Anda di halaman 1dari 10

USAHA PERBAIKAN PEMUKIMAN KUMUH

DI PETUKANGAN UTARA-JAKARTA SELATAN

Sri Kurniasih
Teknik Arsitektur Universitas Budi Luhur
Jl. Raya Ciledug Petukangan Utara Jakarta Selatan
Email : neea_arch@yahoo.com

Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk
hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatan sebagai pengejawantahan
dari kemiskinan, karen apada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita
jumpai di kawasan perkotaan.

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Pada
dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan,
peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi
kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini
dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan
lingkungan pemukiman pada umumnya.

Metode penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekumuhan pemukiman yang terdapat di
Petukangan Utara dan usaha apa saja yang dapat dilakukan demi perbaikan pemukiman kampung tersebut.

Kata Kunci : pemukiman kumuh, pelayanan dasar, usaha perbaikan

penghuni memperoleh kesan pertama dari


A. PENDAHULUAN kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah
harus menjamin kepentingan keluarga,
1. Latar Belakang yaitu untuk tumbuh, memberi
Perumahan dan pemukiman adalah kemungkinan untuk hidup bergaul dengan
dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan tetangganya; lebih dari itu, rumah harus
berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, memberi ketenangan, kesenangan,
industrialisasi dan pembangunan. kebahagiaan dan kenyamanan pada segala
Pemukiman dapat diartikan sebagai peristiwa hidupnya.1
perumahan atau kumpulan rumah dengan Secara garis besar, rumah memiliki
segala unsur serta kegiatan yang empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal
berkaitandan yang ada di dalam yang layak dan sehat bagi setiap manusia,
pemukiman. Pemukiman dapat terhindar yaitu:2
dari kondisi kumuh dan tidak layak huni Ö Rumah harus memenuhi kebutuhan
jika pembangunan perumahan sesuai pokok jasmani manusia.
denganstandar yang berlaku, salah satunya
dengan menerapkan persyaratan rumah 1
Bandingkan: Pusat Informasi Teknik Bangunan
sehat. D.I. Yogyakarta, Mengenal Rumah Sehat,
Dalam pengertian yang luas, rumah Yogyakarta n.d. halaman 2.
2
American Public Health Association, Basic
tinggal bukan hanya sebuah bangunan Principle of Healthful Housing, New York, 1960.
(struktural), melainkan juga tempat Dikutip dari: Rudi Gunawan/FX. Haryanto,
kediaman yang memenuhi syarat-syarat Pedoman Perencanaan Rumah-Sehat, edisi ke-2,
kehidupan yang layak, dipandang dari Yogyakarta 1981.
berbagai segi kehidupan.
Rumah dapat dimengerti sebagai
tempat perlindungan untuk menikmati
kehidupan, beristirahat dan bersuka ria
bersama keluarga. Di dalam rumah, 3
Muhtadi Muhd, Drs, Gejala Pemukiman Kumuh
Jakarta Selayang Pandang, Departemen Pekerjaan
Umum, 1987.
Ö Rumah harus memenuhi kebutuhan suatu patokan atau satandar penilaian yang
pokok rohani manusi. dapat digunakan untuk menentukan
Ö Rumah harus melindungi manusia kualitas dan kondisi suatu pemukiman
dari penularan penyakit. guna meningkatkan kualitas lingkungan
Ö Rumah harus melindungi manusia khususnya pada pemukiman kumuh di
dari gangguan luar. perkotaan.

