
lingkungan akan meningkat.
e. Membuang sampah pada tempat sampah
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Perumahan Jenggolo
Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri semua rumah yang dilakukan
observasi membuang sampah pada tempat sampah. Karena di Perumahan
Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab. Kediri ini setiap RW selalu
menyediakan tempat sampah bagi warga terutama warga baru dan setiap pagi
sampah akan diangkut ke TPS sekitar.
Permasalahan sampah di suatu kawasan meliputi tingginya laju timbulan
sampah, kepedulian masyarakat yang masih rendah sehingga suka berperilaku
membuang sampah sembarangan, keengganan untuk membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan. Perilaku yang buruk ini seringkali menyebabkan
bencana di musim hujan karena darainase tersumbat sampah sehingga terjadi
banjir (Hardiatmi, 2011). Apabila masyarakat membuang sampah
sembarangan akan merusak pemandangan, mendatangkan bau yang tidak sedap,
mendatangkan banjir level rendah sampai yang tinggi, mendatangkan berbagai
penyakit dan dapat mencemari lingkungan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi penilaian fisik dan sarana sanitasi lingkungan rumah yang
dilakukan di Perumahan Indah Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante Kec. Ngasem Kab.
Kediri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi rumah ditinjau dari komponen fisik 15 rumah dinilai menunjukkan
seluruhnya tidak memiliki lubang asap dapur.
2. Sarana sanitasi yang ada di Perumahan Indah Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante
Kec. Ngasem Kab. Kediri ditinjau dari saluran pembuangan air limbah dan sarana
pembuangan sampah 5 dari 15 rumah tidak memenuhi persyaratan.
3. Perilaku masyarakat di Perumahan Indah Jenggolo Indah 1 Ds. Gogorante Kec.
Ngasem Kab. Kediri dari 11 rumah tidak pernah membuka jendela kamar tidur.
B. Saran
Penghuni rumah terutama yang komponen fisik dan sarana sanitasi rumah
yang belum memenuhi persyaratan hendaknya meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan yang baik agar tercipta derajat
kesehatan yang lebih baik. Selain itu, memperbaiki komponen rumah dan sarana
sanitasi yang belum memenuhi syarat atau belum tersedia agar sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Fahmi, Nurul. 2015. Laporan Penilaian Rumah Sehat Pulau Kulambing Desa Mattirouleng
Kecematan Liukang Toppabbiring Kabupaten Pangkep. Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Makasar
Hafid, Ridwan. 2020. Laporan Praktikum Belajar Lapangan Inspeksi Rumah Sehat. Jurusan
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Hindarto, Probo. 2007. Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. Yogyakarta : Andi Offfset
Gambar 1. Gambar 2.
Inspeksi Rumah 1 Inspeksi Rumah 2
Gambar 3. Gambar 4.
Inspeksi Rumah 3 Inspeksi Rumah 4
Gambar 5. Gambar 6.
Inspeksi Rumah 5 Inspeksi Rumah 6
Gambar 7. Gambar 8.
Inspeksi Rumah 7 Inspeksi Rumah 8
Gambar 23.
Kondisi dapur