BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Nilai-nilai kebangsaan adalah nilai yang melekat pada diri setiap warga
negara atau norma kebaikan yang menjadi ciri kepribadian bangsa Indonesia.
Nilai-nilai kebangsaan itu bersumber dari Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dicerminkan dalam sikap dan
perilaku setiap warga negara. Bangsa Indonesia selalu mengutamakan
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, tanpa mengesampingkan tanggung jawab untuk
menghargai bangsa dan negara lain. Bagi bangsa Indonesia, kedaulatan
(sovereignty) tidak hanya mengandung “privilege” (hak istimewa) berupa
yuridiksi untuk mengatur, menegakkan hukum, dan mengadili segala hal yang
berada dalam wilayah negara, tetapi juga mengandung tanggung jawab
(responsibility) menghormati nilai-nilai kemanusiaan atas dasar norma, nilai,
dan standar universal serta menghormati negara lain guna dapat menjamin
kesejahteraan serta keamanan nasional, regional, dan internasional. Dengan
demikian, pemantapan nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh komponen
bangsa perlu senantiasa dilaksanakan.
Menurut Ernest Renan, bangsa adalah jiwa yang mengandung
kehendak untuk bersatu atau hidup bersama (le desir d’etre ensemble).
Sementara itu, Otto Van Bauer menekankan pada kesatuan karakter, yakni
himpunan manusia sebagai satu kesatuan karakter (eine schiksalgemeinshaft
erwachsene karaktergemeinschaft). Selain tersebut di atas, Soekarno juga
mengatakan bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah yang
dipijaknya. Dengan demikian pengertian tentang bangsa menurut Soekarno
adalah satu kelompok manusia yang tinggal dalam satu kesatuan geopolitik
(ruang hidup).
Bangsa Indonesia berdiri dan dibangun dari keberagaman suku
bangsa. Keberagaman, sebenarnya merupakan kondisi alamiah yang
membentuk suatu sistem menjadi kokoh dan stabil. Suatu orkestra akan
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2
indah didengar manakala dibangun dari berbagai suara yang berasal dari
beragam instrumen musik. Demikian halnya dengan bangsa Indonesia,
keindahan bangsa akan terwujud jika seluruh komponen bangsa dapat
merajut harmoni kehidupan. Pada hakekatnya kondisi tersebut di atas
merupakan salah satu perwujudan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber
dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika.
Stabilitas suatu sistem dibangun dari keberagaman, namun
pembentukan masyarakat multikultural Indonesia yang sehat tidak dapat
dilakukan secara taken for granted (diambil untuk diberikan) atau trial and
error (percobaan dan kesalahan). Sebaliknya, hal itu harus diakselerasikan
secara sistematis melalui suatu strategi, yaitu pendidikan multikultural bagi
masyarakat yang diselenggarakan melalui lembaga pendidikan, baik formal,
nonformal, maupun informal. Strategi dan pendekatannya tidak cukup hanya
berbasiskan pada proses transfer of knowledge (transfer pengetahuan), tetapi
harus diimbangi dengan transfer of know how (bagaimana bisa mentransfer),
melalui keteladanan dengan tindakan nyata.
Kebutuhan, urgensi, dan akselerasi pendidikan multikultural telah lama
dirasakan sangat mendesak bagi negara bangsa majemuk lainnya. Di
beberapa negara Barat, seperti Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat, sejak
usai Perang Dunia II masyarakatnya semakin majemuk (multikultural) karena
proses migrasi penduduk luar ke negara-negara tersebut (Hefner, 2007).
Pendidikan mutikultural menemukan momentumnya sejak dasawarsa 1970-
an, sebelumnya di Amerika Serikat (AS) dikembangkan pendidikan
interkultural. Dengan meningkatnya multikulturalisme di negara tersebut,
maka paradigma, konsep, dan praktek pendidikan multikultural semakin
relevan mengikuti perkembangan yang ada.