Patokan Rumah yang Sehat dan


Ekologis
Patokan yang dapat digunakan dalam
membangun rumah yang ekologis adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan kawasan penghijauan di
antara kawasan pembangunan
sebagai paru-paru hijau. Gbr. 1. Pemukiman Petukangan Utara
2. Memilih tapak bangunan yang
sebebas mungkin dari Standar penilaian tersebut dapat
gangguan/radiasi geobiologis dan dipergunakan untuk menentukan apakah
meminimalkan medan pemukiman kumuh yang biasa disebut
elektromagnetik buatan. kampung itu perlu diperbaiki atau tidak.
3. Mempertimbangkan rantai bahan dan
menggunakan bahan bangunan B. METODE PENELITIAN
alamiah. Metode penelitian yang digunakan
4. Menggunakan ventilasi alam untuk adalah metode penelitian deskriptif, yaitu:
menyejukkan udara dalam bangunan. 1. Studi pustaka mengenai teori dasar
5. Menghindari kelembapan tanah naik tentang pemukiman kumuh.
ke dalam konstruksi bangunan dan 2. Observasi lapangan pada lokasi
memajukan sistem bangunan kering. pengamatan yang telah ditentukan.
6. Memilih lapisan permukaan dinding 3. Analisa dari data yang diperoleh di
dan langit-langit ruang yang mampu lapangan.
mengalirkan uap air. 4. Menarik kesimpulan dari analisa
7. Menjamin kesinambungan pada untuk dijadikan sebagai guidelines.
struktur sebagai hubungan antara
masa pakai bahan bangunan dan Fokus Penelitian
struktur bangunan. Diarahkan untuk mengetahui patokan
8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi atau standar penilaian yang dapat
ruang berdasarkan aturan digunakan untuk menentukan kualitas dari
harmonikal. kondisi suatu pemukiman.
9. Menjamin bahwa bangunan yang
direncanakan tidak menimbulkan Objek Penelitian
masalah lingkungan dan Upaya perbaikan pemukiman kumuh
membutuhkan energi sedikit yang terdapat di wilayah Petukangan Utara
mungkin (mengutamakan energi tepatnya di Jln. H. Yamin Rt.001/01.
terbarukan).
10. Menciptakan bangunan bebas Unit Analisis
hambatan sehingga gedung dapat Objek penelitian dianalisis terhadap
dimanfaatkan oleh semua penghuni teori dasar, kemudian ditarik kesimpulan
(termasuk anak-anak, orang tua, mengenai upaya perbaikan pemukiman
maupun orang cacat tubuh). kumuh, sehingga dapat dijadikan program
berkelanjutan dalam memperbaiki dan
Dengan adanya patokan rumah yang meningkatkan kualitas perumahan dan
sehat dan ekologis, maka perlu adanya pemukiman.
Konstribusi Penelitian seperti itu diungkapkan oleh Herbert J.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat: Gans4 dengan kalimat:
a. Membantu terlaksananya perbaikan
sarana dan prasarana pada ”Obsolescence per se is not harmful and
pemukiman kumuh. designation of an area as a slum for the
b. Menggerakkan pihak industri untuk reason alone is merely a reflection of
dapat menghasilkan produk tepat middle clas standards and middle alass
guna dan terjangkau oleh masyarakat incomes”.
dalam perbaikan pemukiman kumuh.
c. Menggerakkan partisipasi pihak Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab
akademisi untuk dapat dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat.
mensosialisasikan hasil penelitian ini. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh
tetap menjurus pada sesuatu hal yang
C. TEORI DASAR bersifat negatif .5

