Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur fisik suatu desa sangat erat kaitannya dengan lingkungan fisik

desa itu dalam berbagai aspeknya. Sedikit lebih khusus berkaitan dengan

lingkungan geografis dengan segala ciri-cirinya seperti: iklim, curah hujan,

keadaan atau jenis tanah, ketinggian tanah, tingkat kelembaban udara, topografi,

dan lainnya.

Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu

masyarakat pemerintahan tersendiri. Desa merupakan perwujudan atau kesatuan

goegrafi, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu

daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah

lain.

Ada pula batasan-batasan sebagai berikut:

Berdasarkan statistik, Pedesaan adalah daerah yang mempunyai penduduk


lebih dari 2500 orang.

1. Berdasarkan psikologi sosial, Pedesaan adalah daerah dimana pergaulan


ditandai dengan keakraban dan keramah-tamahan.

2. Berdasarkan ekonomi, Pedesaan adalah daerah yang pokok kehidupan


masyarakatnya berasal dari pertanian

Ciri – ciri wilayah desa antara lain;

1. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar (lahan desa lebih luas dari
jumlah penduduknya, kepadatan rendah).

2. Lapangan kerja yang dominan adalah agraris (pertanian)

3. Hubungan antar warga amat akrab


2

4. Tradisi lama masih berlaku.

Kondisi fisik lingkungan merupakan faktor penting dalam proses

memukimi maupun produk yang berupa permukiman. Pola persebaran

permukiman rural lebih banyak ditentukan oleh faktor fisik lingkungan

dibandingkan pertimbangan-pertimbangan sosio-ekonomik semata.

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial

dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi

sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem

infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur

dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan

untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.Infrastruktur

meliputi :

a) Jalan

b) Drainase

c) Jaringan air bersih

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Komunitas Desa ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi pola permukiman penduduk ?

3. Apa saja bentuk pola pemukiman penduduk dalam hubungannya dengan


bentang alamnya ?
3

4. Apa saja Pola permukiman yang secara umum terdapat didunia ini ?

5. Apa saja sumberdaya yang ada di desa ?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas  Desa adalah suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang

banyak membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerjsama untuk mencapai

kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu

yang cukup lama dan karenanya menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat,

norma dan nilai) yang dijadikan dasar bersama, sehingga membentuk suatu sistem

sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, baik kebutuhan untuk

mengatur diri sendiri, reproduksi sendiri maupun penciptaan sendiri (Salim,2002).

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat

tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman

dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk

terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk

mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian

pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran

permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak

terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman

merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor

ekonomi, sejarah dan faktor budaya.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola

Pemukiman Penduduk antara lain relief. Relief suatu tempat mempengaruhi

keinginan penduduk untuk bermukim. Kesuburan tanah, tingkat kesuburan tanah

di setiap tempat berbeda-beda. Di daerah pedesaan, lahan yang subur merupakan

sumber penghidupan bagi penduduk. Keadaan iklim juga mempengaruh pola

pemukiman. Faktor-faktor iklim seperti curah hujan, intensitas radiasi Matahari


5

dan suhu di setiap tempat berbeda-beda. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap

tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam daerah tersebut. Keadaan ekonomi,

pusat-pusat perbelanjaan, perindustrian, pertambangan, pertanian, perkebunan dan

perikanan akan berpengaruh pada pola pemukiman yang mereka pilih, terutama

tempat tinggal yang dekat dengan berbagai fasilitas yang menunjang

kehidupannya, karena hal itu akan memudahkan mereka dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Selanjutnya Kultur penduduk berperngaruh juga dalam pola

pemukiman. Budaya penduduk yang dipegang teguh oleh suatu kelompok

masyarakat akan berpengaruh pada pola pemukiman kelompok tersebut. Di

beberapa daerah tertentu seperti suku badui di Banten, Suku Toraja di Sulawesi

Selatan, Suku Dayak di Kalimantan, cenderung memiliki pola pemukiman

mengelompok dan terisolir dari pemukiman lain ( Rahardjo,1999).

Ada tiga pola pemukiman penduduk dalam hubungannya dengan bentang

alamnya, yaitu Pola Pemukiman Memanjang. Pola memanjang permukiman

penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola

berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada

kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai.

Kedua pola pemukiman terpusat, pola permukiman penduduk di mana rumah-

rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan

pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan.

Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan. Yang

ketiga adalah pola pemukiman tersebar. Pada pola tersebar, rumah-rumah

penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak
6

renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas

yang bertanah kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba untuk

bermukim di dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun

pada titik-titik yang memiliki sumber air bagus ( Rahardjo,1999).

