Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

(PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT Hanjaya Mandala Sempoerna Tbk.)

Mata Kuliah: Teori Pasar Modal (EKU331)

Dosen: Dr. Dra. Gayatri., M.Si., Ak.,CA

Oleh:

KELOMPOK V

Anak Agung Diah Kartika Wening (1707531051)

Putu Asri Darsani (1707531074)

Pande Gede Cahyana (1707531152)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018/2019
1. INTERPRETASI DARI HASIL ANALISIS HORIZONTAL

Aspek Likuiditasnya

a) Berdasarkan pada analisis horizontal dari laporan posisi keuangan PT Unilever


Indonesia Tbk. Menunjukan kondisi likuiditas PT. Unilever Indonesia Tbk. Yang
dapat dilihat dari persentase perubahan aktiva lancar dari tahun 2017 sampai tahun
2018 mengalami kenaikan karena persentase aktiva lancar sebesar 4,8% lebih besar
daripada hutang lancar yang mengalami penurunan sebesar 11,2%. Hal ini
mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendeknya mengalami peningkatan dari tahun 2017 sampai 2018.
b) Berdasarkan pada analisis horizontal dari laporan posisi keuangan PT Hanjaya
Mandala Sempoerna Tbk. Menunjukan kondisi likuiditas PT. Hanjaya Mandala
Semporna Tbk. Yang dapat dilihat dari persentase perubahan aktiva lancar dengan
hutang lancar dari tahun 2017 sampai tahun 2018 mengalami kenaikan karena
persentase aktiva lancar sebesar 10,7% lebih kecil daripada hutang lancar yang
mengalami peningkatan sebesar sebesar 35,6%. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya mengalami
penurunan dari tahun 2017 sampai 2018.

Jadi jika ditinjau dari aspek likuiditasnya, kondisi keuangan perusahaan PT


Unilever Indonesia Tbk. Lebih bagus jika dibandingkan dengan kondisi keuangan PT
Hanjaya Mandala Semperna Tbk.

2. INTERPRETASI DARI HASIL ANALISIS VERTIKAL


a) Berdasarkan persentase perubahan pos-pos di laporan laba-rugi komprehensif dari
tahun 2017-2018 menunjukan bahwa persentase perubahan laba sebelum pajak PT
Unilever Indonesia Tbk. mengalami peningkatan dari 44,16% menjadi 57,77%. Dari
kondisi ini dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi PT Unilever Indonesia Tbk.
Mengalami kenaikan dari tahun 2017 sampai 2018.
b) Berdasarkan persentase perubahan pos-pos di laporan laba-rugi komprehensif dari
tahun 2017-2018 menunjukan bahwa persentase perubahan laba sebelum pajak PT

1
Hanjaya Mandala Sempoerna Tbk. mengalami peningkatan dari 69,77% menjadi
70,46%. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi PT Hanjaya
Mandala Sempoerna Tbk. Juga mengalami kenaikan dari tahun 2017 sampai 2018.

Namun jika dilihat dari besarnya persentase kenaikan jumlah laba dari tahun 2017
sampai dengan 2018, maka PT Unilever Indonesia Tbk memperoleh peningkatan laba
yang lebih signifikan daripada PT Hanjaya Mandala Sempoerna Tbk.

3. INTERPRETASI ANALISIS RASIO


a) PT Hanjaya Mandala Sempoerna Tbk.
Rasio Likuiditas
1) Acid Test :
Naik dari 175% ke 221%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
artinya: untuk setiap Rp 1 utang lancar yang dimiliki, hanya mampu bayar Rp 2.21.
Dengan kata lain, jika semua aset lancar—selain uang muka biaya dan persediaan—
dicairkan atau diuangkan—maka akan menutup 221 persen dari total utang lancar yang
akan jatuh tempo dalam satu tahun buku.
2) Interest Coverage Ratio :
Turun dari 94841% ke 83590%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 835,9 rupiah laba usaha.
Artinya memberi kepastian dalam pembayaran bunga bila semakin besar rasionya.
3) Working Capital Ratio :
Turun dari 530% ke 432%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya modal kerja terhadap total hanya 432% saja atau setiap 1 rupiah aset yang
dimiliki di dalamnya terdapat 4.32 modal kerja di dalamnya.