1. Pengertian Pemukiman Pemahaman kumuh dapat ditinjau dari :


Pemukiman sering disebut a. Sebab Kumuh
perumahan dan atau sebaliknya. Kumuh adalah kemunduran atau
Pemukiman berasal dari kata housing kerusakan lingkungan hidup dilihat
dalam bahasa Inggris yang artinya adalah dari: (1) segi fisik, yaitu gangguan
perumahan dan kata human settlement yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
yang artinya pemukiman. alam seperti air dan udara, (2) segi
Perumahan memberikan kesan masyarakat / sosial, yaitu gangguan
tentang rumah atau kumpulan rumah yang ditimbulkan oleh manusia sendiri
beserta prasarana dan sarana ligkungannya. seperti kepadatan lalulintas, sampah.
Perumahan menitiberatkan pada fisik atau b. Akibat Kumuh
benda mati, yaitu houses dan land Kumuh adalah akibat perkembangan
settlement. Sedangkan pemukiman dari gejala-gejala antara lain: (1)
memberikan kesan tentang pemukim atau kondisi perumahan yang buruk, (2)
kumpulan pemukim beserta sikap dan penduduk yang terlalu padat, (3)
perilakunya di dalam lingkungan, sehingga fasilitas lingkungan yang kurang
pemukiman menitikberatkan pada sesuatu memadai, (4) tingkah laku
yang bukan bersifat fisik atau benda mati menyimpang, (5) budaya kumuh, (6)
yaitu manusia (human).3 apati dan isolasi.
Dengan demikian perumahan dan
pemukiman merupakan dua hal yang tidak 3. Kawasan Kumuh
dapat dipisahkan dan sangat erat Kawasan kumuh adalah kawasan
hubungannya, pada hakekatnya saling dimana rumah dan kondisi hunian
melengkapi. masyarakat di kawasan tersebut sangat
buruk. Rumah maupun sarana dan
2. Pengertian Kumuh prasarana yang ada tidak sesuai dengan
Kumuh adalah kesan atau gambaran standar yang berlaku, baik standar
secara umum tentang sikap dan tingkah kebutuhan, kepadatan bangunan,
laku yang rendah dilihat dari standar hidup persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana
dan penghasilan kelas menengah. Dengan air bersih, sanitasi maupun persyaratan
kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai kelengkapan prasarana jalan, ruang
tanda atau cap yang diberikan golongan terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial
atas yang sudah mapan kepada golongan lainnya.
bawah yang belum mapan. Gambaran
4
Clinard: 968, hal. 6
5
Clinard: 1968, hal.6: Wiebes: 1975, hal. 3:
Schoorl: 1980, hal. 286
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti Perumahan tidak layak huni adalah
yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi kondisi dimana rumah beserta
Suparlan6 adalah : lingkungannya tidak memenuhi
persyaratan yang layak untuk tempat
1. Fasilitas umum yang kondisinya tinggal baik secara fisik, kesehatan
kurang atau tidak memadai. maupun sosial, dengan kriteria antara lain7:
2. Kondisi hunian rumah dan ¾ Luas lantai perkapita, di kota kurang
pemukiman serta penggunaan ruang- dari 4 m2 sedangkan di desa kurang
ruanganya mencerminkan dari 10 m2.
penghuninya yang kurang mampu ¾ Jenis atap rumah terbuat dari daun
atau miskin. dan lainnya.
3. Adanya tingkat frekuensi dan ¾ Jenis dinding rumah terbuat dari
kepadatan volume yang tinggi dalam anyaman bambu yang belum
penggunaan ruang-ruang yang ada di diproses.
pemukiman kumuh sehingga ¾ Jenis lantai tanah
mencerminkan adanya kesemrawutan ¾ Tidak mempunyai fasilitas tempat
tata ruang dan ketidakberdayaan untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK).
ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu
satuan-satuan komuniti yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas
kebudayaan dan sosial yang jelas,
yaitu terwujud sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada
di tanah milik negara, dan karena Gbr. 2. Rumah tidak layak huni
itu dapat digolongkan sebagai
hunian liar. 5. Kualitas Perumahan dan
b. Satuan komuniti tunggal yang Pemukiman
merupakan bagian dari sebuah Dari hasil statistik perumahan yang
RT atau sebuah RW. merupakan hasil pendaftaran bangunan
c. Sebuah satuan komuniti tunggal sensus, agaknya tidak mudah untuk
yang terwujud sebagai sebuah RT mendapatkan gambaran tentang kualitas
atau RW atau bahkan terwujud perumahan dan pemukiman di Indonesia.
sebagai sebuah Kelurahan, dan Pemukiman yang tertata baik atau kumuh,
bukan hunian liar. rumah yang layak atau tidak layak tidak
5. Penghuni pemukiman kumuh secara dapat dibaca dari hasil sensus. Ini dapat
sosial dan ekonomi tidak homogen, kita mengerti karena memang belum ada
warganya mempunyai mata standar baku untuk menentukan apakan
pencaharian dan tingkat kepadatan suatu rumah atau suatu unit lingkungan
yang beranekaragam, begitu juga asal layak huni atau tidak.
muasalnya. Dalam masyarakat Dalam rangka program dan proyek
pemukiman kumuh juga dikenal peningkatan kualitas lingkungan,
adanya pelapisan sosial berdasarkan khususnya pemukiman kumuh di
atas kemampuan ekonomi mereka perkotaan, memang perlu dilakukan telaah
yang berbeda-beda tersebut. (assessment) dan penilaian atas kondisi
6. Sebagian besar penghuni pemukiman pemukiman. Ukuran atau penilaian yang
kumuh adalah mereka yang bekerja dapat digunakan untuk menentukan
di sektor informal atau mempunyai kualitas pemukiman antara lain :
mata pencaharian tambahan di sektor
informil.

6 7
Segi social dan ekonomi pemukiman kumuh Infosocieta.com
• Kepadatan penduduk (assessment) dan penilaian atas kondisi
• Kerapatan BangunanK pemukiman.
• Kondisi jalan
• Sanitasi dan pasokan air bersih 6. Faktor-faktor Penyebab
• Kualitas konstruksi perumahan Meningkatnya Jumlah Kawasan
Kumuh
Penilaian tersebut digunakan untuk
menentukan apakah pemukiman kumuh Penyebab adanya kawasan kumuh
yang disebut kampung tersebut perlu atau peningkatan jumlah kawasan kumuh
diperbaiki atau tidak. yang ada di kota adalah:
1. Faktor ekonomi seperti
4. Pemukiman Kota kemiskinan dan krisis ekonomi.
Pemukiman kota tentunya berbeda 2. Faktor bencana.
dengan pemukiman bukan kota. Ciri
pemukiman kota sangat erat hubungannya Faktor ekonomi atau kemiskinan
dengan ciri sosial kota itu sendiri. Ciri mendorong bagi pendatang untuk
sosial kota, terutama di kota-kota tergolong mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
kota besar antara lain : kota-kota. Dengan keterbatasan
1. Lapisan sosial ekonomi, misalnya pengetahuan, ketrampilan, dan modal,
perbedaan pendidikan, status sosial maupun adanya persaingan yang sangat
dan pekerjaan. ketat diantara sesama pendatang maka
2. Individualisme, misalnya sifat pendatang-pendatang tersebut hanya dapat
kegotongroyongan yang tidak murni, tinggal dan membangun rumah dengan
kemudahan komunikasi. kondisi yang sangat minim di kota-kota. Di
3. Toleransi sosial, misalnya kurangnya sisi lain pertambahan jumlah pendatang
perhatian kepada sesama yang sangat banyak mengakibatkan
4. Jarak sosial, misalnya perbedaan pemerintah tidak mampu menyediakan
kebutuhan dan kepentingan. hunian yang layak.
5. Penilaian sosial, misalnya perbedaan Faktor bencana dapat pula menjadi
status, perbedaan latar belakang salah satu pendorong perluasan kawasan
ekonomi, pendidikan dan filsafat. kumuh. Adanya bencana, baik bencana
alam seperti misalnya banjir, gempa,
5. Kualitas Perumahan dan gunung meletus, longsor maupun bencana
Pemukiman akibat perang atau pertikaian antar suku
Dari hasil statistik perumahan yang juga menjadi penyebab jumlah rumah
merupakan hasil pendaftaran bangunan kumuh meningkat dengan cepat.
sensus, agaknya tidak mudah untuk
mendapatkan gambaran tentang kualitas 7. Pandangan Masyarakat
perumahan dan pemukiman di Indonesia. Berpenghasilan Rendah terhadap
Pemukiman yang tertata baik atau kumuh, Hunian
rumah yang layak atau tidak layak tidak
dapat dibaca dari hasil sensus. Hal Ini Untuk menangani kawasan kumuh,
dapat kita mengerti karena memang belum maka perlu didasarkan pada pandangan
ada standar baku untuk menentukan masyarakat berpenghasilan rendah
apakan suatu rumah atau suatu unit terhadap rumah. Dalam Sistem Perumahan
lingkungan layak huni atau tidak. Sosial, maka Jo Santoso (Jo Santoso;
Dalam rangka program dan proyek 2002) mengungkapkan bahwa rumah bagi
peningkatan kualitas lingkungan, masyarakat berpenghasilan rendah adalah:
khususnya pemukiman kumuh di 1. Dekat dengan tempat kerja atau di
perkotaan, memang perlu dilakukan telaah tempat yang berpeluang untuk
mendapatkan pekerjaan, minimal
pekerjaan di sektor informal.
2. Kualitas fisik hunian dan lingkungan sasaran perbaikan kampung yang semula
tidak penting sejauh mereka masih lebih banyak ditujukan untuk peningkatan
bisa menyelenggarakan kehidupan kualitas fisik kampung kemudian beralih
mereka. ke peningkatan kualitas hidup masyarakat
3. Hak-hak penguasaan atas tanah dan kampung. Untuk itu perbaikan kampung
bangunan khususnya hak milik tidak tidak dapat hanya ditujukanpada perbaikan
penting. Yang penting bagi mereka prasarana dan fasilitas yang bersifat fisik
adalah mereka tidak diusir atau semata, tetapi juga mencakup perbaikan
digusur, sesuai dengan cara berpikir kondisi sosial dan peningkatan kegiatan
mereka bahwa rumah adalah sebuah ekonomi masyarakat yang tinggal di
fasilitas. kampung.

Karena pandangan itulah maka D. HASIL PENELITIAN


muncul kawasan-kawasan kumuh di
sekitar tempat-tempat yang berpeluang 1. Gambaran Umum
untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga Wilayah Kelurahan Petukangan
salah satu point penting dalam menangani Utara sama halnya dengan wilayah
kawasan kumuh adalah strategis untuk kelurahan-kelurahan lain di wilayah DKI
mendapatkan peluang pekerjaan. Jakarta, khususnya wilayah Kotamadya
Penanganan kawasan kumuh harus Jakarta Selatan yang planologinya
ditinjau kasus per kasus sesuai dengan sebagian besar untuk pemukiman,
kondisi fisik kawasannya. Namun sehingga tidak heran apabila tiap tahun
demikian secara umum dengan mengacu jumlah penduduk Kelurahan Petukangan
pada UU No. 4/1992 tentang Perumahan Utara terus bertambah, dan pembangunan
dan Pemukiman, pasal 27 ayat (2) fisik pun terus berkembang mengikuti arus
menyatakan bahwa kegiatan yang perkembangan.
dilakukan dalam rangka peningkatan Luas wilayah Kelurahan Petukangan
kualitas pemukiman meliputi upaya Utara berdasarkan SK Gubernur DKI
melalui perbaikan atau pemugaran, Jakarta No : 1251 tahun 1986, mempunyai
peremajaan serta pengelolaan dan luas 299,24 Ha dengan batas-batas
pemeliharaan yang berkelanjutan. Kelurahan sebagai berikut :
Utara berbatasan dengan : Kelurahan
8. Usaha perbaikan Pemukiman Joglo, Jakarta Barat.
Kumuh Timur berbatasan dengan : Saluran air
(Kel. Ulujami).
Pada tahun 1969 Pemerintah DKI Selatan berbatasan dengan : Jalan Ciledug
Jakarta mempelopori upaya perbaikan Raya.
pemukiman informal yang mengkumuh Barat berbatasan dengan : Kelurahan Kreo,
yang lebih dikenal sebagai perbaikan Propinsi Banten.
kampung. Perbaikan itu tertuju pada
pembuatan jalan kendaraan maupun jalan
setapak, drainase, pengadaan air bersih,
sarana pengelolaan sampah dan sanitasi.
Sejak tahun 1989 diperkenalkan konsep
Tribina dalam perbaikan kampung.
Tribina adalah pemaduan pembinaan
lingkungan fisik dengan pembinaan sosial,
pembinaan usaha yang digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan perbaikan
kampung. Konsep ini secara resmi menjadi
acuan pemerintah. Konsep ini Gbr. 3. Peta Lokasi Penelitian
dikembangkan mengikuti pergeseran
2. Observasi Lapangan 2.1. Lingkungan Sekitar Pemukiman
Pemukiman yang saya teliti terdiri
dari 18 rumah yang saling berhadapan.
Pada dasarnya rumah-rumah ini tidak Pemukiman
layak huni, tetapi para penghuni rumah Kumuh.
tersebut tidak dapat berbuat banyak untuk
memperbaiki rumah mereka, hal ini Tempat
pembuangan
disebabkan faktor ekonomi. Sebagian sampah.
besar penghuni pemukiman ini berprofesi Kali