Demikian halnya di Indonesia, penanaman nilai-nilai kemajemukan
tidak hanya menjadi kebutuhan, akan tetapi menjadi keharusan. Upaya
penanaman nilai-nilai itu harus semakin intensif, sistematis, dan integratif,
terutama dalam menghadapi dinamika global, desentralisasi serta ego
kesukuan dan kedaerahan yang cenderung semakin menguat. Untuk
mencapai hal itu, pendidikan multikultural dan Pemantapan Nilai-Nilai
Kebangsaan yang Bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika harus
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 3
C. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang Lingkup Materi ini meliputi
sejarah dan kedudukan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika, dan Nilai-nilai
Kebangsaan yang Bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika dan
Implementasinya, dengan Tata Urut sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II SEJARAH DAN KEDUDUKAN SESANTI BHINNEKA
TUNGGAL IKA
3. BAB III NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI
SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA
4. BAB IV IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG
BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL
IKA
5. BAB V PENUTUP
D. Pengertian-Pengertian
1. Adil, menurut Ensiklopedia Indonesia, berarti:
a. tidak berat sebelah atau tidak memihak kesalah satu pihak;
b. memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak
yang harus diperolehnya;
c. mengetahui hak dan kewajiban, mana yang benar dan yang
salah, jujur, dan tepat menurut aturan yang berlaku;
d. tidak pilih kasih dan tidak pandang bulu, setiap orang
diperlakukan dengan sesuai hak dan kewajibannya.
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 4
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 6
BAB II
SEJARAH DAN KEDUDUKAN
SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA
A. Umum
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan rangkuman ungkapan
jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kesatuan dan
persatuan sebagai bangsa yang terdiri dari beragam suku, agama, ras dan
golongan. Bhinneka Tunggal Ika juga merupakan acuan hidup bagi NKRI
dalam mengatasi dan merekatkan segala bentuk perbedaan yang dapat
memicu konflik dan meretakkan kesatuan sebagai negara.
Pemikiran filsuf klasik tentang hal satu (the one) dan hal banyak (the
many) dianut oleh Plato yang kemudian dikembangkan oleh Kant, Hegel, dan
Cassirer dengan konsep unity and plurality (kesatuan dan pluralitas). Pada
abad ke-20 Wittgenstein melalui kedua tahap pemikirannya mengangkat
konsep uniformity and pluriformity sebagai sentral pemikiran (Wittgenstein
L,1969). Semboyan kebhinnekaan merumuskan dengan tegas adanya
harmoni antara “hal satu” dan “hal banyak”, yaitu kesatuan dan
kemajemukan. Keanekaragaman di dalam segala aspek kehidupannya tidak
dilihat sebagai ancaman bagi kesatuan bangsa Indonesia, tetapi justru
diharapkan mampu berperan sebagai sumber kekayaan bagi bangsa
Indonesia sepanjang sejarahnya (Hardono Hadi, 1994). Persoalan kesatuan
dan kemajemukan itulah yang mengilhami Sesanti Bhinneka Tunggal Ika
menjadi jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara.
Bhinneka Tunggal Ika adalah suatu keharusan untuk keutuhan bangsa
Indonesia yang merupakan hasil kesepakatan bangsa dan dikukuhkan
sebagai konsensus bersama dalam Sumpah Pemuda 1928, guna mengatasi
keanekaragaman yang ada sehingga dapat mencegah timbulnya disintegrasi
bangsa.
Dalam perjalanan bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang,
dinamika dan tantangan yang berbeda-beda dilihat dari konteks pasang
surutnya semangat kebhinnekaan khususnya dalam menghadapi tantangan
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 7
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 9
Istilah Sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari Kitab Sutasoma
dipakai untuk menggambarkan kondisi Majapahit (abad ke-14) dalam hal
kehidupan beragama yang pada waktu itu ada dua agama besar (Hindu dan
Budha). Kedua agama itu hidup secara bersama rukun dan damai. Kedua
agama besar tersebut beriringan di bawah payung Kerajaan Majapahit yang
diperintah oleh Raja Hayam Wuruk. Walaupun kedua agama tersebut
merupakan dua substansi yang berbeda, perbedaan itu tidak menimbulkan
perpecahan karena kebenaran Budha dan kebenaran Siwa bermuara pada
hal yang satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Mereka memang berbeda, tetapi
sesungguhnya satu jenis, tidak ada perbedaan dalam kebenaran.
Muhammad Yamin (1960) menyatakan bahwa seloka "Bhinneka
Tunggal Ika" yang dilukiskan di bawah burung garuda dan perisai Pancasila
dipetik dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Seloka tersebut hampir
sama artinya dengan seloka dalam bahasa latinnya itu e pluribus unum
yang artinya bersatu walaupun berbeda, berjenis-jenis tetapi tunggal.
Istilah Sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang semula menunjukkan
semangat memperkuat toleransi keagamaan, kemudian diangkat menjadi
lambang negara Indonesia dan ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara
Indonesia merupakan upaya untuk mempersatukan masyarakat yang
majemuk dengan latar belakang budaya beragam. Eka Dharmaputera (1997)
menyatakan bahwa setiap pembahasan tentang Indonesia tidak dapat
mengabaikan kedua atau salah satu dimensi dalam Sesanti Bhinneka
Tunggal Ika. Bagi bangsa Indonesia disintegrasi merupakan ancaman.
Indonesia tidak hanya berbhinneka, tetapi juga tunggal ika, oleh karena itu
integrasi bukanlah sesuatu yang mustahil.
Sesanti Bhinneka Tunggal Ika mengacu pada latar belakang historis
bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku, bahasa, agama, dan adat
istiadat. Keanekaragaman merupakan kekayaan bangsa, dan sekaligus dapat
merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia yang bermuara pada timbulnya
disintegrasi. Kesatuan merupakan pangkal tolak berpikir subjektif atas dasar
ekspresi-refleksif, sehingga perbedaan diterima sebagai kenyataan alamiah
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 10
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 14
BAB III
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI
SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA
A. Umum
Nilai-nilai Kebangsaan pada hakekatnya merupakan nilai yang
disepakati dan dipandang baik, yang juga telah melekat pada diri setiap
warga negara Indonesia berupa norma dan etika kebaikan yang menjadi ciri
kepribadian bangsa, yang bersumber dari Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang dicerminkan dari sikap dan
perilaku setiap warga negara sebagai bangsa Indonesia dengan
mengutamakan persatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengesampingkan
tanggung jawab untuk menghargai bangsa dan negara lain.
Pemahaman dan pemantapan nilai-nilai Kebangsaan menjadi suatu
kebutuhan bagi setiap warga negara Indonesia yang diharapkan dapat
membentuk warga negara yang memiliki watak, moral, etika, menguasai ilmu
pengetahuan, cerdas, mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif,
sehingga bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dalam
persaingan global serta mampu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa
serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemunculan nilai-nilai baru yang berkembang dan sering disebut
dengan nilai-nilai universal merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan oleh
masyarakat karena nilai tersebut terinteraksi langsung dalam era globalisasi.
Oleh karena itu sebaiknya perlu dibangun suatu sistem yang dapat
menumbuh suburkan kebhinnekaan (social local culture), sehingga dengan
kesuburan itulah dapat menghimpun dan memelihara kekayaan budaya
(social and cultural capital) sebagai ketahanan terhadap pengaruh luar yang
bersifat merusak tatanan budaya, juga sebagai early warning system yang
pada akhirnya dapat memelihara integrasi dan keutuhan bangsa Indonesia.
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 15
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 18
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 20
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 22
langit dijunjung merupakan pepatah dari Sumatera Barat. Nilai-nilai dan tata
cara adat, tradisi, dan budaya lokal sebagaimana disebut di atas, merupakan
perwujudan atas pemahaman nilai-nilai spiritual keagamaan yang
dimanifestasikan dalam bentuk tatanan hidup dan sosial masyarakat yang
penuh dengan toleransi.
Kebebasan setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya merupakan bagian dari nilai-nilai toleransi termasuk
rasa saling menghormati antarumat beragama untuk menjalankan ibadahnya.
Sementara itu, kata toleransi berdasarkan Kamus Dewan adalah
perkataan ‘toleran’ yang berarti “sedia menghormati atau menerima pendapat
orang lain yang berbeda dari pendapat sendiri”. Selain itu toleransi adalah
penghormatan, penerimaan, dan penghargaan tentang keragaman yang kaya
akan kebudayaan, ekspresi, dan tata cara manusia sebagai makhluk sosial.
Disamping itu, toleransi adalah harmoni dalam perbedaan (Unesco-APNIEVE,
2000). Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata toleransi dengan
kelapangan dada dalam arti suka kepada siapa pun, membiarkan orang
berpendapat atau berpendirian lain, tidak menganggu kebebasan berpikir dan
berkeyakinan lain.
