PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa merupakan tempat yang berada diluar kota (N. Daljoeni : 1999).
Menurut UU No.22 tahun 1999 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyusun kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintah Nasional dan berada di daerah kabupaten.
Memang ada definisi lain yang menitik berangkatkan dari desa sebagai
permukiman, sebagai berikut : suatu tempat atau daerah dimana penduduk
berkumpul dan hidup bersama dimana mereka dapat menggunakan lingkungan
setempat
untuk
mempertahankan,
melangsungkan
dan
mengembangkan
kehidupan mereka. Dalam definisi tersebut tersirat adanya tiga unsur : penduduk,
tanah, dan bangunan; karena masing-masing unsur itu lambat atau cepat
mengalami perubahan maka desa sebagai pola permukiman bersifat dinamis.
Secara geografis definisi tadi juga dapat dipertanggung jawabkan, karena manusia
sebagai penghuni desa selalu melakukan adaptasi spatial dan ekologis sederap
dengan kegiatannya bersifat agraris.
B. RumusanMasalah
a) Bagaimanakah definisi pola permukiman?
b) Bagaimanakah variasi pola permukiman?
c) Bagaimanakah ukuran pola permukiman?
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi pola permukiman.
b) Untuk mengetahui variasi pola permukiman.
c) Untuk mengetahui ukuran pola permukiman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pola Permukiman
Secara etimologis pola permukiman berasal dari dua kata, pola dan
permukiman. Pola (pattern) dapat diartikan sebagai susunan struktural, gambar,
corak, kombinasi sifat kecendrungan membentuk sesuatu yang taat asas dan
bersifat khas (Depdikbud, 1988), dan dapat pula diartikan sebagai benda yang
tersusun menurut sistem tertentu mengikuti kecendrungan bentuk tertentu.
Pengertian ini tampaknya hampir mirip dengan pengertian model, atau susunan
sesuatu benda. Pengertian pola permukiman (settlement pattern) sering
dirancukan dengan pengertian pola persebaran permukiman (distribution pattern
of settlement). Dua pengertian tersebut pada dasarnya sangat berbeda, terutama
jika ditinjau dari aspek bahasannya (Yunus,1989);
1. Bahasan pola permukiman perlu diperhatikan dari tinjauan individual
permukiman atau dari tinjauan kelompok permukiman.
a. Tinjauan pola permukiman dari segi individual, lebih mengarah kepada
bahasan bentuk-bentuk permukiman secara individual, sehingga dapat
dibedakan dalam kategori pola permukiman bentuk memanjang, pola
permukiman bentuk melingkar, pola permukiman bentuk persegi
panjang, dan pola permukiman bentuk kubus. Setiap kategori pola
permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori lebih rinci
misalnya pola permukiman memanjang sungai, memanjang jalan,
memanjang garis pantai dan seterusnya.
b. Tinjauan pola permukiman dari aspek permukiman kelompok lebih
mengarah kepada bahasan sifat persebaran dari individu-individu
permukiman dalam satu kelompok. Oleh karenanya dari sifat
persebaran tersebut dapat dibedakan kedalam kategori pola persebaran
permukiman
secara
umum
yakni
pola
menyebar
dan
pola
b.
permukiman
mempunyai
pola
permukiman
hubungan
yang
dan
persebaran
(dispersion)
erat.
Persebaran
permukiman
permukiman,
serta
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pemukiman
ini
memanjang
sepanjang
kanan
kiri
jalan.
pemukiman
Umumnya
ini
orang
memanjang
orang
sepanjang
memilih
kanan
tinggal
kiri
disini
badan
karena
pemukiman
ini
terjadi
dikarenakan
umumya
penduduk
pola
pemukiman
sehingga
banyak
yang notabene sulit air, pasti akan mencari tempat dengan kondisi air yang
memadai.
BAB III
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam suatu permukiman ada tiga unsur : penduduk, tanah, dan bangunan;
karena masing-masing unsur itu lambat atau cepat mengalami perubahan maka
desa sebagai pola permukiman bersifat dinamis. Secara geografis definisi tadi juga
dapat dipertanggung jawabkan, karena manusia sebagai penghuni desa selalu
melakukan adaptasi spatial dan ekologis sederap dengan kegiatannya bersifat
agraris.
Penduduk yang terdapat di pedesaan masih ada rasa perhatian terhadap
sesama, selain itu penduduk desa juga memiliki solidaritas yang masih sangat
kental. Kebiasaan penduduk yang ada di desa dalam segi mencari nafkah berbeda
dengan penduduk yang ada di kota, di desa apabila mencari nafkah tidak berfikir
untuk besok, tetapi berfikir untuk hari itu saja. Lain dengan penduduk yang ada di
kota bila hari itu dia bekerja dan di hari itu juga dia berfikir bagaimana untuk
pendapatan untuk besok. Penduduk desa juga mata pencahariannya lebih dominan
di bidang pertanian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang ( 2009 ). Geografi 3. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional
Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit
_____Erlangga.
Agus Widodo. (2010, 10 Juli). Desa dan Kota. Diperoleh 28 Oktober 2015, dari
http://geogeoan.blogspot.com/2012/10/desa-dan-kota.html
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/22-artikel/166-pola-permukiman-
desa.html
12
13