sebagai Pedagang Siomay keliling, ada
juga yang berdagang makanan kecil di
pelataran rumah mereka. Dengan demikian Letak
dapat dipastikan para penghuni Pemukiman
yang dekat
pemukiman ini berpenghasilan rendah. dengan kali,
Berdasarkan observasi lapangan, sehingga
dapat ditemukan bahwa mereka hidup di sangat riskan
suatu lingkungan yang kondisi sanitasinya terkena banjir
sangat buruk, mereka tidak mempunyai
kamar mandi yang memenuhi persyaratan Gambar 4. Pemukiman kumuh
baik dari segi standar perancangan kamar
mandi maupun dari segi kesehatan. Kamar 2.2. Kondisi Jalan
mandi yang terletak di lokasi perumahan
mereka tidak dapat digunakan untuk
membuang air besar, kamar mandi tersebut
hanya berfungsi untuk mandi dan cuci saja.
Jika mereka ingin membuang air besar, Jalan beraspal
mereka harus membawa air bersih dan
menyeberangi kali yang berada di sampang
pemukiman mereka karena di sanalah letak Jalan di
jamban yang dapat digunakan. pemukiman,
Selain itu kondisi rumah yang sebagian
mereka tempati termasuk kategori rumah diplester dan
sebagian lagi
yang tidak layak huni. Luas satu unit tidak di
bangunan ±15 m2, dinding bangunannya plester.
terbuat dari seng, papan, triplek, dan
sebagian dari tembok. Lantai terbuat dari Gambar 5. Jalan di Pemukiman
plesteran semen dan difinishing dengan
karpet plastik. Untuk atap bangunan
menggunakan atap genting dan seng.
Berikut ini adalah kondisi yang
terdapat di pemukiman pada saat observasi
ditinjau dari faktor-faktor yang dapat
menentukan tingkat kekumuhan suatu
pemukiman
2.3. Kerapatan Bangunan 2.5. Sanitasi

Jarak antara
bangunan
yang satu
dengan yang Dinding dan Atap
lainnya sangat KM terbuat dari
rapat, seng
sehingga jika
Sumber air bersih
terjadi
didapat dengan
kebakaran api
Pompa Air
akan cepat
merambat ke
bangunan di
sekitarnya.

Atap yang
saling
tumpang KM bersifat
tindih umum dan hanya
digunakan untuk
Mandi saja
Dapur yang
melekat
pada
dinding
bangunan
lain. Jembatan ini
Gambar 6. Kerapatan Bangunan digunakan
untuk BAB
oleh anak
kecil
2.4. Ruang Terbuka
Jamban untuk
orang dewasa

Ruang
terbuka pada
pemukiman
ini digunakan
untuk
menjemur
pakaian.
Sehingga
tidak adanya
penghijuan
untuk
mendapatkan Tampak Depan Tampak Samping Tampak Belakang
udara yang
segar Gambar 8. Kondisi Sanitasi
Didalam jamban ini hanya terdapat closet jongkok dan
tidak terdapat air bersih. Jika ingin BAB maka harus
membawa air bersih dari pemukiman mereka.
Keadaan seperti sangat tidak nyaman dan tidak
Gambar 7. Jalan di Pemukiman manusiawi apalagi berdekatan dengan sampah.
2.4. Kondisi Bangunan E. ANALISA PENELITIAN

