PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Antroposfer berasal dari kata latin antropos yang artinya manusia
dan sphaira yang artinya lingkungan. Jadi Antroposfer adalah lingkungan
bagian dari bumi/biosfer yang dihuni oleh manusia. Pembahasan
mengenai antroposfer sangat luas misalnya tentang lokasi pemukiman,
lingkungan sekitar pemukiman, jumlah penduduk di kawasan
pemukiman, vegetasi sekitar pemukiman, aktivitas manusia pada
lingkungan tertentu dll. Salah satu hal yang menarik dalam bahasan
tentang antroposfer adalah adanya kenampakan persebaran pola
pemukiman penduduk yang berbeda sesuai dengan kondisi wilayah atau
ruang tertentu.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa dalam persebarannya
biasanya penduduk membangun rumah di kawasan-kawasan yang dapat
menunjang kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan yang menunjang
ekonomi mereka. Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat,
maka permukiman-permukiman penduduk di Indonesia pun tersebar pada
kawasan-kawasan tertentu. Salah satu penyebab tidak meratanya
persebaran permukiman penduduk adalah perekonomian masyarakat.
Sejak zaman dahulu, Jawa telah menjadi pusat pemerataan perdagangan
di kawasan Asia Tenggara. Akibatnya, penduduk banyak berdatangan ke
Pulau Jawa untuk mencari barang dan pekerjaan karena mengharapkan
kehidupan yang lebih baik. Padahal, kawasan-kawasan lain di Indonesia
pun memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi. Selain
faktor ekonomi, terdapat faktor lain yang mempengaruhi persebaran
pemukiman penduduk diantaranya adalah bentuk permukaan
bumi(relief), kesuburan tanah, iklim, keadaan ekonomi, budaya
masyarakat dan lain-lain (Siswono, Eko. 2010).
Fenomena pola permukiman penduduk merupakan tema yang
cukup menarik untuk dikaji dimana setiap pola permukiman akan
1
berkembang menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Sebagai
contoh, penduduk yang bermukim di daerah pegunungan akan memiliki
pola permukiman yang terpusat atau menggerombol. Di daerah pantai,
penduduk akan cenderung memiliki bentuk permukiman memanjang
sepanjang pantai, dll.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai pola
permukiman penduduk, diantaranya adalah:
1) Definisi Pola Permukiman Penduduk
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Permukiman Penduduk
3) Bentuk Pola Permukiman Penduduk
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Pola Permukiman Penduduk
Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan
bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-
harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau
suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama
menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan,
melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola dan
sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran
permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau
tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola
pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan
akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya (Ravjunior.
2009). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman
penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk
berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.
3
kehidupan yang berbeda akan menyebabkan penduduk membuat
permukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat penduduk itu
berada.
b) Keadaan tanah
Keadaan tanah menyangkut kesuburan/kelayakan tanah
ditanami. Seperti kita ketahui, lahan yang subur tentu menjadi
sumber penghidupan penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lahan
pertanian atau semacamnya. Karena itu, penduduk biasanya hidup
mengelompok di dekat sumber penghidupan tersebut (ini jelas
terlihat di desa).
4
c) Keadaan iklim
Iklim memiliki unsur-unsur di antaranya curah hujan,
intensitas cahaya matahari, suhu udara, dan sebagainya yang
berbeda-beda di setiap daerah. Perbedaan iklim ini akan membuat
kesuburan tanah dan keadaan alam di setiap daerah berbeda-beda
yang tentu membuat pola permukiman penduduk berbeda pula.
Sebagai contoh penduduk di pegunungan cenderung bertempat
tinggal berdekatan, sementara penduduk di daerah panas memiliki
permukiman yang lebih terbuka (agak terpencar).
d) Keadaan ekonomi
Kita tentu ingin beraktifitas sehemat-hematnya (meski itu
soal waktu), kan? Kita tidak ingin tinggal jauh dari pusat
perkantoran, sekolah, dan pasar. Jika kita memilih rumah, tentu kita
akan memilih tempat yang tepat sebagai salah satu faktor utama.
Kondisi ini jelas berpengaruh terhadap pola permukiman penduduk
(ini jelas terlihat di kota).
5
Permukiman penduduk di daerah perkotaan
e) Kultur penduduk
Pola permukiman penduduk sangat bergantung pada
kemajuan dan kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu
masih tradisional, pola permukimannya akan cenderung terisolir dari
permukiman lain. Permukiman di daerah tersebut hanya
diperuntukkan bagi mereka yang masih anggota suku atau yang
masih berhubungan darah. Di beberapa daerah tertentu seperti suku
Badui di Banten, Suku Toraja di Sulawesi Selatan, Suku Dayak di
Kalimantan, cenderung memiliki pola permukiman mengelompok
dan terisolir dari permukiman lain (Ravjunior. 2009)
6
tiga pola permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pola
memanjang (linier), pola terpusat (nucleated), dan pola tersebar
(dispersed) (Azhari. 2013).
a) Pola Memanjang (Linier)
Pola permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-
rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga
panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan
permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai.
Pola ini dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut
memang menuntut adanya pola ini. Seperti kita ketahui, sungai,
jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik
lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun
membangun rumah-rumah mereka dengan menyesuaikan diri pada
keadaan tersebut.
7
ditemukan di sepanjang sunga-isungai besar, seperti Sungai
Musi di Sumatera dan Sungai Mahakam di Kalimantan.
8
3) Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api
biasanya hanya terkonsentrasi di sekitar stasiun kereta api yang
ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api
merupakan sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai
tempat yang berjauhan, sehingga sangat banyak dikunjungi dan
menarik untuk ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang
rel kereta api lazim ditemukan di Pulau Jawa saja.
9
b) Pola Terpusat (Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di
mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola
terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di desa-
desa yang terletak di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya
dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan
bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.
Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah
dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan
lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan
mengembangkan hidupnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pola permukiman
penduduk diantaranya adalah perbedaan bentuk permukaan bumi (relief),
keadaan tanah, keadaan iklim, keadaan ekonomi dan kultur atau budaya
penduduk yang bersangkutan. Secara umum, terdapat tiga pola permukiman
yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pola memanjang (linier) (sepanjang
alur sungai, jalan raya, rel kereta api, dan sepanjang pantai), pola terpusat
(nucleated), dan pola tersebar (dispersed).
11
DAFTAR PUSTAKA
12