Dalam bermasyarakat terjadi hubungan antar umat beragama,
sehingga toleransi itu dapat berupa toleransi ajaran atau toleransi
dogmatis.Namun, ada juga toleransi yang bukan ajaran atau toleransi
praksis. Penerapan toleransi dogmatis terhadap pemeluk agama tidak
menonjolkan keunggulan ajaran agamanya masing-masing, sedangkan
toleransi praksis terhadap pemeluk agama akan membiarkan pemeluk agama
lain melaksanakan keyakinannya masing-masing (Schumann, 2006).
Dari penjelasan di atas, toleransi dapat dirumuskan sebagai suatu
sikap saling terbuka untuk mendengar pandangan yang berbeda. Toleransi
berfungsi dua arah, yakni mengemukakan dan menerima pandangan serta
tidak merusak pegangan agama, keyakinan, dan nilai budaya masing-masing.
Rumusan toleransi bukan hanya perbedaan agama melainkan keyakinan dan
nilai budaya dalam ruang lingkup yang telah disepakati bersama.
Pemahaman ini akan melahirkan konsep kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 25
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 28
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 30
BAB IV
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN
YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA
norma dan nilai yang fair kepada masyarakat dunia yang modern guna
memahami norma dan nilai secara universal yang berlaku sebagai
kebudayaan bagi umat manusia.
Adapun ide dasarnya adalah bahwa tidak ada satu manusia pun yang
dapat memiliki nilai-nilai kebenaran yang utuh. Nilai kebenaran yang
sempurna hanya milik Tuhan Yang Maha Pencipta. Oleh karena itu, pada
gilirannya manusia akan mampu menemukan kebenaran secara sempurna
yang berlandaskan pada perintah Tuhan pencipta alam semesta. Hal itu
disebabkan oleh pencarian kebenaran diakui sebagai proses majemuk yang
menyejarah tidak sekali jadi. Selain itu, toleransi diperlukan agar setiap suara
hati dapat berfungsi secara wajar dan saling menghargai. Dalam masyarakat
majemuk, sesungguhnya nilai-nilai toleransi diperlukan untuk membangun
dan mempererat hubungan timbal balik antarsesama warga masyarakat
sesuai dengan norma-norma yang telah disepakati dan berlaku secara
universal. Nilai-nilai itu dipakai guna mengatur tata kehidupan bermasyarakat,
seraya memungkinkan pendapat masyarakat berkembang demi perubahan
dan kemajuan masyarakat. Di sisi lain juga diharapkan orang-orang yang
memiliki perbedaan pendapat tidak ditentang, dikucilkan, dan mendapat
perlakuan diskriminanif dalam kehidupan antarsesama. Toleransi membuka
ruang untuk terjadinya saling komunikasi yang sehat dan efektif. Toleransi
digunakan dengan cara yang cerdas untuk mengatasi semua bentuk konflik
sosial secara damai.
Dalam komunitas politik, nilai-nilai toleransi mutlak sangat diperlukan
demi tetap tegaknya dan berlangsungnya sistem demokrasi. Oleh karena itu,
toleransi dalam berpolitik adalah suatu kebutuhan bagi kesetaraan semua
warga dan diharapkan toleransi dapat mendorong terwujudnya sopan santun,
pengendalian diri, sikap hormat, mawas diri, terbuka, dan sportif bagi semua
anggota masyarakat.
Toleransi bukanlah sesuatu yang dapat diberikan oleh kekuasaan
negara atau kekuatan politik mana pun sebab toleransi merupakan tuntutan
sifat dan kodrat manusia. Oleh karena itu, semangat persatuan dan kesatuan
tidak boleh pudar hanya karena perbedaan agama, suku, ras, adat istiadat,
bahasa, dan golongan politik. Untuk itu, kita harus menempatkan diri sebagai
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 32
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 33
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 35
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 36
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 40
BAB V
PENUTUP
-o-
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 41
DAFTAR PUSTAKA
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 42
NILAI-NILAI KEBANGSAAN YANG BERSUMBER DARI SESANTI BHINNEKA TUNGGAL IKA (BTI)