Atap Genting Berdasarkan hasil observasi di


Atap Seng lapangan, maka perlu adanya usaha
Dinding Papan perbaikan pada prasarana di pemukiman
Kayu tersebut, antara lain:
Dinding Triplek
kayu
• Perbaikan pada kamar mandi yang
Dinding Batako berada di lokasi pemukiman
dengan menyediakan WC dan bak
Atap Genting mandi dengan harapan tidak ada
Atap Seng lagi masyarakat yang membuang
air besar di kali.
Dinding Triplek • Perbaikan pada bangunan
menggunakan bahan bangunan
Dinding Seng yang ekonomis tetapi secara
konstruksi dapat menahan beban
yang ada.
Atap Genting • Perbaikan pada lingkungan dengan
Atap Seng cara penataan penghijauan di ruang
terbuka.
Kawat Jaring • Pembuatan mesin air, sehingga
masyarakat tidak perlu lagi
Dinding Batako menggunakan pompa air.
• Pembuatan septicktank.
• Perbaikan pengolahan sampah agar
tidak merusak lingkungan.
Triplek • Perbaikan sanitasi dan drainase.
Kawat jarring • Perbaikan jalan di pemukiman.
pengganti kaca
Kawat Jaring F. KESIMPULAN
Dinding Batako Berdasarkan analisa observasi di
lapangan, maka dapat diambil kesimpulan
Atap Genting
bahwa Pemukiman Petukangan Utara
Atap Seng
tepatnya yang berada di Jl. H. Yamin Rt.
Dinding papan 001/01 dapat dikatakan pemukiman
kumuh. Hal ini dibuktikan dengan tidak
tersedianya prasarana dan pelayanan dasar
Dinding Seng (pelayanan air bersih dan sanitasi)
Dinding Batako sehingga dapat mempengaruhi tingkat
kekumuhan dari sutu pemukiman.
Dari hasil penelitian, point-pont yang
Lantai hanya dapat dijadikan suatu patokan untuk
diplester dan
difinishing mengukur tingkat kekumuhan dari suatu
dengan karpet pemukiman dapat dilihat dari :
plastik 1. Faktor ekonomi dan kemiskinan.
2. Jumlah penduduk.
3. Kondisi jalan.
Gambar 9. Kondisi bangunan masing-masing rumah
4. Kondisi bangunan.
5. Kerapatan bangunan.
6. Sanitasi
7. Drainase
8. Ruang terbuka
9. Kebersihan Lingkungan.
10. Rehabilitasi lingkungan dan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Frick, Heinz, Arsitektur Ekologis,


Soegijapranata University Press, Kanisius,
2006

Kuswartojo, Tjuk, Perumahan dan


Pemukiman di Indonesia; Upaya membuat
perkembangan kehidupan yang
berkelanjutan” (Bandung; Penerbit ITB,
2005)

Muhtadi Muhd, Drs, Gejala Pemuiman


Kumuh Jakarta; Selayang Pandang,
Departemen Pekerjaan Umum, 1987

Balai Tata Ruang Bangunan dan Kawasan,


Penanganan Kawasan Pemukiman
KumuhI, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, Puslitbangpraskim,
2004

PEMDA DKI Jakarta, Laporan Bulanan


Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan
Pesanggrahan Kotamadya Jakarta
Selatan, 2006

Clinard: 1968, hal.6: Wiebes: 1975, hal. 3:


Schoorl: 1980, hal. 286

Segi social dan ekonomi pemukiman


kumuh

Infosocieta.com

Bandingkan: Pusat Informasi Teknik


Bangunan D.I. Yogyakarta, Mengenal
Rumah Sehat, Yogyakarta n.d. halaman 2.

American Public Health Association,


Basic Principle of Healthful Housing, New
York, 1960. Dikutip dari: Rudi
Gunawan/FX. Haryanto, Pedoman
Perencanaan Rumah-Sehat, edisi ke-2,
Yogyakarta 1981.

Anda mungkin juga menyukai