Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KULIAH

TL-4131 INFRASTRUKTUR DAN SANITASI

DEFINISI DESA

Disusun Oleh:

Dian Putri Retnosari

15314093

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
I. Pengertian Desa

Menurut Prof. Drs. R. Bintarto (1983), menyebutkan bahwa desa adalah


suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan
lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di
muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi
politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam
hubungannya dengan daerah-daerah lain.

II. Karakteristik Desa

Menurut Drs.Sapari Imam Asyari (1993), karakteristik desa meliputi :

1. Aspek morfologi, desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah oleh


penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah
tinggal yang terpencar (jarang). Desa berhubungan erat dengan alam,
ini disebabkan oleh lokasi goegrafis untuk petani, serta bangunan
tempat tinggal yang jarang dan terpencar. Aspek morfologi menurut
Smith dan Zopf (1970) adalah terdiri dari lingkungan fisik desa dan
pola pemukiman. Pola pemukiman berkaitan dengan hubungan-
hubungan keruangan (spatial) pemukiman (petani) antara satu dengan
yang lain dan dengan lahan pertanian mereka.Secara umum ada 2 pola
pemukiman, yaitu :
a. Pemukiman penduduknya berdekatan satu sama lain dengan lahan
pertanian berada di luar dan terpisah dari lokasi pemukiman.
b.Pemukiman penduduknya terpencar dan terpisah satu sama lain
dan masing-masing berada di dalam atau di tengah lahan pertanian
mereka.
2. Aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil
penduduk dengan kepadatan yang rendah.
3. Aspek ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau
masyarakatnya bermata pencaharian pokok di bidang pertanian,
bercocok tanam atau agrarian, atau nelayan.
4. Aspek hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri,
(P.J.M.Nas, 1979:28-29 dan Soetardjo,1984:16) dimana aturan atau
nilai yang mengikat masyarakat di suatu wilayah. Tiga sumber yang
dianut dalam desa, yakni:
a. Adat asli
Norma-norma yang dibangun oleh penduduk sepanjang sejarah
dan dipandang sebagai pedoman warisan dari masyarakat
b.Agama/kepercayaan
Sistem norma yang berasal dari ajaran agama yang dianut oleh
warga desa itu sendiri
c. Negara Indonesia
Norma-norma yang timbul dari UUD 1945, peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah
5. Aspek sosial budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antar
penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan,
bersifar pribadi, tidak banyak pilihan, dan kurang tampak adanya
pengkotaan, dengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong
royong.

III. Karakteristik Sosial Masyarakat Desa

Secara khusus beberapa karakteristik sosial masyarakat desa menurut


Soerjono Soekanto (1982) antara lain yaitu :

1. Warga masyarakat pedesaan memiliki hubungan kekerabatan yang


kuat karena umumnya berasal dari satu keturunan. Oleh karena itu
biasanya dalam satu wilayah pedesaan, antara sesama warga
masyarakatnya masih memiliki hubungan keluarga ataupun saudara.
2. Dari corak kehidupannya bersifat gemeinschaft yakni diikat oleh
sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu, penduduk desa merupakan
masyarakat yang bersifat face to face group artinya antar sesame
warga saling mengenal.
3. Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor agraris (pertanian,
perkebunan, pertenakan maupun perikanan).
4. Cara bertani masih masyarakat desar relatif sederhana atau tradisional
sehingga sebagian besar hasilnya masih diperuntukkan bagi kebutuhan
hidup sehari-hari (subsistence farming).
5. Sifat gotong royong masih cukup tampak dalam kehidupan sehari-hari
penduduk desa.
6. Golongan tetua kampung atau ketua adat masih memegang peranan
sangat penting dan memiliki charisma besar di masyarakat sehingga
dalam musyawarah atau proses pengambilan keputusan orang-orang
tersebut sering kali dimintai saran dan petuah.
7. Pada umumnya sebagian masyarakat masih memegang norma-norma
agama yang cukup kuat. Seiring dengan perjalanan waktu dan
berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi tentu saja saat ini
banyak desa yang telah mengalami perubahan. Komunikasi dengan
wilayah kota pun mulai tampak terjalin dan penduduk desa makin
menyadari bahwa komunikasi dengan perkotaan itu sangat penting.