Pola permukiman yang secara umum terdapat didunia ini antara lain The

farm village type (FVP) adalah pola permukiman dimana penduduk (petani)

tinggal bersama-sama dan berdekatan di suatu tempat dengan lahan pertanian

berada di luar lokasi permukiman. The nebulous farm type (NFT) adalah pola

permukiman dimana penduduk di samping yang tinggal bersama-sama di suatu

tempat, terdapat penduduk yang tinggal tersebar di luar pemukiman itu. The

arranged isolated farm type (AIFT) adalah pola permukiman dimana penduduk

tinggal di sekitar jalan dan masing-masing berada di lahan pertanian mereka,

dengan suatu trade center diantara mereka. Pola permukiman ini umumnya

umumya terdapat di sepanjang tepi sungai. AIFT merupakan pola permukiman

yang ideal baik dilihat dari segi ekonomis dan kehidupan social (Rahardjo,1999).

Sumberdaya  di Desa ada dua, sumberdaya alam dan sumber buatan

manusia. Contoh sumberdaya alam antara lain lahan (sawah, tegal, kebun dll),

hutan atau tumbuhan (groves), mineral (tambang). Contoh sumberdaya buatan

manusia seperti. Contoh sumberdaya buatan manusia seperti fasilitas kesehatan

dan kesejahteraan, agen Pelayanan dan Penawaran (Supply and Services

Agencies), fasilitas industri dan pasar, fasilitas finansial/keuangan, fasilitas

pendidikan, fasilitas agama(tempat ibadah), fasilitas publik dan fasilitas rekreasi

(Salim. 2002).
7

Sebaran dan komposisi penduduk, pertama menurut Umur (Piramida

penduduk). Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi

menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan

jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima

tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk

wanita di sebelah kanan (Siswono, Eko. 2010).


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah

Sejarah Desa

Desa Sungai Batang Ilir dulunya merupakan bagian dari Desa Sungai

Batang, kemudian dengan adanya perkembangan penduduk dan keinginan dari

sebagian tokoh-tokoh Masyarakat, maka diusulkan pemekaran Desa ke pusat.

Pada tahun 1981 Desa Sungai Batang Ilir di mekarkan menjadi 3 (tiga)

Desa, yaitu : Desa Sungai Batang, Desa Sungai Batang Ilir dan Desa Tangkas,

pemekaran Desa tersebut dilakukan pada masa kepemimpinan pambakal Mukri

yang menjabat periode tshun 1970-1980 sebagai pambakal Sungai Batang Ilir

dan dilanjutkan periode berikutnya tahun 1975 -1989 menjabat sebagai

pambakal Sungai Batang Ilir yang pada saat itu Desa Sungai Batang Ilir

pemekaran masih bernama Desa Tangkas. Pada masa kepemimpinan pambakal

Kasman yang menjabat mulai tahun 1990-2000, status Desa Sungai Batang Ilir

bernama Tangkas diusulkan ke pusat untuk diubah menjadi Desa Sungai

Batang Ilir. Persetujuan perubahan oleh pusat dikeluarkan pada Tahun 1994,

sehingga mulai saat itu Desa Sungai Batang Ilir resmi statusnya menjadi Desa

tersendiri.

Kondisi Geografis

1. Letak dan Luas

Desa Sungai Batang Ilir adalah salah satu Desa dari 13 ( tiga belas )

Desa di kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan

Selatan yang terletak diwilayah kecamatan Martapura Barat.


9

Secara administrai pmerintahan mempunyai bat-batas ebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Limamar Kec. Astambul


Sebelah Timur : Desa Sungai Batang dan Desa Munggu Raya
Sebelah Barat : Desa Sungai Rangas Ulu
Sebelah Selatan : Desa Penggalaman
Luas Desa Sungai Batang Ilir adalah 23,4675 KM² atau 2346, 75 ha,

merupakan Desa Daerah dataran rendah bersifat agraris dengan klasifikasi Desa

Swasebada.

Desa Sungai Batang Ilir dapat dicapai dengan kendaraan melalui Jl.

Martapura Lama aik arah Martapura maupun dari arah Banjarmasin jarak dari

ibukota kecamatan sekitar ± 5 km, dari ibukota Kabupaten sekitar ± 8 km dan

dari ibukota propinsi (Banjarmasin) sekitar ± 28 km, sedangkan jarak ke pasar

terdekat aalah ± 8 km. ketersediaan sarana angkutan untuk menuju Desa Sungai

Batang Ilir Cukup memadai dan sangat mudah.

2. Topografi dan bentuk wilayah

Secara Umum Desa Sungai Batang Ilir bertopografi datar sampai landai

yang merupakan daerah rendah dengan kemiringan < 1 %. Ketinggian tempat

dari permukaan laut berkisar antara 0-7 m dpl yang pada saat tertentu air sungai

mengenai daerah ini secara periodek, terutama pada musim penghujan.

3. Tanah dan Geologi

Jenis Tanah yang mendominasi Desa Sungai Batang Ilir adalah Alluvial.

Tekstur tanahnya sangat variabel, baik partikel maupun horizontal, jika banyak

mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase.

Kedalaman efektif tanah wilayah ini adalah > 90 cm dengan kelas tekstur tanah
10

halus. Wilayah ini termasuk daerah yang tergenang secara periodek (klas II)

dengan tingkat erosi nol.

Keadaan geologis terdiri atas sebaran jenis buatan kwarter (Alluvial

gambut) berupa tanah-tanah endapan alluvial,gambut, delta sungai maupun

rawa-rawa.

4. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Desa Sungai Batanag Ilir meliputi : perumahan dan

pekarangan yang umumnya menyebar secara mmanjang mengikuti sepanjang

tepian sungai Martapura, Sawah, Perkebunan dan Tambak terdapat dibelakang

rumah penduduk. Sebar luas penggunaan lahan Desa Sungai Batang Ilir tersebut

dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Sebaran Luas Penggunaan Lahan Desa Sunai Btang Ilir Kecamatan
Martapura Barat Kabupaten Banjar

No Penggunaan Lahan Luas Persentasi

(Ha) (%)

1 Pemukiman/Pekarangan 32,60 1,39

2 Sawah 1.288,80 54,92

3 Perkebunan 450, 00 19,17

4 Tegal/ladang/kebun - -

5 Rawa/waduk/Danau 557,85 23,77

6 Tanah/ kolam 17,50 0,75

Jumlah 2.346,75 0,75

Sumber : Hasil Pendataan Tahun 2016


11

5. Hidrologi

Sungai Besar yang melintasi Desa Sungai Batng Ilir adalah Sungai

Martapura dengan panjang sekitar 200m dan lebar 50 m, dan sungai Abulung

dengan Panjang 400 m dan lebar 10-15 m, dan Sungai Karokan dengan Panjang

3000 m dan lebar 8 m. Sungai- sungai tersebut umumnya sagat berpengaruh

besar bagi kehidupan masyarakat sebagai salah satu sumber pendapatan dan

perekonomian masyarakat. Berbagai aktivitas pemanfaatan sungai, antara lain :

sebagai sumber air bagi keperluan rumah tangga, MCK, sarana transportasi,

pengairan sawah, perikanan, pembuangan limbah pembawa sedimen dan zat

hara, pemeliharaan hidrologi rawa dan lahan basah lainnya.

Disamping itu terdapat irigasi ; baik irigasi primer (pembuang) dan

panjang 11.000 m dan lebar 6 m maupun irigasi tersier dengan panjang 35.000

m dan lebar 1 m. Selain irigasi terdapat pula handil atau saluran air buatan

sepanjang 12 km. Irigasi dan handil tersebut biasanya dimanfaatkan untuk

keperluan pertanian dan perikanan.

3.2 Struktur Fisik Desa

Struktur fisik suatu desa berkaitan erat dengan lingkungan fisik desa itu

dalam berbagai aspeknya. Secara agak lebih khusus berkaitan dengan lingkungan

geografis dengan segala ciri-ciri seperti: iklim, curah hujan, keadaan atau jenis

tanah, ketinggian tanah, tingkat kelembapan udara, topografi, dan lainnya.variasi

dalam perbedaan ciri-ciri fisik ini akan menciptakan pula perbedaan dalam jenis

tanaman yang ditanam. Lingkungan geografis yang memberi kemungkinan untuk


12

budidaya tanaman padi akan menciptakan masyarakat petani sawah yang berbeda

dengan lingkungan geografis yang cocok untuk budidaya tanaman gandum

dengan petani gandumnya. Tanah-tanah yang kuirang subur akan cenderung

menciptakan desa-desa kecil yang terpencar, berjauhan satu sama lain, dengan

penduduk yang jarang. Sebaliknya, tanahtanah yang subur akan cenderung

menciptakan desa-desa yang besar, berdkatan satu sama lain, dan berpenduduk

padat.

Berdasarkan praktikum lapangan yang kami lakukan kami mewawancarai

2 tokoh yang berpengaruh di Desa Sungai Batang Ilir dan 1 warga desa. Kami

mewawancarai Bapa yang bernama Muhammad berumur 58 tahun. Beliau tinggal

di Desa Sungai Batang Ilir semenjak kecil. Tokoh kedua yang kami wawancarai

yaitu Ibu Rahayu seorang istri dari pembakal di daerah tersebut dan seseorang

bernama Harun salah satu warga desa Sungai Batang Ilir.

Berdasarkan wawancara kami terhadap orang orang tersebut kami

memperoleh informasi berupa Posyandu sama bidan saja yang ada disana tidak

ada puskesmas di desa tersebut kalau misalkan mau ke puskesmas harus pergi ke

desa sebelah dulu. Di Desa ini juga mendapatkan bantuan berupa mesin,pompa

air,pupuk,dan benih. Mesin traktor pun kurang berkelola dalam penggunaan nya

biasanya digunakan 2x setahun. Irigasi di desa tersebut lumayan lancar. Jalan di

desa tersebut belum dapat perbaikan dari pemerintah. Untuk industri, pasar pagi

hanya buka beberapa jam saja. Rumah bidan pun baru ada di bangun beserta jalan

dan jembatan khusus bertani. Di desa tersebut masih kekurangan fasilitas

kesehatan seperti Ambulan.


DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian. Gadjah Mada.


University Press. Yogyakarta.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. PT Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.

Siswono, Eko. 2010. Struktur Fisik Desa. Universitas Brawijaya. Malang.


LAMPIRAN
16

Anda mungkin juga menyukai