Rasio Pembiayaan

1) Debt to Equity :
Naik dari 26% ke 32%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya ratio sebesar 32% menunjukkan bahwa modal sendiri sebesar 32% yang di
miliki perusahaan dapat melunasi hutang perusahaan.
2) Debt to Asset :
Naik dari 21% ke 24%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik

2
Artinya ratio sebesar 24% menunjukkan bahawa aktiva sebesar 24% di biayai dari
hutang perusahaan.
3) Solvency Ratio :
Turun dari 138% ke 121%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya rasio sebesar 121%, untuk setiap Rp1 kewajiban jangka pendek dan jangka
panjangnya perusahaan mampu membayar sebesar Rp 1.21.

Rasio Aktivitas
1) Asset Turnover :
Naik dari 2.29 ke 2.3, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 2.3 kali dari total aktiva
yang dimiliki.
2) Average Collection Period :
Turun dari 3.48 ke 3.26, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
Rata-rata piutang berputar selama 3.48 hari, hal ini berarti secara rata-rata perusahaan
mengumpulkan piutangnya dalam jangka waktu 3.48 hari.
3) Inventory Turnover :
Naik dari 5.5 ke 7.03, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya perputaran persediaan sebesar 7.03 kali menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam
persediaan berputar sebanyak 7.03 kali dalam setahun. Semakin tinggi turn over yang diperoleh,
semakin efektif manejemen dalam mengelola persediaan.

b) PT Unilever Indonesia Tbk.


Rasio Likuiditas
1) Acid Test :
Naik dari 42% ke 49% artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
artinya: untuk setiap Rp 1 utang lancar yang dimiliki, hanya mampu bayar Rp 0.49. Dengan
kata lain, jika semua aset lancar—selain uang muka biaya dan persediaan—dicairkan atau
diuangkan—maka akan menutup 49 persen dari total utang lancar yang akan jatuh tempo
dalam satu tahun buku.
2) Interest Coverage Ratio :

3
Naik dari 19414% ke 16619%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
artinya 1 rupiah beban bunga dijamin pembayarannya oleh 166.19 rupiah laba usaha. Artinya
memberi kepastian dalam pembayaran bunga bila semakin besar rasionya.
3) Working Capital Ratio :
Naik dari 63% ke 75%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
Artinya modal kerja terhadap total hanya 75% saja atau setiap 1 rupiah aset yang
dimiliki di dalamnya terdapat 0.75 modal kerja di dalamnya.

Rasio Pembiayaan
1) Debt to Equity :
Turun dari 265% ke 158%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
Artinya ratio sebesar 158% menunjukkan bahwa modal sendiri sebesar 158% yang di
miliki perusahaan dapat melunasi hutang perusahaan.
2) Debt to Asset :
Turun dari 73% ke 61%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
Artinya ratio sebesar 61% menunjukkan bahawa aktiva sebesar 61% di biayai dari
hutang perusahaan.
3) Solvency Ratio :
Naik dari 68% ke 79%, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Baik
Artinya rasio sebesar 79%, untuk setiap Rp1 kewajiban jangka pendek dan jangka
panjangnya perusahaan mampu membayar sebesar Rp 0.79.

Rasio Aktivitas
1) Asset Turnover :
Turun dari 2.18 ke 2.14, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 2.14 kali dari total
aktiva yang dimiliki.
2) Average Collection Period :
Naik dari 10.75 ke 11.14, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik

4
Rata-rata piutang berputar selama 11.14 hari, hal ini berarti secara rata-rata perusahaan
mengumpulkan piutangnya dalam jangka waktu 11.14 hari.
3) Inventory Turnover :
Turun dari 17.21 ke 15.73, artinya kinerja perusahaan dalam kondisi Kurang Baik
Artinya perputaran persediaan sebesar 15.73 kali menunjukkan bahwa dana yang
tertanam dalam persediaan berputar sebanyak 15.73 kali dalam setahun. Semakin tinggi
turn over yang diperoleh, semakin efektif manejemen dalam mengelola persediaan.
4. INTEPRETASI RASIO KINERJA
a) PT Hanjaya Mandala Sempoerna Tbk.
1) Earning Per Share
Naik dari 109 ke 116 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya jumlah
uang yang dihasilkan dari setiap lembar per saham adalah Rp 116.
2) Price to Earnings
Turun dari 9,17 menjadi 8,62 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya
harga pasar saham besarnya 8,62 kali dari laba per saham yang dihasilkan.
3) Book Value Per Share
Naik dari 293 ke 304 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya nilai pasar
perusahaan 304 kali dari harga bukunya.
4) Price to Book Value
Turun dari 3.412 menjadi 3.289 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik.
5) Return on Assets
Naik dari 0,292 (29%) menjadi 0,289 (28%) artinya kinerja perusahaan dalam kondisi
baik. Artinya untuk setiap Rp 1 aset yang digunakan, perusahaan hanya mampu
menghasilkan Rp 0,292 Laba Bersih. Atau perusahaan hanya mampu menghasilkan
Laba Bersih 29% dari total aset yang digunakan.
6) Cash Return on Assets
Naik dari 53205242,21 menjadi 69155763,7 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi
baik.
7) Dividend Payout Ratio

5
Turun dari 1.003 menjadi 0,915 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya perusahaan membagikan dividen 0,915 (91,5%) dari laba bersih setiap
tahunnya.
8) Dividend Yield
Turun dari 0,1077 menjadi 0,1073 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang
baik. Artinya 0,1073 merupakan tingkat keuntungan yang dibagikan perusahaan pada
pemegang saham.
9) Gross Profit Margin
Turun dari 0,244 menjadi 0,238 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya penjualan sebesar Rp 1 perusahaan memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,238.

10) Net Profit Margin


Naik dari 0,125 menjadi 0,217 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya
penjualan sebesar Rp 1 perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,217.
11) Return on Equity
Naik dari 0,365 menjadi 0,385 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya
setiap modal sendiri Rp 1 yang tertanam dalam perusahaan menghasilkan laba bersih
sebesar Rp 0,385.

b) PT Unilever Indonesia Tbk.


1) Earning Per Share
Naik dari 918 ke 1.194 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya jumlah
uang yang dihasilkan dari setiap lembar per saham adalah Rp 1.194.
2) Price to Earnings
Turun dari 1,09 menjadi 0,84 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya
harga pasar saham besarnya 0,84 kali dari laba per saham yang dihasilkan.
3) Book Value Per Share
Naik dari 678 ke 993 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya nilai pasar
perusahaan 993 kali dari harga bukunya.

6
4) Price to Book Value
Turun dari 1,47 menjadi 1,01 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik.
5) Return on Assets
Naik dari 0,38 (38%) menjadi 0,48 (48%) artinya kinerja perusahaan dalam kondisi
baik. Artinya untuk setiap Rp 1 aset yang digunakan, perusahaan hanya mampu
menghasilkan Rp 0,38 Laba Bersih. Atau perusahaan hanya mampu menghasilkan
Laba Bersih 38% dari total aset yang digunakan.
6) Cash Return on Assets
Turun dari 18.578.584 menjadi 16.488.619 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi
kurang baik.
7) Dividend Payout Ratio
Turun dari 0,91 menjadi 0,74 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya perusahaan membagikan dividen 0,74 (74%) dari laba bersih setiap tahunnya.
8) Dividend Yield
Turun dari 0,55 menjadi 0,343 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya 0,343 merupakan tingkat keuntungan yang dibagikan perusahaan pada
pemegang saham.
9) Gross Profit Margin
Turun dari 0,51 menjadi 0,50 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya penjualan sebesar Rp 1 perusahaan memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,50.
10) Net Profit Margin
Naik dari 0,17 menjadi 0,22 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Artinya
penjualan sebesar Rp 1 perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,22.
11) Return on Equity
Turun dari 4,10 menjadi 2,78 artinya kinerja perusahaan dalam kondisi kurang baik.
Artinya setiap modal sendiri Rp 1 yang tertanam dalam perusahaan menghasilkan laba
bersih sebesar Rp 2,78.

Anda mungkin juga menyukai