IV. Pola Ekologi dan Tipe Desa

1. Pola Ekologi Desa

Menurut Drs. Sapari Imam Asyari (1993), pola lokasi desa adalah
pengaturan ruang lingkup desa, bagaimana pengaturan lahan untuk
perumahan dan pekarangan, serta penggunaan lahan untuk persawahan
atau perladangan, pertambakan, penggembalaan ternak, hutan lindung dan
sebagainya. Ukuran yang dijadikan pedoman bagi warga desa adalah
unsur-unsur kemudahan, keamanan, dan ada norma tertentu yang bersifat
budaya dan rohaniah yang harus diperhitungkan, dalam hal pemilihan
lokasi untuk rumah tinggal misalnya. Umumnya warga desa menyatu
dengan alam, dalam arti sering tergantung kepada keadaan alam dan unsur
kepercayaan yang sifatnya tahayul.
Drs. Sapari Imam Asy’ari (1993) mengemukakan bahwa desa yang
maju, memiliki tata ruang desa yang rapi, asri dan indah dipandang mata,
dengan deretan rumah dan pepohonan di kanan kiri jalan. Pola lokasi desa
pada umumnya menganut pola konsentris. Ada pusat desa atau dusun,
yang menurut sejarahnya sebagai cikal bakalnya. Jenis-jenis pola lokasi
desa yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris, pola
memanjang jalur sungai atau jalan dan pola mendatar.

2. Tipe Desa
a. Tipe desa menurut mata pencaharian (Yuliati dan Poernomo,
2003) :
i. Desa pertanian
Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan
dari penduduknya adalah pertanian tanaman budidaya. Desa ini
bias pertanian lahan sawah dan tegal dengan karakteristik
masing-masing.
ii. Desa Peternakan
Desa peternakan merupakan desa dimana penduduknya
mempunyai mata pencaharian utama peternakan. Meski
demikian kenyataannya saat ini tidak ada satupun desa yang
memiliki homogenitas. Meski ada mata pencaharian lain
namun, peternakan tetap merupakan pencaharian utama
iii. Desa Industri
Desa yang memproduksi kebutuhan dan alat perlengkapan
hidup.

b. Tipe desa menurut tingkat perkembangan desa (Drs.Sapari Imam


Asy ari (1993) :
i. Desa Swadaya, yaitu desa yang belum mampu mandiri dalam
penyelenggaraan urutan rumah tangga sendiri, administrasi
desa belum terselenggara dengan baik dan LKMD belum
berfungsi dengan baik dalam mengorganisasikan dan
menngerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
desa secara terpadu.
ii. Desa Swakarya, yaitu desa setingkat lebih tinggi dari desa
swadaya. Pada desa swakarya ini, mulai mampu mandiri untuk
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi
desa sudah terselenggara dengan cukup baik dan LKMD cukup
berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu.
iii. Desa Swasembada, yaitu desa yang telah mampu
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrrasi
desa sudah terselenggara dengan baik dan LKMD telah
berfungsi dalam mengorganisasikan serta mampu
menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembanguanan
secara terpadu.

Menurut Drs.Sapari Imam Asyari (1993), tipe desa ditentukan


berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan
dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian
besar masyarakat desa. Tipe desa meliputi 8 tipe, yaitu:

 Tipe desa nelayan


 Tipe desa persawahan
 Tipe desa perladangan
 Tipe desa perkebunan
 Tipe desa peternakan
 Tipe desa kerajinan/industri kecil
 Tipe desa industri sedang dan besar
 Tipe desa jasa dan perdagangan
DAFTAR PUSTAKA

Yulianti, Yayuk dan Poernomo, Mangku. 2003. Sosilogi Pedesaan. Lappera


Pustaka Utama : Yogyakarta.
Afari, Imam Asyari. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Usaha Nasional :
Surabaya.
T. Sugihen, Bahrein. 1996. Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar. Rajawali
Pers : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai