Di susun oleh :
Andre Armando Dumatubun
201923201006
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan nikmat
kesempatannya sehingga penyusunan makalah tentang “PERUMAHAN”
Makalah ini berisi tentang sarana dan pra-sarana pada perumahan dan
pemukiman. Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Berbagai masukkan sangat di harapkan untuk melengkapi makalah ini ke
depannya.
Demikian sedikit pengantar mengenai makalah ini. Tidak lupa ucapan terima
kasih kepada Bpk. Ir. Saliki, S.T.,M.Ars yang telah memberikan kesempatan dalam
menyelesaikan tugas ini. Atas perhatiannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 PERUMAHAN
A Pengertian Rumah
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Menurut John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom To Build mengatakan, “Rumah adalah
bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan
merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi
penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak terhadap
penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara
rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang dilakukan
penghuni terhadap rumah”.
Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432), rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari
gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan
kehidupan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman menyebutkan
bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca
dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan
keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai
manifestasi jati diri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungannya
maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang sangat
dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya. (Sumber: Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman )
B Pengertian Perumahan
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan berada dan
merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan (pasal 1 ayat 2).
Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus macam kegiatan
industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman (Sumber: Kebijakan dan
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana
Permukiman )
C Fungsi Rumah
Menurut Turner (1972:164-167), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah:
1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas hunian atau
perlindungan yang diberian rumah. Kebutuhan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni
mempunyai tempat tinggal atau berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim
setempat.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga. Fungsi ini diwudkan dalam
lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan
kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.
Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga di masa depan
setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan perumahan yang ditempati serta
jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan.
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi menurut siapa penghuni
atau pemiliknya. Berdasarkan hierarchy of need (Maslow, 1954:10), kebutuhan akan rumah
dapat didekati sebagai:
1. Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum), merupakan kebutuhan biologis
yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga merupakan kebuthan terpenting selain rumah,
sandang, dan pangan juga termasuk dalam tahap ini.
2. Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan),merupakan tempat berlindung bagi
penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang tidak diinginkan.
3. Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk berinteraksi
dengan keluarga dan teman.
4. Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya sebagai tempat
tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri.
D Lingkungan Perumahan
Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen, yaitu (K. Basset
dan John R. Short, 1980, dalam Kurniasih) :
Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti topografi, hidrologi,
tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.
Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya seperti biologis,
emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.
Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.
Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok melangsungkan
kegiatan atau melaksanakan kehidupan.
Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang menunjang
berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air bersih, listrik, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarya suatu permukiman terdiri dari isi (contents)
yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam masyarakat dan wadah yaitu lingkungan
fisik permukiman lingkungan fisik permukiman yang merupakan wadah bagi kehidupan manusia
dan merupakan pengejawantahan dari tata nilai, sistem sosial, dan budaya masyarakat yang
membentuk suatu komunitas sebagai bagian dari lingkungan permukiman tersebut.
E Perumahan Pinggiran Desa
Menurut Silas (1993) dalam Razziati (1999:15) mengatakan bahwa desa pinggiran di Surabaya
yang berlokasi dalam jangkauan peluang kerja, dibandingkan dengan di kampung, biaya
penyediaan rumah di desa lebih murah. Bermacam bentuk pembiayaan dengan berbagai cara
pembayaran, selain aspek positif dari peluang bangunan. Desa-desa tersebut tersebar dalam
kisaran 100 Ha – 400 Ha, dengan penduduk antara 100 – 4000 orang atau 250 – 800
rumahtangga per desa. Kurang lebih sekitar 1/5 dari luas tanah digunakan untuk perumahan
dengan kepadatan sekitar 150 orang/Ha, dimana 4/5 luas tanahnya untuk lahan pertanian.
Di desa pinggiran kota, rumah atau ruang kamarnya dapat dijual atau disewakan serta
dikontrakkan dengan perjanjian yang fleksibel, dan separoh (jauh lebih murah) dari harga di
kampung kota. Penjualan tanah untuk bangunan tidak umum pada waktu itu (sebelum tahun
1970-an). Sampai awal tahun 1970-an, kebanyakan desa pinggiran di Surabaya memiliki tingkat
pertumbuhan yang rendah. Tetapi sejak mengacu pada kebijakan pembangunan kota, para
pengembang menjadi tertarik pada desa serta potensinya. Banyak pembangunan proyek real
estate dekat desa dan mempengaruhi harga tanah di desa tersebut. Dalam kurun waktu akhir
1970-an, harga tanah untuk kepentingan pembangunan formal melonjak 100% - 150%.
Meskipun harga tanah sudah naik, pada perumahan untuk golongan pendapatan rendah, kenaikan
harganya masih berkisar 20% - 50% dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan Razziati (1999), masuknya industri besar ke sebuah desa akan berpengaruh terhadap
perkembangan hunian di desa tersebut melalui transformasi sosial ekonomi. Bila dibandingkan
dengan Kota Surabaya, maka Desa Cangringmalang sebagai desa pinggiran mempunyai
karakteristik yang hampir sama dengan pada kurun waktu tahun 1970-an. Harga tanah pun masih
rendah seperti sebelum desa pinggiran Surabaya tersebut berkembang pesat. Yang membedakan
antara desa-desa tersebut adalah penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas lain.
2.2PEMUKIMAN
A. Pemukiman
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan
perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur (pasal 1 ayat 3).
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan
permukiman berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan,
kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Jadi, pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang atau kelompok
manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi alam dan sosial
kemasyarakatan sekitar.
B. Persyaratan Permukiman
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan untuk
menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air.
Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman
tersebut.
Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
Hal yang sama mengenai persyaratan lokasi permukiman juga dijelaskan dalam Joseph De
Chiara dalam Standar Perencanaan Tapak, 1994, dimana yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan perumahan tapak untuk perumahan apabila ingin dicapai pembangunan dan
pemeliharaan yang sehat, antara lain:
Sedangkan menurut Siswono, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis, kependudukan, sarana
dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat
(Sumber : Siswono, dkk)
3.1 Kesimpulan
Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat
sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani maupun sosial. Rumah tidak
hanya berfungsi sebagai tempat beristrahat dan berlindung,tetapi juga sebagai sarana untuk
memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus memenuhi syarat syarat kesehatan.Rumah sehat
tidak harus mahal dan mewah. Tetapi, rumah sehat harusmemenuhi syarat syarat kesehatan. Oleh
karena itu, rumah yang sederhana jika memenuhi syarat syarat kesehatan juga dapat dikatakan
rumah sehat.Sebuah rumah yang sehat harus memenuhi saranan sanitasi rumah, seperti
penyediaan air bersih, penggunaan jamban, sarana pembuangan sampah dan pembuangan air
limbah.Ada dua standar rumah sehat yaitu yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan dan yang
berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan.
3.2 Saran
Sebaiknya sebuah rumah memiliki ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
rangka melindungi penghuni dan masyarakatyang bermukim di perumahan dan masyarakat
sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan, Seharusnya rumah yang sehat tidak hanya dapat dijadikan
sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat untuk beristirahat, tetapi juga dapat menumbuhkan kehidupan
yang sempurna fisik, rohani maupun sosial bagi penghuninya.
Dalam Penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan,
kekeliruan dan kesalahan. Untuk itu kepada pembaca kami mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.